Anda di halaman 1dari 32

OSK Fisika SMA 2019

Soal dan Solusi

www.basyiralbanjari.wordpress.com

Dimensi Sains Corp

Tahun 2019

Halaman 1 dari 32
Tentang Dimensi Sains Corp

Alkisah ada seorang duelist bernama Ahmad yang mempunyai kartu andalan yaitu
“OLIMPIADE FISIKA”, berupa situs web yang menyediakan berbagai media pembelajaran
untuk olimpiade fisika.

Kemudian dia bertemu dengan Mr. Sainsworld yang mempunyai kartu andalan
“SAINSWORLD”, berupa lembaga swasta yang mengadakan try out olimpiade fisika. Pada
awalnya Ahmad diminta Mr. Sains menjadi creator soal dari try out sainsworld. Setelah
beberapa waktu, keduanya menemukan kecocokan dan memungkinkan untuk fusion.

Akhirnya dengan kartu “POLIMERIZATION”, keduanya mengorbankan kartu andalan


masing-masing dan mengirimnya ke graveyard, kemudian mereka special summon fusion
card mereka menjadi “DIMENSI SAINS” Yang merupakan kartu efek dengan special effectnya
adalah “BERSAMA KITA SAINSKAN INDONESIA”

Follow Media Sosial Kami untuk Informasi Selengkapnya

Halaman 2 dari 32
OSK Fisika SMA
27 Februari 2019
Waktu 3 Jam
1. Tumbukan Dua Pendulum
Tinjau suatu sistem yang terdiri dari dua pendulum. Pendulum pertama bermassa 𝑀
dengan panjang 2𝐿 dan pendulum kedua bermassa 𝑚 dengan panjang 𝐿 seperti terlihat
pada gambar di bawah. Pendulum pertama dilepas dari sudut 𝜋/2 terhadap vertikal (di
sebelah kiri porosnya) dan bertumbukan dengan pendulum kedua. Setelah tumbukan,
pendulum pertama mencapai sudut 𝜋/2 (di sebelah kanan porosnya) sedangkan
pendulum kedua sedemikian hingga berhasil berputar dengan lintasan berbentuk
lingkaran penuh. Peristiwa ini diamati di suatu ruangan yang memiliki medan gravitasi 𝑔
yang konstan dan berarah ke bawah. Penghubung setiap beban pendulum dengan
porosnya adalah tali yang tidak elastis. Tentukan :
a. Koefisien restitusi 𝑒.
b. Perbandingan massa dari kedua pendulum ini, 𝑀/𝑚.
c. Bagaimana hasil bagian (a) dan (b) jika beban pada pendulum kedua adalah batang?
Berapa tegangan maksimum batang?

Diskusi : Mengapa penghubung setiap beban pendulum dengan porosnya haruslah tali?
Jawabannya ada di gambar sistem, silahkan dipahami sendiri yah , intinya pada
pendulum pertama haruslah tali, memang bisa berupa batang berporos, tapi ini tidak
sesuai karena penghubung beban pada pendulum pertama sepertinya berupa sesuatu
yang lurus dan tidak poros ditengahnya, ya ini cocok dengan tali, walaupun tidak
disebutkan di naskah soal asli. Berbeda dengan pedulum kedua, baik batang ataupun tali,
ini tetap bisa berlaku. Bagian (c) adalah modifikasi yang saya buat.

Halaman 3 dari 32
Catatan : Naskah ini sedikit berbeda dengan naskah soal aslinya. Saya menambahkan
berapa keterangan tambahan untuk memperjelas soal ini.

Solusi :

Pertama kita harus tau dulu urutan peristiwa yang terjadi pada sistem ini. Pertama,
pendulum pertama akan berotasi terhadap porosnya dan tepat sebelum menumbuk
pendulum kedua, beban pada pendulum pertama akan bergerak horizontal ke kanan
dengan kecepatan 𝒗𝟎 , yang bisa kita dapatkan dari Hukum Kekekekalan Energi Mekanik
(HKEM). Kemudian beban pada kedua pendulum akan bertumbukan, dan setelah
tumbukan keduanya akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda, misal 𝒗𝟏 dan 𝒗𝟐 ,
untuk beban pada pendulum pertama dan kedua, yang kedua kecepatan ini kita dapatkan
dari Hukum Kekekalan Momentum Linear (HKML) dan Rumus Koefisien Restitusi.
Mengapa kita perlu menggunakan dua persamaan ini? karena kita punya dua variabel
yaitu 𝑣1 dan 𝑣2 . Berikutnya, masing-masing beban pada pendulum akan bergerak
melingkar, namun energinya tetap kekal sehingga kita menggunakan kembali Hukum
Kekekekalan Energi Mekanik (HKEM) di sini guna mencari kecepatan setiap beban pada
saat di posisi tertentu yang telah disebutkan dan akan kita bahas juga nanti secara lebih
detail. Terakhir, saat pendulum kedua di posisi tertingginya, kita bisa mendapatkan
kecepatan minimumnya di puncak sedemikian hingga kecepatan ini akan berguna di
Hukum Kekekalan Energi yang kita gunakan sebelumnya. Bagaimana mendapatkan
kecepatan minimum ini? Caranya adalah dengan meninjau Gaya Sentripetal beban
pendulum kedua. Koq bisa? Akan kita bahas di bagian selanjutnya .

a. Mendapatkan 𝒗𝟎
Gunakan HKEM untuk kondisi awal saat pendulum pertama mulai dilepas dan kondisi
akhir saat tepat akan menumbuk pendulum kedua.

Jadikan poros sebagai acuan Energi Potensial sama dengan nol, 𝐸𝑃 = 0, sehingga
𝐸𝑀awal = 𝐸𝑀akhir
1
0 = −𝑚𝑔(2𝐿) + 𝑚𝑣0 2 ⟹ 𝑣0 = 2√𝑔𝐿 … (1)
2
Kemudian kita tinjau tumbukan antara beban pada pendulum pertama dan kedua,
sebelumnya ingat bahwa momentum adalah vektor sehingga arah perlu

Halaman 4 dari 32
dipertimbang, kita gunakan arah standar pada sistem koordinat kartesius dengan
vektor satuan 𝑖̂ dan 𝑗̂ yang menyatakan arah pada sumbu 𝑥 dan sumbu y positif,
sehingga menggunakan HKML akan kita peroleh
𝑝⃗awal = 𝑝⃗akhir
𝑚
𝑀𝑣0 𝑖̂ = 𝑀𝑣1 𝑖̂ + 𝑚𝑣2 𝑖̂ ⟹ 𝑣0 = 𝑣1 + 𝑣 … (2)
𝑀 2
Kemudian dari Rumus Koefisien Restitusi, yaitu perbandingan antara kecepatan relatif
titik-titik yang bertumbukan pada benda yang bertumbukan saat setelah dan sebelum
tumbukan, untuk kasus ini, bebab bisa dianggap benda titik, sehingga kecepatan titik-
titik yang bertumbukan sama dengan kecepatan beban itu sendiri, akan kita peroleh
𝑣2 − 𝑣1
𝑒=− ⟹ 𝑒𝑣0 = 𝑣2 − 𝑣1 … (3)
0 − 𝑣0
Bagian ini sebenarnya tidak diperlukan untuk jawaban tapi saya pikir akan menarik
jika kita membahasnya. Okey, mari kita cari 𝒗𝟐 dan 𝒗𝟏 . 
Kita dapatkan dua persamaan yaitu persamaan (2) dan (3) dan terdapat dua variabel
yaitu 𝑣2 dan 𝑣1 , sedangkan simbol sisanya diketahui nilainya, artinya kita mempunyai
sistem persamaan dua variabel di sini, sekarang mari kita selesaikan SPLDV ini.
Jumlahkan persamaan (2) dan (3) akan kita peroleh 𝑣2
𝑚
𝑣⏟0 + 𝑒𝑣
⏟0 = 𝑣1+ 𝑣 + 𝑣 − 𝑣1
⏟ 𝑀 2 ⏟2
(2) (3) (3)
(2)

𝑚 (1 + 𝑒)𝑀𝑣0
(1 + 𝑒)𝑣0 = ( + 1) 𝑣2 ⟹ 𝑣2 = … (4)
𝑀 𝑀+𝑚
Untuk memperoleh 𝑣1 , kita bisa subtitusi persamaan (4) ke (2) atau (3), pilih
sesukamu, saya sendiri memilih untuk mensubtitusi (4) ke (3)
(1 + 𝑒)𝑀𝑣0
𝑒𝑣0 = − 𝑣1
𝑀+𝑚
(1 + 𝑒)𝑀𝑣0
𝑣1 = − 𝑒𝑣0
𝑀+𝑚
Samakan penyebutnya
𝑀𝑣0 + 𝑒𝑀𝑣0 𝑀 + 𝑚 𝑀 − 𝑒𝑚
𝑣1 = − 𝑒𝑣0 ⟹ 𝑣1 = 𝑣 … (5)
𝑀+𝑚 𝑀+𝑚 𝑀+𝑚 0
Seperti itulah kira-kira teknik untuk mendapatkan 𝒗𝟐 dan 𝒗𝟏 . 
Berikutnya kita tinjau gerak masing-masing pendulum setelah tumbukan. Tapi
sebelumnya kita tinjau dulu gerak melingkar beban pada pendulum kedua di posisi

Halaman 5 dari 32
tertinggi, tujuannya adalah untuk mendapatkan kecepatan minimum beban pada
pendulum kedua ini sedemikian hingga dia bisa menempuh lingkaran penuh.
Pertanyaannya adalah, apa syarat agar ini terjadi? Syaratnya adalah kecepatan beban
pendulum kedua di puncak lintasan minimal bisa membuat tali tetap lurus walaupun
tidak tegang. Kata terakhir adalah cirinya, yaitu tinjau kondisi tepat saat tali tidak
tegang atau 𝑇 = 0. Perhatikan diagram gaya berikut

𝑚𝑔
𝑇 𝑎sentripetal

Dari Hukum Newton untuk arah radial saat tepat di puncak akan kita peroleh

∑ 𝐹⃗r = 𝑚𝑎⃗sentripetal
2
𝑣′
𝑚𝑔 + 𝑇 = 𝑚
𝐿
Saat 𝑇 = 0, 𝑣 ′ = 𝑣2min , sehingga
𝑣2min 2
𝑚𝑔 + 0 = 𝑚 ⟹ 𝑣2min 2 = 𝑔𝐿
𝐿
Menggunakan HKEM (untuk pendulum kedua), kondisi awal tepat setelah tumbukan
dan kondisi akhir saat di puncak, serta 𝐸𝑃 = 0 di poros, akan kita peroleh
𝐸𝑀awal = 𝐸𝑀akhir
1 1
𝑚𝑣2 2 = 𝑚𝑣2min 2 + 𝑚𝑔(2𝐿)
2 2
𝑣2 2 = 𝑣2min 2 + 4𝑔𝐿
Subtitusi 𝑣2min2 ke persamaan di atas, akan kita peroleh

𝑣2 2 = 𝑔𝐿 + 4𝑔𝐿 ⟹ 𝑣2 = √5𝑔𝐿 … (6)


Sekarang gunakan HKEM untuk beban pada pendulum pertama, porosnya sekarang
berubah dan berada satu poros dengan pendulum kedua. Untuk pergeseran posisi
yang digambar, kita bisa abaikan karena beban dianggap massa titik. Dari HKEM
akan kita peroleh
𝐸𝑀awal = 𝐸𝑀akhir

Halaman 6 dari 32
1
𝑚𝑣1 2 = 𝑚𝑔𝐿 ⟹ 𝑣1 = √2𝑔𝐿 … (7)
2
Sekarang kita bisa mendapatkan koefisien restitusi 𝑒, subtitusi 𝑣0 , 𝑣1 , dan 𝑣2 , yaitu
persamaan (1), (7), dan (6) ke persamaan (3)

𝑒(2√𝑔𝐿) = √5𝑔𝐿 − √2𝑔𝐿

√5 − √2
2𝑒 = √5 − 1 ⟹ 𝑒 =
2
b. Sekarang kita mempunyai persamaan-persamaan berikut, yaitu

𝑣0 = 2√𝑔𝐿 … (1)
𝑚
𝑣0 = 𝑣1 + 𝑣 … (2)
𝑀 2
𝑣2 = √5𝑔𝐿 … (6)

𝑣1 = √2𝑔𝐿 … (7)
Dari persamaan (2) akan kita peroleh
𝑚 𝑀 𝑣2
𝑣0 − 𝑣1 = 𝑣2 ⟹ =
𝑀 𝑚 𝑣0 − 𝑣1
Subtitusi 𝑣0 , 𝑣1 , dan 𝑣2

𝑀 √5𝑔𝐿 𝑀 √5
= ⟹ =
𝑚 2√𝑔𝐿 − √2𝑔𝐿 𝑚 2 − √2

c. Jika sekarang penghubung beban pada pendulum kedua dengan poros adalah batang,
maka saat di puncak, kecepatan minimum beban ini adalah nol, dia tetap bisa
membentuk lingkaran penuh karena ada gaya dari batang, sehingga
𝑣2min = 0
dan efeknya adalah merubah 𝑣2 menjadi

𝑣2 2 = 0 + 4𝑔𝐿 ⟹ 𝑣2 = 2√𝑔𝐿
dan hasil pada bagian (a) dan (b) akan berubah menjadi

𝑣2 − 𝑣1 2√𝑔𝐿 − √2𝑔𝐿 1
𝑒= ⟹𝑒= ⟹ 𝑒 =1−
𝑣0 2√𝑔𝐿 √2

𝑀 𝑣2 𝑀 2√𝑔𝐿 𝑀 1
= ⟹ = ⟹ =
𝑚 𝑣0 − 𝑣1 𝑚 2√𝑔𝐿 − √2𝑔𝐿 𝑚 1 − 1/√2

Tegangan pada batang sama dengan berat beban pada pendulum kedua yaitu
𝑇 = 𝑚𝑔

Halaman 7 dari 32
2. Silinder Berongga di Pinggir Meja
Sebuah silinder berongga berjari-jari 𝑟 bermassa 𝑚 berada di pinggir meja. Jika silinder itu
jatuh menggelinding dari keadaan diam kemudian lepas dari meja pada sudut 𝜃.
Tentukan :
a. Nilai 𝜃 tersebut dan
b. Kecepatan pusat massa silinder saat itu!
c. Bagaimana jika silinder berongga diganti dengan
i. Silinder Pejal
ii. Bola Berongga dengan kulit tipis
iii. Bola Pejal

Jari-jari setiap benda tetap sama yaitu 𝑟, tentukan hasil untuk bagian (a) dan (b) untuk
setiap benda di atas!

Diketahui percepatan gravitasi 𝑔 dan arahnya ke bawah

Petunjuk : Tinjau kasus umum untuk benda melingkar dengan momen inersia 𝑰 = 𝒌𝒎𝒓𝟐

Solusi :

a. Di sini kita cukup menggunakan dua konsep, yaitu Hukum Kekekalan Energi Mekanik
(HKEM) atau Konservasi Energi dan Hukum II Newton untuk Gaya Sentripetal. HKEM
untuk mendapatkan kecepatan sudut benda sebagai fungsi 𝜃 sedangkan Gaya
Sentripetal untuk mengetahui kecepatan benda saat lepas kontak. Okey mari kita
kerjakan bersama .
Pertama kita gunakan konservasi energi dengan kondisi ketika pusat massa benda
tepa di atas ujung bagian pinggir meja dan kondisi akhir ketika dia membentuk sudut
𝜃 seperti yang ditunjukan oleh gambar

Halaman 8 dari 32
𝜃

Jadikan permukaan meja sebagai acuan 𝐸𝑃 = 0, sehingga akan kita peroleh


𝐸awal = 𝐸akhir
1
𝑚𝑔𝑟 = 𝑚𝑔𝑟 cos 𝜃 + (𝑘𝑚𝑟 2 + 𝑚𝑟 2 )𝜔2
2
2𝑔
2𝑔(1 − cos 𝜃 ) = (𝑘 + 1)𝑟𝜔2 ⟹ 𝜔2 = (1 − cos 𝜃 ) … (1)
(𝑘 + 1)𝑟
Kemudian kita tinjau gaya sentripetal pada benda saat sudut 𝜃. Pada saat ini, benda
mendapat gaya normal dari pinggrian meja (sebut saja 𝑁) yang arahnya menuju pusat
benda, selain itu dia juga mendapat gaya berat dari gravitasi yang arahnya selalu ke
bawah (𝑚𝑔), sehingga dengan Hukum II Newton pada arah radial akan kita peroleh

∑ 𝐹⃗r = 𝑚𝑎⃗s

𝑁 − 𝑚𝑔 cos 𝜃 = 𝑚(−𝜔2 𝑟)
Saat lepas kontak, gaya normal akan bernilai nol, dari sini akan kita peroleh
𝑔
−𝑚𝑔 cos 𝜃 = −𝑚𝜔2 𝑟 ⟹ 𝜔2 = cos 𝜃 … (2)
𝑟
Dari persamaan (1) dan (2) kita peroleh
𝜔2 … (1) = 𝜔2 … (2)
2𝑔 𝑔
(1 − cos 𝜃 ) = cos 𝜃
(𝑘 + 1)𝑟 𝑟
2 − 2 cos 𝜃 = (𝑘 + 1) cos 𝜃
2
2 = (3 + 𝑘 ) cos 𝜃 ⟹ cos 𝜃 = … (3)
3+𝑘
Subtitusi persamaan (3) ke (2), akan kita peroleh 𝜔 yaitu

𝑔 2 2𝑔 2𝑔𝑟
𝜔2 = ( )⟹𝜔=√ ⟹ 𝑣 = 𝜔𝑟 = √
𝑟 3+𝑘 (3 + 𝑘 )𝑟 3+𝑘

Halaman 9 dari 32
Sekarang kita gunakan nilai 𝑘 untuk silinder berongga. Pertama saya ingin
menekankan bahwa silinder berongga dengan tutup, berbeda dengan silinder
berongga tanpa tutup, ketipisan permukaan silinder berongga juga penting. Untuk
silinder berongga yang kulitnya tipis dan tanpa tutup, momen inersianya adalah 𝐼s =
𝑚𝑟 2 ⟹ 𝑘 = 1, namun untuk silinder berongga tipis dengan dengan tutup pada kedua
bagiannya, momen inersianya menjadi 𝐼s′ = (2/3) 𝑚𝑟 2 ⟹ 𝑘 = 2/3. Mari kita
buktikan, massa masing-masing tutup dan massa selimut silinder adalah
𝜋𝑟 2 𝑚
𝑚tutup = 2
𝑚 ⟹ 𝑚tutup =
2𝜋𝑟 + 2𝜋𝑟 × 𝑟/2 3
2𝜋𝑟 × 𝑟/2 𝑚
𝑚selimut = 2
𝑚 ⟹ 𝑚selimut =
2𝜋𝑟 + 2𝜋𝑟 × 𝑟/2 3
Momen inersia silinder berongga tipis dengan dengan tutup pada kedua bagiannya
akan menjadi
1 2 2
𝐼s′ = 2 × 𝑚tutup𝑟 2 + 𝑚selimut 𝑟 2 ⟹ 𝐼s′ = 𝑚𝑟 2 ⟹ 𝑘 =
2 3 3
Maka nilai 𝜃 untuk masing-masing silinder ini adalah
Untuk Silinder Berongga Tipis Tanpa Tutup (𝒌 = 𝟏)
2 1 1
cos 𝜃 = = ⟹ 𝜃 = cos −1 ( ) = 600
3+1 2 2
Untuk Silinder Berongga Tipis dengan Tutup
2 6 6
cos 𝜃 = = ⟹ 𝜃 = cos −1 ( ) ≈ 56.940
3 + 2/3 11 11
b. Untuk Silinder Berongga Tipis Tanpa Tutup

2𝑔𝑟 𝑔𝑟
𝑣=√ ⟹ 𝑣=√
3+1 2

Untuk Silinder Berongga Tipis dengan Tutup

2𝑔𝑟 6𝑔𝑟
𝑣=√ ⟹ 𝑣=√
3 + 2/3 11

c. Momen inersia tiap benda yang disebutkan adalah


Silinder Pejal ⟹ 𝐼silinder pejal = (1/2)𝑚𝑟 2 ⟹ 𝑘 = 1/2
Bola Berongga dengan Kulit Tipis ⟹ 𝐼bola berongga = (2/3)𝑚𝑟 2 ⟹ 𝑘 = 2/3
Bola Pejal ⟹ 𝐼bola pejal = (2/5)𝑚𝑟 2 ⟹ 𝑘 = 2/5

Halaman 10 dari 32
Sehingga akan kita peroleh
Untuk Silinder Pejal
2 4 4
cos 𝜃 = = ⟹ 𝜃 = cos −1 ( ) ≈ 55.150
3 + 1/2 7 7

2𝑔𝑟 4𝑔𝑟
𝜔=√ ⟹ 𝑣=√
3 + 1/2 7

Untuk Bola Berongga dengan Kulit Tipis


2 3 6
cos 𝜃 = = ⟹ 𝜃 = cos −1 ( ) ≈ 56.940
3 + 2/3 4 11

2𝑔𝑟 6𝑔𝑟
𝑣=√ ⟹ 𝑣=√
3 + 2/3 11

Untuk Bola Pejal


2 10 10
cos 𝜃 = = ⟹ 𝜃 = cos −1 ( ) ≈ 53.970
3 + 2/5 17 12

2𝑔 10𝑔𝑟
𝑣=√ ⟹ 𝜔=√
3 + 2/5 17

3. Balapan Empat Mobil


Empat buah mobil masing-masing A, B, C, dan D melaju di jalan tol dua arah (timur-barat)
dengan kecepatan konstan. Mobil A, mobil B, dan mobil C bergerak ke timur, sedangkan
mobil D bergerak ke barat. Diketahui :
 Mobil A menyalip mobil B pada pukul 10.00.
 Mobil A menyalip mobil C pada pukul 11.00.
 Mobil A berada pada posisi yang sama dengan mobil D pada pukul 12.00.
 Mobil B berada pada posisi yang sama dengan mobil D pada pukul 14.00.
 Mobil C berada pada posisi yang sama dengan mobil D pada pukul 16.00.
a. Tentukan kapan mobil B menyalip mobil C!
b. Ketika suatu rentang waktu tertentu di tinjau dari timur ke barat, urutan mobil
berturut-turut adalah A–D–B–C, tentukan kapan ketika mobil B berada tepat ditengah-
tengah antara mobil D dan C.

Solusi :

Halaman 11 dari 32
a. Karena semua mobil bergerak dengan kecepatan konstan, berarti semuanya
mengalami Gerak Lurus Beraturan dan persamaan geraknya akan berbentuk
𝑠A (𝑡) = 𝑠0A + 𝑣A 𝑡
𝑠B(𝑡) = 𝑠0B + 𝑣B 𝑡
𝑠C (𝑡) = 𝑠0C + 𝑣C 𝑡
𝑠D (𝑡) = 𝑠0D − 𝑣D 𝑡
Dengan kita jadikan arah timur sebagai arah positif dan arah barat sebagai arah
negatif. Kita jadikan posisi ketika A menyalip B sebagai titik asal (posisi acuan yaitu
posisi saat 𝑡 = 0, kita dapat pilih juga 𝑠0A = 𝑠0B = 0). Maka pukul 10.00 kita jadikan
saat 𝑡 = 0. Misalkan 𝑇 = 1 jam, sehingga untuk berikutnya 2𝑇 = 2 jam, 3𝑇 = 3 jam
dan seterusnya. Perlu kita perhatikan bahwa pada pernyataan-pernyataan soal
disebutkan kata “menyalip” dan “berada pada posisi yang sama”, keduanya ini
memiliki makna fisis yang sama yaitu pada waktu itu, mobil-mobil yang bersangkutan
berada pada posisi yang sama diukur dari saat 𝑡 = 0 pada pukul 10.00 dari posisi awal
ketika mobil A menyalip mobil B. Dari pernyataan kedua akan kita dapatkan
𝑠A (𝑇) = 𝑠C (𝑇)
𝑣A 𝑇 = 𝑠0C + 𝑣C 𝑇 ⟹ 𝑠0C = (𝑣A − 𝑣C )𝑇 … (1)
Berikutnya dari pernyataan ketiga dan seterusnya akan kita peroleh pula
𝑠A (2𝑇) = 𝑠D(2𝑇)
1
2𝑣A 𝑇 = 𝑠0D − 2𝑣D 𝑇 ⟹ 𝑠 = (𝑣A + 𝑣D )𝑇 … (2)
2 0D
𝑠B(4𝑇) = 𝑠D (4𝑇)
1
4𝑣B𝑇 = 𝑠0D − 4𝑣D 𝑇 ⟹ 𝑠 = (𝑣B + 𝑣D )𝑇 … (3)
4 0D
𝑠C (6𝑇) = 𝑠D (6𝑇)
1
𝑠0C + 6𝑣C 𝑇 = 𝑠0D − 6𝑣D 𝑇 ⟹ (𝑠 − 𝑠0C) = (𝑣C + 𝑣D )𝑇 … (4)
6 0D
Misalkan selang waktu saat mobil B menyalip mobil C dari pukul 10.00 adalah 𝜏.
𝑠B(𝜏) = 𝑠C (𝜏)
𝑣B 𝜏 = 𝑠0C + 𝑣C 𝜏
𝑠0C
(𝑣B − 𝑣C )𝜏 = 𝑠0C ⟹ 𝜏 = … (5)
𝑣B − 𝑣C
Sekarang kita sudah mendapatkan semua persamaan yang diperlukan dari analisis
secara fisika. Sekarang tugas kita adalah menyatakan 𝜏 dalam 𝑇 menggunakan kelima

Halaman 12 dari 32
persamaan di atas dengan sedikit aljabar matematika. Okey, mari kerjakan bersama
yang temen-temen. Sedikiy tips dan trik dari saya, gunakanlah eliminasi dan subtitusi
sedemikian hingga kita menempuh jalan yang paling simpel, pikirkan dulu sebelum
kita mensubtitusi dan fokuslah pada tujuan kita untuk mendapatkan variabel yang
𝑠0C
dikehendaki. Fokus kita adalah mencari nilai dari 𝑣 .
B −𝑣C

Okey sekarang kita harus mencari nilai perbandingan ini.


Persamaan (2) − (1)
1
(𝑣A + 𝑣D )𝑇 − (𝑣A − 𝑣C )𝑇 = 𝑠 − 𝑠0C
2 0D
1
(𝑣C + 𝑣D )𝑇 = 𝑠 − 𝑠0C … (6)
2 0D
Persamaan (4) = (6)
1 1
(𝑠0D − 𝑠0C ) = 𝑠0D − 𝑠0C
6 2
2 5 5
𝑠0D = 𝑠0C ⟹ 𝑠0D = 𝑠0C … (7)
6 6 2
Persamaan (3) − (4)
1 1
(𝑣B + 𝑣D )𝑇 − (𝑣C + 𝑣D )𝑇 = 𝑠0D − (𝑠0D − 𝑠0C )
4 6
1 1
(𝑣B − 𝑣C )𝑇 = 𝑠0D + 𝑠0C
12 6
1 5 1 3𝑠0C
(𝑣B − 𝑣C )𝑇 = ( 𝑠0C ) + 𝑠0C ⟹ 𝑣B − 𝑣C = … (8)
12 2 6 8𝑇
Subtitusi persamaan (7) dan (8) ke persamaan (5)
𝑠0C 8
𝜏= ⟹ 𝜏 = jam = 2 jam 40 menit
3𝑠0C 3
8𝑇
Dengan demikian, mobil B akan menyalip mobil C pada pukul 10.00 + 2.40 = pukul
12.40. Mudah bukan .
b. Misalkan saat mobil B tepat berada di tengah-tengah antara mobil D dan C adalah 𝑡 =
𝑇0, dan posisi ketiga mobil ini adalah 𝑠B(𝑇0 ), 𝑠C (𝑇0 ), dan 𝑠D (𝑇0 ). Karena mobil B
berada di tengah-tengah antara mobil D dan C akan berlaku
𝑠C (𝑇0 ) + 𝑠D(𝑇0 )
𝑠B(𝑇0) =
2
Loh koq bisa jadi begitu kak??? Okey, buat yang belum paham, kuy lihat ilustrasi ini!

Halaman 13 dari 32
𝑠0C
A D B C

𝑠0D 𝑠0D
𝑠0B 𝑠0B

Nah sudah paham kan, okey kita lanjut yah.


𝑠0C + 𝑣C 𝑇0 + 𝑠0D − 𝑣D 𝑇0
𝑣B𝑇0 =
2
(2𝑣B − 𝑣C + 𝑣D )𝑇0 = 𝑠0C + 𝑠0D
𝑠0C + 𝑠0D
𝑇0 = … (9)
𝑣B − 𝑣C + 𝑣B + 𝑣D
Subtitusi dari persamaan (3) kita peroleh
𝑠0D 5𝑠0C
𝑣B + 𝑣D = = … (10)
4𝑇 8𝑇
Subtitusi persamaan (7), (8), dan (10) ke persamaan (9)
5
𝑠0C + 2 𝑠0C 7
𝑇0 = = 𝑇 = 3 jam 30 menit
3𝑠0C 5𝑠0C 2
8𝑇 + 8𝑇
Dengan demikian, mobil B tepat berada di tengah-tengah antara mobil D dan C pada
pukul 10.00 + 3.30 = pukul 13.30. Sangat mudah lah ya .
4. Gerak Parabola Dua Benda
Dua buah benda awalnya berada di atas permukaan tanah pada posisi yang sama (anggap
sebagai benda titik). Pada saat 𝑡 = 0 kedua benda diberi kecepatan, berturut-turut,
sebesar 𝑣1 dan 𝑣2 . Kecepatan benda pertama memiliki sudut 𝜃1 terhadap horizontal dan
kecepatan benda kedua memiliki sudut 𝜃2 terhadap horizontal seperti tampak pada
gambar.
a. Tentukan syarat untuk besar kecepatan dan sudut pelemparan kedua benda agar
minimal kecepatan dari kedua benda pernah saling tegak lurus sekali!
b. Jika kejadian kecepatan kedua benda tegak lurus terjadi sebanyak dua kali. Tentukan
interval waktu antara dua kejadian tersebut!
c. Tentukan perpindahan benda pertama dari kejadian pertama ke kejadian kedua!
d. Tentukan perpindahan benda kedua dari kejadian pertama ke kejadian kedua!

Halaman 14 dari 32
𝑣2 𝑣1

𝜃2 𝜃1

Solusi :

a. Walaupun tidak disebutkan pada soal tentang gravitasi bumi, tentu saja percepatan
gravitasi ini ada karena ada kata “di atas permukaan tanah” yang menandakan
peristiwa ini terjadi di permukaan bumi dan otomatis setiap benda akan memiliki
percepatan gravitasi 𝑔 yang arahnya ke bawah. Sekarang kita jadikan posisi awal
pelemparan kedua benda sebagai titik asal dan menggunakan sistem koordinat
kartesius sederhana.

𝑣2
𝑣1

𝜃2 𝜃1 𝑥

Secara umum dari gerak parabola untuk posisi 𝑥 dan 𝑦 nya terhadap titik asal akan
memiliki bentuk
𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃 𝑡
1
𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
Serta komponen kecepatannya pada sumbu 𝑥 dan 𝑦 adalah
𝑣𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃
𝑣𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 − 𝑔𝑡
kemudian vektor posisi dan kecepatan benda dapat dinyatakan sebagai
𝑟⃗(𝜃, 𝑡) = 𝑥𝑖̂ + 𝑦𝑗̂
1
𝑟⃗(𝜃, 𝑡) = 𝑣0 cos 𝜃 𝑡𝑖̂ + (𝑣0 sin 𝜃 𝑡 − 𝑔𝑡 2 ) 𝑗̂ … (1)
2
𝑣⃗ (𝜃, 𝑡) = 𝑣𝑥 𝑖̂ + 𝑣𝑦 𝑗̂
𝑣⃗ (𝜃, 𝑡) = 𝑣0 cos 𝜃 𝑖̂ + (𝑣0 sin 𝜃 − 𝑔𝑡)𝑗̂ … (2)
𝑟⃗(𝜃, 𝑡) menandakan bahwa 𝑟⃗ merupakan fungsi dari variabel 𝜃 dan 𝑡 (nilainya
bervariasi bergantung pada 𝜃 dan 𝑡) sedangkan 𝑣0 dan 𝑔 adalah konstanta yang

Halaman 15 dari 32
nilainya dipertahankan konstan. Berdasarkan persamaan (1) dan (2), vektor posisi dan
kecepatan kedua benda akan kita peroleh sebagai berikut
1
𝑟⃗1 = 𝑣1 cos 𝜃1 𝑡𝑖̂ + (𝑣1 sin 𝜃1 𝑡 − 𝑔𝑡 2 ) 𝑗̂
2
1
𝑟⃗2 = 𝑣2 cos 𝜃2 𝑡𝑖̂ + (𝑣2 sin 𝜃2 𝑡 − 𝑔𝑡 2 ) 𝑗̂
2
𝑣⃗1 = 𝑣1 cos 𝜃1 𝑖̂ + (𝑣1 sin 𝜃1 − 𝑔𝑡)𝑗̂
𝑣⃗2 = 𝑣2 cos 𝜃2 𝑖̂ + (𝑣2 sin 𝜃2 − 𝑔𝑡)𝑗̂
Untuk (𝜃, 𝑡) tidak saya tuliskan lagi, alasannnya untuk mempersingkat penulisan saja,
yang pasti kita tahu bahwa fungsi vektor 𝑟⃗ dan 𝑣⃗ bergantung pada 𝜃 dan 𝑡.
Baiklah, kita sudah mendapatkan vektor kecepatan tiap benda. Ingat bahwa syarat
suatu vektor itu tegak lurus adalah perkalian titik atau dot product kedua vektor
tersebut bernilai nol. Bagi temen-temen yang belum belajar perkalian titik, temen-
temen bisa baca buku-buku referensi tentang vektor yah. Ok, dari sini akan kita
peroleh
𝑣⃗1 ∙ 𝑣⃗2 = 0 = 𝑣x1 𝑣x2 + 𝑣y1 𝑣y2
0 = (𝑣1 cos 𝜃1 )(𝑣2 cos 𝜃2 ) + (𝑣1 sin 𝜃1 − 𝑔𝑡)(𝑣2 sin 𝜃2 − 𝑔𝑡)
0 = 𝑣1 𝑣2 cos 𝜃1 cos 𝜃2 + 𝑣1 𝑣2 sin 𝜃1 sin 𝜃2 − (𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 )𝑔𝑡 + 𝑔2 𝑡 2
𝑔2 𝑡 2 − (𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 )𝑔𝑡 + 𝑣1 𝑣2 cos(𝜃2 − 𝜃1) = 0
Telah kita gunakan identitas trigonometri yaitu cos(𝜃2 − 𝜃1 ) = cos 𝜃1 cos 𝜃2 +
sin 𝜃1 sin 𝜃2 . Tampak bahwa kita dapatkan persamaan kuadrat untuk 𝑡. Nilai 𝑡 yang
memenuhi persamaan di atas adalah nilai 𝑡 saat kecepatan kedua benda ini tegak
lurus. Jika diinginkan bahwa kedua benda minimal pernah tegak lurus sekali, maka
akar-akarnya haruslah real dan ada nilainya, sehingga diskriminan persamaan kuadrat
tersebut harus lebih dari atau sama dengan nol (𝐷 ≥ 0, 𝐷 > 0 adalah syarat untuk
akar real berbeda dan 𝐷 = 0 adalah syarat untuk akar kembar) sehingga kita peroleh
𝐷≥0
[−(𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 )𝑔]2 − 4𝑔2 𝑣1 𝑣2 cos(𝜃2 − 𝜃1 ) ≥ 0

𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 2
( ) ≥ 𝑣1 𝑣2 cos(𝜃2 − 𝜃1 )
2
Persamaan terakhir adalah syarat yang kita cari untuk besar kecepatan dan sudut
pelemparan kedua benda agar minimal kecepatan dari kedua benda pernah saling
tegak lurus sekali.

Halaman 16 dari 32
b. Penyelesain untuk nilai 𝑡 dapat kita tentukan dengan rumus abc, sehingga kita perole

(𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 )𝑔 ± √(𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 )2 𝑔2 − 4𝑔2 𝑣1 𝑣2 cos(𝜃2 − 𝜃1 )


𝑡=
2𝑔2

(𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 ) (𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 )2 𝑣1 𝑣2 cos(𝜃2 − 𝜃1 )


𝑡= ±√ −
2𝑔 4𝑔2 𝑔2

(𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 ) 4𝑣1 𝑣2 cos(𝜃2 − 𝜃1 )


𝑡= (1 ± √1 − )
2𝑔 (𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 )2

Sehingga waktu untuk kejadian tegak lurus pertama dan kedua adalah

(𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 ) 4𝑣1 𝑣2 cos(𝜃2 − 𝜃1 )


𝑡1 = (1 − √1 − )
2𝑔 (𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 )2

(𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 ) 4𝑣1 𝑣2 cos(𝜃2 − 𝜃1 )


𝑡2 = (1 + √1 − )
2𝑔 (𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 )2

Dan selang waktu antara dua kejadian ini adalah


Δ𝑡 = 𝑡2 − 𝑡1

(𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 ) 4𝑣1 𝑣2 cos(𝜃2 − 𝜃1 )


Δ𝑡 = √1 −
𝑔 (𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 )2

c. Perpindahan benda pertama dalam bentuk vektor dapat kita nyatakan sebagai
Δ𝑟⃗1 = 𝑟⃗1 (𝜃1 , 𝑡2 ) − 𝑟⃗1 (𝜃1 , 𝑡1 )
1
Δ𝑟⃗1 = 𝑣1 cos 𝜃1 𝑡2 𝑖̂ + (𝑣1 sin 𝜃1 𝑡2 − 𝑔𝑡2 2 ) 𝑗̂ − 𝑣1 cos 𝜃1 𝑡1 𝑖̂
2
1
+ (𝑣1 sin 𝜃1 𝑡1 − 𝑔𝑡1 2 ) 𝑗̂
2
1
Δ𝑟⃗1 = 𝑣1 cos 𝜃1 (𝑡2 − 𝑡1 )𝑖̂ + 𝑣1 sin 𝜃1 (𝑡2 − 𝑡1 )𝑗̂ − 𝑔(𝑡2 2 − 𝑡1 2 )𝑗̂
2
1
Δ𝑟⃗1 = 𝑣1 cos 𝜃1 Δ𝑡𝑖̂ + [𝑣1 sin 𝜃1 Δ𝑡 − 𝑔Δ𝑡𝑇] 𝑗̂
2
Dengan
(𝑣1 sin 𝜃1 + 𝑣2 sin 𝜃2 )
𝑇 = 𝑡2 + 𝑡1 =
𝑔
Catatan : Kita boleh saja menggunakan variabel yang sudah didapat sebelumnya atau
menggantikan dengan variabel baru untuk menyederhanakan hasil kita seperti yang

Halaman 17 dari 32
saya lakukan pada bagian ini yaitu tetap menggunakan Δ𝑡 dan membuat variabel
pengganti 𝑇, dengan tentu memberikan definisi dari 𝑇 seperti yang saya contohkan di
atas.
d. Perpindahan benda pertama dalam bentuk vektor dapat kita nyatakan sebagai
Δ𝑟⃗2 = 𝑟⃗2 (𝜃2 , 𝑡2 ) − 𝑟⃗2 (𝜃2 , 𝑡1 )
1
Δ𝑟⃗2 = 𝑣2 cos 𝜃2 𝑡2 𝑖̂ + (𝑣2 sin 𝜃2 𝑡2 − 𝑔𝑡2 2 ) 𝑗̂ − 𝑣2 cos 𝜃2 𝑡1 𝑖̂
2
1
+ (𝑣2 sin 𝜃2 𝑡1 − 𝑔𝑡1 2 ) 𝑗̂
2
1
Δ𝑟⃗2 = 𝑣2 cos 𝜃2 (𝑡2 − 𝑡1 )𝑖̂ + 𝑣2 sin 𝜃2 (𝑡2 − 𝑡1 )𝑗̂ − 𝑔(𝑡2 2 − 𝑡1 2 )𝑗̂
2
1
Δ𝑟⃗2 = 𝑣2 cos 𝜃2 Δ𝑡𝑖̂ + [𝑣2 sin 𝜃2 Δ𝑡 − 𝑔Δ𝑡𝑇] 𝑗̂
2
5. Platform yang Bergerak Melingkar
Pada suatu platform kerangka (bumi) yang berotasi pada sumbu O dengan kecepatan
sudut 𝜔0 , terdapat platform A yang porosnya berjarak 𝑅 dari pusat kerangka O.
Asumsikan platform A berputar tanpa gesekan pada porosnya. Di atas platform A,
terdapat beberapa orang yang tersebar di pinggiran platform, sehingga memiliki massa
total 𝑀 (anggap pusat massa benda tepat di atas poros) dan momen inersia 𝐼1 . Pada
awalnya, platform tersebut bergerak bersaman dengan kerangka (bumi), sehingga 𝜔A,O =
0 (tidak ada gerak relatif antara platform A relatif terhadap kerangka O). Namun, jika
ditinjau dari kerangka inersial (misalnya dari luar angkasa), platform A tersebut berotasi
dengan kecepatan sudut |𝜔
⃗⃗A,I | = 𝜔0 , dan juga berevolusi terhadap pusat kerangka O.

𝑧
𝜔A,I

𝐼1 A

O 𝑀
𝜔0
𝑅

Layaknya partikel-partikel angin topan yang berputar dan bergerak menuju pusatnya (di
mana tekanan lebih rendah), orang-orang tersebut bergerak menuju pusat platform A,

Halaman 18 dari 32
sehingga momen inersia platform A berkurang menjadi 𝐼2 . Anggap pusat massa tidak
berubah sepanjang perjalanan tersebut. Tentukan:

a. Kecepatan sudut akhir platform A (𝜔A,O ) relatif terhadap kerangka (bumi)! Nyatakan
jawaban Anda dalam 𝑀, 𝑅, 𝐼1 , 𝐼2 , dan 𝜔0 ! Apakah rotasinya searah atau berlawanan
arah jarum jam?
b. Energi yang harus dikeluarkan oleh orang-orang tersebut untuk mengubah momen
inersia platform A dari 𝐼1 menjadi 𝐼2 ! Nyatakan jawaban Anda dalam 𝑀, 𝑅, 𝐼1 , 𝐼2 , dan
𝜔0 !

Solusi:

a. Pada soal ini kita bisa menggunakan Hukum Kekekalan Momentum Sudut. Namun
kita perlu teliti dengan acuannya, kita harus pilih acuan sedemikian hingga dari
pengamat yang ada di acuannya tidak ada torsi eksternal yang bekerja pada sistem
sehingga syarat momentum sudut kekal akan terpenuhi. Dalam hal ini, acuan yang kita
pilih adalah luar angkasa, karena dari sini tidak ada torsi eksternal (tidak ada gaya
eksternal). Sistem kita di sini adalah platform A sehingga Momentum sudut total
sistem adalah momentum platform A terhadap luar angkasa, ini penting untuk diingat,
, mengapa? Karena kita perlu menjumlahkan semua momentum dari setiap acuan,
momentum sudut platform A terhadap kerangka bumi dan terhadap luar angkasa.
Dari sini momentum awal sistem akan menjadi
𝐿⃗⃗awal = 𝑀𝑅 2 𝜔0 𝑘̂ + 𝐼1 |𝜔
⃗⃗A,I |𝑘̂ = 𝑀𝑅2 𝜔0 𝑘̂ + 𝐼1 𝜔0 𝑘̂
Momentum sudut akhir sistem akan menjadi
1
𝐿⃗⃗akhir = 𝑀𝑅2 𝜔0 𝑘̂ + 𝐼2 𝜔 ′
⃗⃗A,I
2
Sehingga dari Hukum Kekekalan Momentum Sudut akan kita peroleh

𝐿⃗⃗awal = 𝐿⃗⃗akhir
1 1
𝑀𝑅2 𝜔0 𝑘̂ + 𝐼1 𝜔0 𝑘̂ = 𝑀𝑅2 𝜔0 𝑘̂ + 𝐼2 𝜔 ′
⃗⃗A,I
2 2
𝐼1
𝐼1 𝜔0 𝑘̂ = 𝐼2 𝜔 ′
⃗⃗A,I ⟹𝜔 ′
⃗⃗A,I = 𝜔0 𝑘̂
𝐼2
Kemudian dari konsep gerak relatif, maka kecepatan sudut platform A terhadap
kerangka (bumi) adalah
′ ′ ′ ′ ′
𝜔
⃗⃗A,O =𝜔
⃗⃗A,I +𝜔
⃗⃗I,O =𝜔
⃗⃗A,I −𝜔
⃗⃗O,I

Halaman 19 dari 32
𝐼1 𝐼1
𝜔 ′
⃗⃗A,O = 𝜔0 𝑘̂ − 𝜔0 𝑘̂ ⟹ 𝜔 ′
⃗⃗A,O = ( − 1) 𝜔0 𝑘̂
𝐼2 𝐼2

Dimana 𝑘̂ adalah vektor satuan pada sumbu 𝑧 yang arahnya ke atas dan menurut
aturan tangan kanan, arah rotasinya adalah berlwanan arah jarum jam.
b. Usaha yang dilakukan oleh orang-orang pada platform A sama dengan perubahan
energi kinetik platform A, kita pilih acuan energi di luar angkasa, akan kita peroleh
𝑊 = Δ𝐸 = 𝐸akhir − 𝐸awal
1 1 1 ′ 2 1 1 1 2
𝑊= ( 𝑀𝑅2 ) 𝜔0 2 + 𝐼2 |𝜔A,I | − [ ( 𝑀𝑅 2 ) 𝜔0 2 + 𝐼1 |𝜔A,I | ]
2 2 2 2 2 2
1 𝐼1 2 1
𝑊= 𝐼2 ( ) 𝜔0 2 − 𝐼1 𝜔0 2
2 𝐼2 2
1 𝐼1
𝑊 = ( − 1) 𝐼1 𝜔0 2
2 𝐼2
6. Benda Jatuh dari Atap Ruangan Berpegas
Sebuah benda kecil bermassa 𝑚 digantungkan pada atap ruangan dengan panjang tali
yang dapat diabaikan. Ruangan tersebut bermassa 𝑀 dan memiliki tinggi 𝐻 serta berada
di atas sebuah pegas dengan konstanta 𝑘. Sistem tersebut sedang berada dalam kondisi
setimbang. Pada 𝑡 = 0, tali penggantung dipotong sehingga benda 𝑚 jatuh dengan
percepatan 𝑔 terhadap tanah. Asumsikan nilai 𝑀 sangat besar. Tentukan waktu yang
ditempuh benda hingga menumbuk lantai ruangan. (Petunjuk: untuk nilai 𝑥 yang kecil,
maka cos 𝑥 ≈ 1 − 𝑥 2 /2)

𝑀 𝑚

𝑔
𝐻

Solusi:
Untuk menyelesaikan soal ini, kita perlu mencari posisi massa 𝑚 dan posisi lantai ruangan
sebagai fungsi waktu dengan acuan yang sama, sehingga kita bisa menemukan waktu saat
saat keduanya bertumbukan (bertemu).

Halaman 20 dari 32
𝑔 𝑀

𝑀 𝑚
𝐻
𝐻

ℎM 𝑚
ℎm

𝑘
𝑘

Okey, pertama acuan yang saya pilih adalah posisi kesetimbangan ketika massa 𝑚 sudah
terlepas dari atap ruangan, yaitu ketinggian yang berjarak ℎM di bawah posisi relaks pegas
dengan
𝑀𝑔
ℎM =
𝑘
Saat tepat dilepas, posisi lantai ruangan berada di jarak ℎm dari posisi relaks pegas dengan
(𝑀 + 𝑚 )𝑔
ℎm =
𝑘
Saya pilih arah positif adalah ke atas, sehingga posisi massa 𝑚 sebagai fungsi waktu adalah
1
𝑦m(𝑡) = 𝐻 − (ℎm − ℎM ) − 𝑔𝑡 2
2
𝑚𝑔 1 2
𝑦m (𝑡) = 𝐻 − − 𝑔𝑡
𝑘 2
Lantai ruangan mengalami gerak osilasi sederhana layaknya massa pegas biasa dengan

kecepatan sudut osilasi 𝜔 = √𝑘/𝑀 . Persamaan umum gerak lantai ruangan akan
berbentuk
𝑦M (𝑡) = 𝐴 sin 𝜔𝑡 + 𝐵 cos 𝜔𝑡
𝑑𝑦M (𝑡)
𝑣M (𝑡) = = 𝜔𝐴 cos 𝜔𝑡 − 𝜔𝐵 sin 𝜔𝑡
𝑑𝑡
Saat 𝑡 = 0, lantai ruangan ada di 𝑦M (0) = −(ℎm − ℎM ) dan awalnya diam atau 𝑣M (0) =
0 sehingga akan kita peroleh
𝑣M (0) = 0 = 𝜔𝐴 − 0 ⟹ 𝐴 = 0
𝑚𝑔
𝑦M (0) = − =𝐵
𝑘
Sehingga akan kita peroleh

Halaman 21 dari 32
𝑚𝑔 𝑘
𝑦M (𝑡) = − cos (√ 𝑡)
𝑘 𝑀

Untuk 𝑀 yang sangat besar, maka

𝑘 𝑘 2
cos (√ 𝑡) ≈ 1 − 𝑡
𝑀 2𝑀

Sehingga kita peroleh


𝑚 𝑚𝑔
𝑦M (𝑡) = 𝑔𝑡 2 −
2𝑀 𝑘
Misal saat bertumbukan adalah saat 𝑡 = 𝑇, maka kita peroleh nilai 𝑇 dengan meninjau
kondisi saat posisi 𝑚 dan lantai ruangan 𝑀 berada di posisi yang sama yaitu
𝑦m (𝑇) = 𝑦M (𝑇)
𝑚𝑔 1 2 𝑚 𝑚𝑔
𝐻− − 𝑔𝑇 = 𝑔𝑇 2 −
𝑘 2 2𝑀 𝑘
𝑚 1
𝐻 = ( + 1) 𝑔𝑇 2
𝑀 2

2𝑀𝐻 2𝑀𝐻
𝑔𝑇 2 = ⟹ 𝑇=√
𝑀+𝑚 (𝑀 + 𝑚 )𝑔

7. Tiga Buah Partikel pada Lintasan Lingkaran Horizontal


Tiga buah partikel A, B, dan C yang bermassa sama 𝑚 dapat meluncur sepanjang lintasan
lingkaran licin pada bidang horizontal seperti pada gambar. Partikel B dan C terhubung
oleh suatu pegas dengan tetapan pegas 𝑘 dan panjang naturalnya adalah 𝑅. Pada awalnya
sistem B dan C berada dalam keadaan diam di sepanjang garis radial dan partikel A
bergerak dengan laju 𝑣0 . Jika koefisien restitusi tumbukan antara A dan B adalah 𝑒,
tentukan panjang maksimum pegas selama gerakan!

Halaman 22 dari 32
𝑣0

𝐴
𝐵
𝑘

𝐶
𝑅

2𝑅

Solusi:
Pertama kita cari dulu kecepatan partikel B setelah ditumbuk oleh partikel A, pada proses
tumbukan ini berlaku Hukum Kekekalan Momentum karena tidak ada gaya eksternal
antara dua partikel ini, dari sini kita peroleh
𝑚𝑣0 = 𝑚𝑣A + 𝑚𝑣B ⟹ 𝑣0 = 𝑣A + 𝑣B … (1)
Kemudian dari persamaan koefisien restitusi akan kita peroleh pula
𝑣B − 𝑣A
𝑒=− ⟹ 𝑒𝑣0 = 𝑣B − 𝑣A … (2)
0 − 𝑣0
Jumlahkan persamaan (1) dan (2) akan kita peroleh 𝑣B , sehingga
𝑣0 + 𝑒𝑣0 = 𝑣A + 𝑣B + 𝑣B − 𝑣A
1
(1 + 𝑒)𝑣0 = 2𝑣B ⟹ 𝑣B = (1 + 𝑒)𝑣0 … (3)
2
Saat pegas teregang maksimum, kecepatan sudut partikel B dan C memiliki besar dan arah
yang sama terhadap pusat lintasan, 𝜔B = 𝜔C = 𝜔. Loh koq bisa, okey akan kita buktikan,
pertama kita tinjau kondisi saat pegas sudah teregang tapi belum maksimum, atau ini
disebut sebagai kasus umum, yaitu saat posisi sudut partikel B dan C adalah 𝜃B dan 𝜃C
dari garis vertikal di atas pusat lintasan berdasarkan gambar berikut

Halaman 23 dari 32
𝐴
𝑙
𝐶
𝐵
𝜃C 𝜃B 𝑅

2𝑅

Dari aturan kosinus, akan kita dapatkan panjang pegas sebagai fungsi 𝜃B dan 𝜃C yaitu
𝑙 2 = (2𝑅 )2 + 𝑅 2 − 2(2𝑅)𝑅 cos(𝜃B − 𝜃C )
𝑙 2 = 5𝑅2 − 4𝑅2 cos(𝜃B − 𝜃C )
Saat 𝑙 bernilai maksimum, maka turunan pertamanya terhadap waktu atau perubahan
panjang terhadap waktu akan bernilai nol (secara fisis saat sudah maksimum, panjang
pegas akan berhenti bertambah untuk sesaat, sebelum kemudian memendek kembali),
sehingga
𝑑𝑙 2 𝑑
= [5𝑅2 − 4𝑅2 cos(𝜃B − 𝜃C )] = 0
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑
0 + 4𝑅2 sin(𝜃B − 𝜃C ) (𝜃B − 𝜃C ) = 0
𝑑𝑡
𝜔B − 𝜔C = 0 ⟹ 𝜔B = 𝜔C = 𝜔
Kemudian karena tidak ada torsi eksternal, momentum sudut sistem partikel B-C sesaat
setelah B ditumbuk oleh partikel A akan sama dengan momentum sudut saat pegas
teregang maksimum (Hukum Kekekalan Momentum Sudut), dari sini akan kita peroleh
𝑚𝑣B. 2𝑅 = 𝑚𝑅2 𝜔C + 𝑚(2𝑅 )2 𝜔B
2
2𝑚𝑣B 𝑅 = [𝑚𝑅2 + 4𝑚𝑅2 ]𝜔 ⟹ 𝜔𝑅 = 𝑣B … (4)
5
Kemudian, karena lintasan licin, energi mekanik sistem partikel B-C akan kekal, dari sini
akan kita peroleh
𝐸awal = 𝐸akhir
1 1 1 1
𝑚𝑣B 2 = 𝑚(𝜔B. 2𝑅)2 + 𝑚(𝜔C 𝑅 )2 + 𝑘 (𝑙 − 𝑅)2
2 2 2 2
𝑚𝑣B 2 = 4𝑚𝜔2 𝑅2 + 𝑚𝜔2 𝑅2 + 𝑘 (𝑙 − 𝑅)2
𝑚
(𝑣 2 − 5𝜔2 𝑅2 ) = (𝑙 − 𝑅 )2
𝑘 B

Halaman 24 dari 32
Subtitusi persamaan (4)
2
𝑚 2
(𝑣B 2 − 5 ( 𝑣B ) ) = (𝑙 − 𝑅)2
𝑘 5
𝑚
𝑣 2 = (𝑙 − 𝑅 )2
5𝑘 B
𝑚
𝑙 − 𝑅 = 𝑣B √
5𝑘
Subtitusi persamaan (3)

1 𝑚
𝑙 = 𝑅 + (1 + 𝑒)𝑣0 √
2 5𝑘
8. Karet pada Kerucut Terpancun
Sebuah karet homogen memiliki massa 𝑚 dan dapat dianggap seperti pegas yang memiliki
konstanta elastisitas 𝑘. Ketika karet tersebut dalam kondisi tidak tertekan, karet tersebut
berbentuk seperti cincin dengan jari-jari 𝑟 (abaikan ukuran penampang lintang karet).
Selanjutnya karet tersebut ditempatkan secara horizontal pada permukaan licin suatu
kerucut terpancung dengan jari-jari atas 𝑟, jari-jari bawah 𝑅 > 𝑟, dan tinggi 𝑡. Percepatan
gravitasi 𝑔 ke bawah. Tentukan:
a. Pertambahan jari-jari karet dinyatakan dalam 𝑚, 𝑔, 𝑘, 𝑟, 𝑅, dan 𝑡!
b. Tinggi karet dari alas kerucut!

Karet
𝑟

Kerucut Terpancung

(Bonus Osilasi Karet pada Kerucut Terpancung)

Solusi:

a. Untuk menyelesaikan soal ini terdapat beberapa cara. Pada solusi ini kita akan
membahas bersama menggunakan dua cara yaitu menggunakan Metode Gaya dan
Metode Energi. Sebelumnya, saya akan menjelaskan dulu keadaan karet ini saat

Halaman 25 dari 32
dilepaskan dari bagian atas kerucut terpacung. Setelah dilepaskan, karet akan
bertambah panjang sedikit-demi sedikit dan turun dari puncak bagian atas kerucut.
Proses ini terus berlanjut sampai suatu ketika panjang karet tidak bertambah lagi
sedemikian rupa dia berada dalam kesetimbangan dan kesetimbangan ini kita sebut
dengan Kesetimbangan Stabil. Mengapa stabil? Ciri-ciri utamanya adalah saat kita
simpangkan dia akan kembali kepada posisi kesetimbangan ini, dan hal ini mudah saja
kita nalar dengan logika kita bukan. Saat kita simpangkan sedikit si karet, dia pasti balik
lagi ke posisi kesetimbangan ini, hal inilah yang membuat posisi kesetimbangan ini
menjadi posisi kesetimbangan yang stabil. Secara matenatis akan kita bahas pada
bagian metode energi.
Cara 1: Metode Gaya
Perhatikan gambar di bawah ini!

𝑟
𝜃 𝑟′ 𝜃 𝑟′
𝑡 𝑡

𝑡′ 𝑡′

𝑅 𝑅

Misalkan saat karet sudah setimbang, jari-jarinya menjadi 𝑟 ′ dan karet berada di
ketinggian 𝑡 ′ dari alas kerucut. Dari kesebangunan kita dapatkan hubungan berikut

𝑟′ − 𝑟 𝑡 − 𝑡′ 𝑡′
= = 1−
𝑅−𝑟 𝑡 𝑡

𝑡′ 𝑟′ − 𝑟 ′
𝑟′ − 𝑟
=1− ⟹ 𝑡 = 𝑡 (1 − ) … (1)
𝑡 𝑅−𝑟 𝑅−𝑟

Kemudian dari trigonometri juga kita peroleh nilai untuk tangen 𝜃 yaitu

𝑅−𝑟
tan 𝜃 = … (2)
𝑡

Sekarang kita tinjau karet. Misalkan tegangan karet sekarang 𝑇 dan besarnya adalah

𝑇 = 𝑘Δ𝐿

𝑇 = 𝑘 (2𝜋𝑟 ′ − 2𝜋𝑟) ⟹ 𝑇 = 2𝜋𝑘(𝑟 ′ − 𝑟) … (3)

Halaman 26 dari 32
Kita harus mencari hubungan gaya tegangan pada karet ini dengan gaya berat karet.
Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan menghubungkan gaya berat dan gaya
tegangan karet dengan gaya normal pada karet. Perhatikan gambar di bawah!

𝑑𝑁 𝑑𝑁y

𝑑𝑁x

𝑚𝑔

Dari proyeksi gaya normal di atas, kita bisa dapatkan hubungan trigonometri antara
gaya normal komponen vertikal dan horizontal yaitu

𝑁y
tan 𝜃 = … (4)
𝑁x

Gaya berat karet akan diseimbangkan oleh komponen vertikal gaya normal pada
seluruh bagian karet, dari sini kita peroleh

𝑁y = 𝑚𝑔 … (5)

Sekarang, bagaimana hubungan gaya normal komponen horizontal dengan gaya


tegangan pada karet? Di sini kita perlu meninjau dulu sebagian kecil karet atau yang
sering dikatakan sebagai elemen karet. Karena karet berdimensi lingkaran atau cincin,
maka elemen yang sesuai adalah elemen berbentuk panjang busur dengan sudut kecil
𝑑𝜙 yang mana panjang busur kecil ini menjadi 𝑟 ′𝑑𝜃. Perhatikan diagram gaya pada
elemen kecil ini untuk arah horizontal berikut!

𝑑𝑁x 𝑑𝜙

Dari sini akan kita peroleh

Halaman 27 dari 32
𝑑𝜙
𝑑𝑁x = 2𝑇 sin
2

Elemen ini kita anggap sangat kecil sehingga sudut 𝑑𝜙 sangatlah kecil pula dan kita
bisa gunakan pendekatan sin 𝑑𝜙/2 ≈ 𝑑𝜙/2 sehingga

𝑑𝜙
𝑑𝑁x = 2𝑇 ⟹ 𝑑𝑁x = 𝑇𝑑𝜙
2

Maka nilai komponen horizontal total untuk seluruh bagian karet adalah (arah gaya ini
menyebar secara radial menjauhi pusat karet)

2𝜋
𝑁x = ∫ 𝑑𝑁x = 𝑇 ∫ 𝑑𝜙 ⟹ 𝑁x = 2𝜋𝑇 … (6)
0

Untuk sudut 𝜙, kita gunakan batas dari 0 sampai 2𝜋 karena karet berupa lingkaran
dan sudut totalnya adalah 360 derajat atau 2𝜋 radian. Mengapa 𝑇 bisa keluar dari
integral? Alasannya adalah karena nilai 𝑇 ini konstan pada seluruh bagian karet, dan
konstanta bisa keluar dari proses integrasi secara matematis.

Dari persamaan (2) dan (4) kita peroleh

𝑁y 𝑅 − 𝑟
=
𝑁x 𝑡

Subtitusi persamaan (5) dan (6)

𝑚𝑔 𝑅 − 𝑟
=
2𝜋𝑇 𝑡

Subtitusi persamaan (3)

𝑚𝑔 𝑅−𝑟

=
2𝜋[2𝜋𝑘(𝑟 − 𝑟)] 𝑡

4𝜋 2 𝑘 (𝑟 ′ − 𝑟) 𝑡
=
𝑚𝑔 𝑅−𝑟

𝑚𝑔𝑡
𝑟′ − 𝑟 =
4𝜋 2 𝑘 (𝑅 − 𝑟)

Sehingga pertambahan jari-jari karet adalah

Halaman 28 dari 32
𝑚𝑔𝑡
Δ𝑟 = 𝑟 ′ − 𝑟 =
4𝜋 2 𝑘 (𝑅 − 𝑟)

Cara 2: Metode Energi

Untuk menggunakan metode energi kita perlu meninjau energi potensial sistem.
Bagaimana kita bisa mengetahui pertambahan panjang karet dari energi sistem?
Caranya adalah kita membuat pernyataan fungsi energi potensial secara umum
sebagai fungsi salah satu variabel yang berubah nilainya, dalam kasus ini adalah
sebagai fungsi 𝑟 ′ atau 𝑡 ′ , namun karena kita ingin mencari pertambahan jari-jari,
alangkah baiknya kita nyatakan sebagai fungsi 𝑟 ′ saja. Nah saat suatu sistem berada
dalam kesetimbangan stabil, maka dia akan berada di suatu kondisi dimana energi
potensialnya bernilai minimum. Syarat energi potensial ini bernilai minimum adalah
gradien energi potensial ini bernilai nol terhadap variabel yang berubah (𝑑𝑈/𝑑𝑟′ =
0). Gradien ini dapat diartikan sebagai perubahan energi potensial terhadap 𝑟 ′.
Mengapa hanya energi potensial saja? Mengapa energi kinetik tidak dimasukkan?
Untuk menjawab pertanyaan ini, saya anjurkan temen-temen untuk membaca lebih
lanjut tentang materi energi di buku-buku referensi yang sering saya rekomendasikan
di website saya. Selamat belajar , baik kita lanjutkan.

Energi potensial sistem karet ini terdiri dari energi potensial gravitasi dan energi
potensial pegas dari karet, kita gunakan simbol 𝑈 untuk energi potensial, kita dapat
tuliskan

𝑈 = 𝑈pegas + 𝑈gravitasi

Untuk energi potensial gravitasi, kita perlu memilih acuan, syarat acuannya adalah
posisi vertikal yang tetap. Disini saya akan coba menggunakan acuan alas kerucut.
Maka akan kita peroleh

1
𝑈= 𝑘Δ𝐿2 + 𝑚𝑔𝑡 ′
2

Subtitusi persamaan (1) dan Δ𝐿

′)
1 ′ 2
𝑟′ − 𝑟
𝑈 (𝑟 = 𝑘 (2𝜋𝑟 − 2𝜋𝑟) + 𝑚𝑔𝑡 (1 − )
2 𝑅−𝑟

Halaman 29 dari 32
𝑟′ − 𝑟
𝑈(𝑟 ′) = 2𝜋 2 𝑘 (𝑟 ′ − 𝑟)2 + 𝑚𝑔𝑡 (1 − )
𝑅−𝑟

Turunkan terhadap 𝑟 ′ akan kita dapatkan pertambahan jari-jari karet yaitu

𝑑𝑈(𝑟 ′) 1

= 4𝜋 2 𝑘 (𝑟 ′ − 𝑟) + 𝑚𝑔𝑡 (0 − )
𝑑𝑟 𝑅−𝑟

𝑚𝑔𝑡
4𝜋 2 𝑘 (𝑟 ′ − 𝑟) =
𝑅−𝑟

𝑚𝑔𝑡
Δ𝑟 = 𝑟 ′ − 𝑟 =
4𝜋 2 𝑘 (𝑅 − 𝑟)

b. Subtitusi Δ𝑟 = 𝑟 ′ − 𝑟 ke persamaan (1) akan kita peroleh tinggi karet dari alas kerucut
yaitu
𝑚𝑔𝑡
𝑡 ′ = 𝑡 [1 − ]
4𝜋 2 𝑘 (𝑅 − 𝑟)2

Bonus: Osilasi Karet pada Kerucut Terpancung

Jika karet yang sudah berada dalam kondisi setimbang di atas kita beri simpangan pada arah
vertikal dengan simpangan yang kecil, berapa frekuensi osilasi karet ini?

Solusi:

Misalkan karet kita simpangkan ke bawah sejauh 𝑦 dari posisi setimbang, menggunakan
Hukum II Newton untuk arah vertikal akan kita peroleh

−𝑁y′ + 𝑚𝑔 = 𝑚𝑦̈

Dari sebelumnya kita telah peroleh bahwa

𝑁y′ = 𝑁x′ tan 𝜃

𝑅−𝑟
𝑁y′ = 2𝜋𝑇 ′
𝑡

𝑅−𝑟 4𝜋 2 𝑘 (𝑅 − 𝑟) ′′
𝑁y′ = 2𝜋[2𝜋𝑘 (𝑟 ′′ − 𝑟)] ⟹ 𝑁y′ = (𝑟 − 𝑟 )
𝑡 𝑡

Analog dengan persamaan (1), kita bisa peroleh

Halaman 30 dari 32
𝑟 ′′ − 𝑟 𝑡 − 𝑡 ′ + 𝑦
=
𝑅−𝑟 𝑡

𝑡′ 𝑦
𝑟 ′′ − 𝑟 = (𝑅 − 𝑟) (1 − + )
𝑡 𝑡

Maka akan kita peroleh

4𝜋 2 𝑘 (𝑅 − 𝑟)2 𝑡′ 𝑦
𝑁y′ = (1 − + )
𝑡 𝑡 𝑡

Kembali ke persamaan yang kita dapat dari Hukum II Newton, akan kita peroleh

4𝜋 2 𝑘 (𝑅 − 𝑟)2 𝑡′ 𝑦
− (1 − + ) + 𝑚𝑔 = 𝑚𝑦̈
𝑡 𝑡 𝑡

4𝜋 2 𝑘 (𝑅 − 𝑟)2 𝑡′ 4𝜋 2 𝑘 (𝑅 − 𝑟)2
− (1 − ) + 𝑚𝑔 = 𝑚𝑦̈ + 𝑦
𝑡 𝑡 𝑡2

Dari hasil bagian (b) kita tahu bahwa

𝑚𝑔𝑡
𝑡 ′ = 𝑡 [1 − ]
4𝜋 2 𝑘 (𝑅 − 𝑟)2

𝑚𝑔𝑡 2
= 𝑡 − 𝑡′
4𝜋 2 𝑘 (𝑅 − 𝑟)2

4𝜋 2 𝑘 (𝑅 − 𝑟)2 ′)
4𝜋 2 𝑘 (𝑅 − 𝑟)2 𝑡′
𝑚𝑔 = ( 𝑡−𝑡 ⟹− (1 − ) + 𝑚𝑔 = 0
𝑡2 𝑡 𝑡

Sehingga kita dapatkan persamaan gerak harmonik sederhana untuk karet pada arah vertikal
yaitu

4𝜋 2 𝑘(𝑅 − 𝑟)2
𝑦̈ + 𝑦=0
𝑚𝑡 2

Kecepatan sudut osilasi karet dan frekuensinya akan kita dapatkan yaitu

2𝜋(𝑅 − 𝑟) 𝑘 𝜔 𝑅−𝑟 𝑘
𝑦̈ + 𝜔2 𝑦 = 0 ⟹ 𝜔 = √ ⟹𝑓= = √
𝑡 𝑚 2𝜋 𝑡 𝑚

Kalian juga bisa mendapatkan persamaan gerak harmonik sederhana ini dari energi total
sistem (energi potensial dan kinetik). Silahkan dicoba sendiri yah . Kuncinya ada pada

Halaman 31 dari 32
energi total sistem yang kekal atau tidak berubah terhadap waktu. Kalian cukup cari fungsi
umum energi total sistem sebagai fungsi salah satu variabel posisi kemudian diferensialkan
terhadap waktu. Selamat mencoba .

Halaman 32 dari 32

Anda mungkin juga menyukai