Anda di halaman 1dari 8

Laporan Pendahuluan

Praktikum Fisika Lanjutan

M – Torsional Osilator

Nama : Ahmad Basyir Najwan


Rekan Kerja : Nabila Shananda
Yudho Ahmad Fahreza

Hari/Tanggal : Kamis, 11 November 2021

Departemen Fisika
Universitas Indonesia
2021
I. Tujuan
1. Memelajari cara kerja aparatus Torsional Osilator
2. Mengetahui nilai konstanta puntir dari torsion fiber
3. Mengetahui hubungan antara periode dan amplitudo pada osilator
4. Mengetahui nilai momen inersia sistem

II. Teori Dasar


A. Getaran dan Gerak Harmonik Sederhana
Getaran adalah peristiwa gerak bolak-balik sebuah benda atau system terhadap suatu
keadaan kesetimbangan. Gerak suatu benda yang bergetar disebut dengan Osilasi atau
Gerak Harmonik. Gerak Harmonik terbagi menjadi tiga yaitu Gerak Harmonic
Sederhana, Gerak Harmonik Teredam, dan Gerak Harmonic Terpaksa. Pada
eksperimen ini, kita akan mempelajari salah satu jenis Gerak Harmonic Sederhana yaitu
Torsional Osilator.
Persamaan Gerak Harmonik sederhana secara matematis dapat dinyatakan sebagai
berikut
𝑑2 𝑥
+ 𝜔2 𝑥 = 0 … (1)
𝑑𝑡 2
Dimana 𝑥 adalah simpangan dari titik kesetimbangan. Dimensi 𝑥 bisa bermacam-
macam seperti panjang, tekanan, dan bahkan sudut yang tidak memiliki dimensi.
Frekuensi sudut getaran disimbolkan dengan 𝜔. Solusi dari persamaan Gerak Harmonik
Sederhana adalah
𝑥(𝑡) = 𝐴 cos 𝜔𝑡 + 𝐵 sin 𝜔𝑡 … (2)
B. Torsi
Torsi atau yang disebut juga momen gaya adalah suatu bentuk interaksi yang
menyebabkan suatu benda cenderung berputar atau berotasi terhadap suatu titik poros.
Dalam bahasa inggris torsi disebut sebagai torque dan disimbolkan menggunakan huruf
yunani tau (𝜏). Secara Matematis definisi torsi adalah perkalian silang vektor posisi
titik tangkap gaya terhadap poros putar dengan gaya yang bekerja pada titik tangkap
tersebut
𝜏⃗ = 𝑟⃗ × 𝐹⃗

Gambar 1. Diagram Gaya untuk Torsi pada Benda Sembarang


𝜏⃗ = |𝑟⃗||𝐹⃗ | sin 𝜃 (𝑟̂ × 𝐹̂ )
𝜏⃗ = |𝑟⃗||𝐹⃗ | sin 𝜃 𝜏̂ dan |𝜏⃗| = |𝑟⃗||𝐹⃗ | sin 𝜃 … (3)
Arah vektor ini torsi ini bisa kita tentukan menggunakan aturan tangan kanan. Caranya
adalah, putar tanganmu pada bidang antara vektor 𝑟⃗ dan 𝐹⃗ , arah jempolmu menunjukan
arah vektor 𝜏⃗. Jika bidang antara vektor 𝑟⃗ dan 𝐹⃗ berada pada bidang kertas yang kamu
baca ini, arah torsi hanyalah mungkin pada dua arah yaitu masuk bidang kertas atau
keluar. Arah torsi masuk menandakan dia cenderung memutar suatu benda yang dikenai
gaya tersebut searah jarum jam dan sebaliknya, jika arah torsi keluar bidang kertas, itu
menandakan dia cenderung memutar benda yang dikenai gaya tersebut untuk berputar
berlawanan arah jarum jam.
C. Gaya Pemulih dan Torsi Pemulih
Pada sebuah benda atau sistem yang bisa melakukan Gerak Harmonik Sederhana,
ketika benda atau sistem tersebut kita beri simpangan dari posisi kesetimbangan, akan
muncul sebuah interaksi dari benda atau sistem itu sendiri yang akan
mengembalikannya ke posisi kesetimbangan. Interaksi ini disebut sebagai “Gaya
Pemulih”. Ketika simpangan yang diberikan berupa sudut, maka gaya pemulih ini akan
memiliki “Lengan Momen” terhadap titik poros rotasi dan akan menjadi “Torsi
Pemulih”.
Kita tinjau Gerak Harmonik Sederhana pada sistem Massa-Pegas Sederhana berikut

Gambar 2. Sistem Massa-Pegas Sederhana


Dapat kita lihat bahwa ketika pegas disimpangkan ke bawah sejauh Δ𝑥, maka pegas
akan menariknya ke atas dengan gaya sebesar 𝑘Δ𝑥 dimana 𝑘 adalah konstanta pegas.
Arah dari gaya pemulih ini selalu berlawanan dengan arah simpangan.
D. Torsional Osilator
Sebuah sistem yang mengalami osilasi rotasi dalam variasi Gerak Harmonik Sederhana
disebut dengan Torsional Osilator. Gambar berikut menunjukkan torsional osilator
yang terdiri dari cakram pejam yang dipasang kawat baja di pusatnya kemudian
digantung.
Gambar 3. Torsional Pendulum
Jika simpangan sudutnya dari posisi kesetimbangan adalah 𝜃, maka torsi pemulihnya
akan berbentuk
𝜏⃗P = −𝜅𝜃 𝜃̂ … (3)
Dimana 𝜅 adalah konstanta torsional dari kawat baja (𝜅 > 0). Menggunakan Hukum
II Newton untuk gerak rotasi akan diperoleh
∑ 𝜏⃗ = 𝐼𝛼⃗
𝜏⃗P = 𝐼𝛼⃗ … (4)
Dimana 𝛼⃗ = (𝑑 2 𝜃/ 𝑑𝑡 2 ) 𝜃̂ adalah percepatan sudut cakram. Subtitusi ini ke
persamaan (4) akan diperoleh
𝑑2 𝜃
−𝜅𝜃𝜃̂ = 𝐼 𝜃̂
𝑑𝑡 2
𝑑2𝜃 𝜅
+ 𝜃 = 0 … (5)
𝑑𝑡 2 𝐼
Persamaan (5) adalah bentuk persamaan Gerak Harmonik Sederhana. Dari persamaan
(5) kita peroleh frekuensi sudut osilasi sistem yaitu
𝜅
𝜔 = √ … (6)
𝐼
Solusi untuk simpangan 𝜃 sebagai fungsi waktu adalah
𝜃(𝑡) = 𝐴 cos 𝜔𝑡 + 𝐵 sin 𝜔𝑡
Misalkan simpangan awalnya adalah 𝜃(0) = 𝜃0 dan disimpangkan dari keadaan
diam, maka persamaan 𝜃(𝑡) akan menjadi
𝜅
𝜃(𝑡) = 𝜃0 cos (√ 𝑡) … (7)
𝐼
Mengingat hubungan frekuensi sudut dan periode adalah 𝜔 = 2𝜋/𝑇, maka periode
osilasi sistem akan kita dapatkan yaitu

𝐼
𝑇 = 2𝜋√ … (8)
𝜅
Pada keadaan setimbang ketika pada cakram dililitkan benang dan diberi beban
diujungnya, maka beban akan memberikan torsi yang akan diseimbangkan oleh torsi
puntir.
𝒎

Gambar 4. Keadaan setimbang torsional pendulum.


Pada keadaan setimbang ini berlaku
𝜏⃗1 + 𝜏⃗2 = 0
𝑔𝑅
𝜅𝜃 − 𝑚𝑔𝑅 = 0 ⟹ 𝜃 = 𝑚 … (9)
𝜅
E. Perubahan Momen Inersia Total akibat Penambahan Quadrant Brass
Momen inersia total sistem yaitu cakram dan massa yang digantungkan padanya adalah
penjumlahan momen inersia cakram (𝐼0 ) dengan momen inersia massa tersebut relatif
terhadap poros rotasi cakram (𝐼m ).
𝑠

𝐼 = 𝐼0 + ∑ 𝐼mi … (10)
𝑖=1
1
𝐼0 = 𝑚c 𝑅 2 … (11)
2
dengan 𝑚c adalah massa cakram, 𝑅 jari-jari cakram, 𝑠 adalah jumlah massa yang
ditambahkan dan 𝐼mi adalah momen inersia massa ke-i relatif terhadap poros rotasi.
Massa yang ditambahkan bisa berupa quadrant brass atau bola pejal.

Gambar 5. Quadrant Brass.


Untuk kasus penambahan massa berupa quadrant brass, momen inersianya bisa
dinyatakan sebagai berikut
1
𝐼mq = 𝑚q (𝑅22 − 𝑅12 ) … (12)
2
dengan 𝑅2 dan 𝑅1 adalah jari-jari luar dan jari-jari dalam serta 𝑚𝑞 adalah massa dari
quadrant brass.
Untuk kasus penambahan massa berupa bola, momen inersianya bisa dinyatakan
sebagai berikut
1
𝐼mb = 𝑚b 𝑅 2 + 𝑚b 𝑑 2 … (12)
5
dengan 𝑅 jari-jari bola bejal, 𝑚b massa bola pejal, dan 𝑑 jarak pusat massa bola pejal
terhadap poros rotasi.
III. Alat
▪ Seperangkat alat Torsional Osilator yang terdiri dari:
➢ Torsion Fiber
➢ Rotor shaft
➢ Rotor disc
➢ Sighting plate
➢ 8 Quadrant brass
➢ 8 Bola pejal
▪ Jangka sorong
▪ Tali
▪ Stopwatch

Gambar 6. Aparatus Torsional Osilator


Gambar 7. Rotor Disc dan Sighting Plate

IV. Prosedur Percobaan


A. Percobaan 1
1. Memastikan rotor disc dan rotor shaft tidak berosilasi dan mencatat simpangan
awal yang terlihat pada sighting plate.
2. Memasang tali pada rotor disc dan mengaitkan pada roda yang menempel di
samping aparatus.
3. Mengaitkan beban 50 gram pada masing-masing tali dan mencatat nilai simpangan
yang terlihat pada sighting plate.
4. Mengulangi tiga langkah di atas dengan beban 100 gr, 150 gr, 200 gr, 250 gr, 300
gr, 350 gr, dan 400 gr.
5. Mengubah tegangan dari torsion fiber dan mengulangi langkah di atas.
B. Percobaan 2
1. Memastikan rotor disc dan rotor shaft tidak berosilasi.
2. Memberi simpangan pada rotor disc dan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk
berosilasi sebanyak 𝑛 kali dengan stopwatch. Melakukannya sebanyak 3 kali untuk
variasi data.
3. Mengulangi langkah di atas untuk variasi simpangan lainnya.
C. Percobaan 3
1. Memasang 1 quadrant brass di atas rotor disc dan memastikan rotor disc tidak
berosilasi.
2. Memberi simpangan pada rotor disc dan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk
berosilasi sebanyak 𝑛 kali dengan stopwatch.
3. Mengulangi langkah di atas dengan menambah quadrant brass satu persatu hingga
berjumlah 8 quadrant brass.
4. Mengulangi langkah di atas dengan mengganti quadrant brass dengan bola pejal.
V. Referensi
1. Fillifini, Jeff. (2020). Torsional Oscillator Episode 1: Transient Response. Illinois.
2. Laboratorium Fisika Lanjutan. (2021). M – Torsional Osilator. Depok: Universitas
Indonesia.
3. Najwan, Ahmad Basyir. (2019). Modul 3 – Dinamika Gerak Translasi dan Rotasi.
Banjarbaru: Dimensi Sains.
4. Tipler, Paul A. (2008). Physics for Scientist and Engineer with Modern Physics. New
York: Susan Finnemore Brennan.
5. Teach Spin. Torsional Oscillator. Diakses dari https://www.teachspin.com/torsional-
oscillator pada 9 November 2021 pukul 20.28 WITA.

Anda mungkin juga menyukai