Anda di halaman 1dari 15

Laporan Akhir

Praktikum Fisika Lanjutan

M – Torsional Osilator

Nama : Ahmad Basyir Najwan


Rekan Kerja : Nabila Shananda
Yudho Ahmad Fahreza

Hari/Tanggal : Kamis, 18 November 2021

Departemen Fisika
Universitas Indonesia
2021
I. Data Percobaan
A. Percobaan I
Torsion fiber dalam keadaan tegang
𝒎𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧 (𝐠) 𝜽 (𝐫𝐚𝐝)
50 3.06
100 3.18
150 3.39
200 3.48
250 3.62
300 3.64
350 3.68
400 3.72
Tabel 1. Data Percobaan I untuk torsion fiber dalam keadaan tegang.

Torsion fiber dalam keadaan regang


𝒎𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧 (𝐠) 𝜽 (𝐫𝐚𝐝)
50 3.16
100 3.3
150 3.4
200 3.49
250 3.57
300 3.61
350 3.68
400 3.72
Tabel 2. Data Percobaan I untuk torsion fiber dalam keadaan regang.

B. Percobaan II
Waktu yang diukur (𝑡) dihitung untuk 10 kali osilasi (𝑛 = 10)
𝚫𝜽 (𝐫𝐚𝐝) 𝒕𝟏𝟎 (𝐬)
11.74
0.1 11.70
11.66
11.65
0.2 11.65
11.71
11.63
0.3 11.72
11.78
𝚫𝜽 (𝐫𝐚𝐝) 𝒕𝟏𝟎 (𝐬)
11.71
0.4 11.59
11.57
11.69
0.5 11.70
11.65
11.72
0.6 11.63
11.64
11.64
0.7 11.73
11.64
11.70
0.8 11.71
11.71
11.63
0.9 11.58
11.65
11.62
1.0 11.52
11.58
Tabel 3. Data Percobaan II.

C. Percobaan III
Waktu yang diukur (𝑡) dihitung untuk 20 kali osilasi (𝑛 = 20). Berikut data percobaan
III dengan massa tambahan berupa quadrant brass
𝒏 (𝐛𝐮𝐚𝐡) 𝒕𝟐𝟎 (𝐬)
1 25.09
2 26.29
3 27.69
4 28.98
5 30.32
6 31.55
7 32.64
8 33.73
Tabel 4. Data percobaan III dengan massa tambahan berupa quadrant brass.
Berikut data percobaan III dengan massa tambahan berupa bola pejal
𝒏 (𝐛𝐮𝐚𝐡) 𝒕𝟐𝟎 (𝐬)
1 23.73
2 24.26
3 24.65
4 25.12
5 25.52
6 25.91
7 26.31
8 26.62
Tabel 5. Data percobaan III dengan massa tambahan berupa bola pejal.

II. Pengolahan Data


A. Percobaan I
Berikut adalah data regresi linear untuk data pada tabel 1

Gambar 1. Hasil regresi linear percobaan I dengan torsion fiber dalam keadaan tegang.

Dari hasil tersebut kita dapatkan


𝑚 = 0.00190714 g −1 = 1.90714 kg −1
Δ𝑚 = 0.000235 g −1 = 0.235 kg −1
Sehingga diperoleh konstanta puntir pendulum yaitu
2𝑔𝑟 2𝑔𝑟 2(9.81 ms −2 )(0.0125 m)
𝑚= ⟹𝜅= = ⟹ 𝜅 = 0.129 Nm
𝜅 𝑚 1.90714 kg −1
2𝑔𝑟 2(9.81 ms−2 )(0.0125 m)
Δ𝜅 = 2 Δ𝑚 = 0.235 kg −1 ⟹ Δ𝜅 = 0.016 Nm
𝑚 (1.90714 kg −1 )2
Δ𝜅 0.016 Nm
𝐾𝑅κ = | | × 100% = | | × 100% ⟹ 𝐾𝑅κ = 12.32%
𝜅 0.129 Nm
Berikut adalah plot data pada tabel 1 dan garis regresi linearnya
Gambar 2. Grafik 𝜃 vs 𝑚beban dengan torsion fiber dalam keadaan tegang.

Berikut adalah data regresi linear untuk data pada tabel 1

Gambar 3. Hasil regresi linear percobaan I dengan torsion fiber dalam keadaan regang.

Dari hasil tersebut kita dapatkan


𝑚 = 0.00155476 g −1 = 1.55476 kg −1
Δ𝑚 = 0.00012 g −1 = 0.12 kg −1
Sehingga diperoleh konstanta puntir pendulum yaitu
2𝑔𝑟 2𝑔𝑟 2(9.81 ms −2 )(0.0125 m)
𝑚= ⟹𝜅= = ⟹ 𝜅 = 0.158 Nm
𝜅 𝑚 1.55476 kg −1
2𝑔𝑟 2(9.81 ms−2 )(0.0125 m)
Δ𝜅 = 2 Δ𝑚 = −1 2
0.12 kg −1 ⟹ Δ𝜅 = 0.012 Nm
𝑚 (1.55476 kg )
Δ𝜅 0.012 Nm
𝐾𝑅κ = | | × 100% = | | × 100% ⟹ 𝐾𝑅κ = 7.72 %
𝜅 0.158 Nm
Berikut adalah plot data pada tabel 2 dan garis regresi linearnya
Gambar 4. Grafik 𝜃 vs 𝑚beban dengan torsion fiber dalam keadaan regang.

Dari kedua kondisi torsion fiber tersebut, hasilnya bisa dirangkum sebagai berikut
Kondisi Torsion fiber Konstanta Puntir (𝜿) Kesalahan (𝚫𝜿) 𝑲𝑹𝜿
Tegang 0.129 Nm 0.016 Nm 12.32%
Regang 0.158 Nm 0.012 Nm 7.72 %
Rata-rata 0.143 Nm 0.014 Nm 9.78%
Tabel 6. Nilai konstanta puntir pendulum torsional.

Dengan demikian, konstanta puntir pendulum torsional adalah


𝜅 = (0.143 ± 0.14) Nm
B. Percobaan II
Waktu untuk 10 kali osilasi dirata-ratakan menggunakan rumus berikut
𝑡 + 𝑡102 + 𝑡103
̅ = 101
𝑡10
3
Waktu rata-rata tersebut kemudian dibagi 10 untuk mendapat periode osilasi pendulum
̅
𝑡10
𝑇=
10
Berikut adalah pengolahan data pada tabel 3
𝚫𝜽 (𝐫𝐚𝐝) 𝒕̅𝟏𝟎 (𝐬) 𝑻 (𝐬) 𝑻𝟐 (𝐬𝟐 )
0.1 11.7 1.17 1.3689
0.2 11.67 1.167 1.3619
0.3 11.71 1.171 1.3712
0.4 11.62 1.162 1.3502
0.5 11.68 1.168 1.3642
0.6 11.66 1.166 1.3596
0.7 11.67 1.167 1.3619
𝚫𝜽 (𝐫𝐚𝐝) 𝒕̅𝟏𝟎 (𝐬) 𝑻 (𝐬) 𝑻𝟐 (𝐬𝟐 )
0.8 11.71 1.171 1.3712
0.9 11.62 1.162 1.3502
1.0 11.57 1.157 1.3386
Tabel 7. Pengolahan data percobaan II.

Untuk menguji keterbergantungan antara 𝑇 2 dan 𝜃, akan dilakukan uji korelasi dengan
𝑇 2 = 𝑦 dan Δ𝜃 = 𝑥.
𝑥 𝑦 𝑥2 𝑦2 𝑥𝑦
0.1 1.3689 0.01 1.873887 0.13689
0.2 1.3619 0.04 1.854772 0.27238
0.3 1.3712 0.09 1.880189 0.41136
0.4 1.3502 0.16 1.82304 0.54008
0.5 1.3642 0.25 1.861042 0.6821
0.6 1.3596 0.36 1.848512 0.81576
0.7 1.3619 0.49 1.854772 0.95333
0.8 1.3712 0.64 1.880189 1.09696
0.9 1.3502 0.81 1.82304 1.21518
1.0 1.3386 1.00 1.79185 1.3386
2 2
∑𝑥 = 5.5 ∑𝑦 = 13.5979 ∑𝑥 = 3.85 ∑𝑦 = 18.4913 ∑𝑥𝑦 = 7.46264
Tabel 8. Pengolahan data percobaan II untuk uji korelasi.

Nilai koefisien korelasinya adalah


𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − ∑ 𝑥 ∑ 𝑦
𝑟=
√[𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2 ][𝑛 ∑ 𝑦 2 − (∑ 𝑦)2 ]
10(7.46264) − (5.5)(13.5979)
𝑟= ⟹ 𝑟 = −0.5629
√[10(3.85) − (5.5)2 ][10(18.4913) − (13.5979)2 ]
Hipotesis
𝐻0 : 𝜌 = 0 (tidak terdapat korelasi)
𝐻1 : 𝜌 ≠ 0 (terdapat korelasi)
Praktikan memilih tingkat kepercayaan 95% sehingga 𝛼 = 1 − 0.95 = 0.05. Statistik
uji yang digunakan adalah distribusi 𝑡 sebagai berikut
𝑟√𝑛 − 2
𝑡=
√1 − 𝑟 2
dimana area kritisnya (area penolakan 𝐻0 ) adalah
𝑡 < −𝑡𝑛−2;𝛼/2 atau 𝑡 > 𝑡𝑛−2;𝛼/2
𝑡 < −𝑡8;0.025 atau 𝑡 > 𝑡8;0.025
𝑡 < −2.306 atau 𝑡 > 2.306
Nilai perhitungan 𝑡 adalah
(−0.5629)√10 − 2
𝑡= ⟹ 𝑡 = −1.9261
√1 − (−0.5629)2
Berdasarkan perhitungan tersebut, 𝑡 berada di dalam area penerimaan 𝐻0 , −2.306 <
𝑡 = −1.9261 < 2.306, sehingga 𝐻0 : 𝜌 = 0 diterima, artinya tidak terdapat korelasi
atau hubungan antara 𝑇 2 dan Δ𝜃 atau dengan kata lain periode osilasi pendulum tidak
bergantung pada amplitudo simpangannya.
Berikut adalah plot periode osilasi kuadrat 𝑇 2 vs amplitudo simpangan Δ𝜃 pendulum

Gambar 5. Grafik 𝑇 2 vs Δ𝜃 pada percobaan II.

C. Percobaan III
Periode osilasi pendulum dihitung dengan persamaan berikut
𝑡20
𝑇=
20
Berikut adalah pengolahan data untuk percobaan III dengan massa tambahan berupa
quadrant brass
𝒏 (𝐛𝐮𝐚𝐡) 𝑻 (𝐬) 𝑻𝟐 (𝐬𝟐 )
1 1.255 1.57377
2 1.315 1.72791
3 1.385 1.91684
4 1.449 2.0996
5 1.516 2.29826
6 1.578 2.48851
7 1.632 2.66342
𝒏 (𝐛𝐮𝐚𝐡) 𝑻 (𝐬) 𝑻𝟐 (𝐬𝟐 )
8 1.687 2.84428
Tabel 9. Pengolahan data percobaan III dengan massa tambahan berupa quadrant brass.

Berikut adalah hasil regresi 𝑇 2 vs 𝑛 dengan dari data pada tabel 9

Gambar 6. Hasil regresi linear percobaan III 𝑇 2 vs 𝑛 dengan massa tambahan berupa quadrant brass.

Dari hasil tersebut kita dapatkan


𝑚 = 0.184343 s−2
Δ𝑚 = 0.001744 s−2
𝑐 = 1.37203 s−2
Δ𝑐 = 0.008806 s−2
Sehingga diperoleh momen inersia quadrant brass (𝐼qb ) dan rotor disc (𝐼rd ) yaitu
4𝜋 2 𝜅 𝜅 𝑚
𝑚= 𝐼qb ⟹ 𝐼qb = 2 𝑚 ⟹ Δ𝐼qb = 2 Δ𝑚 + 2 Δ𝜅
𝜅 4𝜋 4𝜋 4𝜋
0.143 Nm
𝐼qb = 2
0.184343 s−2 ⟹ 𝐼qb = 0.0207 kgm2
4𝜋
0.143 Nm −2
0.184343 s −2
Δ𝐼qb = 0.001744 s + 0.014 Nm ⟹ Δ𝐼qb
4𝜋 2 4𝜋 2
= 0.0022 kgm2
Δ𝐼qb 0.0022 kgm2
𝐾𝑅qb = | | × 100% = | | × 100% ⟹ 𝐾𝑅qb = 10.63%
𝐼qb 0.0207 kgm2
4𝜋 2 𝜅 𝜅 𝑐
𝑐= 𝐼rd ⟹ 𝐼rd = 2 𝑐 ⟹ Δ𝐼rd = 2 Δ𝑐 + 2 Δ𝜅
𝜅 4𝜋 4𝜋 4𝜋
0.143 Nm
𝐼rd = 1.37203 s −2 ⟹ 𝐼rd = 0.1543 kgm2
4𝜋 2
0.143 Nm −2
1.37203 s −2
Δ𝐼rd = 0.008806 s + 0.014 Nm ⟹ Δ𝐼rd = 0.0161 kgm2
4𝜋 2 4𝜋 2
Δ𝐼rd 0.0161 kgm2
𝐾𝑅rd = | | × 100% = | | × 100% ⟹ 𝐾𝑅rd = 10.43%
𝐼rd 0.1543 kgm2
Berikut adalah plot data 𝑇 2 vs 𝑛 pada tabel 9 dan garis regresi linearnya
Gambar 7. Grafik 𝑇 2 vs 𝑛 dengan massa tambahan berupa quadrant brass.

Berikut adalah pengolahan data untuk percobaan III dengan massa tambahan berupa
bola pejal
𝒏 (𝐛𝐮𝐚𝐡) 𝑻 (𝐬) 𝑻𝟐 (𝐬𝟐 )
1 1.187 1.40778
2 1.213 1.47137
3 1.233 1.51906
4 1.256 1.57754
5 1.276 1.62818
6 1.296 1.67832
7 1.316 1.73054
8 1.331 1.77156
Tabel 10. Pengolahan data percobaan III dengan massa tambahan berupa bola pejal.

Berikut adalah hasil regresi 𝑇 2 vs 𝑛 dengan dari data pada tabel 10

Gambar 8. Hasil regresi linear percobaan III 𝑇 2 vs 𝑛 dengan massa tambahan berupa bola pejal.

Dari hasil tersebut kita dapatkan


𝑚 = 0.0520326 s−2
Δ𝑚 = 0.0009147 s −2
𝑐 = 1.3639 s −2
Δ𝑐 = 0.004619 s−2
Sehingga diperoleh momen inersia bola pejal (𝐼bp ) dan rotor disc (𝐼rd ) yaitu
4𝜋 2 𝜅 𝜅 𝑚
𝑚= 𝐼bp ⟹ 𝐼bp = 2 𝑚 ⟹ Δ𝐼bp = 2 Δ𝑚 + 2 Δ𝜅
𝜅 4𝜋 4𝜋 4𝜋
0.143 Nm
𝐼bp = 0.0520326 s−2 ⟹ 𝐼bp = 0.0059 kgm2
4𝜋 2
0.143 Nm −2
0.0520326 s −2
Δ𝐼bp = 0.0009147 s + 0.014 Nm ⟹ Δ𝐼bp
4𝜋 2 4𝜋 2
= 0.0007 kgm2
Δ𝐼bp 0.0007 kgm2
𝐾𝑅bp = | | × 100% = | | × 100% ⟹ 𝐾𝑅bp = 11.86%
𝐼bp 0.0059 kgm2
4𝜋 2 𝜅 𝜅 𝑐
𝑐= 𝐼rd ⟹ 𝐼rd = 2 𝑐 ⟹ Δ𝐼rd = 2 Δ𝑐 + 2 Δ𝜅
𝜅 4𝜋 4𝜋 4𝜋
0.143 Nm
𝐼rd = 1.3639 s−2 ⟹ 𝐼rd = 0.1534 kgm2
4𝜋 2
0.143 Nm −2
1.3639 s −2
Δ𝐼rd = 0.004619 s + 0.014 Nm ⟹ Δ𝐼rd = 0.0155 kgm2
4𝜋 2 4𝜋 2
Δ𝐼rd 0.0155 kgm2
𝐾𝑅rd = | | × 100% = | | × 100% ⟹ 𝐾𝑅rd = 10.10%
𝐼rd 0.1534 kgm2
Berikut adalah plot data 𝑇 2 vs 𝑛 pada tabel 10 dan garis regresi linearnya

Gambar 9. Grafik 𝑇 2 vs 𝑛 dengan massa tambahan berupa bola pejal.

Berdasarkan pengolahan data tersebut, dapat dirangkum hasilnya sebagai berikut


Benda Momen Inersia (𝑰) Kesalahan (𝚫𝐈) 𝑲𝑹
Quadrant Brass 0.0207 kgm2 0.0022 kgm2 10.63%
Bola Pejal 0.0059 kgm2 0.0007 kgm2 11.86%
Benda Momen Inersia (𝑰) Kesalahan (𝚫𝐈) 𝑲𝑹
Rotor Disc (percobaan qb) 0.1543 kgm2 0.0161 kgm2 10.43%
Rotor Disc (percobaan bp) 0.1534 kgm2 0.0155 kgm2 10.10%
Rotor Disc (rata-rata) 0.1538 kgm2 0.0158 kgm2 10.27%
Tabel 11. Nilai momen inersia tiap benda.

III. Analisis
A. Percobaan I
Percobaan pertama ini bertujuan untuk menentukan nilai konstanta puntir dari torsion
fiber dengan menggunakan konsep kesetimbangan benda tegar yaitu kesetimbangan
torsi yang bekerja pada pendulum torsional. Pada torsion fiber terdapat piringin kecil
berjari-jari 𝑟 = 1.25 cm yang dililitkan dengan dua buah benang dan masing-masing
benang dilewatkan melalui sebuah katrol serta ujungnya diberikan sebuah penyangga
beban pemberat yang massanya bisa ditambah dengan menambahkan jumlah piringan
pada penyangga. Gaya berat dari beban dan penyangganya akan membuat benang
tegang dan tegangan benang akan menarik piringan kecil pada torsion fiber sehingga
pendulum torsional mendapat torsi kopel dari kedua tegangan benang. Besar torsi dari
tegangan benang ini akan diimbangi oleh torsi pemulih internal dari pendulum torsional
sehingga tercapai kesetimbangan. Dari kondisi setimbang ini bisa didapatkan data sudut
simpangan pendulum pada setiap nilai massa beban yang digunakan sehingga bisa
didapatkan konstanta puntir torsion fiber.
Pada percobaan ini dilakukan dua kali proses percobaan yaitu ketika tosion fiber dalam
keadaan tegang dan regang. Percobaan dalam kedua keadaan ini ditujukan untuk
melihat efek dari tegangan torsion fiber terhadap konstanta puntirnya. Konstanta puntir
pada dasarnya analog dengan konstanta pegas dan secara matematis dapat dinyatakan
hubungannya dengan modulus geser (shear modulus 𝐺), konstanta torsion (𝐽), dan
panjang torsion (𝐿) sebagai berikut
𝐺𝐽
𝜅=
𝐿
terlihat bahwa konstanta puntir tidak bergantung pada tegangan torsion fiber sehingga
seharusnya nilai 𝜅 baik pada keadaan torsion fiber tegang maupun regang relatif sama.
Namun pada kenyataannya, hal ini tidak ideal karena tetap ada efek tepi dimana
keelastisan bahan tidak sempurna sehingga nilainya bisa saja sedikit berbeda.
Dapat dilihat pada grafik 𝜃 vs 𝑚beban yaitu gambar 2 dan 4 bahwa 𝜃 vs 𝑚beban
berbanding lurus dimana gradiennya positif sehingga kurvanya naik secara linear.
Adanya nilai intersep (𝑐 ≠0) pada hasil regresi yang nilainya cukup signifikan adalah
karena adanya massa tambahan pemberat dari penyangga beban dan juga bergantung
pada sudut awal dari pendulum. Jika dituliskan secara matematis, hubungan 𝜃 dengan
𝑚beban adalah
2𝑔𝑟 2𝑔𝑟 2𝑔𝑟
𝜃= 𝑚beban + 𝑚penyangga + 𝜃0 ⟹ 𝑐 = 𝑚penyangga + 𝜃0
𝜅 𝜅 𝜅
Berdasarkan data yang didapat, hasilnya memang cenderung linear tapi tidak
sepenuhnya linear. Namun untuk penyderhanaan, digunakan pendekatan yang linear.
Didapat hasil pada keadaan tegang dan regang dengan kesalahan relatif untuk nilai 𝜅
sebesar 12.32% dan 7.72% dengan nilai rata-rata 0.143 ± 0.014 Nm dan kesalahan
relatif rata-ratanya 9.78%. Hasil cukup bagus karena nilai kesalahannya yang relatif
kecil.
B. Percobaan II
Percobaan kedua ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara amplitudo osilasi
pendulum torsional dengan periode osilasinya. Beban yang sebelumnya dipasang pada
sistem ini dihilangkan dan hanya tersisa torsional pendulum. Pendulum ini kemudian
diberi simpangan sudut mulai dari 0.1 rad sampai 1 rad dengan interval 0.1 rad dan
dilakukan penghitungan periode osilasi sebanyak 3 kali pada setiap nilai amplitudo
yang diberikan. Penghitungan periode dilakukan dengan menghitung waktu untuk 10
kali osilasi. Berdasarkan hasil yang didapatkan, terlihat bahwa periode osilasi pada
setiap nilai amplitudo relatif sama walaupun terdapat sedikit perbedaan yang
sumbernya adalah dari waktu reflek praktikan yang melalukan percobaan ketika
memulai dan menghentikan stopwatch untuk perhitungan periode.
Terlihat pada grafik 𝑇 2 vs Δ𝜃 yang mana berbentuk garis yang nyaris lurus namun
memang sedikit turun. Dari grafik ini dapat disimpulkan bahwa periode osilasi
pendulum torsional tidak bergantung kepada amplitudo osilasinya, sesuai dengan dasar
teoritiknya bahwa periode osilasinya hanya bergantung pada momen inersia sistem dan
konstanta puntir torsion fiber. Untuk memvalidasi kebenaran kesimpulan ini, praktikan
menggunakan uji korelasi koefisien regresi. Dari perhitungan didapat nilai koefisien
korelasi 𝑟 = −0.5629. Nilainya negatif sesuai dengan hasil pada grafik yang
memberikan gradien turun yang cukup kecil yang mengindikasikan terdapat sedikit
korelasi terbalik antara 𝑇 dan Δ𝜃.
Untuk menguji apakah dapat dikatakan bahwa tidak terdapat korelasi antara 𝑇 dan Δ𝑇
digunakan uji korelasi dengan statistik uji distribusi 𝑡. Pada hasil perhitungan pada
pengolahan data telah dijabarkan bahwa nilai 𝑡 masuk di area penerimaan hipotesis
bahwa tidak terdapat korelasi antara 𝑇 dan Δ𝜃 dengan kepercayaan 95% sehingga bisa
disimpulkan berdasarkan uji korelasi bahwa periode osilasi pendulum torsional tidak
bergantung atau independen terhadap amplitudo osilasinya.
C. Percobaan III
Percobaan ketiga ini bertujuan untuk menentukan besar momen inersia sistem dan
benda yang ditambahkan pada rotor disc. Berdasarkan hasil pada percobaan
sebelumnya juga hasil perhitungan teoritik bahwa periode osilasi pendulum bergantung
hanya pada momen inersia sistem dan konstanta puntir torsion fiber. Berdasarkan ide
ini, momen inersia sistem akan divariasikan dengan menambahkan benda berupa
quadrant brass dan bola pejal pada rotor disc sehingga besar momen inersia sistem
berubah dan berubah juga besar periode osilasinya.
Percobaan ini dilakukan dua kali dan secara terpisah untuk masing-masing massa
tambahan berupa quadrant brass dan bola pejal. Masing-masing massa tambahan
ditambahkan satu persatu sampai berjumlah 8 sehingga didapat pasangan data periode
osilasi dengan jumlah massa yang ditambahkan. Periode osilasi dihitung dengan
mengukur waktu untuk 20 kali osialasi. Berdasarkan percobaan didapatkan data seperti
yang telah ditampilkan pada bagian data pengamatan dan juga telah diolah pada bagian
pengolahan data.
Berdasarkan pengolahan tersebut dengan metode regresi didapatkanlah grafik seperti
pada gambar 7 dan 9 dimana terdapat hubungan yang linear sebanding antara 𝑇 2 dan
𝑛. Artinya, jika 𝑛 digandakan, maka kuadrat periode osilasi sistem juga akan
digandakan.
Berdasarkan pengolahan dari data hasil regresi, didapatkan momen inersia quadrant
brass sebesar 0.0207 ± 0.0022 kgm2 dengan kesalahan relatif 10.63%, momen inersia
bola pejal sebesar 00.0059 ± 0.0007 kgm2 dengan kesalahan relatif 11.86%, dan
momen inersia rata-rata rotor disc sebesar 0.1538 ± 0.0158 kgm2 dengan kesalahan
relatif 10.27%. Hasil yang didapatkan ini cukup bagus karena kesalahan relatifnya
hanya berkisar diantara 10%, nilainya cukup kecil. Kesalahan ini bersumber dari waktu
reflek praktikan saat mengaktifkan stopwatch dan juga berasal kesalahan pada
percobaan pertama saat menentukan nilai konstanta puntir torsion fiber yang merambat
ke perhitungan percobaan ketiga ini karena dalam perhitungan digunakan nilai 𝜅 yang
merupakan hasil perhitungan dari percobaan pertama.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dan pengolahan data yang telah dilakukan, praktikan
menyimpulkan beberapa kesimpulan berikut:
1. Torsional Osilator khususnya torsional pendulum bekerja dengan prinsip yang analog
dengan Hooke pada kasus pegas dimana torsi pemulih analog dengan gaya pemulih,
konstanta puntir torsion fiber analog dengan konstanta pegas, dan simpangan sudut
torsional pendulum analog dengan simpangan pegas.
𝜏pemulih = −𝜅𝜃
2. Besar konstanta puntir torsion fiber adalah 0.143 ± 0.014 Nm dengan kesalahan relatif
9.78%.
3. Periode osilasi torsional osilator tidak bergantung pada amplitudo osilasi dan hanya
bergantung pada momen inersia sistem dan konstanta puntir torsion fiber.
4. Kuadrat periode osilasi sistem berbanding lurus dengan momen inersia sistem dan
berbanding terbalik dengan konstanta puntir torsion fiber.

𝐼
𝑇 = 2𝜋√
𝜅
5. Besar momen inersia tiap benda adalah
Benda Momen Inersia (𝑰) 𝑲𝑹
Quadrant Brass 0.0207 ± 0.0022 kgm2 10.63%
2
Bola Pejal 0.0059 ± 0.0007 kgm 11.86%
Benda Momen Inersia (𝑰) 𝑲𝑹
Rotor Disc (rata-rata) 0.1538 ± 0.0158 kgm2 10.27%

Referensi
1. Fillifini, Jeff. (2020). Torsional Oscillator Episode 1: Transient Response. Illinois.
2. Laboratorium Fisika Lanjutan. (2021). M – Torsional Osilator. Depok: Universitas
Indonesia.
3. Najwan, Ahmad Basyir. (2019). Modul 3 – Dinamika Gerak Translasi dan Rotasi.
Banjarbaru: Dimensi Sains.
4. Tipler, Paul A. (2008). Physics for Scientist and Engineer with Modern Physics. New
York: Susan Finnemore Brennan.
5. Teach Spin. Torsional Oscillator. Diakses dari https://www.teachspin.com/torsional-
oscillator pada 9 November 2021 pukul 20.28 WITA.

Anda mungkin juga menyukai