Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI NAPZA

A. PENGKAJIAN
1. Kaji situasi kondisi penggunaan zat
 Kapan zat digunakan
 Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi
masalah
 Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara
2. Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat

Berbagi peralatan suntik

Perilaku seks yang tidak nyaman

Menyetir sambil mabuk

Riwayat over dosis

Riwayat serangan (kejang) selama putus zat
3.
Kaji pola penggunaan

Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan
malam)

Penggunaan selama seminggu.

Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV)

Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA setelah
berjalan melalui rumah bandar)

Kehadiran atau bertemu dengan orang-orang tertentu (mantan
pacar, teman pakai)

Adanya pikiran-pikiran tertentu (“Ah, sekali nggak bakal
ngerusak” atau “Saya udah nggak tahan lagi nih, saya harus
make”)

Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)

Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat
tidur atau stres yang berkepanjangan)
4.
Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang kondisi
bila tidak menggunakan.

B. POHON MASALAH
Resti Menciderai Diri

Intoksikasi (CP)

HDR

Gangguan Konsep Diri


Atau
Koping Inefektif

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ancaman kehidupan
a. Gangguan keseimbangan cairan: mual, muntah
berhubungan dengan pemutusan zat opioda.
b. Resiko terhadap amuk berhubungan dengan
intoksikasi sedatif hipnotik.
c. Resiko cidera diri berhubungan dengan intoksikasi
aklkohol, sedatif, hipnotik.
d. Panik berhubungan dengan putus zat alcohol.
2. Intoksikasi
a. Cemas berhubungan dengan intoksikasi ganja.
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
intoksikasi sedatif hipnotik, alcohol, opioda.
3. Withdrawl
a. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan
putus zat alcohol, sedatif, hipnotik.
b. Nyeri berhubungan dengan putus zat opioda, MDMA:
extasy.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan putus zat opioda.

4. Pasca detoksikasi
a. Gangguan pemusatan perhatian berhubungan dengan
dampak penggunaan zat adiktif.
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
berhubungan dengan tidak mampu mengenal kualitas yang
positif dari diri sendiri.
c. Resiko melarikan diri berhubungan dengan
ketergantungan tehadap zat adiktif.

Dari pohon masalah, diagnosa yang mungkin timbul :


1. Resiko tinggi menciderai diri sendiri
2. Intoksikasi
3. Harga diri rendah
4. Gangguan Konsep diri
5. Koping individu inefektif

D. TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Kondisi overdosis
Tujuan : Klien tidak mengalami ancaman kehidupan
Rencana tindakan:
1. Observasi tanda – tanda vital, kesadaran pada 15 menit pada
3 jam pertama, 30 menit pada 3 jam kedua tiap 1 jam pada 24
jam berikutnya.
2. Bekerja sama dengan dokter untuk pemberian obat.
3. Observasi keseimbangan cairan.
4. Menjaga keselamatan diri klien.
5. Menemani klien.
6. Fiksasi bila perlu.

b. Kondisi intoksikasi
Tujuan: intoksikasi pada klien dapat diatasi, kecemasan
berkurang/hilang
Rencana tindakan:
1. Membentuk hubungan saling percaya.
2. Mengkaji tingkat kecemasan klien.
3. Bicaralah dengan bahasa yang sederhana, singkat mudah
dimengerti.
4. Dengarkan klien berbicara.
5. Sering gunakan komunikasi terapeutik.
6. Hindari sikap yang menimbulkan rasa curiga, tepatilah janji,
memberi jawaban nyata, tidak berbisik di depan klien, bersikap
tegas, hangat dan bersahabat.

c. Kondisi withdrawl
1. Observasi tanda- tanda kejang.
2. Berikan kompres hangat bila terdapat kejang pada perut.
3. Memberikan perawatan pada klien waham, halusinasi:
terutama untuk menuunkan perasaa yang disebabkan masalah
ini: takut, curiga, cemas, gembira berlebihan, benarkan persepsi
yang salah.
4. Bekerja sama dengan dokter dalam memberikan obat anti
nyeri.

d. Kondisi detoksikasi
1. Melatih konsentrasi: mengadakan kelompok diskusi pagi.
2. Memberikan konselin untuk merubah moral dan spiritual
klien selama ini yang menyimpang, ditujukan agar klien menjadi
manusia yang bertanggung jawab, sehat mental, rasa bersyukur,
dan optimis.
3. Mempersiapkan klien untuk kembali ke masyarakat, dengan
bekerja sama dengan pekerja social, psikolog.
STRATEGI PELAKSANAAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
A (20 tahun) mahasiswa salah satu PTS di kota Malang sudah 2 tahun
terakhir ini menggunakan ganja. Sebelum menggunakan ganja, klien
mengkonsumsi ectasy. Keluarga sudah 2 kali membawa A ke panti
rehabilitasi untuk mendapat pengobatan. Biasanya setelah menjalani
rehabilitasi klien berhenti menggunakan ganja. Akan tetapi waktunya
tidak lama, paling lama 6 bulan. Ini kali ketiga klien dirawat di panti
rehabilitasi. Klien mengatakan sudah berusaha untuk menghentikan
kebiasaan mengkonsumsi ganja. Tetapi keinginan itu tidak bertahan
lama karena dia sering ketemu dan berkumpul bersama teman-teman
pemakai NAPZA. Klien sulit untuk menolak ajakan teman-temannya.
Ketika ditemui klien tampak banyak bicara dan tertawa, senang yan
berlebihan, mulut kering, mata kemerahan.

2. Diagnosa keperawatan:
Koping individu inefektif : belum mampu mengatasi keinginan
menggunakan zat.

3. Tujuan khusus:
a. Bagi Pasien
˗ Pasien dapat mengatasi tanda dan gejala intoksikasi atau
putus zat
˗ Pasien dapat menggali dampak pengguanaan zat
˗ Pasien dapat meningkatkan motivasi untuk berhenti
menggunakan zat
˗ Pasien dapat mengontrol keinginan untuk menggunakan zat.
˗ Pasien dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan
masalah
˗ Pasien dapat mengubah gaya hidup.
˗ Pasien dapat menggunakan terapi psikofarmaka secara tepat
dan benar.
b. Bagi Keluarga
˗ Keluarga dapat mengenal masalah ketidak tahuan anggota
keluarganya berhenti menggunakan napza
˗ Keluarga dapat meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti
˗ Keluarga dapat menjelaskan cara merawat pasien napza
˗ Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu
dirujuk

4. Tindakan keperawatan:
Pasien
1) Diskusikan bersama pasien tentang dampak
penggunaan zat terhadap:
a) Kesehatan: tanda dan gejala intoksikasi dan penyakit fisik
b) Sosial atau hubungan dengan orang lain (pergaulan)
c) Pendidikan atau pekerjaan
d) Ekonomi dan keuangan
e) Hukum
Diskusikan tentang kehidupan pasien sebelum menggunakan
zat, kemudian harapan pasien untuk kehidupan sekarang dan
masa yang akan dating setelah tahu dampaknya.
2) Diskusikan cara meningkatkan motivasi untuk
berhenti
a) Hal-hal positif yang masih dipunyai pasien
(kesehatan/ pergaulan/ pendidikan/ pekerjaan / ekonomi/
hukum), misalnya masih kuat secara fisik, tidak ada
komplikasi penyakit akibat penggunaan zat.
b) Latih pasien untuk mensyukuri keadaanya tersebut
(1) Sebutkan lebih sering hal-hal yang patut disyukuri
(latihan afirmasi)
(2) Sebutkan berulang-ulang keinginan untuk berhenti
(latihan afirmasi)
3) Diskusikan cara mengontrol keinginan
menggunakan zat dengan cara:
a) Menghindari, misalnya tidak pergi ketempat-
tempat yang ada pengedar, tidak melewati tempat yang
mempunyai kesenangan saat masih menggunakan zat, tidak
bergabung/ bergaul dengan pengguna.
b) Mengalihkan, misalnya menyembunyikan diri
dengan aktivitas yang padat dan menyenangkan.
c) Menolak, misalnya mgengatakan tidak, walaupun
ditawarkan gratis dan tetap mengatakan tidak, walaupun
sekali saja.
d) Latih pasien mengontrol keingianan
menggunakan zat (menghindar, mengalihkan, menolak).
4) Diskusikan cara menyelesaikan masalah yang
sehat
a) Mengenali cara pasien menyelesaikan masalah
selama ini, misalnya segera menggunakan zat bila ada
masalah.
b) Untung rugi cara tersebut digunakan.
c) Tawarkan cara yang sehat untuk menyelesaikan
masalah, contoh:
(1) Secara verbal: jika pasien sering dicurigai dan
dituduh pakai Napza oleh orang tua maka pasien
mengungkapkan bahwa pasien kecewa belum dipercaya
oleh keluarga, kemudian bicarakan dengan orang tua
bahwa tidak dipercaya itu membuat kesal dan dapat
menimbulkan sugesti, katakan hal-hal yang diharapkan
terhadap orang lain secara jujur dan terbuka, sepakati
dengan orang tua kalau pasien akan mengatakan secara
jujur pada keluarga jika pasien ternyata pakai lagi, dan
keluarga akan membantu pasien untuk berobat.
(2) Secara fisik: ambil waktu luang untuk diri sendiri
dengan jalan-jalan, melakukan aktifitas untuk
menyalurkan kekesalan, seperti olah raga, relaksasi atau
kegiatan lain yang disukai pasien.
(3) Secara sosial: cari bantuan orang lain untuk
menyelesaikan masalah
(4) Secara spiritual: mengadukan masalah kepada
Tuhan dan menyakini bahwa aka nada bantuan dari Yang
Maha Kuasa
d) Latih pasien menggunakan cara tersebut:
(1) Menggali situasi yang beresiko tinggi
(a) Kondisi emosi negative, misalnya kesal,
dituduh pakai lagi
(b) Kognitif dengan orang lain, misalnya
bertengkar karena dilarang keluar rumah atau
dituduh mencuri
(c) Tekanan social, misalnya dipaksa sebagai
syarat untuk bergabung dengan kelompok tertentu
(2) Tidak menggunakan zat untuk menyelesaikan
masalah, tetapi gunakan cara yang sehat menyelesaikan
masalah.
5) Diskusikan gaya hidup yang sehat
a) Makan dan buang air secara teratur
b) Bekerja dan tidur secara teratur
c) Menjaga kebersihan diri
d) Latih pasien mengubah gaya hidup
(1) Tentukan aktivitas sehari-hari dan hobi
(2) Buat jadwal aktivitas
(3) Tentukan pekalsanaan jadwal tersebut
6) Latih pasien minum obat sesuai dengan terapi
dokter tekankan pada prinsip benar dosis obatnya.

Keluarga
1) Diskusikan tentang masalah yang dialami keluarga dalam
merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang:
a) Penyalahgunaan/ ketergantungan zat (tanda, gejala,
penyebab, akibat)
b) Tahapan penyembuhan pasien (pencegahan, pengobatan dan
pemulihan)
3) Diskusikan tentang kondisi pasien yang perlu segera dirujuk,
seperti:
a) Intoksikasi berat, misalnya penurunan kesadaran,
jalan sempoyongan, penglihatan (persepsi) terganggu,
kehilangan pengendalian diri, curiga yang berlebih,
melalukan kekerasan sampai menyerang orang lain.
b) Gejala putus zat, misalnya nyeri, mual sampai
muntah, diare tidak bias tidur, gelisah, tangan gemetar, cemas
yang berlebih, depresi (murung yang berkepanjangan).
4) Diskusikan dan latih keluarga merawat pasien napza, dengan
cara:
a) Anjurkan keluarga meningkatkan motivasi pasien
untuk berhenti atau hindari sikap-sikap yang dapat
mendorong pasien untuk pakai lagi (misalnya menuduh
pasien sembarangan atau terus menerus mencurigai pasien
pakai lagi)
b) Anjurkan keluarga mengenal cirri-ciri pasien pakai
lagi (misalnya memaksa minta uang, ketahuan berbohong,
ada tanda dan gejala intoksikasi)
c) Ajarkan keluarga untuk membantu pasien:
menghindar atau mengalihkan perhatian dari keinginan untuk
pakai lagi
d) Anjurkan keluarga memberikan pujian bila pasien
dapat berhenti walau 1 hari, seminggu atau 1 bulan.
e) Ajurkan keluarga mengawasi pasien minum obat

Anda mungkin juga menyukai