Anda di halaman 1dari 2

Analisis Case ​“Infosys in India: Building a Software Giant in a Corrupt Environment”

Adinda Khoirunisa (1606829522), Alisa Selviana, Edward Tarigan (1606910935), Irene


Threcelia (1606911446), M. Sapri Joeri (1606834951)

Case Overview
Infosys merupakan perusahaan yang bergerak di bidang ​software development yang
berpusat di Karnataka, India. Infosys didirikan pada tahun 1981 oleh Narayana Murthy yang
memiliki budaya “​say no to bribes​”. Meskipun berada di negara dengan peringkat korupsi
yang tinggi, Infosys saat ini berhasil menjadi perusahaan berskala global dengan tata kelola
yang bersih, transparan, dan ​profitable​. Akan tetapi, keberhasilan Infosys tersebut bukanlah
hal yang mudah untuk dicapai. Infosys harus menghadapi beberapa tantangan dalam
menegakkan nilai anti-​bribery di tengah-tengah budaya korupsi yang menyebar luas di
India. Beberapa tantangan yang harus dihadapi perusahaan diantaranya adalah pemerasan
yang dilakukan petugas Bea Cukai yang melakukan penahanan atas ​mainframe system
yang diimpor perusahaan, tawaran sogokan dari klien, tuduhan membeli tanah pemerintah
dengan harga murah, serta terpaksa keluar dari pasar yang tidak mendukung nilai kejujuran.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, bagaimanakah Infosys bisa bertahan dan
menjadi perusahaan yang sukses?

Ethics in Infosys Business Process


Infosys adalah sebuah perusahaan yang sangat menekankan pada etika. Budaya ​“say no to
bribes” y​ ang dicanangkan oleh Infosys membuktikan jika perusahaan ini benar-benar pedili
terhadap ​transparancy ​perusahaan, dimana hal ini sangat berbanding terbalik dengan
keadaan di India, yang sering terjadi tindakan korupsi dan kecurangan. Berikut adalah
beberapa contoh etika yang ditanamkan di Infosys:
1. Say No To Bribes = Pegawai di Infosys diajarkan untuk yakin bahwa ketabahan dan
kegigihan mereka dalam melakukan akan menguntungkan mereka dalam jangka
panjang. Sehingga mereka merasa tidak benar jika melakukan suap atau
membayar/dibayar pihak lain untuk mempermudah suatu hal.
2. Preventif terhadap tindakan korupsi = Usaha yang dilakukan Infosys dalam tindakan
mencegah korupsi adalah dengan selalu taat pada peraturan-peraturan mengenai
anti korupsi yang relevan. Nilai ini ditanamkan dimulai dari atas, top managers, lalu
secara berkala bergerak kebawah.
3. Lobbying = Maksud dari etika ini adalah agar pegawai Infosys tidaklah melakukan
lobi atau dilobi pihak ketiga atau mungkin pemerintahan.

Belief System
Pada belief system ini perusahaan menanamkan nilai-nilai perusahaan. Nilai-nilai
perusahaan ini akan menentukan etika dari perusahaan. Dari etika perusahaan ini
karyawan-karyawan akan menyesuaikan dirinya dengan etika perusahaan ini. Karyawan
yang tidak setuju dengan etika perusahaan akan tersaring saat rekruitmen atau kalau dia
mau bekerja di sana harus menyesuaikan dengan nilai-nilai perusahaan. Inilah cotnrol pada
bagian Belief System. Penerapan belief system ini dapat dilihat dari penerapan kode etik
untuk menghindari tindakan suap atau ​bribe serta mendukung tindakan anti korupsi.
Nilai-nilai tersebut yang telah menginokulasi perusahaan dari tindakan suap dan korupsi.
Boundary System
Boundary system adalah sistem yang digunakan top manager untuk mengkomunikasikan
batasan dan aturan organisasi untuk dihormati (Simon,1994) dan memberitahukan
karyawan apa yang tidak boleh dilakukan (Simon,2000). Hal ini ditujukan untuk
memungkinkan karyawan memiliki dan merasakan kebebasan dalam berinovasi, eksplorasi,
menciptakan dan mencapai standard yang telah ditentukan. Hal ini berkaitan dengan kode
etik dan sistem perencanaan strategis yang telah ditetapkan organisasi. Top manager
Infosys menerapkan kode etik, yaitu 'say no to bribe' dalam upaya mendukung transparansi,
fairness dan anti korupsi. Budaya, aturan sekaligus tujuan infosys yang sangat ketat inilah
yang disebut sebagai ​Boundary System​ di Infosys sendiri.

Anda mungkin juga menyukai