Anda di halaman 1dari 3

Strategic Management – Summary Chapter 10

Dewa Ayu Gita Viakarina – 1906455600


Selain menentukan tingkat vertical integration dan diversification, perusahaan juga perlu memutuskan
apakah perusahaan perlu untuk bersaing di luar home market mereka dan bagaimana perusahaan gain dan
sustain keunggulan kompetitifnya saat bersaing di global market. Keputusan yang diambil yang mencakup
tiga dimensi (mengelola tingkat vertical integration, memutuskan produk dan layanan yang seperti apa yang
akan ditawarkan; tingkat diversifikasi, dan dimensi ketiga yaitu, competing effectively around the world)
merumuskan corporate strategy perusahaan (Rothaermel, 2017).
Dengan competitive playing field yang menjadi semakin global, fenomena globalisasi ini memberikan
peluang yang signifikan bagi individu, perusahaan dan juga negara, hal ini dimungkinkan dengan semakin
menipisnya barriers perdagangan dan investasi, pesatnya perkembangan telekomunikasi dan pengurangan
biaya transportasi. Digabungkan, faktor – faktor ini mengurangi biaya dalam melakukan bisnis di seluruh
dunia sehingga membuka pintu ke pasar yang jauh lebih besar. MNEs (multi-national enterprise) yang
merupakan engine dibalik globalisasi, dengan menyebarkan resources dan capabilities yang dimiliki dalam
procurement, produksi dan distribusi barang dan jasa di setidaknya dua negara semakin menipiskan barriers
antar negara. Untuk mendapatkan dan mempertahankan competitive advantage saat bersaing dengan
perusahaan asing dan domestik lainnya di seluruh dunia, MNEs juga membutuhkan global strategy yang
efektif. Karena peningkatan integrasi global dalam produk dan layanan serta pasar modal, manfaat yang di
dapat dalam bersaing secara global lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Hal ini berlaku tidak hanya
untuk MNE’s, tetapi juga untuk perusahaan kecil dan menengah (UKM). Bahkan perusahaan start-up yang
masih kecil sudah dapat memanfaatkan terknologi seperti internet untuk bersaing di luar home market mereka.
(Rothaermel, 2017).
Selain MNE’s terdapat juga istilah born-global firms, perusahaan ini muncul karena sudah adanya
perkembangan di bagian telekomunikasi dan teknologi sehingga industri pun masuk ke era digital. Tujuan
utama born-global companies adalah melakukan global operations. Perusahaan berbasis internet seperti
Amazon, eBay, Google, Alibaba dan LinkedIn secara alami mempunyai global presence. Namun, born-global
firms mempunyai kekurangan pada sumber daya manajerial dan keuangan yang dibutuhkan untuk globalisasi
dan global marketing. Sumber daya semacam ini sulit diperoleh dari sumber konvensional karena born-global
firms belum membuktikan kredibilitasnya sebagai profitable entity. Risiko untuk mendapatkan profitabilitas
bahkan semakin tinggi dan tantangannya semakin besar ketika entrepreneurial firms yang baru menjadi
global. Pada tahap ini, perusahaan perlu untuk menguraikan development vectors dari internationalization
theory sehingga bisa mengetahui dimana born-global firms cocok untuk ditempatkan. Born-global companies
tidak memiliki sumber daya yang cukup ketika memulai untuk menghadapi kesalahan bisnis yang serius,
mereka sering meminjam uang dengan menjaminkan asset pribadi mereka yang akan mengakibatkan heavy
damage pada personal asset base mereka. Oleh karena itu, untuk born-global companies yang ingin mencapai
ruang bisnis baru di pasar internasional dengan cepat harus menggunakan channels yang di outlines; MNC’s
sebagai integrators/distributors sistem, jaringan dan internet secara terpisah atau dalam gabungan. Dengan
cara ini, risiko yang terjadi pada born-global’s pun akan berkurang. (Gabrielsson & Kirpalani, 2004).
Sebelum perusahaan membuat keputusan untuk mengejar global strategy agar competitive advantage
yang dimiliki semaking meningkat, ada kelebihan dan kekurangan yang perlu diketahui sebelum masuk ke
pasar global. Perusahaan bisa mendapatkan akses ke pasar yang lingkupnya lebih besar, mendapatkan akses
ke low-cost input factors serta dapat mengembangkan kompetensi baru. Namun dengan benefit yang di dapat,
terdapat juga kekurangan, seperti, liability of foreignness, kehilangan reputasi, dan hilangnya kekayaan
intelektual. Hal ini bisa terjadi jika perusahaan tidak mempertimbangkan manfaat dan biayanya terlebih
dahulu sebelum melakukan ekspansi internasional. Jika biaya kerugian untuk going global melebihi manfaat
yang di harapkan dan economic value creation perusahaan menjadi negatif, maka perusahaan akan lebih baik
tidak melakukan ekspansi internasional (Rothaermel, 2017).
Terdapat sejumlah framework yang perusahaan bisa gunakan untuk membuat global strategy
decisions. CAGE framework memungkinkan perusahaan untuk mengungkap perbedaan penting antara
berbagai negara yang harus dipertimbangkan perusahaan saat memutuskan strategi mereka, daripada melihat
ukuran absolut yang sederhana seperti market size, perusahaan dapat menentukan jarak relatif atau closeness
pasar sasaran dengan pasar dalam negeri berdasarkan dimensi budaya, administrasi/politik, geografis dan
ekonomi. Contoh, movie industry Hollywood yang sudah sukses melakukan ekspansi ke internasional namun
dihadapi tantangan ketika mencoba menembus Chinese market di industri film. Faktor regulasi pemerintah
Cina, aturan perizinan yang ketat dan terdapat “distance” di Cina dalam bagian Budaya dan
Administrasi/Politik membuat Hollywood sulit bersaing dengan perusahaan lokal seperti Baidu (Hollywood
Goes Global, 2017). Business-level strategy perusahaan memiliki peranan penting dalam memberikan
petunjuk tentang strategi yang seperti apa yang perlu di pursue secara global. Cost leader, misalnya, lebih
cenderung memiliki kemampuan untuk sukses dengan global-standardization strategy. Sebaliknya,
differentiator akan lebih berhasil jika meng-pursue international strategy atau multidomestic strategy. Untuk
transnational strategy yang menggabungkan high-pressures pada cost reduction dan local responsiveness,
strategi ini sulit untuk diterapkan karena melekat pada trade-offs (Rothaermel, 2017).
Framework lain yang bisa digunakan adalah Porter’s Diamond Framework yang berfokus dalam
menjelaskan mengapa industri tertentu dalam suatu negara dapat bersaing secara internasional sedangkan yang
lain tidak dan mengapa perusahaan tertentu di negara tertentu mampu melakukan inovasi yang konsisten
sedangkan yang lain tidak. Porter berpendapat bahwa kemampuan perusahaan untuk bersaing di area
internasional terutama didasarkan pada serangkaian keunggulan lokasi yang saling terkait yang dimiliki oleh
industri tertentu di negara yang berbeda, yaitu: factor conditions, demand conditions, competitive intensity in
focal industry, dan related and supporting industries/complementors. Jika kondisi tersebut menguntungkan
maka dapat memaksa domestic companies untuk terus melakukan inovasi dan upgrade. Daya saing yang akan
dihasilkan dari hal ini dapat sangat membantu dan bahkan di perlukan saat melakukan ekspansi internasional
dan melawan pesaing – pesaing terbesar dunia. Namun perusahaan pun perlu menyadari bahwa terlepas dari
globalisasi dan kemunculan internet, lokasi geografis yang kuat tetap hal yang penting (Rothaermel, 2017).
Bibliography

Rothaermel, F. T. (2017). Strategic Management (Vol. 3). New York: McGraw Hill Education.
Gabrielsson, M., & Kirpalani, V. H. (2004). Born globals: how to reach new business space rapidly.
International Business Review 13, 555-571.
Hollywood Goes Global, 16 (Strategic Management July 4, 2017).

Anda mungkin juga menyukai