Anda di halaman 1dari 8

Inni Daaotu Jiharan – 1706087823

RESUME CHAPTER 14 – THE RISE OF SHARING ECONOMY

Sharing economy atau istilah lainnya collaborative economy, on demand economy, peer to
peer economy dikenal seiring dengan kemajuan teknologi pada awal tahun 2000-an,
pertama di Silicon Valley, Amerika Serikat. Adapun istilah Sharing Economy atau Ekonomi
Berbagi (Turino,2016) adalah model ekonomi dimana orang atau sekelompok orang
mampu menghasilkan uang dari sumber daya miliknya yang diutilisasi sehingga memberi
jasa bagi orang lain, melalui perantara online platform. Dalam Buku Turino, 2016
dijelaskan Ekonomi Berbagi ditujukan pada transaksi yang dilakukan melalui perantara,
lebih spesifiknya adalah perusahaan penyedia platform untuk memfasilitasi transaksi
tersebut sehingga dalam perspektif perusahaan, Ekonomi Berbagi bisa didefinisikan
sebagai model bisnis dimana perusahaan tidak berusaha memenuhi sendiri sumber daya
kritikal yang dibutuhkan, melainkan mengakses, meminjam, atau menyewanya dari
masyarakat pemilik sumber daya, dan kemudian diutilisasi kepada masyarakat lain yang
membutuhkannya. Sebagai sebuah bisnis, konsep ekonomi berbagi disini jelas
berorientasi pada profit, sehingga tidak berkaitan dengan motif altruism, charity, atau
kegiatan social lainnya. Adapun pembahasan Ekonomi Berbagi dalam Turino,2016 dapat
ditinjau dari berbagai perspektif, yaitu perspektif industri, pelanggan, perusahaan ekonomi
berbagi, Pemerintah serta persepktif dari Perusahaan Petahana.

Dalam perspektif industri, fenomena ekonomi berbagi telah merebak ke sektor Industri
yang tidak terbayangkan sebelumnya serta mengubah tingkat persaingan di Industri
tersebut. produk dan Jasa yang ditawarkan ekonomi berbagi seringkali mensubstitusi
(bukan komplemen) atas produk dan jasa tradisional misalnya munculnya Air BnB
bersinggungan dengan industri perhotelan, Uber bersinggungan dengan industri
transportasi, khususnya taksi. Dampaknya, produk dan jasa tradisional mengalami
tekanan persaingan yang hebat. Hal ini berbeda dengan ekonomi berbagi dimasa lalu,
seperti contohnya Bank dan Perusahaan sekuritas yang mana pada saat kelahirannya
sudah memakai model bisnisnya dan tidak menyinggung model bisnis sebelumnya.
Joseph Schumpter (1942) dalam Buku Turino (2016) menjelaskan bahwa ekonomi berbagi
di masa kini menimbulkan guncangan yang mendobrak dan merevolusi kemapanan

32
Inni Daaotu Jiharan – 1706087823

perusahaan-perusahaan petahana. Hal tersebut semakin dirasakan bila industri dikuasai


oleh sekelompok kecil petahana atau yang dikenal sebagai kartel (Turino,2016).

Dalam Perspektif pelanggan, fenomena ekonomi berbagi terkait pada produk dan jasa
yang ditawarkan adalah produk yang diminati oleh banyak konsumen. Hal ini disebabkan
oleh berbagai alasan, pertama yaitu harga yang ditawarkan relatif lebih murah dimana hal
tersebut bisa terjadi karena sumber daya yang diakses atau disewa perusahaan
pendatang (new entrant) sering kali berupa asset yang membutuhkan investasi besar,
tangible,dan dirasakan pemanfaatannya oleh pihak yang membutuhkan sehingga hal ini
berdampak pada perubahan atas kebutuhan modal dan struktur biaya perusahaan. Kedua
yaitu ekonomi berbagi memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dimana sebelum
memutuskan pembelian, calon pelanggan bisa memperoleh informasi detil, lebih cepat,
dan bisa diakses dimana saja. Ketiga, yaitu penggunaan produk dan jasa dari ekonomi
berbagi merupakan fashion bagi sebagai orang, sehingga mereka bisa saja
mengonsumsinya tanpa terlalu memperhitungkan manfaat ekonomisnya. Pada intinya,
produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan ekonomi berbagi ini unik dan bernilai.
Disebut unik karena memiliki cara yang berbeda dengan perusahaan tradisional, dan
bernilai dimata pelanggan adalah memiliki benefit yang dirasakan lebih besar (manfaatnya
relatif lebih mirip dengan produk dan jasa tradisional, namun dengan harga yang relatif
lebih murah) sedangkan pada sisi perusahaan, bernilai berarti pelanggan bersedia
membayar pada harga yang ditetapkan, sehingga perusahaan memperoleh pendapatan
yang diharapkan. Selaras, (Eckhardt / Bardi 2015) Ekonomi berbagi telah berkembang
dari fenomena kecil menjadi bisnis yang cukup besar. Ekonomi berbagi semakin
meningkatkan minat dalam praktik manajemen dan akademisi. Gagasan utama di balik
fenomena ini adalah bahwa berbagi produk lebih efisien daripada memiliki mereka secara
individual.

Adapun fenomena ekonomi berbagi dalam perspektif perusahaan ekonomi berbagi adalah
dapat dimaknai pertama bahwa kehadiran perusahaan ini tepatnya dalam slogan dari oleh
dan untuk masyarakat kemudian posisi perusahaan adalah berada ditengah yang
berusaha menghubungkan pemilik sumber daya dari masyarakat dengan pelanggan yang
membutuhkan jasa utilisasi sumber daya tersebut (untuk masyarakat). Adapun dalam
turino,2016 dijelaskan bahwa nilai utama dari perusahaan ekonomi berbagi bukanlah dari

33
Inni Daaotu Jiharan – 1706087823

jasa memediasi, karena nilai jasa tersebut relative lebih kecil, yang mungkin hanya sedikit
lebih besar dari biaya operasional sehari-hari. Bahkan beberapa perusahaan berani
memberi subsidi atas penjualan produk dan jasanya, sehingga mengalami laba negatif.
Nilai ekonomis yang lebih besar bisa diperoleh bila perusahaan mampu memperbesar
asset tidak kasat matanya (intangible asset) khususnya jumlah pihak yang berhasil
dihubungkannya (crowding and transaksi). Realisiasi nilai ekonomis terkadi antara lain
pada saat perusahaan mampu mengundang investor baru untuk menanamkan modalnya,
baik secara privat maupun secara publik ( Penjualan saham di bursa efek). Kedua, nilai
utama dari perusahaan berbagi ini adalah karena kumpulan database dimana transaksi
merupakan salah satu indikator keberhasilan utama, maka perusahaan ekonomi berbagi
ingin mencapai skala tersebut secepatnya.

Dalam perspektif pemerintah, fenomena adanya ekonomi berbagi menjadikan Pemerintah


perlu menggunakan kebijakannya dalam mengontrol kendali adanya tren ekonomi berbagi
dan bersikap sebagai penengah yang fair antara perusahaan ekonomi berbagi dan
petahana. Harapannya, pertama pemerintah bisa memberikan payung hukum agar
perusahaan ekonomi berbagi, kedua agar pemerintah memastikan bahwa produk dan jasa
yang ditawarkan ekonomi berbagi bisa aman bagi masyarakat pengguna, ketiga yaitu
bagaimana pemerintah bisa memungut pajak atas jasa yang terjadi antar perorangan
(bukan sekedar pajak penghasilan dari perusahaan).

Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dengan adanya ekonomi berbagi yaitu
pertama adalah Utilisasi sumber daya, dimana Ekonomi berbagi merupakan cara kreatif
untuk memaksimalkan penggunaan (utilisasi) sumber daya milik masyarakat, maksudnya
disatu sisi hal ini berdampak pasa peningkatan pendapatan masyarakat yang secara
umum, baik masyarakat pemilik sumber daya maupun perusahaan ekonomi berbagi
sedangkan di sisi yang lain utilisasi sumber daya meningkatkan efisiensi sumber daya lain
tidak terbarukan dan mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Kedua, adalah
biaya sosial dimana produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan berbagi seringkali
ditawarkan dengan harga yang murah dari produk dan jasa yang tradisional (Turino,2016).

Dijelaskan fenomena "Ekonomi berbagi" dalam jurnal Schor,2014 bahwa Ekonomi berbagi
ini telah menarik banyak perhatian dalam beberapa bulan terakhir. Platform seperti Airbnb
dan Uber mengalami pertumbuhan eksplosif, yang pada gilirannya, telah menyebabkan

34
Inni Daaotu Jiharan – 1706087823

pertempuran peraturan dan politik. Dalam (Schor,2014) dinyatakan bahwa adanya


ekonomi berbagi ini menjadikan adanya pemberdayaan orang, efisiensi, dan bahkan jejak
karbon yang lebih rendah, dilain hal terdapat kritik terhadap ekonomi berbagi bahwa
dalam konsep tersebut terdapat kepentingan ekonomi para perusahaan ekonomi berbagi
dan bahkan lebih sebagai predator dan eksploitatif masyarakat.

Eksploitasi dan eksplorasi dalam paradigma ekonomi berbagi adalah bahwa pengguna
bertujuan untuk meningkatkan penggunaan sumber daya efisiensi untuk menurunkan
biaya atau menciptakan nilai baru dengan menawarkan sumber daya mereka kepada
orang lain di saat-saat ketika mereka tidak menggunakannya sendiri. Platform
perdagangan online seperti Napster atau eMule termasuk yang pertama yang
menyediakan pengguna dengan akses bersama ke musik dan video digital. AirbnB atau
Uber Pop memfasilitasi penggunaan bersama produk fisik (yaitu kamar atau kursi
cadangan di mobil) dan yang membagikan ini platform tidak berbagi sumber daya mereka
secara gratis. Kapanpun pemberi pinjaman menawarkan penggunaan sumber daya
mereka kepada orang lain dengan biaya lebih rendah (untuk mensubsidi investasi awal
pemberi pinjaman) atau gratis, kami menyebut ini sebagai "eksploitasi" (Winterhalter,
S.,Wecht,C.H.,Krieg,L,.2015).

Ada juga kategori nilai baru yang mungkin muncul ketika para pembagi tidak hanya
mengeksploitasi sumber daya yang ada tetapi menjelajahi nilai baru. Strategi penjelajah ini
sering didefinisikan sebagai konsumsi bersama paralel karena mereka memungkinkan
untuk berbagi sumber daya dari waktu ke waktu (tidak secara bersamaan). Perhatikan
contoh MonkeyParking. MonkeyParking adalah sebuah aplikasi yang membahas
pengemudi mobil yang membutuhkan tempat parkir di kota-kota di mana tempat parkir
langka. Menggunakan aplikasi ini, pengemudi yang pergi dapat menawarkan tempat parkir
mereka (biasanya yang umum) ke pengemudi lain yang mencari tempat parkir.
Pengemudi yang berangkat tidak memiliki tempat parkir, tetapi informasi yang berharga
bahwa ruang parkir akan bebas saat mereka pergi dan dengan demikian mereka dapat
menawarkan informasi ini pengemudi lain yang tertarik. Pengemudi yang meninggalkan
menciptakan pasar tambahan untuk informasi tentang gratis tempat parkir (McMillan
2014). Contoh serupa adalah ReservationHop, aplikasi pemesanan restoran di San
Francisco1. Idenya adalah bahwa dengan orang ReservationHop membuat reservasi

35
Inni Daaotu Jiharan – 1706087823

muka palsu di restoran yang sangat populer dan menjual reservasi meja langka ini kepada
penawar tertinggi melalui aplikasi (Kuhn 2014). ReservationHop and ParkingMonkey
mewakili jenis baru dari peer-to peer arbitrage digital, di mana informasi tentang sumber
daya yang dapat dibagikan langka dapat dibeli - tentu saja untuk premi harga. Kapanpun
pengguna / pemberi pinjaman memungkinkan penggunaan baru sumber daya yang ada
atau membuat nilai baru untuk yang lain pengguna dari sumber daya yang ada (sehingga
sering menciptakan pasar baru), kami menyebut ini sebagai "eksplorasi" (Winterhalter,
S.,Wecht,C.H.,Krieg,L,.2015).

Lalu dijelaskan mengenai Strategi Bertumbuh Perusahaan Ekonomi Berbagi dan


Petahana, dalam Turino,2016 bahwa bagi perusahaan baru yang mengunakan konsep
ekonomi berbagi, pertumbuhan menjadi mutlak yang harus dikejar. Sudah diketahui
bersama bahwa pertumbuhan identic dengan modal, perusahaan yang sednag dalam
proses pertumbuhan akan mengalami kesulitan dalam jangka pendek, bahkan dalam
banyak kasus kas nya akan deficit. Dalam konsep ekonomi berbagi ( Harris Turino, 2016)
dijelaskan saat mengalami pertumbuhan tidak bisa sepenuhnya menopang pada
pertumbuhan asset yang bersifat organic dimana pada tahap awal, dana pihak ketiga
berupa pinjaman juga sulit untuk didapat karena asset masih berisifat tak berwujud
(intangible) maka salah sat sumber permodalannya adalah mengundang masuknya
investor strategis baru ke dalam perusahaan. Investor tersebut menjadi solusi dalam
proses pertumbuhan perusahaan.

Konsep ekonomi berbagi tradisional dijelaskan dalam teori value network dimana melihat
perusahaan mendapat niali keuntungannya karena perannya sebagai penghubung antara
satu pihak dengan pihak lain, salah satunya bank dan telekomikasi. Dalam hal ini , jelas
bahwa keuntungan perusahaan didapat dari posisi perusahana sebagai penghubung
antara pihak dengan pihak lain. Perusahaan mendapatkan revenue dengan memungut
biaya atas jasa atau penggunaan posisi mereka sebagai penghubung. Biaya jasa inilah
yang menjadi focus perhatian utama dari perusahaan Dalam konsep ekonomi berbagi
modern, fokus utama bukan pada mendapat keuntungan semata atas biaya jasanya, hal
tersebut terbuki dari besarnya subsidi yang diberikan uber, grabcar, grabbike, dan gojek
pada penggunanya, disini yang menjadi focus perhaian bagi perusahaan yang beroperasi

36
Inni Daaotu Jiharan – 1706087823

memanfaatkan aplikasi online dnegan konsep ekonomi berbagi adalah pertumbuhan nilai
perusahaan (corporate value) akibat banyaknya traffic (pemakai aplikasi) atau bisa
dibilang ini adalah capital gain.

Kecepatan dan akselerasi menjadi kunci utama kesuksesan bagi perusahaan ekonomi
berbagi karena secara umum sumber daya strategis yang dimiliki perusahaan pada
hakikatnya hanya dipinjam dari masyarakat. Semakin tinggi traffic maka perusahaan bisa
memperoleh reputasi dan menjadikan penentu aturan baru dalam industry yang dimasuki (
setting the new rules of industry) ini menjadi keunggulan perusahaan sehingga pesain
yang masuk akan kesulitan mengikuti aturan main yang sudha ditentukan oleh
perusahaan yang pertama kali masuk ke pasar ( prime mover). Strategic Position yang
dikemukan porter,1985 perusahaan hanya akan mendapat pelanggan bila memiliki posisi
yang unik dan berharga dimata pelanggan. Keunikan dimata pelanggan sata ini adalah
Low Prices dan high quality. Porter (1980) dalam buku Competitive Strategy bahwa hanya
perusahaan yang memiliki keunggukan biaya yang akan mampu menggunakan strategi
keunggulan harga (overall cost leadership) sebagai keunggulan bersaingnya.

Adapun strategi bersaing bagi Petahana dalam Turino,2016 dijelaskan Dengan konsep
RBV, Resource based view, bahwa sumer keunggulan bersaing perusahaan buka berasal
dari persepsi pelanggan terhadap perusahaan tetapi berasal dari dalam perusahaan itu
sendiri. Lain bedanya dengan pendekatan MBV, bahwa sumber keungguan bersaing
perusahaan berasal dari posisi strategis perusahaan dimata pelanggan. Didalam konsep
RBV bahwa hanya sumber daya yang bersifat VRIN yang menjadi Keunggulan bersaing
yaitu sumberdaya yang valuable, rare, immitiate, dan non-substituable. Maka dalam
industry, biasanya petahana memiliki spangsa pasar yang dominan sekaligus juga memilik
sumber daya yang lengkap. Hal pertama yang harus dilakukan oleh petahana adalah
tanggap terhadap perubahan lingkungan eksternal yang berada diluar kendali. Dalam
dunia bisnis dikenal organization inertia yaitu keenganan untuk menanggapi perubahan.
Hal kedua yang perlu dilakukan adalah memperhankan keunggulan kombinasi
sumberdaya dengan melakukan investasi secara terus-menerus.

Dalam Winterhalter, S.,Wecht,C.H.,Krieg,L,.2015 bahwa Strategi Bisnis dan Adaptasi


Model Bisnis Perusahaan incumbent dengan model bisnis tradisional yang bersaing di
pasar mungkin dipengaruhi oleh gerakan berbagi menghadapi tantangan tentang

37
Inni Daaotu Jiharan – 1706087823

bagaimana menanggapi atau bahkan mencegah hal baru ini generasi perusahaan start-
up. Empat strategi model bisnis berbasis perangkat keras tradisional untuk mengatasi
paradigma ekonomi berbagi untuk tetap kompetitif di pasar yang ada atau untuk
memasuki pasar baru. Yang pertama adalah model bisnis berbasis penggunaan,
pelanggan membayar untuk penggunaan produk, bukan kepemilikan langsungnya
(Gassmann dkk. 2014). Strategi kedua didasarkan pada gagasan mendapatkan manfaat
dari pasar bekas yang berkembang pesat, pnawaran bundel yang menghubungkan
penjualan bekas dengan pembelian produk baru adalah acara yang baik untuk mengatasi
masalah ini (McGrath 2010). Model bisnis dalam strategi ini sedikit berbeda dari yang
sebelumnya, karena tidak paralel, melainkan berurutan - menjembatani dua generasi
produk dan menciptakan efek tarik untuk yang baru produk. Jika perusahaan dapat
mempertahankan pelanggan, model ini memiliki efek memperkuat diri (Mahadevan 2000;
Casadesus-Masanell / Ricart 2011), ketiga adalah Digitalisasi bisnis ekonomi berbagi
terutama dimungkinkan oleh digitalisasi dan pertumbuhan konektivitas melalui internet
(The Economist 2013). Keempat adalah produk menjadi pintar dengan bantuan sensor,
kemampuan pemrosesan (biasanya di cloud), dan konektivitasinternet, yang
memungkinkan pelanggan untuk menggunakan produk mereka secara lebih efisien dan /
atau menciptakan nilai tambah. Ini Fenomena, yang dikenal sebagai "internet of things"
(IoT), menambahkan nilai digital ke fisik nilai produk (Porter / Heppelmann 2014).

Pada akhirnya, bisnis yang didefinisikan Robert Reich (2007) dalam Turino (2016) bahwa
bisnis itu pada hakikatnya adalah pra-kondisi bagi terciptanya sebuah demokrasi
(keadilan). Kegiatan bisnilah yang akan memperbesar kue ekonomi suatu Negara. Dalam
aplikatifnya, perlu ada peran pemerintah untuk hadir baik dalam proses peneydiaan
sarana, infrastruktur, kebijakan yang memungkinkan sebuah bisnis bisa maju dan
berkembang, serta menyusun kebijakan perpajakan yang memungkinkan pemerintah
untuk membagi kue ekonomi tersebut secara adil. Posisi pemerintah sebagai metafora
dari perusahaan ekonomi berbagi sangat bergantung bagaimana pemerintah
mendapatkan kepercayaan dari para pemilik modal dan para penggunanya. Sepertihalnya
perusahaan ekonomi berbagi yang memberikan nilai dan manfaat, begitupun dengan
pemerintah yang harus mampu memberikan insentif yang menarik kepada para pemilik

38
Inni Daaotu Jiharan – 1706087823

modal, insentif yang dimaksud bisa berarti stimulus perpajakan, penyediaan infrastruktur,
dan suprastruktur yang mendukung iklim investasi.

Referensi :
Turino,Haris.2016.Meretas Konsep Ekonomi Berbagi.Kusuma Putra Kreatif.
Schor, 2014 - Debating The Sharing Economy.
Winterhalter, et.al,2015 - Keeping Reins in the Sharing Economy, Strategies and Business
Models.

39

Anda mungkin juga menyukai