ARTIKEL
Oleh :
i
PERBEDAAN RESPON
IMPLEMENTASI PASIEN UMUM
PERATURAN DENGAN
MENTERI PASIEN
DALAM NEGERI
NOMOR 19 TAHUN
JAMKESMAS 2011 TENTANG
TERHADAP PEDOMAN
MUTU PELAYANAN
PENGINTEGRASIAN
KESEHATAN LAYANAN
PERAWAT DAN DOKTER SOSIAL
DI POLIKLINIK
DASAR DI POSYANDU
DALAM
(Studi Kasus di Posyandu Dusun Loh Agung
RSUDWilayah
dr. SOEDIRAN
Kerja MANGUN
PuskesmasSUMARSO
Jaten)
KABUPATEN WONOGIRI
Oleh:
DEWI TRIWULAN IRMANA HANDAWAWATI
NIM. 1751700093
Tanggal: ................................................
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui Dekan
Fakultas KesehatanMasyarakat
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
ii
IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI
Titik Haryanti, S.K.M., M.P.H DALAM NEGERI
NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN
PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL
DASAR DI POSYANDU
(Studi Kasus di Posyandu Dusun Loh Agung
Wilayah Kerja Puskesmas Jaten)
Disusun Oleh:
DEWI TRIWULAN IRMANA HANDAWAWATI
NIM. 1751700093
Mengetahui Dekan
Fakultas KesehatanMasyarakat
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
iii
IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN
PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL
DASAR DI POSYANDU
(Studi Kasus di Posyandu Dusun Loh Agung
Wilayah Kerja Puskesmas Jaten)
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
PENDAHULUAN
v
Upaya pemerintah dalam menunjang pembangunan, maka dibutuhkan
kualitas sumber daya manusia yang tinggi sehingga perlu ditingkatkan sejak usia
dini melalui layanan sosial dasar masyarakat. Pelayanan sosial dasar masyarakat
perlu diintegrasikan dengan melibatkan peran pemerintah daerah dan lintas sektor
agar pelaksanaannya dapat berjalan efektif. Sehingga pada tahun 2011 diterbitkan
Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan
Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Posyandu mensinergikan berbagai layanan yang
dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan dan kesehatan gizi, pendidikan dan
perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan, dan
kesejahteraan sosial. Wadah ini dibimbing oleh petugas puskesmas, lintas sektor
dan lembaga terkait lainnya. Pelayanannya mencakup sekurang-kurangnya 5
kegiatan yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB),
imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. Kegiatan-kegitan ini dilakukan dalam
bentuk konsep 5 meja yaitu meja pendaftaran, penimbangan, pengisian KMS,
penyuluhan, dan pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2011).
Kunjungan balita ke Posyandu sangat penting untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan menimbang berat badan anak dan
adanya petugas kesehatan yang mendeteksi dini tumbuh kembang anak serta
memberikan pelayanan kesehatan lainnya. Jika berat badan tidak kunjung naik
selama tiga bulan berturut-turut, berarti petugas kesehatan harus mencari
penyebabnya agar kurva BB balita kembali naik dan tidak jatuh ke gizi buruk.
Di Kabupaten Karanganyar sendiri di tahun 2018, angka kematian ibu
(AKI) sebanyak 42/100.000 dan 72,6/100.000 kelahiran hidup di tahun 2017,
angka kematian bayi (AKB) 9/1000 kelahiran hidup di tahun 2018 dan 12,7/1000
kelahiran hidup di tahun 2017. Angka kematian balita (AKABA) meningkat di
vi
tahun 2018 sebesar 8/1000 kelahiran hidup, dan 97 kasus bayi lahir mati,
sedangkan di tahun 2017 (AKABA) 1,9/1000 kelahiran hidup, dan 134 kasus bayi
lahir mati (Profil Kesehatan Kabupaten Karanganyar,2018).
Puskesmas Jaten merupakan salah satu puskesmas yang terdapat di
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Saat ini posyandu yang terdapat di
wilayah kerja Puskesmas Jaten berjumlah 19 posyandu yang terbagi dalam 6
Dusun yaitu Dusun Jaten, Dusun Tegal, Dusun Loh Agung, Dusun Getas, Dusun
Bulu, Dusun Jumog, dengan jumlah kader 184 orang. Strata posyandu yakni
sebanyak 3 posyandu madya, 6 posyandu purnama, dan 10 posyandu mandiri.
Posyandu di wilayah kerja Desa Jaten jumlah bayi (0-23 bulan) yang ada
pada tahun 2018 adalah sebanyak 519 yang ditimbang sebanyak 428 untuk laki-
laki dan bayi perempuan sebanyak 538 yang ditimbang sebanyak 462. Sedangkan
untuk balita laki-laki sebanyak 1.297 yang ditimbang sebanyak 1.050 dan untuk
balita perempuan sebanyak 1.269 yang ditimbang sebanyak 1.077 balita. Dari
bayi dan balita yang ditimbang status bayi dan balita garis merah sebanyak 320,
sedangkan kasus gizi uruk yang ditemukan sebanyak 5 bayi dan 10 balita (Profil
Kesehatan Kabupaten Karanganyar, 2018). Dari data tersebut menunjukkan
bahwa terdapat cakupan D/S yang belum mencapai target 85% yakni untuk bayi
(0-23 bulan) 84,2% sedangkan untuk balita 82,9%. Belum tercapainya target
cakupan target mengindikaskan bahwa partisipasi ibu balita dalam memanfaatkan
posyandu masih belum optimal sehingga diperlukan tindakan untuk
menanganinya.
Berdasarkan indept interview yang telah dilakukan dengan bidan
Puskesmas Jaten permasalahan tersebut disebabkan karena faktor ibu balita dan
kader. Ibu balita dinilai kurang memiliki kesadaran untuk datang ke Posyandu.
Selain itu koordinasi dan kerjasama antar kader dalam kegiatan baikseblum, saat
dan setelah kegiatan posyandu dirasa kurang. Ditemukan bahwa perkembangan
posyandu wilayah kerja Desa Jaten sudah cukup baik masuk ke dalam kategori
Posyandu Mandiri, namun dapat dijelaskan bahwa kunjungan dan partisipasi
masyarakat yang dilihat dari cakupan penimbangan bayi dan balita menjadi yang
paling rendah di Dusun Loh Agung sebanyak 60% dikarenakan masyarakatnya
vii
dengan mobilitas yang tinggi, banyaknya ibu bayi dan balita yang bekerja, serta
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keikut sertaan posyandu bagi
bayi dan balita. Para ibu bayi dan balita lebih cenderung untuk melakukan
penimbangan anak mereka di puskesmas dan bidan terdekat atau fasilitas
pelayananan kesehatan lainnya bersamaan dengan jadwal imunisasi setiap
bulannya. Pada balita usia pra-sekolah dengan bertambahnya kegiatan di sekolah
setiap harinya juga menjadikan salah satu alasan penyebab rendahnya kunjungan
di posyandu. Namun, rata-rata tingkat perkembangan posyandu sudah baik yaitu
80% atau lebih dari 50%, diatas target indikator tingkat perkembangan posyandu.
Alat-alat yang digunakan saat Posyandu meliputi meja, kursi, timbangan bayi, dan
alat-alat kesehatan yang dimiliki petugas kesehatan. Kegiatan Posyandu biasanya
dilakukan di pagi hari mulai pukul 09.00 sampai 11.00. Kegiatan ini dilaksanakan
sebulan sekali dengan waktu yang telah ditetapkan. Petugas kesehatan atau bidan
datang di hari kegiatan Posyandu untuk melakukan pengawasan kepada bayi dan
balita. Dari segi kader, beberapa kader yang ada di Posyandu belum lebih dari
setengah yang mempunyai kemampuan sesuai yang diharapkan seperti membuat
pelaporan, pemutakhiran data dan membuat diagram SKDN. Kader juga tidak
melakukan kunjungan rumah bagi bayi dan balita yang tidak melakukan
penimbangan dan pemeriksaan kesehatan di posyandu. Ketersediaan sarana
prasarana alat pengukuran tinggi bayi dirasa masih kurang karena hanya ada 2 alat
ukur tinggi bayi yang dipergunakan untuk 19 posyandu yang ada, serta
pemasangan alat ukur yang belum sesuai.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Implementasi Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 19 Tahun 2011 di Posyandu Dusun Loh Agung wilayah kerja
Puskesmas Jaten”.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mendiskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena atau suatu kejadian berdasarkan fakta atau data
yang ada, kemudian mengkaji permasalahan yaitu mengkaji dan menggambarkan
viii
Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu (Studi
Kasus di Posyandu Dusun Loh Agung Wilayah Kerja Puskesmas Jaten).
ix
PEMBAHASAN
1. Pengintegrasian layanan sosial dasar
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada
informan mengenai pengintegrasian pelayanan sosial dasar posyandu di
wilayah kerja Desa Jaten, dapat disumpulkan bahwa untuk pemberdayaan fakir
miskin dan kesehatan reproduksi remaja belum dilaksanakan oleh posyandu,
sedangkan untuk peningkatan ekonomi keluarga menurut bidan dan kader
posyandu kegiatan tersebut ada berupa simpan pinjam khusus hanya untuk
kader posyandu saja, sementara Kepala Puskesmas Jaten menyatakan bahwa
kegiatan tersebut mungkin tidak ada.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti,
diketahui bahwa pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu Dusun Loh
Agung secara garis besar sudah dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan
yakni program :
a. Pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak berupa kegiatan yang ada di
Posyandu yakni penimbangan, pemberian vitamin A, dan PMT.
b. Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan berupa penyuluhan.
c. Perilaku hidup bersih dan sehat berupa penyuluhan tata cara perilaku hidup
bersih dan sehat.
d. Kesehatan lanjut usia berupa posyandu lansia.
e. BKB berupa penyuluhan pada saat kegiatan pertemuan PKK.
f. Pos PAUD
g. Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berupa PMT yang
disiapkan saat berlangsungnya kegiatan posyandu.
Namun demikan ada dua program yang belum dilaksanakan oleh
posyandu yakni pemberdayaan fakir miskin dan kesehatan reproduksi remaja,
sedangkan untuk peningkatan ekonomi keluarga terdapat pernyataan yang
berbeda antara kepala puskesmas dengan bidan dan kader Posyandu. Bidan dan
kader posyandu menyatakan bahwa peningkatan ekonomi keluarga ada dalam
kegiatan simpan pinjam khusus untuk kader Posyandu, berbeda dengan Kepala
Puskesmas yang menyatakan bahwa program tersebut belum ada di Posyandu.
x
Secara garis besar pengintegrasian layanan sosial dasar posyandu hanya
terhubung dengan kegiatan posyandu balita yang meliputi lima pelayanan dasar
posyandu yakni kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi,
dan pencegahan diare.
Fungsi Posyandu saat ini telah mengalami perluasan dengan
mengintegrasikan pelayanan sosial dasar yang meliputi : pembinaan gizi,
pengendalian penyakit, perilaku hidup bersih, kesehatan lanjut usia, BKB, pos
PAUD, penganekaragaman pangan, pemberdayaan fakir miskin, kesehatan
reproduksi remaja, dan peningkatan ekonomi sosial, sehingga disebut juga
Posyandu Integrasi.
Perluasan fungsi ini menyebabkan makin bertambahnya pelayanan bagi
masyarakat oleh Posyandu itu sendiri. Disamping itu integrasi pelayanan sosial
dasar pada Posyandu mengakibatkan penambahan jenis pemberian layanan,
sasaran serta mitra kerja. Dengan demikian dibutuhkan pula pengelolaan
pembiayaan agar dana yang diterima dapat dikelola degan baik untuk mencapai
Posyandu yang efektif dan efisien.
Pengintegrasian menurut Permendagri (2011) Pengintegrasian layanan
sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya mensinergikan berbagai layanan
yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan
dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan
keluarga dan kesejahteraan sosial.
Implementasi pengintegrasian pelayanan sosial dasar di posyandu Desa
Jaten secara garis besar sudah sesuai, namun masih ada beberapa kegiatan yang
belum dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar Di
Posyandu, bahwa pengintegrasian layanan sosial dasar di posyandu meliputi :
pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak, pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan, prilaku hidup bersih dan sehat, kesehatan lanjut usia,
BKB, pos PAUD, percepatan penganekaragaman konsumsi pangan,
pemberdayaan fakir miskin, kesehatan reproduksi remaja, dan peningkatan
ekonomi keluarga (Permendagri, 2011).
xi
2. Dukungan sosial atau kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam
kunjungan posyandu
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan keenam informan dan
observasi yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa kurang aktifnya masyarakat
yang datang di hari bukanya posyandu dikarenakan kurangnya kesadaran
masyarakat akan kemudahan yang mereka dapatkan dalam memperoleh
pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan bagi ibu bayi dan balita
serta kurangnya kepedulian Desa terhadap program kesehatan terutama
posyandu.
Dukungan sosial atau kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam
kunjungan posyandu di Posyandu Dusun Loh Agung, dalam hal ini adalah
dukungan tokoh masyarakat yakni ibu RT dan RW yang ikut membantu
posyandu dalam menggerakkan ibu balita untuk datang ke posyandu,
sedangkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat mengenai posyandu
harus dilakukan penyadaran pada masyarakat mengenai peran penting dan
manfaat posyandu. Dengan demikian akan terbentuk persepsi positif di
kalangan masyarakat. Dengan persepsi yang positif, maka partisipasinya dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut akan meningkat. Namun demikian, tampaknya
yang masih perlu diluruskan adalah pemahaman yang masih terlalu sederhana
tentang program Posyandu tersebut. Dalam pandangan masyarakat, program
Posyandu merupakan pogram rutin dilaksanakan tiap bulan dalam rangka
melakukan penimbangan balita untuk mengetahui tingkat perkembangan balita.
Pandangan ini masih terlalu sempit karena sebenarnya Posyandu tidak
hanya untuk pelaksanaan program penimbangan balita saja, melainkan sebagai
pusat pelayanan kesehatan terpadu yang dapat dilakukan dalam rangka
memberikan kemudahan terhadap masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Temuan peneliti lainnya adalah kurangnya kepedulian Desa dalam
program posyandu berdampak pada kegiatan yang tidak optimal dan kurang
variatif atau masih berfokus pada kegiatan penimbangan saja. Seharusnya
dengan adanya kepedulian peran Desa sebagai pemilik Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dalam program kegiatan posyandu dapat
xii
memberikan motivasi, dorongan serta memberikan penjelasan kepada
masyarakat tentang manfaat posyandu sehingga dapat meningkatkan semangat
masyarakat untuk ikut serta aktif dalam pemanfaatan kegiatan posyandu.
Pengertian dukungan sosial menurut Sarafino (2015) dukungan sosial
adalah derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu
diutuhkan oleh orang-orang yang memiliki hubungan emosional yang dekat
dengan orang tersebut, dukungan sosial dapat merujuk pada kenyamanan,
kepedulian, harga diri atau segala bentuk bantuan yang diterima individu dari
orang lain atau kelompok.
Implementasi dukungan sosial atau kepedulian dan partsipasi
puskesmas, kader Posyandu, serta masyarakat dalam program kegiatan
posyandu di Desa Jaten secara garis besar sudah cukup baik namun ada yang
belum sesuai dengan teori Kemenkes RI (2011) dalam buku Pedoman Umum
Pengelolaan Posyandu, bahwa Kepala Desa selaku penanggung jawab
Posyandu diharapkan dapat :
a. Memberikan dukungan kebjakan, sarana dan dana untuk
penyelenggaraan Posyandu.
b. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadr pada
hari buka Posyandu.
c. Mengkoordinasikan peran kader Posyandu, pengurus Posyandu dan
tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan
Posyandu.
d. Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM).
e. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu
secara teratur.
Disebutkan pula bahwa Kepala Desa diharapkan melalukan
pembinaan terhadap pelaksanaan layanan kesehatan dasar dan layanan
sosial dasar lainnya di Posyandu. Pembinaan dan pengawasan
sebagaimana tersebut diatas dilakukan melalui :
a. Sosialisasi
xiii
b. Rapat koordinasi
c. Konsultasi
d. Workshop
e. Lomba
f. Penghargaan
g. Orientasi dan Pelatihan.
xiv
pengetahuan untuk meningkatkan kesehatan keluarga. Sedangkan faktor
eksternal yang melatar belakangi adalah ingin membantun program pemerintah
untuk membentuk anak sehat dan mempunyai layanan kesehatan keluarga yang
mudah dijangkau, kesadaran untuk terlibat altif dalam membangun kesadaran
masyarakat untuk mengambil bagian dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat terutama anak-anak.
Pendidikan masyarakat yang rendah menyebabkan sebagian besar
masyarakat belum terbuka terhadapa informasi kesehatan dan masih berpegang
pada nilai adat atau budaya di kelompok masyarakat yang sering kali tidak
mendukung perilaku kesehatan. Dukungan tokoh masyarakat terhadap
posyandu juga relatif kurang sehingga penyelenggaraan layanan kesehatan
secara mandiri menemui hambatan dalam hal pendanaan kesehatan posyandu.
Namun ditengah lingkungan yang mempunyai kesadaran dan pengetahuan
pendidikan yang rendah, terdapat sejumlah anggota masyarakat yakni kader
posyandu yang memiliki kesadaran memperbaiki kesejahteraan keluarga
dengan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
Untuk meningkatkan program Posyandu diperlukan informasi yang
benar dan tepat sasaran, dalam hal ini kader posyandu sebagai motor penggerak
kesehatan masyarakat harus menjadi komunikator yang handal dalam
menyebarkan informasi kesehatan kepada masyarakat serta memiliki keahlian
dan kemampuan dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu. Kader diharapkan
berperan aktif dan mampu menjadi pendorong, motivator dan penyuluh
masyarakat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh
Andy (2017) bahwa secara teknis, tugas kader adalah melakukan pendataan
balita, melakukan penimbangan serta mencatatnya dalam kartu KMS,
memberikan makanan tambahan, mendistribusikan vitamin A, melakukan
penyuluhan gizi serta kunjungan ke rumah ibu yang menyusui dan ibu yang
memiliki balita.
Implementasi peranan kader dalam program kegiatan Posyandu d Desa
Jaten secara garis besar sudah cukup baik namun ada yang belum sesuai
xv
dengan teori Kemenkes RI (2011) dalam buku Pedoman Umum Pengelolaan
Posyandu, bahwa pada hari-H dibukanya Posyandu kader seharusnya
melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan. Di luar hari buka
Posyandu kader membuat diagram batang (balok) SKDN tentang jumlah
semua balita yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu, jumlah balita
yang mempunyai KMS dan buku KIA, jumlah balita yang datang pada hari
buka Posyandu dan jumlah balita yang timbangan berat badannya naik.
Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang tidak datang, sasaran yang
memerlukan penyuluhan lanjutan.
xvi
Hasil penelitian ini sesuai dengan peneltian yang dikemukakan oleh
Yanti (2012) bahwa sarana dan prasarana berhubungan dengan
keberlangsungan posyandu, baik dari buku register, penimbangan sampai
pelayanan kesehatan yang kader di dampingi oleh petugas kesehatan.
Implementasi penyediaan sarana dan prasarana di posyandu Desa Jaten
secara garis besar belum sesuai dengan teori Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial
Dasar di Posyandu, bahwa pembiayaan pelaksanaan pengintegrasian layanan
sosial dasar di Posyandu dibebankan pada anggaran pendapatan belanja negara,
anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi, anggaran pendapatan dan
belanja daerah kabupaten/kota, anggaran pendapatan dan belanja desa dan
sumber pembiayaan lainnya yang sah dan tidak mengikat.
Menurut Kemenkes RI (2011) yang tertuang dalam Buku Pedoman
Umum Pengelolaan Posyandu menyatakan bahwa untuk pendanaan bantuan
dari pemerintah terutama diharapkan pada tahap awal pembentukan, yakn
berupa dana stimulasi atau bantuan lainnya dalam bentuk sarana dan prasarana
Posyandu yang bersumber dari dana APBN, APBD Provinsi, APBD
Kabupaten/Kota, APBD Desa dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
Temuan peneliti tersebut selaras dengan Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor HK.02.02/MENKES/2015 tentang rencana strategis kementerian
kesehatan tahun 2015-2019 salah satu butirnya adalah mendorong Desa untuk
mengalokasi dan memanfaatkan dana Desa sebesar 10% untuk UKBM.
Pembangunan kesehatan masyarakat harus lebih dibangkitkan disamping
meningkatkan pembangunan infrastruktur di Desa. Agar penduduk di Desa
dapat mencapai pada usia harapan hidup yang panjang dengan berbagai
kegiatan yang bisa dicapai misalnya posyandu, posyandu lansia, program
penekanan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
xvii
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
1. Pengintegrasian layanan sosial dasar di posyandu setelah dilakukan penelitian
implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2011 tentang
Pedoman Pengintegrasian Pelayanan Sosial Dasar di Posyandu Dusun Loh
Agung wilayah kerja Puskesmas Jaten dapat disimpulkan terhadap pertanyaan
penelitian tentang pengintegrasian pelayanan sosial dasar Posyandu, maka
secara garis besar Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 telah di
implementasikan dengan baik, yakni delapan (8) kriteria yang sudah
dijalankan adalah :
a. Pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak
b. Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
c. Perilaku hidup bersih dan sehat
d. Kesehatan lanjut usia
e. BKB
f. Pos PAUD
g. Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
h. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang
masalah kesejahteraan sosial.
Kesepuluh kriteria pengintegrasian ada beberapa hal yang menjadi catatan
adalah ada dua (2) krteria yang belum dipenuhi ialah :
a. Pemberdayaan fakir miskin dan
b. Kesehatan reproduksi remaja
xviii
Desa sebagai pemilik Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
dalam program kegiatan posyandu dapat memberikan motivasi, dorongan
serta memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang manfaat posyandu
sehingga dapat meningkatkan semangat masyarakat untuk ikut serta aktif
dalam pemanfaatan kegiatan posyandu.
3. Peran kader Posyandu dalam keberlangsungan program posyandu dapat
disimpulkan bahwa tugas kader belum sepenuhnya baik, keaktifan kader
diharapkan tidak hanya sekedar melakukan penimbangan, tapi juga mampu
memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Kemampuan kader
baik ditinjau dari pendidikan dan pengetahuan kader harus dapat
dikembangkan secara baik seperti dalam pemberian motivasi terhadap ibu
balita agar mau untuk datang ke Posyandu. Kegiatan yang dilakukan di
posyandu juga belum banyak perubahan, yang menjadi catatan penelitian
mengenai peran kader adalah kurang aktifnya kader mendatangi rumah
masyarakat untuk mengajak ibu bayi dan balita bagi yang sudah lama tidak
berkunjung ke Posyandu.
4. Sarana dan prasarana dalam keberlangsungan program posyandu dapat
disimpulkan bahwa kurang meratanya pembagian anggaran dana khususnya
untuk kesehatan menyebabkan tidak berkembangnya program posyandu
dikarenakan sarana dan prasarana yang tidak memadai dan kurang merata
antara fasilitas yang satu dengan yang lainnya. Semakin baik dan lengkapnya
sarana prasarana yang dimiliki, maka semakin aktif kegiatan Posyandu
tersebut. Dalam hal ini APBD sudah mengalokasikan dananya khusus untuk
posyandu, namun mungkin masih dirasa kurang dalam pemerataan
pembagian dana untuk kegiatan pelayanan posyandu di setiap Dusun
terkhusus untuk kelengkapan sarana dan prasarana penunjang kegiatan
posyandu.
xix
SARAN
1. Bagi Puskesmas
Diharapkan bagi puskesmas mampu mengoptimalkan manajemen
puskesmas dengan menerapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di
Posyandu, hal tersebut berupa :
a. Menambahkan kegiatan tambahan kesehatan reproduksi remaja dan
peningkatan ekonomi keluarga dalam program posyandu.
b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu balita tentang
posyandu dengan menggunakan media promosi yang tepat melalui
penyuluhan ke setiap posyandu di wilayah kerja Puskesmas Jaten agar
ibu balita, keluarga dan masyarakat semakin paham dan mengerti apa
kegunaan posyandu bagi bayi dan balita.
c. Menciptakan posyandu yang terhubung dengan PAUD sehingga anak-
anak yang datang ke posyandu tidak hanya mendapatkan pelayanan
kesehatan di Posyandu tetapi juga mendapat pendidikan usia dini
sehingga bisa meningkatkan jumlah balita yang datang ke Posyandu.
d. Menyediakan tempat bermain bagi anak sehingga anak merasa senang
untuk datang ke Posyandu.
e. Mengadakan lomba misalnya lomba masak dan arisan bagi ibu balita
atau lomba balita sehat sehingga ibu termotivasi untuk membawa
anaknya ke Posyandu.
f. Pemberian doorprize atau hadiah-hadiah sehingga penghargaan
kepada ibu balita yang sudah aktif mengikuti kegiatan posyandu
sebagai salah satu cara untuk menarik masyarakat agar mengikuti
kegiatan posyandu.
g. Bagi penyedia dana program Posyandu baik itu dari Dinas Kesehatan
dan Desa agar dapat memfasilitasi sarana prasarana dan fasilitas yang
dapat menunjang terlaksananya Posyandu dengan baik.
h. Kepada Desa agar membuat anggaran untuk sarana prasarana
posyandu yang menyeluruh di setiap Dusun, sehingga tidak ada lagi
xx
perbedaan ketersediaan sarana dan prasarana antara posyandu di
Dusun Loh Agung dan Dusun lainnya.
2. Bagi Masyarakat Umum
Diharapkan untuk dapat berperan aktif dalam program Posyandu dan
dapat memperluas wawasan masyarakat tentang kesehatan dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat, hal tersebut dapat berupa tokoh masyarakat lebih
aktif terlibat dalam kegiatan Posyandu khususnya tokoh masyarakat laki-laki
yang biasanya lebih dsegani oleh masyarakat seperti mengajak ibu balita
untuk datang ke Posyandu melalui pengeras suara sehingga dengan demikian
ibu balita diharapkan akan menyempatkan diri untuk datang ke Posyandu.
3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Diharapkan untuk dapat menunjang ilmu pengetahuan dan bahan
masukan yang mengkaji masalah implementasi Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan
Sosial Dasar di Posyandu.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian
pengembangan terkait implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di
Posyandu.
DAFTAR RUJUKAN
Ade Heryana. 2015. Posyandu dan Integrasi Pelayanan Sosial Dasar. Skripsi.
Jakarta : FKM Universitas Esa Unggul
Anis Cahyanti. 2015. Pelaksanaan Program Posyandu (Studi Kasus di Desa Madu
Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali. Skripsi. Semarang : FIP
Unnes
xxi
Andy. 2017. Peran Kades Posyandu Terhadap Pembangunan Kesehatan
Masyarakat. Skripsi. Malang : FISIP Univ Tribhuwana Tunggadewi
Malang
Encang Raepudin. 2017. Peran Posyandu Sebagai Pusat Informasi Kesehatan Ibu
dan Anak. Jurnal. Bandung : Fkom Universitas Padjajaran
Kemenkes . 2011. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.19 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan
Terpadu. Jakarta : Kemenkes RI
Kemenkes. 2012. Buku Saku Posyandu Ayo Ke Posyandu Setiap Bulan, Posyandu
Menjaga Ibu dan Anak Tetap Sehat. Jakarta : Kemenkes RI
Miles dkk. 2014. Miles, Mattew B dan A, Michael Huberman. 1992. Analisis
Data Kualitatif, Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Jakarta : UI
Press
xxii
Olivia. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kunjungan Ibu
Yang Mempunyai Balita Ke Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Solok. Skripsi. Jakarta : FKM UI
xxiii