Anda di halaman 1dari 3

PENILAIAN PASIEN KOMA

No. Dokumen Nomor Revisi Halaman


RSIA 00 1
PURI BETIK HATI
STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan
PROSEDUR
OPERASIONAL
1 November 2019 Dr. Toki Himawati, MARS
Direktur
Koma adalah keadaan tidak sadar dapat lebih dari 6 ( enam )
PENGERTIAN
jam, dimana seseorang tidak dapat dibangunkan, gagal
merespon rangsang nyeri secara normal, cahaya, atau suara,
hilangnya siklus bangun tidur yang normal dan tidak dapat
memulai gerakan spontan. Seseorang dalam keadaan koma
disebut komatous. Koma bukanlah penyakit, tetapi merupakan
gejala dari proses patologi yang didasari penyakit berat
Diagnosis dan terapi perlu dilakukan secara simultan.
TUJUAN 1. Menangani pasien secepat mungkin untuk penilaian awal
koma
2. Menilai tingkat kesadaran , seperti gerakan spontan, respon
terhadap rangsang suara dan rangsang nyeri.
3. Pasien dan keluarga pasien memahami dan menerima kondisi
pasien.
KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Penilaian awal dan evaluasi


Pada penilaian awal koma, ukuran terbanyak untuk menilai
tingkat kesadaran adalah gerakan spontan, respon terhadap
rangsangan suara ( Anda dapat mendengar saya ? ) dan
rangsang nyeri. Hal ini dikenal sabagai AVPU ( Alert , Vocal
Stimuli, Paintful Stimuli, Unconscious ) skala. Skala yang
lebih terperinci, misalnya Glasgow Coma Scale, menghitung
reaksi individu, antara lain membuka mata, respon gerakan
dan bicara. GCS diindikasikan pada luasnya kerusakan otak
yang bervariasi dari nilai 3 ( indikasi kerusakan otak berat
PENILAIAN PASIEN KOMA
No. Dokumen Nomor Revisi Halaman
RSIA 00 2
PURI BETIK HATI
STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan
PROSEDUR
OPERASIONAL
1 November 2019 Dr. Toki Himawati, MARS
Direktur
dan kematian ) sampai maksimum 15 yang mengindikasi
kereusakan otak ringan atau normal.
2. Anamnesa
Semua sumber informasi yang ada harus digali, termasuk
keluarga penderita dan temannya, saksi lainnya, termasuk
catatan paramedic. Perlu ditanya riwayat adanya trauma,
penggunaan obat – obatan atau alcohol kondisi medis
( penyakit infeksi ), nyeri kepala sebelumnya dan kelainan
psikiatri. Perlu ditanyakan mengenai waktu timbulnya koma,
apakah berlangsung cepat ( over dosis obat, trauma, inter
cerebral atau perdarahan fossa posterior ), atau gradual
( penyakit toxic – metabolic, infeksi, tumor otak atau
perdarahan subdural chronic ).
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik sangat penting setelah stabilisasi
meliputi tanda vital, diperiksa sebelumnya serta diulang
secara rutin. Observasi pola pernafasan, gerakan tubuh (
jika ada ) dan bila diperlukan pemeriksaan seperti
habitus tubuh termasuk penilaian batang otak, fungsi
kortikal meliputi test reflek khusus, antara lain test
reflek aculo cephalic ( dolls eyes test ), test reflek aculo
vestibular ( cold caloric test ), nasal tickle, reflek kornea
dan reflek muntah.
b. Tanda vital lainnya, seperti suhu tubuh ( rectal lebih
akurat), tekanan darah, denyut nadi, frekuensi
pernafasan dan saturasi oksigen. Pola pernafasan sangat
penting dan perlu dicatat pada penderita koma.
Beberapa pola khas pernapasan yang khas seperti
Cheyne – Stokes, apneustic brathing, Ataxic breathing,
PENILAIAN PASIEN KOMA
No. Dokumen Nomor Revisi Halaman
RSIA 00 3
PURI BETIK HATI
STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan
PROSEDUR
OPERASIONAL
1 November 2019 Dr. Toki Himawati, MARS
Direktur
dll harus dilaporkan bila ada.
c. Penilaian posture dan habitus tubuh merupakan tahap
selanjutnya. Hal tersebut meliputi observasi menyeluruh
tentang posisi penderita. Ada dua postur khas penderita
koma. Posture Decorticate adalah posisi dimana tangan
penderita fleksi pada siku dan mendekati tubuh dengan
kedua kaki ekstensi. Posture Decerebrate adalah posisi
khas dimana kedua tangan dan kaki bersamaan ekstensi.
Posisi tersebut merupakan tanda kritis dimana terjadi
kerusakan pada sistem saraf pusat.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Unit Gawat Darurat
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Intensif
5. Instalasi Bedah
6. Instalasi Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai