Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS ARGUMEN DALAM DEBAT

SISWA KELAS X SMA NEGERI 13


MEDAN TAHUN AJARAN
2018/2019

Oleh

Gita Kirana (gitah334@gmail.com)


Syamsul Arif (Syamsulariefsiregar@gmail.com)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan
elemen yang terdapat dalam argumen siswa beserta pola yang
dominan terlihat dari hasil analisis argumen siswa dalam debat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X SMA Negeri 13
Medan sebanyak 425 siswa. Peneliti menggunakan sampel Purposive
Sampling. Sampel pada penelitian ini ialah kelas X MIA 4. Teknik
analisis data dalam penelitian ini adalah dengan mentranskip rekaman
audio visual debat ke dalam bentuk percakapan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa telah mampu untuk memenuhi enam
elemen argumentasi yaitu Claim sebanyak 11 kali, Ground sebanyak
11 kali, Warrant sebanyak 2 kali, Backing sebanyak 3 kali, Modals
sebanyak 5 kali, dan Rebuttal sebanyak 5 kali. Pola yang dominan
terlihat dari hasil analisis argumen siswa ditemukan sebuah temua
baru yaitu pola berbentuk claim-ground dan claim-backing.
Berdasarkan hasil analisis argumen kedua pola tersebut ditemukan
sebanyak masing-masing 4 kali.

Kata kunci: Argumentasi, elemen argumentasi, pola argumentasi.

PENDAHULUAN
Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari berargumen merupakan salah
satu hal yang dapat dibilang esensial. Setiap pekerjaan dan kegiatan yang kita
lakukan pastinya membutuhkan atau memerlukan argumen. Seseorang akan
cenderung mempertahankan setiap argumen yang telah ia lontarkan. Hal tersebut
juga merupakan sebuah usaha untuk mencari tahu pandangan mana yang lebih
baik dari pandangan yang lain. Menurut Keraf (2007:3) Argumentasi merupakan
dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Melalui Argumen itulah
seseorang mampu untuk menunjukkan pernyataan-pernyataan yang benar-benar
mengacu kepada fakta kebenaran atau tidak. Dengan begitu argumentasi

1
mengharuskan seseorang untuk dapat mempertanggung jawabkan pendapat yang
dikemukakannya dengan menyajikan berbagai sumber yang relevan. Seseorang
harus mampu berfikir kritis dan logis agar setiap argumen yang dipaparkannya
masuk di akal para pendengarnya.
Argumentasi juga merupakan suatu bentuk retorika yang berusaha untuk
mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar pihak lain percaya dan
akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau
pembicara (Suparno dan Yunus 2006:12-13).
Argumentasi dibangun dari proses penalaran. Argumentasi memiliki
elemen-elemen di dalamnya. Berdasarkan acuan model Toulmin, argumentasi
terbagi atas 6 elemen yaitu, (1). Claim (C), yang berarti pernyataan, (2). Ground
(G), yang berarti alasan atau bukti-bukti, (3). Warrant (W), yang berarti kaidah-
kaidah atau prinsip-prinsip, (4). Backing (B), yang berarti dukungan, (5). Modal
s(MQ), (6). Rebuttal (PR), yang berarti kemungkinan bantahan.
Bukti rendahnya kemampuan berargumen siswa itu setidaknya juga telah
diungkapkan oleh peneliti Ade Cyntia Pritasari, dkk.(2016:2). Hasil awal
penelitian itu menyebutkan bahwa Kelas X MIA 1 SMA Batik 2 Surakarta hanya
mampu memperoleh persentase aspek Claim61,62%; evidence 15,66%; reasoning
9,60%. Rata-rata kemampuan argumentasi siswa 28,96%. Berdasarkan hasil yang
diperoleh diketahui bahwa kemampuan argumentasi siswa masih rendah. Hasil tes
siswa menunjukkan bahwa jawaban masih berupa pernyataan tanpa menyertakan
bukti dan alasan yang mendukung.Oleh sebab itu siswa cenderung tidak mampu
mempertanggung jawabkan argumentasinya.
Bukti lainnya yang sejalan dengan peneliti sebelumnya yaitu penelitian
dari Putri Handayani dan Muniarti (2015:65) mereka menyatakan masih
kurangnya kemampuan berargumen siswa dengan bukti hasil analisis data
menunjukkan bahwa peserta didik kelas X Muhammadiyah 1 Palembang mampu
mengeluarkan pendapatnya namun tidak dapat menunjukkan bukti-bukti atau
pendukung yang membuat argumentasi peserta didik tersebut dapat dikatakan
benar sesuai teori. Selain itu mendukung penelitian Oktafiani yang dikutip oleh
Putri Handayani dan muniarti (2013), menyatakan mayoritas kualitas argumentasi
siswa berada pada level 1, dimana argumentasi mengandung Claim berlawanan
dengan Counter Claim. Argumen siswa kebanyakan berupa claim dan sangat

2
sedikit yang mengemukakan claim beserta dengan data-data yang mendukung
claim dan penjamin yang mendukungnya.
Berdasarkan masalah yang peneliti temukan dan data penelitian terdahulu
tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti ingin menganalisis argumen dalam
debat siswa kelas X SMA Negeri 13 Medan. Peneliti memilih menganalisis
argumen dalam debat siswa ini karena pada dasarnya argumentasi sangat baik
untuk mengukur proses bernalar siswa dan untuk melihat serta mengidentifikasi
bagaimana kualitas kemampuan siswa dalam mempertahankan dan menguatkan
argumennya. Peneliti memilih pembelajaran debat karena materi pembelajaran
debat dianggap mampu untuk dijadikan dasar untuk menggali dan mengetahui
bentuk kualitas argumen lisan siswa, karena pada dasarnya tujuan dari debat itu
sendiri ialah untuk mengeksplor dan menggali berbagai macam pendapat dari
berbagai sudut pandang pula.

METODE
Metode penelitian pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode
penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode
deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian.
Penelitian ini merupakan jenis deskriptif survei.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Pembelajaran debat yang dilakukan untuk memenuhi data dan informasi
dalam penelitian ini berlangsung sebanyak dua sesi pada kelas X MIA 4 SMA
Negeri 13 Medan tahun pembelajaran 2018/2019. Pada sesi pertama tema debat
yang dipilih ialah mengenai Sosial media, dan dilanjutkan dengan sesi kedua
dengan tema Pilpres 2019. Debat dianalisis berdasarkan elemen argumen menurut
Stephen Toulmin, yaitu adanya elemen Claim (Pernyataan, Ground (Fakta/bukti),

3
Warrant (Jaminan), Backing (Pendukung), Modals (Kata/frase), dan Rebuttal
(Sanggahan). Hasil Penelitian diperoleh data sebagai berikut.
1. Elemen Argumen Siswa yang Terdapat dalam Debat Kelas X SMA
Negeri 13 Medan
Berdasarkan penilaian pengamatan argumen dalam hasil debat siswa
pada kelas X MIA 4 SMA Negeri 13 Medan pada sesi pertama yang bertema
Sosial media, jika dilihat berdasarkan teori argumen Stephan Toulmin diperoleh
data sebagai berikut.
Tabel 4.1 Tabel Penilaian Pengamatan Argumentasi Sesi I Berdasarkan

Teori Argumen Stephan Toulmin

Elemen Argumen Keterangan


Kelompok Penilaian

C G W B M R

√ √ √ √ √ √ C (3), G (2),

Afirmasi W (1), B

(Pro) (2), M (2)

R(1)

Oposisi √ √ √ √ C (2), G (3),

(Kontra) B (2), M (1)

√ √ √ √ C (2), G (1),
Netral
B (1), M (2)

Hasil analisis dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa dari
kelompok debat afirmasi dan oposisi sudah mampu menyajikan argumennya
dengan memenuhi beberapa elemen yang disesuaikan berdasarkan teori Stephan
Toulmin. Seperti data yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel Penilaian
Pengamatan Argumentasi Sesi I Berdasarkan Teori Argumen Stephan Toulmin,
tim afirmasi telah mampu untuk memenuhi 5 elemen argumen dalam
argumentasinya yaitu, Claim(c) muncul sebanyak 7 kali, Ground(g) muncul
sebanyak 6 kali, Warrant(w) muncul sebanyak 1 kali, Backing(b) muncul
sebanyak 5 kali, Modals muncul sebanyak 5 kali dan Rebuttal(r) muncul sebanyak
1 kali.

4
Tabel 4.2 Tabel Penilaian Pengamatan Argumentasi Sesi II Berdasarkan
Teori Argumen Stephan Toulmin

Elemen Argumen Keterangan


Kelompok Penilaian

C G W B M R

√ √ √ √ √ C (4), G (2),
Afirmasi
B (2), M
(Pro)
(4), R (1)

√ √ √ √ C (4), G (1),
Oposisi
B (1), R (3)
(Kontra)

√ C (3)

Netral

Hasil analisis dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa dari
kelompok debat afirmasi dan oposisi sudah mampu menyajikan argumennya
dengan memenuhi beberapa elemen yang disesuaikan berdasarkan teori Stephan
Toulmin. Seperti data yang dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel Penilaian
Pengamatan Argumentasi Sesi II Berdasarkan Teori Argumen Stephan Toulmin,
tim afirmasi telah mampu untuk memenuhi 5 elemen argumen dalam
argumentasinya yaitu, Claim(c) muncul sebanyak 11 kali, Ground(g) muncul
sebanyak 3 kali, Backing(b) muncul sebanyak 3 kali, Modals(m) muncul sebanyak
4 kali dan Rebuttal(r) muncul sebanyak 4 kali.

2. Pola Argumen yang Dominan Terlihat dari Hasil Analisis Debat


Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Medan
Pola argumen yang terdapat dalam debat siswa kelas X MIA 4 pada
sesi pertama dan kedua yang masing-masing dengan tema Sosial media dan
Pilpres 2019 telah ditemukan sejumlah 14 pola argumen yang terdiri dari 8

5
macam pola dasar argumen. Pola argumen tersebut dikelompokkan menjadi pola
C-G, G-C, C-B, R-M, C-G-B, R-B, R-C, dan M-B.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Pembahasan merupakan bagian terpenting dalam sebuah penelitian. Pada
penelitian ini debat merupakan materi pembelajaran yang dijadikan bahan untuk
dianalisis bentuk argumentasi nya. Jika dilihat dari pengertian debat itu sendiri
yaitu merupakan suatu kegiatan untuk menguji argumentasi yang dilakukan antar
individu maupun kelompok, terlihat jelas hal tersebut telah terbukti pada
pelaksanaan debat pada kelas X MIA 4 SMA Negeri 13 Medan.
Pada bagian ini akan ditemukan jawaban-jawaban yang berhubungan
dengan rumusan masalah.
1. Elemen yang Terdapat dalam Argumen Siswa pada Debat
Berdasarkan teori yang dipakai dalam penelitian ini, ada enam elemen
argumen yang didasarkan dari pendapat Stephan Toulmin yaitu,
claim(pernyataan), ground(fakta/data), warrant(jaminan), backing(pendukung),
modals(kata/frase), dan rebuttal(sanggahan). Argumen disebut baik, kokoh atau
tinggi kualitasnya jika (a) pendiriannya dinyatakan jelas dan lengkap, (b) dasar
pendiriannya relevan dan mencukupi sebagai pijakan pendirian, (c) penalarannya
relevan dan cukup mendapat dukungan (backing), (d) pendukung penalarannya
jelas, relevan dan spesifik, serta (e) mempertimbangkan sanggahan yang mungkin
kontra.
Pada penelitian ini telah diperoleh data hasil penelitian yang
menggambarkan tingkat kualitas kemampuan argumen siswa dalam debat pada
kelas X MIA 4 SMA Negeri 13 Medan, berikut pemaparan penjelasannya.
A. Claim(pernyataan)
Claim (Pernyataan) ialah pernyataan berupa pendirian (menolah atau
menyetujui) tentang argumennya dalam sebuah pendapat. Agar claim menjadi
benar-benar kuat, pihak yang ingin berargumen harus merumuskannya secara
jelas. Pada hasil penelitian, elemen claim ini ditemukan 7 kali muncul pada sesi
pertama dan 11 kali pada sesi kedua. Namun ditemukan bukti bahwa seringkali
siswa hanya mengemukakan pernyataanya saja tanpa diikuti oleh fakta, jaminan,

6
pendukung, dan hal-hal lainnya yang membuat pernyataan argumen mereka
tersebut menjadi kuat posisinya.
Siswa mengemukakan argumennya berupa pernyataan mengenai suatu hal
cenderung dengan pemikirannya saja sendiri, mereka tidak berusaha untuk
menemukan data ataupun fakta yang berhubungan dengan hal-hal tersebut.
Berhubungan dengan hal tersebut, maka dapat dinyatakan beberapa argumen
siswa dinyatakan belum kuat untuk dipercayai atau diyakini.
B. Ground( Data/fakta)
Ground merupakan bukti-bukti secara khusus mengenai situasi yang
berdasarkan kejelasan, dan yang dapat membuat serta mendukung claim yang
jelas dan pasti. “Having clarified the claim, we must consider what kind of
underlying is required if a claim of this particular kind is to be accepted as solid
and reliable” ( Toulmin, dkk, 1979:26). Pada hasil penelitian, elemen ground ini
ditemukan 6 kali muncul pada sesi pertama dan 3 kali pada sesi kedua.
Fakta yang ditemukan pada hasil penelitian setelah dianalisis diketahui
siswa kurang mampu untuk mengemukakan pendapat/argumennya dengan
menyampaikan fakta ataupun data yang jelas merujuk pada sumbernya. Siswa
belum mampu untuk menyampaikan persen-persen berupa indeks dalam hal-hal
yang sedang dibahas. Padahal hal tersebut jika disampaikan tentunya akan
membuat pendengar menjadi yakin dan percaya atas argumen seseorang tersebut.
C. Warrant(Jaminan)
Warrant yaitu jaminan atau pembenaran merupakan pernyataan-
pernyataan yang digunakan untuk mempertahankan suatu claim. Pada hasil
penelitian, elemen warrant ini ditemukan 1 kali muncul pada sesi pertama dan
tidak ada sekalipun muncul pada sesi kedua. Dari hasil penelitian tergambar jelas
sekali bahwa jaminan sangat jarang disampaikan oleh siswa-siswa. Hal tersebut
juga terjadi karena belum mampunya siswa menyampaikan fakta ataupun data
yang benar, sehingga tidak ada hal yang membuat siswa harus menyampaikan
jaminannya sebagai pelengkap.
D. Backing(pendukung)
Toulmin menyatakan bahwa Backing atau pendukung merupakan hal-hal
yang dapat membantu jaminan untuk menguatkan pernyataan posisi. Pada hasil
penelitian, elemen backing ini ditemukan 5 kali muncul pada sesi pertama dan 3

7
kali muncul pada sesi kedua. Elemen backing merupakan salah satu argumen yang
siswa telah mampu menyampaikannya dengan baik. Banyak argumen siswa yang
telah dilengkapi dengan elemen backing berupa pengalaman ataupun hal yang
dilihat/dialami mereka secara langsung. Sehingga siswa dengan pasti dapat
menyampaikan dukungannya karena telah mereka lihat atau alami secara
langsung.
E. Modals Qualifer(kata/frase)
Modal Qualifer merupakan kata atau frase yang membangun sebuah
kalimat argumen yang tentunya mendukung pernyataan claim. Toulmin, dkk
(1979: 70-71) mengatakan bahwa setiap argumen memiliki kualitas yang pasti
dengan menggunakan istilah untuk menentukan kekuatan dan kelemahan, kondisi,
data atau batasan-batasan dengan pernyataan posisi yang bagus.
Pada hasil penelitian, elemen modals ini ditemukan 5 kali pada sesi
pertama dan 4 kali di sesi kedua. Beberapa siswa menandakan bentuk kepastian
atau kemungkinan argumennya sudah dengan tepat. Untuk beberapa argumen
penanda kepastian siswa mampu menggunakan kata pastinya, dan tentunya.
Sementara itu untuk penanda kemungkinan siswa mampu untuk menyampaikan
argumennya dengan menggunakan kata sepertinya, mungkin, dan lainnya.
F. Rebuttal(sanggahan)
Rebuttal diartikan sebagai sanggahan atau bantahan. Pada hasil penelitian
ini elemen rebuttal ditemukan muncul sebanyak 1 kali di sesi pertama dan 4 kali
di sesi kedua. Beberapa argumen siswa ditemukan mengemukakan sanggahan atas
pendapat posisi lawan. Hampir rata-rata mereka menyatakan secara langsung
ketidak setujuannya dengan menyatakan “kami tidak setuju dengan argumen
saudara”.
2. Pola Argumen yang Dominan Terlihat dari Hasil Analisis Debat
Pola adalah bentuk atau model yang bisa dipakai untuk membuat atau
menghasilkan suatu bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan
cukup mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang dapat ditujukan atau
terlihat (http://id.wikipedia.org) diakses 6 januari 2019). Dari hasil analisis data
yang telah diperoleh peneliti melalui observasi pada kelas X MIA 4 SMA Negeri
13 Medan mengenai bentuk argumen dalam debat telah ditemukan beberapa pola
argumen yang muncul dari argumen siswa. Dari dua sesi pelaksanaan debat yang

8
masing-masing dengan tema sosial media dan pilpres 2019 peneliti memperoleh
data pola argumen sejumlah 14 pola argumen yang terdiri dari 8 macam pola
dasar argumen. Pola argumen tersebut dikelompokkan sebagai berikut.
A. Claim-Ground, sebanyak 4 kali
B. Ground-Claim, sebanyak 1 kali
C. Claim-Backing, sebanyak 4 kali
D. Rebuttal-Modal, sebanyak 1 kali
E. Claim-Ground-Backing, sebanyak 1 kali
F. Rebuttal-Backing, sebanyak 1 kali
G. Rebuttal-Claim, sebanyak 1 kali
H. dan Modals-Backing, sebanyak 1 kali
Dari hasil analisis data, pola yang dominan terlihat dari bentuk argumentasi
siswa yaitu pola claim-ground dan claim-backing. Pola claim-ground dan claim-
backing masing-masing muncul sebanyak 4 kali dalam sesi pertama dan kedua.
Kedua pola tersebut dominan terlihat dari argumen siswa, karena sesuai analisis
data dilihat bahwa siswa menyampaikan pernyataannya lalu diikuti oleh data dan
fakta, dan pernyataan diikuti oleh pendukung berupa pengalaman dan apa yang
dilihat dari siswa.
Dengan begitu ditemukan fakta dan hasil temuan penelitian baru yaitu
munculnya pola diluar pendapat Stephan Toulmin yang menyatakan argumen
terbagi atas 5 pola. Temuan baru tersebut ialah pola claim-ground dan claim-
backing. Hal tersebut merupakan data yang diperoleh peneliti dengan real
berdasarkan dengan data yang diperoleh saat melakukan penelitian di kelas X
MIA 4 SMA Negeri 13 Medan. Jika dinilai berdasarkan rubrik skor ketajaman
argumen maka kedua pola yang dominan terlihat tersebut dapat dikategorikan
sebagai cukup lemah.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada
bentuk argumen siswa dalam debat kelas X MIA 4 SMA Negeri 13 Medan tahun
pembelajaran 2018/2019, maka dapat diambil kesimpulan Bentuk argumentasi
siswa dalam debat kelas X MIA 4 SMA Negeri 13 Medan ditemukan telah
mampu untuk menggunakan elemen argumen menurut teori Stephan Toulmin.

9
Pada sesi I siswa mampu memenuhi enam elemen yaitu claim(pernyataan) muncul
sebanyak 7 kali, ground(data/fakta) muncul sebanyak 6 kali , warrant(jaminan) 1
kali, backing(pendukung) muncul sebanyak 5 kali, modals(kata/frase) muncul
sebanyak 5 kali, dan rebuttal(sanggahan) muncul sebanyak 1 kali. Pada sesi II
siswa mampu memenuhi lima elemen yaitu claim(pernyataan) muncul sebanyak
11 kali, ground(data/fakta) muncul sebanyak 3 kali, backing(pendukung) muncul
sebanyak 3 kali, modals(kata/frase) muncul sebanyak 4 kali, dan
rebuttal(sanggahan) muncul sebanyak 4 kali. Namun dengan demikian argumen
siswa masih dianggap rendah, karena elemen-elemen yang muncul berikut
dominan hanya berdiri sendiri, hanya beberapa argumen saja yang membentuk
beberapa pola. Hal tersebut menyebabkan argumen yang disampaikan siswa
belum kuat, dan belum dapat dipercayai atau diyakini oleh pihak pendengar.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola argumen yang
dominan terlihat dari hasil analisis argumen siswa ialah pola claim-ground, dan
claim-backing yang masing-masing muncul sebanyak 4 kali. Pola –pola tersebut
merupakan pola temuan baru diluar dari pendapat teori menurut Stephan Toulmin.
Berhubungan dengan hal tersebut jika dilihat dari tabel rubrik ketajaman argumen
jika dilihat dari ada atau tidaknya elemen dasar claim dapat disimpulkan bahwa
kualitas kemampuan argumen siswa masih dikategorikan cukup lemah.

DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. (1982). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suparno dan M. Yunus. (2006). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Toulmin, Stephen, Richard Rieke, dan Alan Janik. 1979. An Introduction to
Reasoning. New York: Macmillan Publisher.
Wikipedia. Diakses 6 Januari 2019, https://id.m.wikipedia.org.

10

Anda mungkin juga menyukai