Anda di halaman 1dari 6

A.

Kajian Teori
1. Pemahaman Konsep
Secara istilah pemahaman dapat diartikan sebagai cara, proses, tindakan
memahami atau memahamkan (Hoiriyah, 2019). Pemahaman adalah kemampuan
peserta didik untuk mengerti atau memahami sesuatu, serta dapat menjelaskan dan
mengkomunikasikannya kepada orang lain (Febriyanto et al., 2018). Memahami
sesuatu adalah ketika seseorang dapat menjelaskan dan memberikan keterangan
yang terperinci mengenai hal yang telah dipelajari dengan bahasa sendiri (Hendrik
& Martahayu, 2018). Pemahaman juga dapat diartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk menangkap makna dari konsep tertentu (Dian Novitasari, 2016).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
pemahaman adalah proses penyerapan arti dari suatu materi yang telah dipelajari.
Konsep adalah ide abstrak yang menjadikan seseorang dapat
mengelompokkan objek atau kejadian merupakan contoh atau bukan contoh dari
ide tersebut (Fajar et al., 2019). Konsep juga dapat diartikan sebagai suatu hal
yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian
(Mawaddah & Maryanti, 2016). Dalam matematika konsep didapat dan dipahami
peserta didik melalui pengalaman berupa gagasan yang sifatnya abstrak (Hoiriyah,
2019). Sehingga konsep dalam matematika diartikan sebagai gagasan abstrak
yang memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan gagasan tersebut.
Pemahaman konsep memiliki arti terserapnya pola atau rancangan suatu
materi yang dipelajari (Dian Novitasari, 2016). Pemahaman konsep merupakan
kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman ide-ide matematika yang
menyeluruh dan fungsional (Fahrudin et al., 2018). Kemampuan pemahaman
konsep juga diartikan sebagai kemampuan untuk menerangkan kembali suatu
konsep secara mendalam (Novita et al., 2022). Peserta didik yang memiliki
kemampuan pemahaman konsep akan mampu menginterpretasikan pesan-pesan
baik secara lisan maupun tulisan (Rismawati & Hutagaol, 2018). Kemampuan
pemahaman konsep memungkinkan peserta didik untuk mampu melakukan
perhitungan sederhana, merubah bentuk, dan merumuskan strategi penyelesaian,
serta merepresentasikan konsep menggunakan simbol (Kartika, 2018b). Peserta
didik dapat dikatakan paham konsep apabila dapat menerangkan konsep,
menjelaskan hubungan antar konsep, dan dapat menggunakannya dengan mudah,
tepat, akurat dan efisien (Eriana et al., 2019).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep peserta didik,
seperti faktor yang berasal dari dalam diri, guru, sarana dan prasarana, serta
lingkungan (Susilaningsih et al., 2019). Selain itu, latar belakang dan kondisi
ekonomi guru, sistem manajemen yang dipakai oleh sekolah, dan sistem penilaian
regular sekolah yang kurang menjadi salah satu penyebab peserta didik
mengalami kesulitan dalam memahami konsep (Lin et al., 2016). Kesulitan
peserta didik memahami konsep menjadi penyebab timbulnya pemahaman konsep
yang tidak sesuai dengan yang disepakati oleh para ahli, atau dikenal dengan
miskonsepsi (Muntholib et al., 2018).
Menurut Wardani (2011) indikator pemahaman konsep terdiri dari: 1).
menyatakan ulang sebuah konsep; 2). melakukan pengelompokkan objek-objek
berdasarkan sifat-sifatnya (sesuai dengan konsepnya); 3). memberikan contoh
selain contoh yang ada dalam konsep; 4). memakai, memanfaatkan dan memilih
prosedur atau operasi yang tepat, dan 5). menggunakan konsep atau algoritma
untuk pemecahan masalah. Selanjutnya, menurut Hoiriyah (2019) indikator
pemahaman konsep yaitu: 1). menentukan definisi konsep; 2). mampu
menyebutkan contoh konsep dan bukan contoh konsep, dan 3). mampu memakai
konsep dalam menyelesaikan suatu masalah. Indikator kemampuan pemahaman
konsep matematis juga disampaikan oleh R. et al., (2019) yaitu: 1). menjelaskan
kembali konsep yang telah dipelajari sebelumnya; 2). mengkategorikan objek-
objek berdasarkan konsep matematika; 3). menggunakan konsep secara algoritma;
4). dapat menentukan contoh atau kotra contoh dari konsep yang dipelajari, 5).
merefleksikan konsep dalam berbagai representasi, dan 6). menghubungkan
berbagai konsep matematika baik secara internal atau eksternal.
Dalam penelitian ini pemahaman konsep diartikan sebagai kemampuan
memahami gagasan atau ide secara mendalam dan dapat menggunakannya
kembali untuk menyelesaikan masalah. Adapun indikator pemahaman konsep
dalam penelitian ini meliputi: 1). menentukan penjelasan suatu konsep; 2).
menentukan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep, dan 3). menggunakan
konsep untuk menyelesaikan masalah.
2. Tes Three Tier Multiple Choice

Tes merupakan cara atau prosedur yang digunakan untuk melakukan


penilaian dalam bidang pendidikan (Kadir, 2015). Tes ialah sekumpulan
pertanyaan yang memerlukan jawaban atau tanggapan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan seseorang (Ndiung & Jediut, 2020). Tes merupakan cara
untuk memberikan penilaian berupa suatu tugas atau beberapa tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik untuk mendapatkan nilai (Septiana, 2016). Tes yang
baik adalah tes yang dapat digunakan dimanapun tidak menunjukkan hasil yang
berbeda (Muluki, 2020). Salah satu syarat tes yang baik adalah berupa soal-soal
yang ditulis dengan baik supaya dapat mengukur keterampilan dan kemampuan
yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran (Gasela et al.,
2020).

Tes secara umum dibagi menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes surjektif
(Hasim et al., 2021). Tes objektif adalah tes yang hasilnya dapat dinilai secara
objektif oleh siapa saja (Ma et al., 2021). Tes surjektif adalah tes yang dapat
memiliki jawaban yang berbeda-beda dari setiap peserta didik sehingga
menimbulkan surjektivitas dalam penilaiannya (Magdalena et al., 2021).
Berdasarkan fungsinya tes dibedakan menjadi enam, yaitu: tes seleksi, tes awal,
tes akhir, tes formatis, tes sumatif, dan tes diagnostik (Hasim et al., 2021). Tes
diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan atau kekuatan
peserta didik (Hadi et al., 2015). Tes diagnostik pilihan ganda dapat berupa: tes
diagnostik pilihan ganda one-tier (satu tingkat), two-tier (dua tingkat), three-tier
(tiga-tingkat), four-tier (empat tingkat) (Annisa et al., 2019). Salah satu tes
diagnostik yang sering digunakan adalah tes three tier multiple choice. Bentuk tes
ini merupakan pengembangan dari tes two tier multiple choice (Mubarak et al.,
2016). Pengembangan dalam tes terletak pada tingkat keyakinan peserta didik
memilih jawaban dan alasan yang diberikan yang tidak ada pada tes two tier
multiple choice.

Tes three tier multiple choicei ialah tes diagnostik yang terdiri dari beberapa
tingkatan, tingkat pertama berupa soal pilihan ganda dengan pilihan pengecoh,
tingkat kedua alasan, serta tingkat ketiga berupa tingkat keyakinan (Hidayati et
al., 2019). Terdapat tiga tingkatan dalam tes three tier multiple choice, yaitu
bagian pertama berupa tes pilihan ganda, bagian kedua berupa alasan mengacu
pada bagian pertama, dan bagian ketiga mengenai keyakinan dalam menjawab
bagian pertama dan kedua (Saat et al., 2016). Bagian pertama untuk mengetahui
pengetahuan pesera didik, sedangkan bagian kedua untuk mengasah penalaran
peserta didik (Silviani et al., 2017). Bagian ketiga digunakan untuk membedakan
kesalahan jawaban peserta didik adalah karena kurangnya pengetahuan atau
kesalahpahaman konsep (Hidayati et al., 2019). Keunggulan tes diagnostik three
tier multiple choice menurut Mubarak, et al., (2016) adalah: 1). dapat
menganalisis miskonsepsi peserta didik secara lebih mendalam; 2). dapat
menentukan materi mana yang perlu diberikan penekanan lebih dalam
pembelajaran, dan 3). dapat digunakan untuk perencaan pembelajaran yang lebih
baik untuk mengurangi miskonsepsi yang dialami peserta didik. Disamping itu,
kekurangan tes three tier multiple choice adalah adanya keterbatasan mengenai
keyakinan pada tingkat pertama dan kedua, yaitu apabila peserta didik merasa
tidak yakin pada tingkat pertama namun merasa yakin pada tingkat kedua ataupun
sebaliknya, peserta didik hanya bisa memilih yakin atau tidak yakin secara
keseluruhan (Nurulwati, 2019). Pada penelitian ini, kekurangan ini disiasati
dengan adanya wawancara. Dengan wawancara peneliti akan menggali lebih jauh
pemahaman konsep matematis peserta didik dan tingkat keyakinan peserta didik
dalam memilih jawaban maupun alasan.

Dalam penelitian ini tes three tier multiple choice yang dimaksud adalah tes
yang terdiri dari tingkatan, tingkat pertama berisi soal pilihan ganda, tingkat
kedua berisi pilihan alasan mengambil jawaban pada tingkat pertama, dan pada
tingkat ketiga adalah berisi pilihan keyakinan dalam memilih tingkat pertama dan
kedua.

Contoh Soal

Bu Nisa seorang penjual mie ayam di daerah Sawojajar. Untuk membeli bahan-
bahan mie ayam, hari ini bu Nisa menghabiskan Rp. 800.000. Dengan bahan-
bahan tersebut bu Nisa dapat membuat 150 porsi mie ayam yang dijual dengan
harga Rp. 9.000/porsi. Hari ini bu Nisa dapat menjual 90 porsi.

Pernyataan yang benar sesuai keadaan di atas adalah:

a. Bu Nisa mengalami kerugian


b. Bu Nisa mengalami keuntungan
c. Bu Nisa tidak mendapatkan untung atau rugi
d. Bu Nisa mengalami impas

Alasan:

a. Terjadi keuntungan karena pendapatan lebih besar dari modal awal


b. Terjadi kerugian karena pendapatan kurang dari modal awal
c. Terjadi Impas karena pendapatan sama dengan modal awal.
d. Terjadi kerugian karena pendapatan lebih besar dari modal awal
e. Alasan lain: …

Keyakinan:

a. Yakin
b. Tidak Yakin

Anda mungkin juga menyukai