TK-2205/YWB/2006 2
Bab 5
Aliran Fluida
Kompresibel
TK-2205/YWB/2006 3
Pendahuluan
Perubahan tekanan (aliran kompresibel) > 10%
persamaan rugi gesek kurang akurat.
Penyelesaian neraca energi lebih rumit
Variasi
densitas atau volume spesifik terhadap
perubahan tekanan
Kondisi yang mungkin terjadi:
Ideal:tidak ada rugi gesek dan daya pompa
Tak ideal: ada rugi gesek dan daya pompa
TK-2205/YWB/2006 5
Persamaan: dP
u du g dz dF 0
Horizontal: dz 0 dan V 1 /
2
u
u du V dP 4 f dL 0
2D
u
G u du GdV
V
2
2 dV dP G
G 2f dL 0
V V D
G = fluksi massa fluida yang mengalir (kg/s/m2)
Perlu hubungan V dan P !!! Persamaan keadaan!!!
6
Contoh Persamaan Keadaan
RT a
van der Waals: P 2
V b V
RT a
P 0 ,5
Redlich-Kwong:
V b T V V b
7
Aliran Fluida Kompresibel
Dua kasus akan dikaji:
1. Aliran kompresibel isotermal
2. Aliran kompresibel adiabatik
8
Aliran Kompresibel Isotermal
Sistem isotermal
Distribusi
temperatur seragam
Tidak ada gradien temperatur terhadap posisi
dT/dz = dT/dx = dT/dy = dT/dr = 0
Untuk gas ideal berlaku:
1
pV RT
M
9
Aliran Kompresibel Isotermal
2 2 2
2 dV dP G2
G
V
V
2f
D
dL 0
1 1 1
2 2 2
dV M G2
G2
V
RT PdP 2 f
D
dL 0
1 1 1
G ln2V2
M
V1 2 RT
2 2
P2 P1 2 f
D
G2
L2 L1 0
V P1
Gas ideal : 2
V1 P2
P12 P22 4 fL
G 2 RT
DM
2
G 2 RT P1
M
ln
P2
Jika
RT Pav
dan Pav
P1 P2
M av 2
P1 P2 f
4 fLG 2 G 2
2 D av
P
ln 1
av P2 10
Aliran Kompresibel Isotermal
P1 P2 f
4 fLG 2 G 2 P1
2D av
ln
av P2
Jika tekanan P1 tetap, laju alir G berubah jika P2
berubah.
Jika P1 = P2, maka G = 0 (tidak ada aliran).
Jika P2 = 0, maka G = 0
Jadi pada suatu nilai tengah P2, maka G
mencapai maksimum
11
Aliran Kompresibel Isotermal
Pada keadaan maksimum: dG/dP2 = 0
(anggap p1 dan f konstan)
2
MP2
Gmax
RT
RT P2
umax
M 2
12
Aliran Kompresibel Adiabatik
Perpindahan panas melalui dinding tidak ada
atau diabaikan (q = 0)
Hasil perhitungan sistem adiabatik seringkali
menyimpang dari sistem isotermal, khususnya
pada pipa panjang
Pada pipa pendek dan P besar, laju alir
adiabatik lebih besar daripada isotermal (beda
maksimum sekitar 20%)
Pada panjang ~ 1000 diameter atau lebih,
perbedaan kurang dari 5%
13
Aliran Kompresibel Adiabatik
Kecepatan suara aliran
adiabatik P2 RT
umax
2 M
Cp
Beda maksimum aliran , untuk udara 1.4
adiabatik terhadap Cv
isotermal adalah 20%
u
Bilangan Mach, NMa NMa
NMa = 1 sonic umax
NMa < 1 subsonic
NMa > 1 supersonic
14
Soal Latihan
Sebuah gas alam dipompa melalui pipa
berdiameter dalam 1.016 m untuk menempuh
jarak 1.609 x 105 m dengan laju 2.077 kmol/s.
Anggap sistem perpipaan isotermal pada 289 K.
Tekanan pada ujung pipa P2 = 170.3 x 103 Pa
absolut. Hitung P1.
Viskositas CH4 = 1.04 x 10-5 Pas.
kpipa = 4.6 x 10-5 m
R = 8314.34 J/kmolK
15
Prosedur
1. DA
2. Hitung G dan NRe dan rejim aliran
3. Tentukan k/D
4. Cari f (dari kurva)
5. Tebak P1 masukkan pada P1 ruas kanan
6. Hitung P1 pada ruas kiri
7. Ulangi iterasi pada langkah 5 hingga diperoleh
harga P1 yang berdekatan
16
Perhitungan di Excel
17
1
TK-2106
MEKANIKA FLUIDA DAN
PARTIKEL
Dosen:
Dr. Yogi Wibisono Budhi
Program Studi Teknik Kimia ITB
BAGIAN II
2
Bab 1
Neraca massa sistem fluida mengalir
Bab 2
Neraca energi sistem fluida mengalir
Bab 3
Persamaan Bernoulli
Bab 4
Friksi dalam aliran satu dimensi dalam pipa
Bab 5
Aliran fluida kompresibel
Bab 6
Sistem pasokan energi mekanik dari dan atau ke fluida
TK-2205/YWB/2006
TK2106/YWB/2010 3
BAB 6
SISTEM PASOKAN ENERGI
MEKANIK
Pompa dan Kompresor
4
Kapasitas
kemampuan untuk mengalirkan fluida persatuan
waktu.
Head
kemampuan untuk memindahkan energi ke fluida
per satuan massa fluida.
Daya
kemampuan untuk menerima energi dari sumber
per satuan waktu.
Efisiensi
perbandingan antara energi yang diberikan
kepada fluida dan energi yang diterimanya dari
sumber.
Persamaan Bernoulli
15
P u 2
gz Wp F 0
2
Fluida kompresibel:
dP u2
gdz d dW p dF 0
2
Bagian Alat Pemindah Fluida
16
TK-2205/YWB/2006
Menurut cara kerjanya:
17
TK2106/YWB/2010
1. Positive Displacement:
19
- rotarypump
TK2106/YWB/2010
2. Pompa Sentrifugal
20
TK2106/YWB/2010
Ilustrasi
21
Pompa Centrifugal
Biasanya lebih murah, biaya maintenance rendah, dan space kecil
(praktis).
Kecepatan operasi 1200-8000 rpm (ada juga 23,000 rpm tapi untuk
kapasitas rendah)
Memompa cairan hingga head yang tinggi.
Sebagian besar pompa centrifugal beroperasi pada head yang relatif
konstan dan kapasitas yang beragam (bisa naik turun).
TK2106/YWB/2010
Persamaan Energi
P 2
v
gz Ws F f 0
2
Titik masuk dan keluar sama z = 0
Jarak titik masuk – keluar pendek Ff = 0
(P/ + u2/2) = H developed head, yaitu
head yang dihasilkan pompa
Bagaimana dengan hilang energi di dalam
pompa? harus diperhitungkan sebagai bagian
dari efisiensi pompa
Persamaan
P1 u12 P2 u22
z1 hp z2 h f di mana head loss : h f h fs h fd
1 g 2 g 2 g 2g
P1 P2
Jika u1 u2 , maka z1 hp h fs z2 h fd
1 g 2 g
Ps P
Jika suction head : hs z s h f s , dan discharge head : hd z d d h fd
1 g 2 g
maka head of pump : hp hd hs
2
. 10 m .
Discharge
Suction
1
.5m. . 50 m . . 100 m .
Kavitasi pada Pompa
bila zs kecil (< 0) , hfs besar, Ps turun maka nilai hs akan makin kecil.
Tekanan pada suction pompa penguapan cairan naik. Penguapan
ini akan membesar apabila tekanan suction (Ps) di bawah tekanan
uap fluida (Pv) yang dipompakan.
Jika terjadi penguapan atau tekanan suction turun di bawah
tekanan uap terjadi kavitasi pompa berputar tapi tidak
mengalirkan cairan fluida.
Kavitasi harus dihindari dengan cara:
Pv Net Positive
hs 0
g SuctionHead
(NPSH)
Net Positive Suction Head
Kasus A
2 2
1
Zd Zd
Zs
Zs
1
Kasus B
Pv Ps Pv Pv Ps Pv
NPSH hs zs h fs NPSH hs zs h fs
g g g g
Net Positive Suction Head
34
gc pa' pv
NPSH h fs Za
g b'
TK-2205/YWB/2006
Net Positive Suction Head
36
b
Suatu larutan (SG = 1,84)
di tangki A dialirkan
menuju tangki B. Efisiensi Wp
50 ft
pompa adalah 60%. a
b
Kecepatan rata-rata di
pipa hisap 3 ft/s. Rugi a
Za Zb
Developed head
Developed head (m)
Efficiency
Daya
Efficiency
Daya
Discharge (m3/min)
Kompresor
Akibat adanya perubahan densitas fluida (compressing)
bentuk integral persamaan Bernoulli tidak sesuai.
Namun persamaan Bernoulli dapat digunakan secara
diferensial untuk menghubungkan kerja poros (shaft
work) terhadap perubahan pressure head.
Dalam kompresor dan blower, perubahan energi kinetik
dan potensial tidak terlalu berubah.
Asumsi lain: tidak ada rugi gesek dalam pipa dan sistem
ideal
Kompresor
Untuk menggunakan
persamaan ini, informasi dP
lintasan fluida dalam dW pr
mesin perlu diketahui.
Prosedur sama, baik untuk Pb
komrpresor reciprocating, dP
sentrifugal, dan positive
W pr
displacement. Pa
Kompresi Adiabatik
Lintasan isentropik dan P P
a
gas ideal: a
a
P1 /
Pa1 /
Substitusi densitas dalam 1
integrasi Wpr (lihat P1 P2
W pr 1
halaman sebelumnya) 1 1 P1
Tugas
Pelajari dengan baik materi pompa dari buku
McCabe dkk (untuk edisi 4: lihat halaman mulai
170 Bab 8)
Developed head
Persamaan
Skema alat
NPSH
Contoh soal
Jenis-jenis pompa
Diameter Ekonomis Pipa
Pemilihan diameter pipa dapat dilakukan karena
beberapa jenis pertimbangan:
estetika atau supply ukuran pipa yang sudah ada.
yang paling sering adalah faktor ekonomis.
Untuk faktor ekonomis, ada dua hal yang harus
dipertimbangkan:
Fluida tersedia dalam tekanan tinggi dan kadang dimampatkan
ke tekanan rendah, sehingga energi yang diperlukan untuk
mengatasi friction losses dapat berasal dari pressure drop yang
tersedia.
Fluida tidak tersedia pada tekanan tinggi, sehingga diperlukan
pompa atau kompressor untuk mengatasi masalah fluid
friction.
Diameter Ekonomis Pipa
47
Biaya tahunan:
Daya untuk
menjalankan pompa
Biaya perawatan
pompa dan perpipaan
Capital-cost (harga beli
+ pemasangan) pompa
dan perpipaan
TK-2205/YWB/2006
Diameter Ekonomis Pipa
48
Purchase Price
adalah harga yang harus dibayarkan kepada
kontraktor untuk barang dan jasa yang dikeluarkan
untuk memasang sistem pompa dan perpipaan
lengkap, dan PP berharga konstan dengan satuan
[$/in (diameter). ft (panjang)].
PurchasePrice PP Dpipa Lpipa
Annual Capital Charge
capital charge (CC) berharga konstan dengan satuan
[1/tahun]
Annual CapitalCharge CC Purchase Price
TK-2205/YWB/2006
Diameter Ekonomis Pipa
49
Diameter ekonomis:
1
3 4 1 6
2
10 PC m
f
2
Decon
CC PP
Diameter ekonomis:
tidaktergantung panjang pipa.
sebanding dengan friction factor pangkat 1/6
dapat digunakan perkiraan kasar friction factor
(membuat sedikit kesalahan)
TK-2205/YWB/2006
TK-2205/YWB/2006
TK-2106
MEKANIKA FLUIDA DAN
PARTIKEL
1 Dosen:
Dr. Yogi Wibisono Budhi
Program Studi Teknik Kimia ITB
BAGIAN III
Bab 1
Fenomena aliran fluida dengan keberadaan partikel
padatan
TK-2205/YWB/2006
Bab 2
Fenomena interaksi aliran fluida dan
APLIKASI:
partikel untuk keperluan proses
Bab 3
Sistem pasokan energi pada campuran fluida dan
partikel
2
BAB 1
TK-2205/YWB/2006
FENOMENA ALIRAN FLUIDA DENGAN
KEBERADAAN PARTIKEL PADATAN
3
Beberapa industri proses mengolah partikel padat.
Sifat alir partikel padat berbeda dengan fluida.
TK-2205/YWB/2006
Fluida: Partikel padat
Mengisi penuh volume Ada ruang kosong
ruang (void fraction)
Mengalir kontinyu Mengalir tidak
kontinyu
Aliran fluida mengandung padatan memberikan
perbedaan kecepatan gas dan padatan karena adanya
beda sifat yang sangat besar (misal densitas).
TK-2205/YWB/2006
digambarkan oleh fenomena:
Tabrakan antar partikel padatan
Tabrakan partikel padatan dengan dinding saluran
Gesekan antara fluida dengan dinding luar
partikel padatan
Kejadian pergerakan partikel dalam fluida
dibedakan dalam beberapa kondisi, yaitu
partikel diam dalam fluida bergerak, partikel
bergerak dalam fluida diam, partikel dan fluida
bergerak dalam arah berlawanan, serta partikel 5
TK-2205/YWB/2006
Partikel bergerak dengan kecepatan konstan dalam
medan kecepatan fluida yang seragam,
Partikel bergerak dengan percepatan dalam medan
kecepatan fluida yang seragam,
Partikel bergerak dengan kecepatan konstan dalam
medan kecepatan fluida yang tidak seragam,
Partikel bergerak rotasi dengan kecepatan sudut
yang konstan dalam medan kecepatan fluida yang
seragam.
Dan lain-lain
6
KECEPATAN SLIP
Gerakan partikel dalam medan kecepatan fluida
menandakan adanya gaya-gaya interaksi antara
TK-2205/YWB/2006
partikel padatan dan fluida.
Adanya beda kecepatan antara partikel dan
fluida menimbulkan adanya ketidak-seimbangan
distribusi tekanan dan tegangan viskos pada
permukaan padatan akibatnya menimbulkan gaya
seret.
Beda kecepatan fluida dengan partikel padat
juga dikendalikan oleh kecepatan slip yang
didefinisikan sebagai:
7
Ufp = U - Up
Semua kejadian yang dipaparkan sebelumnya
memberikan pengertian bahwa dalam aliran
fluida dan partikel padatan terdapat perbedaan
TK-2205/YWB/2006
kecepatan.
Perbedaan kecepatan antara padatan dan fluida
disebut kecepatan relatif partikel padat.
Jika kecepatan partikel (Up) dan kecepatan
fluida (U):
Kecepatan relatif partikel terhadap fluida (Upf):
Upf = Up - U
TK-2205/YWB/2006
titik A, B, C, dan D)
Fluida pada titik A dalam U U p d p
keadaan diam relatif
terhadap partikel. N Re p
|U – Up| pada titik A = 0.
Bila fluida tidak bergerak =densitas fluida, =viskositas
relatif terhadap partikel fluida, |U-Up|=kecepatan selip,
padatan maka tekanan statik U=kecepatan fluida, Up=kecepatan
pada titik itu tidak paling partikel, dp=diameter partikel
besar: titik stagnasi.
Bilangan Reynolds untuk
interaksi aliran fluida
dengan partikel padatan 9
didefinisikan:
Kecepatan naik tekanan pada titik D naik
Aliran terpisah pada titik B, pada bagian
atas dan bawah tidak lagi simetris.
Titik spasi atas = B, titik spasi bawah = C
TK-2205/YWB/2006
partikel (belakang partikel). Daerah ini
membentuk pola aliran yang disebut wake.
Tekanan pada daerah ini relatif kecil.
Terjadinya beda tekan antara daerah depan dan
belakang menimbulkan gaya yang disebut dengan
gaya seret (drag force).
D
D
10
KOEFISIEN DAN GAYA SERET
Geometri partikel faktor penting dalam
penentuan gaya seret yang bekerja pada
TK-2205/YWB/2006
‘body’
Dalam aliran melalui pipa, faktor gesek adalah
rasio antara gaya seret per satuan luas (shear
stress) terhadap hasil kali densitas dan head
kecepatan.
Analogi, maka untuk benda yang tercelup dalam
aliran, koefisien seret (drag coefficient) CD
adalah rasio gaya seret total per luas
terhadap hasil kali densitas dan kecepatan.
11
KOEFISIEN DAN GAYA SERET
Koefisien seret: FD = gaya seret (N)
Ap = luas proyeksi /
FD tegak lurus terhadap arah
TK-2205/YWB/2006
CD aliran (m2)
uo2
Ap Bola, Ap = 3.14 / 4 x
Dp2
2
Silinder yang sumbunya
Gaya seret: tegak lurus arah
aliran Ap = Dp x L
uo2 CD = koefisien seret (tak
FD C D Ap
berdimensi)
2 Uo = kecepatan aliran
bebas (m/s)
12
= densitas fluida
(kg/m3)
Partikel Bola Tercelup dalam Aliran
Dp2
Ap
4
13
ALAT UNTUK MENENTUKAN CD
TK-2205/YWB/2006
14
PERBEDAAN DISTRIBUSI KECEPATAN AKIBAT PERBEDAAN
TEKANAN KECEPATAN BERBEDA, BILANGAN REYNOLDS
BERBEDA
Viscous Flow past a Circular Cylinder, Dissipation 06:01:54 4/9/07 Viscous Flow past a Circular Cylinder, Dissipation 05:56:07 4/9/07
FlexPDE 3.11 FlexPDE 3.11
o vm o vm
0.9 0.9
10.0 10.0
9.50 9.50
9.00 9.00
0.6 8.50 8.50
0.6
x 8.00 8.00
7.50 7.50
7.00 7.00
6.50 6.50
0.3 6.00 0.3 6.00
5.50 5.50
5.00 5.00
4.50 4.50
Y
0. 4.00
Y
0. 4.00
3.50
3.50
3.00
3.00
2.50
2.50
-0.3 2.00
-0.3 2.00
1.50
1.50
1.00
1.00
0.50
0.00 0.50
-0.6 x 0.00
-0.6
-0.9
-0.9
1. zoom(0,0, 5*a,5*a)
v
1. zoom(0,0, 5*a,5*a)
10.0
10.0 9.50
9.50 9.00
9.00 0.8 8.50
0.8 8.50 8.00
8.00 7.50
7.50 7.00
7.00 6.50
6.50 6.00
0.6
6.00 5.50
0.6
5.50 5.00
Y
5.00 4.50
Y
4.50 4.00
4.00 3.50
3.50 0.4
3.00
0.4
3.00 2.50
2.50 2.00
2.00
1.50
1.50 1.00
1.00 0.2 0.50
0.2 0.50
0.00
0.00
15
0.
0.
X X
flow 101b_mekflu: Grid#3 p2 Nodes=1048 Cells=488 RMS Err= 7.e-4 flow 101b_mekflu: Grid#3 p2 Nodes=1048 Cells=488 RMS Err= 7.e-4
Re= 3788.440 Re= 19699.89
www.pdesolutions.com
downloadable, free for student version
16
TK-2205/YWB/2006
17
NRE = 100
UNDERWATER VEHICLE, NRE = 200
TK-2205/YWB/2006
18
TK-2205/YWB/2006
19
V6.7
TK-2205/YWB/2006
20
Separation Point
TK-2205/YWB/2006
21
ALIRAN MELALUI BOLA, SILINDER PANJANG, DISK
TK-2205/YWB/2006
Korelasi CD dan kecepatan (NRe) kurva, yang
ditentukan secara eksperimen
Untuk daerah laminer dengan NRe < 1, gaya
seret pada partikel bola
Hukum Stokes (Bil. Reynolds rendah, kurang
dari 1):
FD 3 D puo
24 24
CD
uo D p / N Re p 22
Koefisien Seret fungsi NRe
23
TK-2205/YWB/2006
24
KURVA CD
Koefisien Serat vs NRe (Hasil
Eksperimen)
Drag Coefficient vs. Reynolds Number for a Sphere
1000
100
Drag Coefficient (CD)
10
0.1
0.01 25
0.01 0.1 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 10000000
Reynolds Number (Re)
Pada NRe = 3 x 105, CD turun tiba-2, boundary
layer menjadi turbulen, titik pemisahan
bergerak ke hilir.
Pada NRe = 1 x 103 - 2 x 105, CD tetap untuk
tiap bentuk.
Untuk bola, CD = 0.44
Di atas NRe = 5 x 105, CD kembali tetap.
Untuk bola, CD = 0.20
Untuk silinder CD = 0.33
Untuk disk CD = 1.12
26
ALIRAN DALAM UNGGUN BERJEJAL
TK-2205/YWB/2006
Kolom adsorpsi
Kolom absorpsi
Unggun penyaringan (filter bed)
Dll
Fraksi kosong:
volumeronggadalamunggun
TK-2205/YWB/2006
volume total(rongga padatan)
Untuk bola: 6
av 28
Dp
ALIRAN DALAM UNGGUN BERJEJAL
Untuk unggun berjejal yang partikel isiannya
tidak berbentuk bola, maka diameter efektif:
TK-2205/YWB/2006
6
Dp
av
Fraksi kosong dalam unggun =
Fraksi volume partikel dalam ungun = (1 - )
TK-2205/YWB/2006
TK-2205/YWB/2006
Periode percepatan (biasanya sangat singkat)
Periode berkecepatan tetap (lebih lama)
32
Gerakan akibat gaya gravitasi
du p C D o Ap
u 2
g
dt p 2m
Gerakan akibat medan sentrifugal (r = jari-2 lintasan
partikel)
du
2 p C D o Ap
u 2
r
dt p 2m
33
Kecepatan Terminal (Akhir)
Pengendapan akibat gaya
gravitasi
ut
2g p m
Pada gaya gravitasi, Ap C D p
kecepatan bergantung pada
jari-jari, dan percepatan
tidak tetap ketika
partikel dalam keadaan 2r p m
gerak terhadap fluida.
ut
Dalam banyak aplikasi,
percepatan partikel Ap CD p
tersebut kecil relatif
terhadap gaya-2 yang
lain, sehingga dapat 34
diabaikan.
Kecepatan Jatuh: Partikel Bola
Massa dan luas proyeksi partikel bola
D 3p
m pV p
6
D 2p
Ap
4
Partikel tunggal (Free Settling)
35
Kecepatan Jatuh: Partikel Bola,
Tunggal
Partikel tunggal (Free Settling)
ut
4g p Dp
3CD
Dalam beberapa hal, kecepatan terminal diperoleh dengan cara
trial-and-error dengan cara menebak NRe (kecepatan) untuk
mendapatkan CD
Untuk kasus khusus, NRe rendah dan tinggi, ada persamaan
langsung yang dapat digunakan
36
Kecepatan Jatuh:
Partikel Bola, Tunggal, NRe<1, K < 2,6
ut
4g p D p
Pada NRe = 1.0, CD = 26.5
Untuk medan gravitasi,
3C D kecepatan terminal ini
dapat dimodifikasi dengan
24 menggantikan g dengan r2
CD
N Re
FD 3 ut D p Hukum Stokes
ut
gD 2p p
18
37
Hukum Stokes
Kecepatan Jatuh:
Partikel Bola, Tunggal, 1000< NRe< 200000
C D 0.44 CD = 0.44
Berlaku untuk
FD 0.055D 2p ut2
partikel yang
ut 1.75
gD p p besar yang jatuh
dalam fluida gas
atau fluida
berviskositas
Hukum Newton
rendah
1.5
N Re, p 1.75K
N Re, p 1000 K 68.9
N Re, p 200000 K 2360
Hukum Newton 68.9 K 2360
Pada daerah transisi: 2.6 < K< 68.9, gunakan kurva (trial
and error) untuk menentukan CD
40
Tugas Rumah
Hitung kecepatan terminal partikel
batugamping berukuran antara 80-100
mesh. Densitas partikel adalah 2800
kg/m3, jatuh dalam air pada suhu 20,
30, 40, 50, 60, 70, 80oC.
Buat plot antara CD dan temperatur
41
TK-2205 Mekanika
Fluida dan Partikel
BAGIAN III
Dosen: Dr. Yogi Wibisono Budhi
Program Studi Teknik Kimia
FTI - ITB
1
Partikel Terkonsentrasi
Gradien kecepatan masing-masing partikel
dipengaruhi oleh adanya partikel di
sekitarnya
Korelasi gaya seret normal/biasa tidak
berlaku
Partikel-partikel memindahkan fluida ke atas,
sehingga kecepatan partikel relatif terhadap
fluida lebih besar daripada kecepatan jatuh
bebas absolutnya
2
Partikel Terkonsentrasi
Untuk suspensi NRe,p= ut dp/ n
seragam, kecepatan
0.1 4.6
pengendapan (settling
velocity) diperkirakan 1 4.3
dari kecepatan akhir 10 3.7
menggunakan 100 3.0
persamaan empiris
1000 2.5
Maude dan Whitmore:
us ut n
3
Persamaan Empririk Maude dan Whitmore
4.5
3.5
3
n
2.5
1.5
0.5
0
0.1 1 10 100 1000
4
Bilangan Reynolds Partikel
Partikel Terkonsentrasi
Pangkat n berubah dari 4.6 (Rejim Stokes) ke 2.5 (Rejim
Newton)
Untuk partikel sangat kecil:
us/ut = 0.62 untuk = 0.9
us/ut = 0.095 untuk = 0.6
Untuk partikel sangat besar:
us/ut = 0.77 untuk = 0.9
us/ut = 0.28 untuk = 0.6
Pengaruh pengendapan terkonsentrasi tidak besar karena
ketebalan lapisan batas adalah fraksi yang lebih kecil dari ukuran
partikel.
Persamaan Maude dan Whitmore dapat digunakan dengan
catatan khusus karena kecepatan pengendapan juga
dipengaruhi oleh distribusi ukuran dan bentuk partikel.
Diperlukan data percobaan jika ingin merancang wadah
pengendapan dengan tepat.
5
Partikel Terkonsentrasi
Jika partikel-partikel dengan ukuran tertentu jatuh melalui
suspensi dari partikel-partikel yang lebih halus, kecepatan akhir
dari partikel-partikel yang lebih besar dapat dihitung dengan
menggunakan densitas dan viskositas suspensi yang halus.
Persamaan Maude dan Whitmore dapat digunakan untuk
memperkirakan kecepatan pengendapan dengan diambil
sebagai fraksi volume suspensi halus, bukan fraksi ruang kosong
total.
Suspensi dari pasir yang sangat halus dalam air dapat
digunakan untuk memisahkan batubara dari mineral-mineral
besar, dan densitas suspensi diatur pada harga yang sedikit
lebih besar daripada batubara untuk membuat partikel batubara
muncul pada permukaan, sedangkan partikel mineral berat akan
tenggelan di dasar.
6
Partikel Terkonsentrasi
Viskositas suspensi juga dipengaruh oleh
adanya fasa terdispersi. Untuk suspensi
partikel-partikel padat yang mengalir bebas,
viskositas efektif diperkirakan dari:
s 1 0.5 1
4
7
Partikel Terkonsentrasi
1. Dua partikel bulat: ut1 p1
NRe,p < 0,2 ut 2 p 2
d1 = d2, tapi p1 ≠ p2:
9
Viskometer Bola Jatuh
Bola jatuh dalam fluida dengan viskositas ,
NRep < 0,2 (laminer), maka kecepatan jatuh
dapat diukur melalui waktu yang ditempuh
(tp) sepanjang ketinggian L, sehingga
memberikan up = L/tp.
Maka viskositas fluida diperoleh:
2
gd p p t p
18L
10
BAB II
Fenomena Interaksi Aliran Fluida
dan Partikel untuk Keperluan
Proses
11
Fenomena ini diaplikasikan dalam pemisahan
partikel dari fluida.
Beberapa metoda yang digunakan untuk
memisahkan partikel dari fluida, antara lain:
ruang pengendapan gravitasi,
pengendapan elektro statik/Electro Static
Prepiration (ESP),
pemisah siklon,
filtrasi, dan
fluidisasi
12
Ruang Pengendapan Gravitasi
Ruang pengendapan gravitasi bekerja
berdasarkan gaya gravitasi.
Q = laju volumetrik
L, H, W masing-masing adalah
panjang, tinggi, dan lebar ruang 13
Ruang Pengendapan Gravitasi
14
Ruang Pengendapan Gravitasi
Jika partikel jatuh pada kecepatan jatuh up,
maka waktu jatuh setiap H adalah: tv = H/up
Untuk mulai dari A dan berhentu di B, maka
tH = tv , atau WHL/Q = H/up. up = Q/(WL)
Asumsi yang digunakan untuk perhitungan di
atas adalah partikel jatuh bebas dan tidak
ada penghalang lain
15
Ruang Pengendapan Gravitasi
Bila NRep < 0.2:
up
gd 2p p
Q
18 WL
Jika laminer, partikel yg dipisahkan secara gravitasi :
0.5
18Q
dp
gWL p
16
Pengendapan Elektro Statik
(ESP)
Metode pemisahan menurut beda gaya tarik
menarik atau tolak menolak muatan partikel
di bawah pengaruh medan listrik.
Teknik charging yang digunakan dalam ESP
diantaranya:
contact electrification
conductive induction
ion bombardment.
17
Pengendapan Elektro Statik
(ESP)
18
Pemisah Siklon
Pada pemisah siklon, gas
dan partikel masuk dalam
ruang pemisah secara
gas keluar
tangensial.
Aliran dalam ruang pemisah AI
sangat kompleks. R1
H
Gas dipaksa keluar ruang
membuat belokan balik
R2
sehingga partikel jatuh dan
terpisah dari aliran fluida.
partikel keluar
19
gas keluar
Pemisah Siklon AI
R1
H
Aliran dalam ruang
pemisah mempunyai R2
arah q (tangensial), r
(radial) dan z (axial).
Parameter kecepatan partikel keluar
penting dalam ruang
adalah kecepatan arah Q
radial dan tangensial Kecepatan radial : ur
2rH
yang diperkirakan dari QR2
Kecepatan tangensial : u
A1r
20
Pemisah Siklon
u2
Pada daerah sekitar inlet, mp 3 ur
kecepatan axial w lebih r
kecil dibanding u dan ur.
Partikel terkecil yang d 3p
masih bisa dipisahkan mp p
dengan siklon 6
diperkirakan dari
persamaan gaya Q
ur
sentrifugal = gaya seret
dimana terjadi pada 2rH
keadaan laminar NRep < QR2
0,2. Ukuran terkecil u
partikel yang dapat A1r
dipisahkan diberikan
oleh: 9A1
2
Bila dp < dpc, partikel d cp
dengan ukuran dp pQH 21
22
Pemisahan dengan Media
Penyaring (Filtrasi)
Luas penampang penyaring = A
Volume filtrat tertampung = V
Tinggi padatan tersaring = L
Volume padatan/Volume filtrat =
Kecepatan aliran filtrat = U
Permeabilitas padatan tersaring =
1 dV P1 P2 V
U ;L
A dt L A
1 dV A
P1 P2
A dt V
dV A2 1
P1 P2
V
23
dt
24
25
Contoh Alat Filtrasi
Plate and Frame Filter
26
Contoh Alat Filtrasi
27
Pemisahan dengan Media
Penyaring (Filtrasi)
Penyaringan dengan Beda Tekan Tetap
Sering digunakan dt 1 1
K cV
dV q qo
2 A2 P1 P2 t
Volume filtrat (V ) t Kc 1
V
V 2 qo
pi
Unggun Diam
Fenomena yang terjadi dalam unggun diam adalah :
Fluida mengalir diantara ruang kosong antar partikel padat
yang diam
Interaksi fluida dan partikel padat yang diam menimbulkan
adaya gaya seret yang ditandai dengan hilang tekan dari
fluida yang mengalir
Aplikasinya seperti aliran fluida dalam reaktor berkatalis
padat
Hilang tekan membesar dengan naiknya kecepatan
superficial fluida
41
Unggun Diam
Catalyst particles
penurunan tekanan P z
sepanjang ketinggian atau Feed Product
panjang unggun L
Jika aliran fluida tak
z=0 z=1
termampatkan memiliki laju alir
volum Q maka karakteristik
Q
us
fluida dinyatakan dalam
parameter kecepatan
superfisial fluida yang
didefinisikan: A
Kecepatan superfisial fluida
dihitung saat kolom tidak
berisi partikel
d p P d pU
Hubungan hilang tekan sf f
f ,
terhadap kecepatan superfisial U L
sf 42
Unggun Diam
Persamaan hilang
tekan:
De P De Uef
f
Volume fluida = volume ruang kosong
U ef L
volume fluida
De 4
luas daerah yang terbasahi
Q AU ef
1 Q U sf
U ef Kecepatan efektif
A
43
Ungun Diam
d p 3
Volume bola total: Vp N p
6
Fraksi kosong Volume kosong
Fraksi solid 1 - Volume padat
3
d p
Volume kosong N p
1- 6
Luas permukaan bola total: N pd p
2
3
dp
N p
1 6 2
Diameter efektif pipa: De d44 p
N pd p
2
1 3
Unggun Diam
Hilang tekan dalam unggun diam menjadi:
De P 2 P 3
dp
U ef L
2 1 3 L1 U sf
2
2 dp U sf
N R ep
3 1
d p 3 P
Fraksi bukan unggun diam: f p1
U sf2 1 L
U sf d p
N Re
1 45
Unggun Diam
Persamaan Ergun:
150
fp 1, 75
Re p
150
Re 10 fp
Re p
Re 1000 fp 1,75
Untuk partikel non-spherical, gunakan
diameter ekivalen: 2
( De ) dp
1 3
adalah faktor bentuk (kebulatan) 46
Unggun Diam
Sehingga:
U sf de d pU sf
N Re p
1
47
Unggun Diam
Tahanan energi per satuan luas (b) :
P
f dp
b 1 L 6
b b 2 b
f p2 2
1 1 U 1
U ef2 2
sf U sf2
2 2 2
3 Pf d p 1
f p2
1 L 6 1
U sf2
2
1 3 Pf 1 f p1
f p2 d p
3 1 L U sf2 f p2 48
3
Unggun Diam
N Re
U sf d p atau
p1
N Re p 2 N Re
6 1 p2 6
10
NRe < 2 laminer: f p2
Re p 2
49
Unggun Diam
Untuk aliran dalam pipa laminer:
2
Pf d
U ef
L 32
2
de dp
3 1
Pf 1 2 4 2
U ef dp
32 1 9
2
L
U sf
U ef
U sf U ef
Pf 1 3 d p
2
U sf
8 1 9
51
2
L
Unggun Diam
Untuk unggun diam, ada parameter Kc:
Pf 1
3 2
dp
U sf
K c 1 36
2
L
Sehingga hilang tekan:
1 2 36
Pf K c L U sf
3 2
d p
52
Unggun Diam
Kc bernilai 3,6 – 5,5.
Untuk aliran laminer, Kc = 5, maka:
1 2 1
Pf 180L U sf
3 2
d p
Pelajari lebih lanjut Persamaan Ergun!!!
53
Unggun Terfluidakan
Bila fluida mengalir dari bawah melawan
gravitasi dalam unggun partikel, maka pada
kondisi tertentu akan terjadi pergerakan
partikel secara khas.
Pergerakan partikel ini menyerupai
pergerakan fluida sendiri.
Fenomena ini disebut fluidisasi
54
Unggun Terlfuidakan
55
Unggun Terluidakan
Gasifikasi dalam Unggun Terfluidakan
56
Unggun Terlfuidakan
Computational Fluid Dynamic (CFD)
57
Unggun Terfluidakan
Fenomena turun tekan:
58
Unggun Terfluidakan
Usf < (Usf)mf , beda tekan linier naik terhadap
Usf regim ini disebut rejim unggun diam
Usf > (Usf)mf , maka P cenderung konstan,
regim ini yang disebut rejim dengan
fluidisasi
P mf 1 mf p Lmf g
p g mf
3
36
U 2
; So
6
Kc (1 mf ) So
sf mf dp
59
Unggun Terfluidakan
U sf mf d p
C 0.0408Ar
2
1
2
C
Ar gd 3 p
2
p
Ar = Bilangan Archimedes
C adalah konstanta dengan nilai 27-34 dan
yang umum digunakan adalah C=30
60
Kecepatan minimum fluidisasi (NRe<20)
d p2 s g g 3mf s2
u mf
150 1 mf
Kecepatan terminal partikel:
1
18 2.335 1.744 s
ut
2
d p 0.5
dp
g s g g
1/ 3 1/ 3
g 2
u t u d p dp
s g g 2
61
Persamaan Fluidisasi
p 1 L
g
p
g c
p g c
p 1 m p L g 1 m p
g
gc L
p g c Vom 1 2
Vom2 1
150 2 2 1.75
L s Dp 3
s Dp 3
Vom 1 m Vom2 1
150 2 2 1.75 g p
s Dp m3
s Dp m
3
62
PR (disiapkan utk 24 April 2007)
Partikel padat berbentuk bola dengan ukuran diameter
0,12 mm dan densitas 2500 kg/m3 difluidisasi dengan
udara pada tekanan 2 atm dan temperatur 25 oC. Luas
penampang unggun adalah 0,30 m2. Massa partikel
dalam unggun adalah 300 kg. Tinggi unggun fluidisasi
dibuat setinggi 3 kali diameter unggun. Porositas unggun
dalam keadaan diam adalah 0,05. Hitung :
a). Tinggi unggun diamnya
b). Porositas unggun pada kondisi fluidisasinya
c). Hilang tekan pada keadaan fluidisasi tercapai
d). Kecepatan superfisial minimum fluidisasi.
63
Pengaliran Lumpur
Lumpur
cairan yang mengandung partikel padat dalam bentuk
suspensi
Lumpur dibagi dalam kelas:
yang mengendap dan
yang tidak mengendap:
mengandung konsentrasi yang tinggi, serta partikel-partikel
yang halus.
berperilaku sebagai cairan saja: newtonion/ non-newtonion.
64
Pengaliran Lumpur
Lumpur yang mengendap:
mengandung partikel yang lebih besar dan konsentrasi
rendah.
tidak bisa dipompa pada rejim laminar, tetapi harus
turbulen.
Untuk mengalirkan lumpur, kecepatan fluida harus
dijaga agar lumpur tidak mengendap.
Kecepatan ini disebut kecepatan minimum.
Pada kecepatan minimum ada gradien konsentrasi
padatan dari atas ke bawah pipa.
65
Pengaliran Lumpur
Kecepatan minimum dalam pipa lurus
disimbolkan Ume:
0,775
1
m Dpipa p f 1,225
U me 0, 0251gd p
U
f f
m p f f 6,105 d p 6,104 m
2,510-2 Dpipa 3,10-1 m
= porositas = fraksi kosong volume
adalah viskositas cairan pembawa
f adalah densitas cairan pembawa 66
Kecepatan dimana dalam pipa tidak terjadi
gradien konsentrasi padatan dari atas ke
bawah disebut kecepatan standar linier (Ucc)
0,775
1
m D pipa p f 1,225
U cc 0, 0741gd p
U
f f
67
Hilang tekan pada kecepatan fluida minimum
P me P w 180
Pw U 2 1
1.5
f Cd
2
gD p
P me P w
1 2
gDpipa Dpipa
2 p
0, 0037
Pw 2
U dp
f
Q
U
A
69
SISTEM PASOKAN ENERGI
PADA CAMPURAN FLUIDA
DAN PARTIKEL
70
Salah satu proses penanganan material yang paling
penting adalah pemindahan material tersuspensi
dalam aliran fluida melalui suatu jarak
horisontal/vertikal: pneumatic conveying.
Kapasitas pneumatic conveying bergantung pada:
densitas produk
kandungan energi udara conveying pada seluruh sistem
diameter conveying line
panjang ekuivalen conveying line.
Sistem pengaliran dibagi menjadi dua mode:
pengaliran tekanan negatif
pengaliran tekanan positif
71
Pengaliran Tekanan Negatif
Sistem pengaliran ini disebut juga vacum
conveying. Tekanan operasi sistem lebih
rendah dari tekanan udara luar.
udara
Pipa transport
Separator Exauster
fan
Partikel
72
padat
Pengaliran Tekanan Positif
Tekanan operasi sistem lebih tinggi dari
tekanan udara luar.
fluida
Partikel masuk
Pipa transport
Blower
debu
Separator
Partikel padat
73
Rejim Aliran
Berdasarkan jumlah partikel, rejim aliran fluida dan partikel digolongkan
dalam:
aliran encer (dilute)
aliran pekat (dense)
Berdasarkan distribusi partikel dalam saluran, rejim aliran digolongkan
dalam:
suspensi encer (dilute suspension)
sedimentasi partikel (sedimentation of particles)
stratifikasi (stratified flow)
aliran sumbat (plug flow)
Berdasarkan orientasi saluran, rejim aliran akan sedikit berbeda
karakteristik untuk orientasi saluran:
Horizontal
Vertikal
miring (inclined)
belokan (bend)
berkerangan (valve)
74
Orientasi Aliran:
Aliran dalam saluran vertikal
Jika konsentrasi rendah dan kecepatan gas cukup tinggi, baik partikel
maupun fluida sama-sama bergerak secara seragam.
Jika kecepatan gas menurun, partikel di sekitar dinding melambat
karena adanya gesekan dengan dinding serta gaya gravitasi yang
arahnya berlawanan dengan arah gerak partikel. Hal ini dapat terjadi
hingga partikel tidak mempunyai kecepatan ke atas tetapi gaya dorong
dari gas masih mampu mengimbangi gaya gravitasi, sehingga partikel
tersebut menjadi berpusar dan mengambang di dekat dinding.
Laju alir partikel padat hanya berasal dari aliran yang melewati pusat
pipa dimana gaya geseknya jauh lebih kecil daripada aliran di dekat
dinding.
Pada kecepatan gas yang lebih rendah lagi, partikel-partikel yang
berpusar di sekitar dinding mulai jatuh ke bawah melalui dinding,
sementara aliran di tengah pipa tetap.
Secara umum partikel kasar tidak mampu membentuk rejim transisi dan
anular, tetapi cenderung membentuk aliran slugging. Pada rejim ini,
hilang tekan terjadi secara maksimum, hingga akhirnya terjadi
penyendatan aliran atau choked flow.
75
a). Suspensi b). Sedimentasi c). Stratifikasi d).aliran e). Unggun
encer partial sumbat mengalir
76
Orientasi Aliran:
Aliran dalam Saluran Horizontal
Memiliki rejim aliran yang berbeda dengan aliran vertikal.
Jika konsentrasi partikel sangat rendah, partikel tersuspensi
dalam aliran dan terdistribusi secara merata di seluruh bagian
pipa. Hal ini merupakan salah satu ciri dari dilute flow (A)
Seiring dengan penambahan konsentrasi partikel, terjadi
sedimentasi dan pembentukan timbunan (B). Kecepatan gas
pada rejim ini disebut kecepatan saltation. Pada rejim ini,
partikel cenderung untuk mengendap di dasar pipa dan bergerak
dari timbunan satu ke timbunan yang lain seperti yang terjadi di
gurun pasir.
Bila setelah rejim sedimentasi konsentrasi partikel masih tetap
ditambah maka akan timbul aliran yang bertingkat dengan
antarmuka bergelombang atau stratified flow with wavy
interfaces.
Setelah rejim ini, akan timbul rejim aliran sumbat yang dicirikan
oleh aliran gas dan partikel yang bergantian. Pada laju alir gas
yang relatif lebih tinggi akan terjadi rejim unggun bergerak. 77
Orientasi Aliran:
Aliran dalam Saluran Horizontal
Salah satu parameter yang penting dalam aliran
horizontal adalah kecepatan saltation.
Pada kecepatan gas di bawah kecepatan saltation,
hilang tekan akan meningkat bila kecepatan gas
menurun sehubungan dengan makin banyaknya
partikel yang mengendap di dasar pipa.
Sedangkan untuk kecepatan gas di atas kecepatan
saltation, aliran partikel sangat mirip dengan aliran
seragam pada aliran vertikal. Pada rejim ini hilang
tekan akan meningkat bila kecepatan gas menurun.
78
a). Suspensi merata b). Sedimentasi partial
79
80
Tumpukan partikel Tumpukan partikel
stagnan stagnan
81
Variabel Aliran
Variabel aliran dalam sistem pengaliran partikel
dalam fluida adalah:
Kecepatan superfisial fluida: Ufs=Q/A [m/s]
Laju alir massa partikel: mp [kg/s]
Fluks massa partikel: Jp = mp/A, [kg/m2.s]
Hilangkan tekan aliran partikel dan fluida -P [Pa]
Hilang tekan pada Jp=0, -Po [Pa]
Kecepatan superfisial minimum, Usfm didefinisikan sebagai
kecepatan minimum gas dimana kecepatan yang lebih
kecil dari ini akan terjadi endapan partikel pada dasar
saluran (pipa horizontal) dan tertahan di tempat (choking)
untuk pipa vertikal.
Perbandingan laju alir massa partikel dan gas Rm = mp/mf
82
Hilang Tekan dan Kecepatan
Minimum Pengaliran
Karakteristik perpindahan zat padat dengan
menggunakan gas (conveying system) dibedakan
berdasarkan pola interaksi antara molekul-molekul
yang ada dalam sistem. Pada dilute-phase flow
interaksi antar partikel dapat diabaikan sedangkan
pada dense-phase flow interaksi antar partikel ini
tidak dapat diabaikan bila dibandingkan dengan
interkasi antara molekul fluida dengan partikel.
Menurut Fan dan Zhu (1998) antara dilute phase
flow dengan dense-phase flow dibatasi oleh tekanan
minimum pada kurva antara hilang tekan terhadap
laju alir gas dengan laju alir umpan partikel yang
tetap.
83
Perbandingan Dilute Flow
dengan Dense Flow
Kriteria Dilute Flow Dense Flow
2 2
f h fw f h fp p h pw p hpp
f h fw f h fp p hpw p hpp h ft
f (1 ) p
Fluk massa padat G p U p p (1 )
Fluk mass fluida G f U f f
Gp Gp U f
Gf
Maka p (1 ) f f 1
Up Uf G U
85
f p
Kecepatan superfisial gas
minimum, Usfm
Kecepatan superfisial minimum Usfm sangat bergantung pada
kecepatan pengendapan (Ut) terminal dan kecepatan friksi:
U* = (w/)0,5
h ft (p) f
Hilang tekan untuk pipa lurus aliran gas dan partikel:
2
fU L 1
2
U p
(p)Lf a 1
2 d CD
sf
p U sf
a : konstanta empiris
Hilang tekan pada belokan 90o aliran gas dan partikel
b
(p)bf
c
2 RB d p
a
(p)Lf D D 86
(1 ) p f Uo 4 L (1 ) p f
P p d 3
9791 1, 2x10-4 0, 7833 0,592
d). f p mf
2
U sfm Lmf 1 mf 2,374U sfm 1,85 1 0, 783 U sfm
2 2
0,592 150
2
1, 75;
U sfm 71, 2 U sfm
m
U sfm 0, 234
s