Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN DENSITAS DENGAN POROSITAS PADA BATU BATA MERAH

DAN BATU BATA PUTIH TERHADAP PROSES PELAPUKAN DINDING RUMAH

Razstra Athalla G., Titah Anggraeni P. K.


Departemen Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil Lingkungan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Email : razstra32@gmail.com, titah.putri12@gmail.com

ABSTRAK
Ketahanan rumah terhadap kelapukan dapat dilihat dengan mengetahui nilai densitas dan
porositas batuan penyusunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
keterkaitan antara densitas dan porositas dengan kelapukan batuan penyusun dinding rumah.
Penelitian ini dilakukan terhadap dua batu bata yang umum digunakan sebagai bahan penyusun
dinding. Dua batu sampel yang sudah diketahui massa keringnya dimasukkan ke dalam air
selama beberapa waktu untuk mengetahui massa basah dari masing-masing batuan. Densitas
diperoleh membagi massa basah batuan dengan volumenya. Sementara porositas diperoleh
dengan menghitung persentase volume pori batuan terhadap volume batuan secara
keseluruhan. Dari hasil perhitungan ke-10 sampel batuan diperoleh nilai rata-rata densitas pada
batu bata merah saat sebelum direndam, saat direndam dengan air dan saat setelah dikeringkan,
yaitu 1.49 g/cm3, 1.74 g/cm3, 1.47 g/cm3 . Dan nilai densitas pada batu bata putih dengan
perlakuan yang sama yaitu 0.63 g/cm3, 0.91 g/cm3, 0.6 g/cm3. Juga nilai porositas pada kedua
bata yaitu batu bata merah dengan nilai 4.4% dan bata putih 4.05%. Dalam hal ini dapat diambil
kesimpulan bahwa batu bata putih lebih cocok digunakan untuk material pembuatan suatu
bangunan.
Kata kunci : porositas, densitas, batu bata
BAB I
1.1 Pendahuluan 𝑉𝑏 − 𝑉𝑠 𝑉𝑝
𝜑= = × 100%
Pada setiap jenis bahan yang berbeda, 𝑉𝑏 𝑉𝑏
struktur penyusunnya pun juga akan dimana :
berbeda. Struktur penyusun yang dimaksud Vb = volume batuan total (bulk volume)
merupakan bentuk rangkaian atom, Vs = volume padatan batuan total (volume
molekul, partikel dan sifat fisis bahan yang grain)
terkandung didalam bahan tersebut. Hal ini Vp = volume ruang pori-pori batuan [2]
tentunya akan menimbulkan berbegai Ada dua jenis porositas yaitu porositas
variasi yang dapat menentukan primer dan porositas sekunder. Porositas
karakteristik tiap bahan. Salah satu sifat primer merupakan porositas yang terjadi
fisis bahan yang cukup dominan adalah bersamaan batuan menjadi sedimen,
sifat densitas dan porositas bahan. sedangkan porositas sekunder merupakan
1.2 Dasar Teori porositas yang terjadi sesudah batuan
Porositas (φ) adalah perbandingan menjadi sedimen bisa berupa larutan
volume rongga-rongga pori terhadap (dissolution). Porositas batuan merupakan
volume total seluruh batuan. Perbandingan rasio volume rongga-rongga pori terhadap
ini biasanya dinyatakan dalam persen[1]: volume total seluruh batuan yang
dinyatakan dalam persen. Porositas memungkinkan ikatan mineral di
bergantung pada jenis bahan, ukuran bahan, permukaan batuan menjadi lemah
distribusi pori, sementasi, riwayat dan pada akhirnya mengalami
diagenetik dan komposisinya [2]. pelapukan.
Densitas atau massa jenis adalah suatu 3. Proses pelarutan batuan kapur
besaran kerapatan massa benda yang gamping akibat reaksinya
dinyatakan dalam berat benda per satuan terhadap air.
volume benda tersebut. Semakin tinggi BAB II
densitas suatu benda, maka semakin besar 2.1 Alat dan Bahan
juga massa setiap volume. Sebuah benda Alat dan bahan yang diperlukan, terdiri
yang memiliki densitas lebih tinggi, dari neraca digital, statif dan klem, oven,
misalnya batu akan memiliki volume yang tali, wadah, batu bata merah dan putih, dan
lebih rendah, misalnya air. Rumus untuk aquades.
menentukan massa jenis adalah : 2.2 Langkah Kerja
𝑚 Pertama-tama menyiapkan alat dan
𝜌=
𝑉 bahan yang diperlukan, terdiri dari neraca
dimana : digital, statif dan klem, oven, tali, wadah,
m = massa (kg) batu bata merah dan putih, dan aquades.
V = volume (m3) Setelah alat dan bahan siap, langkah
Densitas Batuan adalah Kerapatan selanjutnya adalah menimbang kedua batu
yang terdapat pada tiap pori batuan dan secara bergantian menggunakan neraca
biasanya pori-pori ini tidak semuanya digital, untuk mengetahui massa kering
berbentuk bundar dan biasanya diiisi oleh dari batu bata tersebut. Kemudian mengisi
jenis-jenis mineral. Densitas batuan pada wadah dengan aquades yang merendam
umumnya memiliki tingkat kepadatan seluruh bagian batu bata, lalu batu bata
antara 2,6-3 gr/cm3.[3] direndam selama ± 4-24 jam, lalu ditaruh
Pelapukan kimia merupakan proses di atas neraca digital, untuk dihitung massa
pelapukan yang diakibatkan perubahan jenuhnya, catat massa yang dihasilkan.
struktur kimiawi yang ada pada batuan Lalu, batu bata tersebut digantung
melalui reaksi tertentu. Dalam pelapukan sehingga memiliki posisi melayang serta
kimia, reaksi yang terjadi pada proses tidak menyentuh wadah sedikitpun lalu
pelapukan dibedakan menjadi tiga macam timbang dan catat massanya. Selanjutnya,
reaksi yatu solution, hidrolisis, dan batu basah diambil dan ditimbang dengan
oksidasi. Adapun beberapa contoh diberi alas, sebelum itu alas yang
pelapukan kimia ini antara lain adalah digunakan juga ditimbang. Selama
sebagai berikut[4]: melakukan percobaan di atas dilakukan
1. Hidrolisis air hujan yang akan pengulangan sebanyak tiga kali ditiap
mengakibatkan naiknya tingkat penimbangan. Setelah ditimbang, batu di
keasaman di sekitar batuan. I on oven hingga benar-benar kering, jika
H+ yang muncul akan dengan oven tidak dapat kering maka dapat
memungkinkan terjadinya korosi dijemur hingga bata benar-benar kering,
pada batuan. setelah itu batu ditimbang kembali untuk
2. Oksidasi yang terjadi pada batuan dicatat massanya.
yang kaya mineral besi akan
Bata Merah
START Sam- Porosi- Volume
Densitas (g/cm3)
pel tas (%) (cm3)

Setelah Setelah
Menyiapkan alat dan bahan Awal
direndam dikeringkan

1 1.4905 1.7169 1.4136 20.145 225


Menimbang massa batu bata 2 1.4092 1.6637 1.4046 0.5691 225
3 1.4092 1.6637 1.4046 0.5691 225
4 1.4569 1.7279 1.4553 0.3482 225
Merendam batu bata 5 1.6713 1.9472 1.6694 0.3244 225
Rata-
1.4874 1.7438 1.4695 4.3911 225
rata
Menimbang batu bata dalam wadah berisi Tabel 3.3 Data Perhitungan Batu Bata Putih
air
Rata-rata Sample Bata Merah
Massa
Massa Massa
Menimbang batu bata dalam wadah batu +
batu
Jenuh Massa Massa
berisi air dengan posisi batu bata terikat Sam- Massa diikat +
air + batu basah kering
ple asli batu air +
wadah dalam batu(g) batu (g)
wadah
(g) air(g)
(g)
Mengeluarkan batu bata dari wadah dan Wn Wa Wb Ws Ww Wo
1 335.36 721.08 420.67 300.41 386.3 318.06
menimbangnya 2 317.07 852.61 658.59 193.92 374.32 316.04
3 317.07 852.61 658.59 193.92 374.32 316.04
4 327.8 742.5 459 283.47 388.77 327.43
5 376.04 942.54 637.99 304.56 438.11 375.61
Memasukkan batu bata ke dalam oven Rata-
334.67 822.27 566.97 255.25 392.37 330.64
hingga kering rata
Tabel 3.4 Data Perhitungan Batu Bata Merah

Bata Putih
Menimbang batu bata setelah di oven
Porositas Volume
Sampel Densitas (g/cm3)
(%) (cm3)

FINISH Setelah Setelah


Awal
direndam dikeringkan

Flowchart 2.1 Praktikum Porositas 1 0.6401 0.9181 0.6339 1.417 225


2 0.6207 0.9156 0.5529 7.9783 225
dan Densitas pada Batu Bata Merah dan 3 0.6401 0.8376 0.5973 6.3871 225
Batu Bata Putih. 4 0.6104 0.9396 0.6391 -3.3323 225
5 0.6207 0.9167 0.5544 7.7939 225
BAB III Rata-
3.1 Data Pengamatan dan Pengukuran 0.6264 0.9055 0.5955 4.0488 225
rata
3.2 Pembahasan dan Analisis
Tabel 3.1 Data Pengukuran Batu Bata Putih
Berdasarkan uji densitas dan porositas
Tabel 3.2 Data Pengukuran Batu Bata Merah
yang dilakukan pada batu bata merah dan batu
bata putih didapatkan hubungan antara
densitas dan porositas. Dari hasil perhitungan
ke-10 sampel batuan diperoleh nilai rata-rata
Rata-rata Sample Bata Putih densitas pada batu bata merah saat sebelum
massa
Massa
batu
Massa direndam, saat direndam dengan air dan saat
Massa batu + Jenuh Massa Massa
Sam-
asli batu air +
diikat +
batu basah kering
setelah dikeringkan, yaitu 1.49 g/cm3, 1.74
ple air +
(g) wadah
wadah
dalam batu(g) batu (g) g/cm3, 1.47 g/cm3 . Dan nilai densitas pada batu
(g) air(g) bata putih dengan perlakuan yang sama yaitu
(g)
Wn Wa Wb Ws Ww Wo 0.63 g/cm3, 0.91 g/cm3, 0.6 g/cm3. Juga nilai
1 144.03 745.3 638.23 107.07 206.5783 142.62
2 139.66 605.4433 590.7133 14.73667 206.0067 124.4 porositas pada kedua bata yaitu batu bata
3 144.024 761.8167 724.29 37.52667 188.4667 134.3833 merah dengan nilai 4.4% dan bata putih 4.05%.
4 137.3433 632.6 614.8633 17.73667 211.4 143.7967
5 139.66 605.4433 590.7133 14.73 206.2467 124.7333
Rata-
140.9435 670.1207 631.762 38.36 203.7397 133.9867
rata
Pada batu yang memiliki porositas yang yang akan mengakibatkan kondisi batuan
tinggi berpotensi untuk meresap air lebih melemah dan mengalami pelapukan. Oleh
banyak dibandingkan dengan porositas yang karena itu untuk pembuatan bangunan agar
lebih kecil, hal tersebut berkaitan dengan tahan lama dibutuhkan material batuan berupa
proses pelapukan batuan secara kimiawi, batuan yang memiliki nilai porositas kecil dan
dimana apabila pada batuan terjadi proses densitas yang besar.batuan dengan porositas
hidrasi (pengikatan molekul air) akan rendah. Perbandingan bata putih dan bata
mengakibatka volume akan meningkat dan merah di atas, bata merah memiliki porositas
kekuatan batuan akan melemah dan mudah yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
mengalami proses pelapukan. Selain itu akan batu bata putih. Dalam hal ini dapat diambil
terjadi hidrolisis pada batuan dimana terjadi kesimpulan bahwa batu bata putih lebih cocok
pergantian kation-kation dengan dengan ion digunakan untuk material pembuatan suatu
hydrogen sehingga akan mengalami ionisasi bangunan.

Grafik Porositas dan Densitas Bata Putih dan Bata Merah


2.5

1.5 y = 0.0401x2 - 0.8277x + 2.1165


R² = 0.6347
y = 0.0011x2 - 0.0092x + 0.9044 y = 0.036x2 - 0.7419x + 1.8146
1 R² = 0.3563 R² = 0.5835
y = -0.0012x2 - 0.0018x + 0.6444 y = 0.0364x2 - 0.7541x + 1.8169
R² = 0.9692 R² = 0.6236
y = -0.0009x2 + 0.0053x + 0.6372
0.5 R² = 0.9232

0
-5 0 5 10 15 20 25

-0.5

-1

-1.5

-2

-2.5

Awal Bata Putih Setelah Direndam Bata Putih Setelah Dikeringkan Bata Putih
Awal Bata Merah Setelah Direndam Bata Merah Setelah Dikeringkan Bata Merah
Poly. (Awal Bata Putih) Poly. (Setelah Direndam Bata Putih) Poly. (Setelah Dikeringkan Bata Putih)
Poly. (Awal Bata Merah) Poly. (Setelah Direndam Bata Merah) Poly. (Setelah Dikeringkan Bata Merah)

Grafik 3.1 Hubungan Porositas dan Densitas Bata Putih dan Bata Merah
Berdasarkan grafik hubungan log yang lebih baik dari pada batu merah.
porositas dan log densitas didapatkan Namun pada saat batu bata puti direndam
bahwa hubungan log porositas dan log ternyata hubungan porositas dan
densitas batu bata merah pada awal densitasnya lebih baik bata merah daripada
percobaan memiliki regresi sebesar Y = bata putih
0.0401x2 - 0.8277x + 2.1165 dan R2 = Berdasarkan data hasil percobaan diatas
0.6347. Pada saat bata merah direndam dapat disimpulkan bahwa batu bata putih
dengan air terjadi penurunan regresi lebih bagus untuk menjadi material
menjadi sebesar Y = 0.036x2 - 0.7419x + pembuatan bangunan dibandingkan dengan
1.8146 dan R2 = 0.5835. Namun pada saat batu bata merah dikarenakan nilai porositas
bata merah dikeringkan regresi mengalami batu bata putih lebih kecil dan densitas batu
kenaikan lagi menjadi sebesar Y = 0.0364x2 bata merah lebih besar.
- 0.7541x + 1.8169 dan R2 = 0.6236. 4.2 Saran
Sedangkan pada grafik hubungan Dalam penelitian ini diharapkan untuk
log porositas dan log densitas batu bata kedepannya alat yang digunakan seperti
putih pada awal percobaan memiliki regresi untuk mengukur massa basah batuan lebih
sebesar Y = -0.0012x2 - 0.0018x + 0.6444 akurat dan alangkah lebih baik lagi terdapat
dan R2 = 0.9692. Pada saat bata putih inovasi inovasi baru baik dalam segi alat
direndam dengan air terjadi penurunan yang digunakan ataupun solusi yang
regresi menjadi sebesar Y = 0.0011x2 - mendukung penelitian ini.
0.0092x + 0.9044 dan R2 = 0.3563. Namun
pada saat bata merah dikeringkan regresi Referensi
mengalami kenaikan lagi menjadi sebesar [1] Gueguen,Y. dan Palciauskaus, 1994,
Y = -0.0009x2 + 0.0053x + 0.6372 dan R2 = Introduction to the Physics of Rocks,
0.9232. Princeton University Press, Princeton New
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa York.
regresi pada batu bata putih saat sebelum [2] L.F. ATHY, Bull. Amer. Assoc. Petrol.
direndam dan setelah dikeringkan memiliki Geol.,14, 1-24 (1930).
hubungan porositas dan densitas yang lebih [3] Sohnel, O. 1985.; Novotny, P. Densities
baik dari pada batu merah. Namun pada of Aqueous Solutions of Inorganic
saat batu bata puti direndam ternyata Substances. Elsevier: New Yourk, NY.
hubungan porositas dan densitasnya lebih [4] Boinau. Hasan, 2017. Pembelajaran
baik bata merah daripada bata putih. Geologi: Kajian Pelapukan Geologi. Jurnal
Hal itu bisa terjadi dikarenakan Pendidikan. Vol 10. Cetakan 22.
perhitungan data error pada batu bata
tersebut, serta kondisi alat praktikum yang
digunakan. Serta perbedaan alat praktikum
yang digunakan untuk mengukur data
tersebut.
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Hasil regresi pada batu bata putih saat
sebelum direndam dan setelah dikeringkan
memiliki hubungan porositas dan densitas
LAMPIRAN
1. Foto Selama Praktikum

Anda mungkin juga menyukai