Teknik Pertanian’15 Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupan manusia. Definisi pangan sendiri menurut UU No. 18 Tahun 2012 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan sangat berkaitan dengan keberlangsungan hidup manusia. Kurangnya ketersediaan pangan yang mencukupi kebutuhan masyarakat dalam suatu negara akan mengakibatkan menurunya kesejahteraan hidup, penyakit, kelaparan, bahkan bencana. Selain itu, peringatan akan perubahan kondisi iklim global telah mengganggu pertumbuhan harga pangan sehingga terjadi potensi kenaikan harga pada beberapa komoditas. Namun fakta saat ini, ketahanan pangan mulai menipis yang mengakibatkan berbagai masalah termasuk kelapran. Di Indonesia ancaman kelaparan dan kekurangan gizi pada bayi dan balita telah menjadi persoalan yang sampai hari ini belum bisa terselesaikan oleh negara. Contoh kasus, data Dinas Kesehatan Kota Bogor menunjukkan 317 balita (bayi dibawah tiga tahun) di Bogor kekurangan gizi, hal ini akibat tidak mempunyai orang tua anak tersebut memenuhi kebutuhan pangan akibat kemiskinan, karena penghasilan yang tidak menentu seringkali anak – anak tersebut hanya makan 1 hari sekali (kompas, 17 April 2002). Kasus lain, di Kab. Kutai, Kalimantan Timur, yang dikenal dengan kabupaten kaya raya, ternyata banyak memiliki warga yang miskin, terutama didaerah pedalaman yang hanya menggantungkan hidupnya dengan makan 1 hari sekali (Kompas, 16 April 2002). Berbagai fakta tentang polemik pangan di Indonesia bermunculan. Diantara fakta permasalahan pangan yang dihadapi Indonesia adalah: Banyak negara – negara di dunia ini yang tenggelam dalam situasi harga import pangan murah, kebijaksanaan pertanian lebih banyak diutamakan untuk kepentingan eksport, ketimbang untuk memenuhi kebutuhan local rakyat dari suatu Negara, dijalankannya kebijakan spesialisasi produksi dari satu negara terhadap satu jenis produksi, meningkatnya jumlah petani yang tidak memiliki tanah, dan terkonsentrasinya pemilikan dan penguasaan tanah bagi sekelompok orang, meningkatnya jumlah pengangguran akibat dari digunakannya teknologi pertanian Fakta tentang polemik pangan di Indonesia mencoreng wajah Indonesia yang berstatus sebagai Negara agraris. Bagaimana mungkin Indonesia bisa disebut sebagai Negara agraris namun masih kekurangan pangan? Fakta lain adalah bahwa Indonesia juga mengalami krisis pangan. Krsisis pangan yang terjadi merupakan suatu kondisi dimana Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan dari hasil pangan lokal dan harus bergantung pada impor. Banyak bahan-bahan yang telah diimpor oleh Inonesia seperti kedelai, gandum bahkan beras. Sebagai contoh adalah Bali yang Pada 2004, jumlah produksi beras yang dihasilkan oleh seluruh petani Bali mencapai 498.224 ton atau mengalami penurunan sebesar minus 0,62 persen dari tahun 2003. Sedangkan konsumsi beras yang dibutuhkan oleh masyarakat Bali tahun 2004 mencapai 396.618,87 ton atau mengalami peningkatan sebesar 0,29 persen dari tahun 2003 yang mencapai 395.460 ton. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal salah satunya pengalihan fungsi lahan menjadi perumahan, hotel dan apartemen. Kondisi pangan Indonesia yang memprihatinkan membuat Indonesia harus bergerak. Indonesia harus mampu memperbaiki seluruh sector dan sector pertanian khusunya untuk menjadi Negara yang maju. Sektor pangan yang menjadi kebutuhan pokok harus segera diperbaiki. Solusi yang paling tepat adalah dengan menciptakan kedaulatan pangan. Kedaulatan pangan menurut UU no.18 tahun 2012 adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Sedangkan menurut Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Sutrisno Iwantono, adalah tersedianya pangan bagi masyarakat dalam jumlah cukup, harga yang terjangkau, waktu yang tepat, di lokasi yang mudah diakses (terdistribusi dengan merata), dan harus dipenuhi dari dalam negeri (mandiri). Terdapat beberapa poin penting yang dapat disoroti dan dikaji dari kedaulatan pangan: distribusi, peningkatan produksi, pengawasan, dan program penunjang ketahanan pangan. kedaulatan pangan tidak hanya mengenai kebutuhan saja melainkan lebih jauh mencakup ketersediaan stok dan kesinambungannya, ketidak-tergantungan terhadap produksi global, harga pasar, dan mempertimbangkan daya beli masyarakat menengah kebawah. Saat berbicara mengenai kedaulatan pangan secara tidak langsung pula akan terhubung dengan kemiskinan dan pengalaman sebelumnya mengenai gizi dan keamanan pangan. Dengan demikian, tidak mengherankan jika Maxwell dalam jurnalnya yang berjudul “Saucy with the Gods: nutrition and food security speak to poverty” pada 1990- an menyebut kedaulatan pangan sempat menjadi isu dominan sama seperti isu pengentasan kemiskinan. Kedaulatan pangan adalah merupakan prasyarat dari sebuah ketahanan pangan (food Security), maksudnya adalah suatu hal yang mustahil, Ketahanan pangan tercipta kalau kedaulatan pangan tidak dimiliki oleh rakyat. Oleh karena itu merupakan suatu keharusan bagi setiap bangsa dan rakyat untuk dapat mempunyai hak dalam menentukan makanan yang dipilihnya dan kebijakan pertanian yang dijalankannya, kapasitas produksi makanan lokal di tingkat lokal dan perdagangan di tingkat wilayah. Dalam upaya menciptakan kedaulatan pangan menuju kepada keamanan pangan yang sejati, pemerintah – pemerintah haruslah melaksanakan kebijakan – kebijakan yang mempromosikan keberlanjutan, berlandaskan pada produksi pertanian keluarga, menggantikan peran industri yang berorientasi pertanian eksport. Ada bebrapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kedaulatan pangan yang sudah di gadang-gadangkan sejak dulu. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain: Pengembangan diversifikasi pangan, pengembangan infrastruktur pertanian, dan pengaturan ulang kebijakan perdagangan oleh pemerintah. Diversifikasi pangan
Diversifikasi merupakan solusi strategis mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia memegang
peranan yang cukup vital bagi terpenuhinya kebutuhan pangan dalam negeri. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk menggerakkan roda industri diversifikasi pangan di Indonesia salah satunya dengan membangun dan memperkuat industri pengolahan pangan di Indonesia. Dewasa ini sudah banyak industry-industri pengolahan pangan yang berdiri di Indonesia namun masih belum mendapat perhatian dari pemerintah sehingga banyak industri-industri tersebut yang gulung tikar karena tidak sanggup bertahan dari serangan globalisasi yang semakin marak. Padahal, peran industri-industri tersebut cukup vital sebagai pengatur dan pengelola komoditas pengolahan pangan dalam negeri. Upaya diversifikasi pangan sebagai salah satu solusi mencukupi kebutuhan pangan pun terus dilakukan oleh pemerintah dengan program pengembangan diversfikasi olahan produk seperti pengembangan produk umbi-umbian sebagai pengganti beras sebagai makanan pokok, pengembangan produk olahan sukun sebagai jajanan sehat masyarakat dan masih banyak lagi. Banyak potensi maknan pokok yang dapat digunakan Indonesia untuk merealisasika program diversifikasi. Dengan kondisi demikian, maka diharapkan Indonesia tidak terhantung lagi dengan impor. Pengembangan infrastruktur pertanian Pengembangan infrastruktur pertanian seperti penyediaan alat-alat pertanian, pupuk organik, aliran air irigasi, dan benih tanaman mutlak diperlukan petani agar mampu mewujudkan pertanian yang berkelanjutan sehingga dapat berdampak positif pada produktivitas hasil pertaniaan. Apabila infastruktur pertanian tidak kunjung dilengkapi bukan tidak mungkin dapat berdampak pada ketidakseimbangan ekonomi dalam negeri yang dapat mengakibatkan inflasi akibat melonjaknya harga kebutuhan pokok di pasaran yang disebabkan karena produktivitas hasil pertanian yang belum mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. Kebijakan perdagangan yang berpihak pada kepentingan nasional Petani kita sudah berupaya untuk melaksanakan kewajibannya untuk memnuhi kebutuhan pangan kita namun, apa daya segala sesuatunya sudan ada kebijakan dari pusat sehingga kebijakan ini menjadi penting apabila kebijakan tersebut berpihak kepada rakyat dan petani. Kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama dalam hal mewujudkan kedaulatan pangan. Oleh karena itu, pengaturan kebijakan baik dalam hal perdagangan maupun pemasaran produk hasil pertanian harus mengedapnkan kesejahteraan masyarakat. Membangun jiwa entrepereneurship Entrepreneurship yang dalam bahasa Indonesia sering disebut wirausaha inilah yang perlahan akan memberikan kontribusinya untuk menuju Indonesia yang mapan di bidang pangan, atau dengan kata lain Indonesia yang mencapai kedaulatan pangan. Mengapa entrepreneurship yang penulis pilih?. Perlu diketahui bahwa jiwa kewirausahaan tak hanya memberikan “kemapanan hidup” untuk wirausahawan itu sendiri dan menolong mereka para pengangguran. Tetapi disamping itu juga menciptakan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Adanya entrepreneur juga memberikan peluang dalam pemanfaatan sumber daya alam bagi kemakmuran. Bukan modal asing. Menurut Sosiolog David McClelland suatu negara bisa menjadi makmur bila ada entrepreneur sedikitnya 2% dari jumlah penduduk. Singapura sudah 7,2% padahal pada 2001 baru 2,1%. Sedangkan Indonesia hanya 0,18% dari penduduk atau 400.000-an orang. Itulah mengapa Indonesia tetap saja ketinggalan dengan negara tetangga. Kesempatan untuk berwirausaha di bidang pangan di Indonesia masih terbuka lebar. Merekalah yang kreatif untuk membuat sesuatu yang baru harus mengembangkannya untuk kepentingan masyarakat. Berwirausaha di bidang pangan seyogyanya melihat pada kebutuhan akan penganekaragaman pangan. Masyarakat Indonesia khususnya lapisan bawah masih menempatkan beras sebagai konsumsi utama. Mereka yang sudah menganekaragamkan pangan masih terbatas pada masyarakat lapisan atas diperkirakan masih dibawah 25% dari penduduk Indonesia. Entrepreneurship juga berpeluang untuk mengembangkan potensi daerah seperti makanan tradisional berbahan baku bukan beras yang masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Sedikit penegasan, perlu diketahui bahwa beberapa perusahaan pangan berskala besar milik Indonesia sebagian besar sahamnya ada di tangan pihak asing. Sebagai contoh PT. Tirta Investama yang mengelola Aqua, sebesar 74% sahamnya adalah milik Danone(Prancis) dan PT. Sakura Aneka Food yang memproduksi Bango, 100% mutlak sahamnya sudah menjadi milik Unilever(UK). Memang miris melihat kenyataan ini. Sumber daya alam Indonesia yang menjadi milik sendiri justru yang menikmati keuntungannya adalah pihak asing. Indonesia seakan menjadi budak di rumah sendiri. Dibutuhkan komitmen yang kuat untuk mulai berwirausaha di bidang pangan serta adanya singkronisasi antara pemerintah dengan masyarakat. Berbagai solusi diatas merupakan langkah yang paling strategis bagi Indonesia untuk mengatasi berbagai polemik tentang pangan .Persoalan pangan bagi bangsa indonesia, dan juga bangsa – bangsa lainnya di dunia ini adalah merupakan persoalan yang sangat mendasar, dan sangat menentukan nasib dari suatu bangsa, karena ketergantungan pangan dapat berarti terjadinya terbelenggunya kemerdekaan bangsa dan rakyat terhadap suatu kelompok, baik negara lain maupun kekuatan – kekuatan ekonomi lainnya. Oleh karena itu, apabila persoalan kedaulatan pangan ini tidak ditindaklanjuti dengan serius oleh pemerintah dan pihak-pihak terkait maka akan menjadi ‘malapetaka’ bagi masyarakat dan juga Negara karena kedaulatan pangan memegang peranan hidup dan matinya suatu bangsa. Ayo semangat merealisasikan kedaulatan pangan menuju Indonesia Maju.Buktikan bahwa Indonesia benar-benar Negara agraris dan siap menjadi macan dunia. Referensi: WALHI. 2011. Kedaulatan Pangan Adalah Pondasi Kedaulatan Bangsa. Diunduh dari http://www.walhi.or.id pada Selasa 08 September 2015. Anonim.2008. Pandangan dan Sikap SPI terhadap Kedaulatan Pangan. Diunduh dari http://www.spi.or.id// pada Rabu 09 September 2015. Syahrul, Ahan. 2011. Politik Kedaulatan Pangan. Diunduh dari http://suara.okezone.com pada hari Jumat, 31 Juli 2015 Novendra, Agus.2012.Memasyarakatkan Diversifikasi Pangan Lokal sebagai Salah Satu pilar Kedaulatan Pangan. Diunduh dari http://www.kompasiana.com pada 31 Juli 2015.