OLEH
FEMI RIZA
JURNAL
OLEH
FEMI RIZA
1404118768
Tim Penguji :
1. Ir. H. Syaifuddin, M. Si
2. Dr. Nofrizal, S. Pi, M. Si
3. Dr. Romie Jhonnerie, S. Pi, M. Si
4. Ronald Mangasi Hutauruk ST, MT
ABSTRAK
ABSTRACT
This research is conducted on 11-18 December 2017 in Bungus Fishing Port, West
Sumatra Province. The object of research is a shipyard in Bungus Fishing Port which is
aimed to describe the management of shipyard in Bungus Fishing Port. The method used in
this research is survey method during the process of collecting data. As information, the
shipyard in Bungus Fishing Port is owned by government and specifically focused in
maintenance and repair. This shipyard also using vessel lift type dock. The shipyard in
Bungus Fishing Port also supported the fishing vessel and non-fishing vessel with maximum
weight up to 30 GT and main material consisted from wood and fiber. The shipyard in
Bungus is categorized as traditional shipyard. From the appliance that used during the
maintenance and repair, this shipyard encountering several problem which are the limited
production of new ship and the lack of dock facility. This problem caused by the lack of the
worker ability in making new ship due to the rare of training and inappropriate of docks size
as area for building new ship. These problems can be seen as the obstacles in the
modernization and development of the shipyard in Bungus Fishing Port.
ABSTRACT
This research is conducted on 11-18 December 2017 in Bungus Fishing Port, West
Sumatra Province. The object of research is a shipyard in Bungus Fishing Port which is
aimed to describe the management of shipyard in Bungus Fishing Port. The method used in
this research is survey method during the process of collecting data. As information, the
shipyard in Bungus Fishing Port is owned by government and specifically focused in
maintenance and repair. This shipyard also using vessel lift type dock. The shipyard in
Bungus Fishing Port also supported the fishing vessel and non-fishing vessel with maximum
weight up to 30 GT and main material consisted from wood and fiber. The shipyard in
Bungus is categorized as traditional shipyard. From the appliance that used during the
maintenance and repair, this shipyard encountering several problem which are the limited
production of new ship and the lack of dock facility. This problem caused by the lack of the
worker ability in making new ship due to the rare of training and inappropriate of docks size
as area for building new ship. These problems can be seen as the obstacles in the
modernization and development of the shipyard in Bungus Fishing Port.
I.PENDAHULUAN
Latar Belakang maupun kapal fiber. Galangan melayani
Pelabuhan Perikanan Samudera kegiatan reparasi kapal pada siang hari.
Bungus (PPS Bungus) sebagai pelabuhan Galangan kapal PPS Bungus termasuk
samudera memiliki fasilitas cukup lengkap galangan kapal terbuka yaitu tidak
yang digunakan sebagai sarana pelayanan memiliki atap untuk melindungi kapal dari
bagi nelayan, seperti pelayanan bengkel, cuaca buruk. Sedangkan jika dilihat dari
bongkar muat, perbekalan dan jenis jenis, galangan kapal termasuk galangan
fasilitas pelayanan lainnya. Pelayanan kapal angkat atau Vessel lift dry dock yaitu
penyediaan kebutuhan di PPS Bungus suatu fasilitas pengedokan kapal dengan
disediakan oleh pelabuhan dan swasta menggunakan lift (Kurniati, 2014).
(PPS Bungus, 2016). Tidak terikat kontrak kerja sama
Galangan kapal PPS Bungus hanya antara buruh dengan galangan berdampak
aktif melayani kegiatan perawatan dan negatif terhadap aktivitas manajemen
perbaikan kapal, baik itu kapal kayu dalam pengendalian sumberdaya manusia.
2
Hal ini disebabkan karena pihak galangan Perkembangan bisnis galangan kapal yang
tidak wajib memberikan pelatihan tenaga semakin kompetitif menyebabkan
kerja kepada buruh. Menurut Apriliani perubahan besar dalam hal persaingan,
(2014) galangan kapal memerlukan produksi dan pemasaran. Semakin banyak
sumberdaya manusia dan teknologi yang galangan kapal menangani kapal maka
memadai untuk mendukung aktivitasnya. akan membantu keberhasilan aktivitas
operasi penangkapan ikan (Apriliani,
Tidak terjalin kerjasama antara
2014).
galangan dengan perusahaan dan tidak
Manajemen adalah rangkaian aktivitas
mendirikan koperasi dalam penyediaan
yang mengatur dan menggerakan
bahan baku perbaikan kapal pada galangan
sekelompok orang dan segenap fasilitas
ini memberikan kesulitan kepada pemilik
kapal untuk memperoleh bahan baku untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
tersebut. Hal ini juga berpengaruh kepada ditetapkan sebelumnya. Tujuan yang
manajemen keuangan karena akan dimaksud dapat beragam sesuai pula
meminimalisasi pendapatan galangan dengan ruang gerak kerjasama yang
kapal. bersangkutan, dapat berupa kegiatan
Perkembangan armada kapal ikan ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lain
yang berukuran besar (antara 30-300 GT) sebagainya. Manajemen merupakan inti
dalam empat tahun terakhir dapat dari administrasi karena manajemen alat
dikatakan sangat cepat. Hal ini disebabkan pelaksana utama dari administrasi (Bathara
karena penanaman modal asing dalam et al., 2011). Menurut Daft (2002)
bentuk kerja sama dan bantuan proyek Manajemen adalah pencapaian sasaran-
bertambah, yang kemudian meransang sasaran organisasi dengan cara yang
masuknya modal nasional dalam bidang efektif dan efisien melalui perencanaan,
industri perikanan dalam bentuk PMDN pengorganisasian, kepemimpinan dan
dan swasta nasioanal. Meskipun sebagian pengendalian sumberdaya organisasi.
besar kapal perikanan yang digunakan Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
adalah buatan luar negeri, namun untuk sesuai dengan perencanaan, sementara
pemeliharaannya sangat dibutuhkan efisien berarti bahwa tugas yang ada
fasilitas renovasi dan reparasi, yang dapat dilaksanakan secara benar, terorganisir,
disediakan oleh industri galangan kapal dan sesuai dengan jadwal.
dalam negeri (Nofrizal dan Ahmad, 2013).
Kapal adalah salah satu faktor II. METODE PENELITIAN
penting dalam unit penangkapan ikan dan Penelitian dilaksanakan pada tanggal
menentukan keberhasilan operasi 11-18 Desember 2017. Lokasi penelitian di
penangkapan ikan. Oleh karena itu, Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus
kondisi kapal yang baik sangat diperlukan dengan Objek pada penilitian adalah
untuk menjamin keselamatan awak kapal galangan kapal Pelabuhan Perikanan
dan muatannya selama pengoperasian.
Samudera Bungus. Sedangkan peralatan
Galangan kapal merupakan unsur
penunjang untuk memenuhi kebutuhan yang digunakan adalah proposal penelitian
kelaikan kapal pada saat melaut. Kegiatan dan lembar kuisioner, alat tulis, dan
yang dilakukan di galangan kapal yaitu kamera digital.
kegiatan perawatan kapal beserta Metode yang digunakan pada
mesinnya, yang bertujuan untuk menjaga penelitian ini adalah metode survey yaitu
agar kondisi kapal tetap baik.
dengan cara melakukan pengamatan secara
3
Jumlah orderan
62
53
44
maupun hubungan antara pengelola dan 37
bengkel
50
buruh. Hal ini disebabkan terjadinya
hubungan saling menguntungkan antara 0
pihak pengelola galangan dengan buruh 2012 2013 2014 2015 2016
2016
SLTA.
Tahun
Sedangkan untuk penerimaan buruh
tidak memandang latar belakang
Gambar 3 pendidikan, yang terpenting adalah buruh
tersebut mau bekerja secara bertanggung
Pendapatan tertinggi galangan kapal
jawab dan biasanya ketua rombongan
Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus
buruh membawa sendiri bawahannya
pada tahun 2015 mencapai
sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
Rp111.553.000. Nilai ini sangat berbeda
memperbaiki kapal-kapal yang melakukan
jauh dengan pendapatan docking
docking di galangan ini. Buruh yang
Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman
bekerja di galangan kapal pada umumnya
Jakarta, pendapatan dock angkat mencapai
berpendidikan terakahir SD dan SLTP.
Rp2.908.423.000/tahun dan dock slipway
Penempatan tenaga kerja pengelola
Rp1.904.943.000/tahun (Boesono dan
dan buruh galangan kapal Pelabuhan
Hidayati, 2008)
Perikanan Samudera Bungus sesuai
Manajemen Sumberdaya Manusia
dengan skill atau keahliannya masing-
masing. Berdasarkan jenis kapal ada buruh
7
yang ahli dalam memperbaiki kapal kayu (Kurniati, 2014). Tata letak lokasi
dan ada buruh yang ahli dalam galangan kapal Pelabuhan Perikanan
memperbaiki kapal fiber, sedangkan Samudera Bungus dapat dilihat pada
berdasarkan pembagian pekerjaan ada Gambar 4.
buruh yang bekerja pada bagian lambung,
lunas, pemasangan seng, pengecatan, dan
lain-lan.
Ada beberapa orang pengelola galangan
kapal mengikuti pelatihan namun tidak
mengenai pengelolaan galangan kapal
melainkan pelatihan-pelatihan lain.
Sedangkan buruh yang bekerja di galangan
kapal sama sekali belum pernah mengikuti
pelatihan mengenai perawatan dan Gambar 4
perbaikan kapal. Selama ini mereka Gambar yang ditujukkan pada nomor
bekerja hanya berdasarkan pengalaman 1 adalah dock yard dengan luas 2500 m2,
saja tanpa ada pelatihan sama sekali gambar nomor 2 adalah dermaga jetty
sedangkan pelatihan sangat dibutuhkan dengan panjang 20 meter dan lebar 1
seperti yang dijelaskan oleh Pangabean meter, gambar nomor 3 adalah hangar
(2004) pelatihan sebagai suatu cara yang dengan luas 80 m2, gambar nomor 4 adalah
bengkel dengan luas 100 m2, gambar
digunakan untuk memberikan atau
nomor 5 adalah kantor administrasi dengan
meningkatkan keterampilan yang
luas 50 m2, dan gambar nomor 6 adalah
dibutuhkan untuk melaksanakan
jalan menuju galangan kapal.
pekerjaanya sekarang. Kebersihan dan kemanan lingkungan
Pemberhentian tenaga kerja kerja sangat berpengaruh terhadap kualitas
merupakan fungsi terakhir manajemen kerja. Terhadap kebersihan galangan kapal
sumberdaya manusia. Pemberhentian di pengelola dan buruh galangan melakukan
bagian pengelola galangan kapal sama kerja sama kegiatan gotong royong
halnya dengan pemberhentian PNS apabila seminggu sekali setiap hari jumat demi
terciptanya lingkungan kerja yang bersih
melakukan kesalahan yang fatal misalnya
dan nyaman. Sistem kemanan di galangan
tindakan korupsi, maka pemberhentian ada satpam yang berjaga di pos depan
kerja dilakukan. Sedangkan pemberhentian Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus
di bagian buruh apabila tidak ada kapal
yang melakukan docking atau buruh
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
mendapatkan pekerjaan di luar galangan
maka buruh tersebut memberitahukan Kesimpulan
kepada ketua rombongan buruh dan Galangan kapal Pelabuhan Perikanan
menjelaskan alasannya untuk berhenti. Samudera Bungus merupakan galalangan
Lingkungan Kerja kapal milik pemerintah. Galangan kapal
Tata letak galangan kapal juga dibangun untuk melengkapi fasilitas
memegang peranan penting dalam fungsional yaitu fungsi perbaikan dan
mendukung kelancaran kegiatan galangan pemeliharaan armada penangkapan ikan di
untuk melihat kelebihan dan kekurangan Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus
yang dimiliki galangan kapal tersebut yang tujuan utamanya adalah untuk
8