Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah

Volume 7, Nomor 4, November 2022


www.jim.unsyiah.ac.id/Fisip

PERAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN


PROVINSI ACEH DALAM PEMBERDAYAAN
NELAYAN MELALUI PENYEDIAAN COLD
STORAGE DI KOTA SABANG
Ahmad Furqan Khairuddin, Saddam Rassanjani2*, Afrijal2*,
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Unsyiah
Email: furqan171@mhs.unsyiah.ac.id

ABSTRAK
Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam dalam pasal 18
menyebutkan bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan
kewenangannya menyediakan prasarana usaha perikanan, yang meliputi prasarana
penangkapan ikan, prasarana pembudidayaan ikan serta prasarana pengolahan dan
pemasaran. Pemerintah Provinsi Aceh melalui pembangunan Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu telah menyediakan cold storage yang berlokasi di PP ie Meulee
Kota Sabang sebagai tempat penyimpanan ikan, namun realita yang terjadi cold
storage yang sudah dibangun dari tahun 2016 sampai sekarang belum bisa dirasakan
manfaatnya oleh nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran serta
hambatan yang dialami oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh dalam pengelolaan
cold storage. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam
menganalisis data penulis menggunakan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Teori yang digunakan yaitu teori peran dan pemberdayaan
masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan
Aceh dalam menjalankan peranya sebagai dinamisator, dimana akan melibatkan
pihak swasta yang nantinya berperan sebagai pengelola cold storage, kemudian peran
DKP Aceh sebagai fasilitator juga akan melakukan pembangunan dermaga dan
pengerukan kolam labuh kapal agar kapal-kapal skala besar bisa mendaratkan hasil
tangkapannya di PP Ie Meulee, dan peran DKP Aceh sebagai katalisator adalah,
selain menyediakan cold storage DKP Aceh juga memberikan bantuan kapal serta
pelatihan dengan tujuan nelayan bisa memaksimalkan hasil tangkapannya.
Hambatan yang dialami DKP Aceh dalam upaya pengelolaan cold storage adalah
letak bangunan yang dinilai tidak sesuai, dikatakan demikian karena fasilitas tempat
dibangunya cold storage belum lengkap sehingga menghambat tingkat produktivitas
dari cold storage. Untuk itu diharapkan Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh dapat
menjalankan peranya dengan baik serta mengatasi hambatan yang terjadi sehingga

Correponding Author: furqan171@mhs.unsyiah.ac.id


JIM FISIP Unsyiah:
1
Penulis/Mahasiswa,
2
Pembimbing/Dosen
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 7, Nomor 4, November 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/Fisip
manfaat dari cold storage bisa segera dirasakan oleh nelayan maupun masyarakat
Kota Sabang

Kata Kunci: Peran, Cold Storage, Dinas Kelautan dan Perikanan, Kota Sabang

Correponding Author: furqan171@mhs.unsyiah.ac.id


JIM FISIP Unsyiah:
1
Penulis/Mahasiswa,
2
Pembimbing/Dosen
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Vol 7, No 4, November 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/Fisip

ABSTRACT
Based on Law Number 7 of 2016 concerning the Protection and Empowerment of
Fishermen, Fish Cultivators, and Salt Farmers in article 18, it is stated that the
Central Government and Regional Governments with their authority provide
fishery business infrastructure, which includes fishing infrastructure, fish
farming infrastructure and processing and marketing. The Aceh Provincial
Government through the construction of the Integrated Marine and Fisheries
Center has provided cold storage located in PP ie Meulee, Sabang City as a fish
storage place, but the reality is that the cold storage that has been built from 2016
until now has not been able to benefit fishermen. This study aims to determine the
role and obstacles experienced by the Aceh Maritime Affairs and Fisheries Service
in managing cold storage. This study used qualitative research methods. In
analyzing the data the author uses data reduction, data presentation, and drawing
conclusions. The theory used is the theory of role and community empowerment.
The results of this study indicate that the Aceh Maritime Affairs and Fisheries
Service in carrying out its role as a dynamist, which will involve the private
sector which will later act as a cold storage manager, then the role of Aceh DKP as
a facilitator will also carry out the construction of docks and dredging of ship
harbor pools so that ships can scale Most of them can land their catch in PP Ie
Meulee, and the role of Aceh DKP as a catalyst is, apart from providing cold
storage, DKP Aceh also provides ship assistance and training with the aim of
fishermen maximizing their catch. The obstacle experienced by Aceh DKP in the
effort to manage cold storage is the location of the building which is considered
inappropriate, it is said that because the facilities where the cold storage is built
are not yet complete so that it hampers the productivity level of cold storage. For
this reason, it is hoped that the Aceh Maritime Affairs and Fisheries Service can
carry out its role well and overcome the obstacles that occur so that the benefits of
cold storage can be immediately felt by fishermen and the people of Sabang City.

Keywords: Role, Cold Storage, Marine and Fisheries Service, Sabang City

Correponding Author: furqan171@mhs.unsyiah.ac.id


JIM FISIP Unsyiah:
1
Penulis/Mahasiswa,
2
Pembimbing/Dosen
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Vol 7, No 4, November 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/Fisip
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan
yang cukup luas, sehingga membuat Indonesia memperoleh kekayaan sumber daya
kelautan dan perikanan melimpah yang dapat menjadi salah satu andalan untuk
mendukung pembangunan nasional. Dengan kebijakan pengelolaan serta
pemanfaatan yang tepat, sumber daya kelautan dan perikanan bisa memberikan
kontribusi berarti bagi kesejahteraan suatu bangsa (Ramadhan, 2018: 1).
Indonesia saat ini masih terus melakukan upaya dalam mengembangkan
sektor kelautan dan perikanan, karena sebagai negara kepulauan dan memiliki
wilayah laut yang luas sudah sewajarnya sektor kelautan dan perikanan menjadi
salah satu andalan dalam pemasukan negara. Pengembangan sektor kelautan dan
perikanan tidak bisa terlepas dari pembengangan masyarakat pesisir yang sebagian
besar bekerja sebagai nelayan dan pedagang ikan. Nelayan harus mampu
mengembangkan diri mereka ke dalam perubahan zaman, sehingga sumber daya
kelautan dan perikanan yang ada bisa dimanfaatkan dengan maksimal.
Upaya pemembangun sektor perikanan tidak bisa terlepas dengan
pengembangan sumber daya manusia dalam hal ini nelayan sebagai aktor utama.
Nelayan dituntut harus mampu mengadaptasikan diri mereka dari perubahan
zaman seperti teknologi, pengetahuan, dan keterampilan untuk mendorong mereka
menjadi nelayan yang lebih mandiri. Nelayan adalah salah satu bagian dari
kelompok masyarakat yang sebagian besar mempunyai tingkat kesejahteraan paling
rendah dan ditandai ciri-ciri seperti kemiskinan, rendahnya kualitas sumber daya
manusia dikarenakan rata-rata sebagian besar nelayan hanya lulus sekolah dasar,
dan keterbelakangan sosial-budaya (Tiven, dkk, 2018: 77).
Pelaksanaan pembangunan sarana prasarana merupakan aspek terpenting
dalam pembangunan industri perikanan selain pengembangan sumber daya
manusia, hal ini tercantum dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2016, yang
menyebutkan bahwa pemerintah dengan kewenangannya menyediakan prasarana
usaha perikanan, yang meliputi prasarana penangkapan ikan, prasarana
pembudidayaan ikan serta prasarana pengolahan dan pemasaran.
Pembangunan sarana dan prasarana memiliki tujuan untuk menunjang
proses modernisasi dari yang awalnya masih memakai unit penangkapan ikan
tradisional menjadi lebih modern, agar sumber daya perikanan dan kelautan bisa
dimanfaatkan dengan maksimal oleh nelayan. Namun untuk memaksimalkan
pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada diperlukan juga kualitas sumber daya
manusia yang mencukupi, oleh karena itu penting untuk menyelaraskan antara
pembangunan sarana prasarana dan pengembangan sumber daya manusianya agara
kemajuan sektor kelautan dan perikanan dapat terwujud.

Correponding Author: furqan171@mhs.unsyiah.ac.id


JIM FISIP Unsyiah:
1
Penulis/Mahasiswa,
2
Pembimbing/Dosen
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Vol 7, No 4, November 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/Fisip
Kota Sabang memiliki potensi kelautan dan perikanan yang dapat terus
dikembangkan, diantaranya budi daya ikan laut, budidaya kita air tawar,
pengelolaan hasil ikan, perikanan tangkap, serta pariwisata. Upaya pengembangan
sektor perikanan dan kelautan di Kota Sabang tentunya bukan tanpa kendala. Selain
kualitas sumber daya nelayan yang masih tergolong rendah, kondisi sarana dan
prasarana perikanan di Kota Sabang juga masih terbatas. Saat ini sarana dan
prasarana yang tersedia di Sabang seperti pelabuhan, Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI) stasiun pengisian bahan bakar, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), pabrik es, belum
mencukupi kebutuhan masyarakat nelayan. Keterbatasan sarana prasarana ini
mempengaruhi tingkat pemanfaatan, pemasaran dan pendapatan nelayan sendiri
(kkp.go.id, 2021).
Harga ikan di pasaran Kota Sabang juga cenderung tidak stabil, ketika musim
baik dan hasil tangkapan melimpah harga jual ikan akan menurun bahkan malah
banyak yang membusuk dan tidak layak lagi untuk dikonsumsi, sedangkan ketika
musim kurang baik harga jual ikan akan meningkat, dikarenakan ketika cuaca atau
musim kurang baik sebagian besar nelayan tidak bisa pergi melaut hingga memicu
pasokan ikan menipis, yang menyebabkan ikan yang mulanya seharga Rp 35.000 per
kilogram bisa naik hingga Rp 65.000 per kilogram (rri.co.id, 2021).
Ketidakpastian harga ikan disebabkan hasil tangkapan nelayan langsung
dijual ke pedagang ikan atau tengkulak dengan harga yang tidak bisa mereka
tentukan, dapat dikatakan hasil tangkapan mereka tidak dibeli dengan harga yang
sesuai sehingga tidak bisa menutupi biaya operasional mereka untuk melaut.
Kondisi ini disebabkan belum adanya usaha pengolahan yang bisa mempertahankan
harga jual ikan seperti pabrik es yang terbatas jumlahnya dan cold storage yang
belum berfungsi sehingga tidak bisa di manfaatkan (Kurniasari, dkk, 2018: 126).
Cold storage adalah ruangan atau gudang yang dirancang khusus dengan
kondisi suhu tertentu yang memiliki manfaat menjaga kualitas ikan serta
menampung hasil tangkapan nelayan sebelum dipasarkan dengan tujuan agar
kualitas hasil tangkapan/ikan dalam kondisi baik selama proses penanganan dan
pemasaran. sehingga persentase nelayan mengalami kerugian tergolong kecil serta
stok ikan di pasaran dapat terjaga (Juanda dan Martunis, 2014: 18).
Selain itu manfaat lainya adalah nelayan bisa memaksimalkan hasil
tangkapan mereka dengan jumlah yang banyak tanpa perlu mengkhawatirkan harga
ikan akan anjlok, karena ada tempat bagi mereka untuk menampung dan menjaga
kualitas hasil tangkapan. Kemudian dengan hasil tangkapan yang berlimpah ikan
bisa untuk diekspor baik itu ke dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu,
kehadiran cold storage diharapkan dapat meningkatkan nilai kesejahteraan dan taraf
hidup masyarakat nelayan.

Correponding Author: furqan171@mhs.unsyiah.ac.id


JIM FISIP Unsyiah:
1
Penulis/Mahasiswa,
2
Pembimbing/Dosen
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Vol 7, No 4, November 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/Fisip
Melihat pentingnya keberadaan cold storage bagi nelayan, Pemerintah Pusat
melalui Sentra Kelautan Perikanan terpadu (SKPT) Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) RI membangun cold storage dengan kapasitas 100 Ton sejak tahun
2016 di Kota Sabang. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan adalah cold storage
yang sudah di bangun dari tahun 2016 tersebut sampai sekarang belum bisa
dimanfaatkan oleh nelayan (https: rri.co.id, 2020).
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah
daerah, menyatakan bahwa aset tersebut diserahterimakan ke pemerintah provinsi,
amanat pengalihan tersebut terdapat pada Pasal 404 yang menyatakan bahwa serah
terima personil, pendanaan, sarana dan prasarana, serta dokumen sebagai akibat
pembagian urusan pemerintah antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dengan
Kabupaten/Kota yang diatur berdasarkan Undang-Undang ini.
Panglima laot Lhok ie Melee juga menghimbau cold storage untuk segera
dioperasikanlah agar para nelayan beserta ikan hasil tangkapan mereka dapat
ditampung di sana dengan harga yang juga baik dan layak. Nelayan Kota Sabang
sangat mengharapkan kehadiran cold storage ini karena bisa menjadi solusi bagi
permasalahan mereka. Karena cold storage yang dibangun tidak bisa dimanfaatkan
menyebabkan nelayan di Sabang harus menggunakan es balok sehingga menambah
pengeluaran mereka (www.antaranews.com, 2019).
Melihat sampai saat ini nelayan di Kota Sabang masing sangat bergantung
pada penggunaan es balok untuk mempertahankan kualitas ikan menyebabkan
produksi hasil ikan tangkap di Sabang belum maksimal, serta harga ikan di pasaran
yang tidak stabil. Oleh karena itu keberadaan perwujudan fasilitas cold storage
merupakan pemenuhan atas harapan dari masyarakat, panglima laot beserta
nelayan yang membutuhkan cold storage dalam menampung hasil tangkapan yang
didapat. Tentunya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak seperti, pemerintah
provinsi sebagai penanggung jawab dalam mencari pihak pengelola gedung dan
pihak swasta yang akan menjadi pengelola fasilitas cold storage.

TINJAUAN PUSTAKA
a. Teori Peran

Setiap manusia dalam menjalankan kehidupannya memiliki peran dan fungsi


masing-masing, hal ini dikarenakan setiap manusia memiliki caranya tersendiri berupa
sikap atau tindakan yang berbeda beda dalam menjalankan perannya. Menurut
Poerwadarminta dalam (Windasai, 2021: 795) peran adalah tindakan yang dilakukan oleh
suatu individu maupun kelompok dalam suatu kondisi atau peristiwa tertentu, yang mana
tindakan yang dilakukan tersebut merupakan sesuatu yang memang diharapkan untuk
dilakukan oleh individu atau kelompok yang memiliki pengaruh dan mempunyai jabatan

Correponding Author: furqan171@mhs.unsyiah.ac.id


JIM FISIP Unsyiah:
1
Penulis/Mahasiswa,
2
Pembimbing/Dosen
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Vol 7, No 4, November 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/Fisip
tertentu pada tatanan masyarakat.

Melihat peran pemerintah dalam upaya pengelolaan cold storage maka perlu adanya
indikator atau pengukur terhadap peran, terdapat tiga indikator dalam melihat peran
pemerintah Menurut (Satria, 2010: 263) terdapat tiga peran pemerintah, yaitu :

1. Pemerintah sebagai dinamisator, ialah berperan dalam menggerakkan


partisipasi berbagai pihak apabila terjadi stagnasi dalam proses
pembangunan (mendorong seta memelihara dinamika pembangunan daerah).
2. Pemerintah sebagai fasilisator, pemerintah memiliki peran dalam
menciptakan keadaan yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan
(menyediakan kepentingan berbagai pihak dalam memaksimalkan
pembangunan daerah).
3. Pemerintah sebagai katalisator, yaitu pemerintah memiliki peran sebagai agen
untuk mempercepat pengembangan potensi daerah dalam mengelola aset-
aset sumber daya daerah sehingga dapat menguntungkan dan memberi
manfaat pada masyarakat, yang nantinya akan menjadi modal sosial untuk
membangun partisipasi.
Pernyataan di atas menunjukan bahwa pemerintah harus memainkan peranya
sebagai organisasi yang memiliki kewajiban dalam pembangunan, baik itu
pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sumber daya manusia. jika hal
itu sudah dilaksanakan dengan baik maka kemajuan suatu bangsa dapat segera
dirasakan.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah pembelajaran kasus
dengan metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
tidak memerlukan perhitungan yang akurat dari angka-angka, ini dikarenakan
penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang memperlihatkan gambaran
mengenai kondisi baik itu secara faktual maupun sistematis terkait faktor-faktor,
sifat, serta hubungan antara fenomena yang dimiliki untuk melakukan akumulasi
secara mendasar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Peran Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh dalam pengelolaan Cold
Storage.

1. Pemerintah sebagai dinamisator


DKP Aceh memang sudah melakukan upaya dengan melibatkan pihak

Correponding Author: furqan171@mhs.unsyiah.ac.id


JIM FISIP Unsyiah:
1
Penulis/Mahasiswa,
2
Pembimbing/Dosen
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Vol 7, No 4, November 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/Fisip
swasta, tindakan ini memang harus dilakukan mengingat penggunaan dari cold
storage harus segera dilaksanakan. Hal tersebut sudah sesuai dengan peran
pemerintah sebagai dinamisator yang mengharuskan DKP Aceh menggerakkan
partisipasi berbagai pihak apabila terjadi stagnasi dalam proses pembangunan.
Namun jika melihat tujuan awal dari pembangunan cold storage ini adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, tetapi sampai saat ini cold storage masih
belum berfungsi dan masih belum ada kejelasan kapan akan berfungsi, padahal cold
storage sudah di bangun dari tahun 2017. Ini memakan waktu yang tergolong lama
dihitung sejak awal dibangunya gedung, menyebabkan kesejahteraan nelayan tidak
bisa ditingkatkan. Mengingat nelayan sangat membutuhkan cold storage serta
permasalahan ketidakstabilan harga ikan merupakan masalah yang serius di Kota
Sabang, sudah seharusnya DKP Aceh bukan hanya menyediakan cold storage tetapi
cold storage juga harus bisa digunakan sehingga memberikan manfaat baik itu pada
nelayan maupun masyarakat.

2. Pemerintah sebagai Fasilitator


DKP Aceh sudah mengoptimalkan percepatan untuk memfungsikan cold
storage dengan memenuhi apa yang menjadi tuntutan dari pihak swasta yaitu
tersedianya dermaga dipelabuhan. Ketersediaan dermaga memang sangat penting
disuatu pelabuhan, karena bukan hanya kapal-kapal lokal namun kapal-kapal skala
besar dari daerah lain juga bisa berlabuh dan membongkar hasil tangkapanya.
Dengan terwujudnya hal ini membuat pasokan ikan disabang nantinya akan
berlimpah yang tidak hanya menguntungkan pihak swasta sebagai pengelola cold
storage tetapi juga pemerintah sebagai pemilik gedung, nelayan beserta masyarakat.
sehingga simbiosis mutualisme saling menguntungkan akan terjalin.
Tetapi hal yang harus digarisbawahi adalah nelayan Kota Sabang masih belum
mengetahui bahwasanya akan dilakukan pembangunan dermaga dan pengerukan
kolam labuh kapal di PP Ie Meulee. Dalam menjalankan pemerintahan yang baik,
sudah seharusnya pemerintah melibatkan nelayan sebagai aktor utama dalam
perencanaan pembangunan, sehingga apa yang menjadi kebutuhan nelayan bisa
terpenuhi dengan baik dan tingkat keberhasilan dari suatu pembangunan bisa
terwujud.

3. Pemerintah Sebagai Katalisator


Melihat upaya yang sudah dilakukan oleh DKP Aceh dalam mengupayakan
percepatan pengelolaan cold storage dinilai sudah tepat, dengan akan mengatasi apa
yang menjadi kendalanya. Namun jika dilihat dari kepastian kapan gedung itu akan
difungsikan sampai saat ini belum ditemukan jawabanya, DKP Aceh hanya
memberikan asumsi jika cold storage sudah ada peminatnya barulah tahun 2022 ini

Correponding Author: furqan171@mhs.unsyiah.ac.id


JIM FISIP Unsyiah:
1
Penulis/Mahasiswa,
2
Pembimbing/Dosen
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Vol 7, No 4, November 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/Fisip
akan berfungsi. Padahal jika melihat manfaat yang dapat diberikan dengan
tersedianya cold storage sangat berdampak terhadap percepatan kemajuan sektor
perikanan di Sabang, seperti peningkatan produksi perikanan, peningkatan industri
pengolahan hasil perikanan, terbukanya lapangan kerja, serta pemasukan devisa
daerah. Meskipun demikian, untuk mendukung percepatan potensi daerah di sektor
perikanan DKP Aceh melalui pembangunan SKPT telah meluncurkan bantuan kapal
untuk nelayan, pembinaan serta pembangunan pasar ikan. Pemerintah sebagai
katalisator haruslah melaksanakan perannya dengan baik guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Selain itu, pemerintah juga harus menjamin ketersedian
sarana dan prasarana, dan persediaan modal untuk proses pembangunan.

2. HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN COLD STORAGE


Seiring dengan dilakukannya suatu program pembangunan oleh pemerintah,
hambatan-hambatan akan terdapat dalam suatu pekerjaan baik itu hambatan
eksternal maupun internal, faktor penghambat ini menjadi salah satu pemicu
terjadinya keterlambatan dalam melakukan suatu kegiatan, namun faktor
penghambat yang terjadi bisa diselesai dengan cara yang baik, karena suatu masalah
yang terjadi akan ada solusi yang bisa diambil dalam mengatasi hambatan tersebut.
berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, berikut faktor penghambat yang
peneliti temukan yaitu:

1. Letak Bangunan yang Tidak Sesuai


Lokasi tempat dibangunya cold storage yaitu PP Ie Meulee masih belum
lengkap sarana dan prasarana pendukung keberlansungan cold storage, salah
satunya adalah dermaga. tidak adanya dermaga di PP Ie Meulee merupakan faktor
penghambat mengapa belum ada pihak swasta yang ingin mengelola cold storage.
Tersedianya dermaga memang dapat memberikan keuntungan lebih karena banyak
kapal besar bisa mendaratkan hasil tangkapanya di PP Ie Meulee yang membuat
stok ikan berlimpah, ini nantinya akan memberikan keuntungan dari berbagai pihak,
karena dapat membuat meningkatnya hasil produksi produk olahan ikan yang
secara otomatis membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat Kota Sabang.
Namun hal yang sangat disayangkan adalah fasilitas sarana dan prasarana di Kota
Sabang untuk mendukung kemajuan sektor perikanan masih sangat terbatas, yang
membuat terhambatnya tingkat produktivitas nelayan.

2. Fasilitas yang masih terbatas


fasilitas pokok serta penunjang di PP Ie Meulee memang belum bisa
dikatakan lengkap, fasilitas pokok seperti dermaga, TPI, cold storage masih belum
berfungsi sehingga tidak bisa menjalankan peranya. Ini merupakan salah satu faktor

Correponding Author: furqan171@mhs.unsyiah.ac.id


JIM FISIP Unsyiah:
1
Penulis/Mahasiswa,
2
Pembimbing/Dosen
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Vol 7, No 4, November 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/Fisip
penghambat mengapa investor masih enggan untuk berinvestasi di Sabang
khususnya PP Ie Meulee, dikarenakan oleh tingkat produksi yang rendah.
Seharusnya jika ingin sektor perikanan menjadi penyumbang pendapatan besar
untuk daerah pemerintah harus lebih memperhatikan kebutuhan nelayan akan
fasilitas yang memadai.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada


pembahasan sebelumnya mengenai “Peran Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi
Aceh Dalam Pengelolaan Cold Storage Sebagai Upaya Meningkatkan Kesejahteraan
Nelayan Di Kota Sabang” maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembangunan cold storage memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas


sektor perikanan Kota Sabang sekaligus membantu nelayan dalam
peningkatan pendapatan mereka. Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh dalam
menjalankan peranya sebagai dinamisator, dimana DKP Aceh akan
melibatkan pihak swasta yang nantinya berperan sebagai pengelola cold
storage, kemudian peran DKP Aceh sebagai fasilitator juga akan melakukan
pembangunan dermaga dan pengerukan kolam labuh kapal agar kapal-kapal
skala besar bisa mendaratkan hasil tangkapannya di PP Ie Meulee, dan peran
DKP Aceh sebagai katalisator dalam upaya percepatan potensi daerah di
sektor perikanan ialah, selain menyediakan cold storage DKP Aceh juga
memberikan bantuan kapal serta pelatihan dengan tujuan nelayan bisa
memaksimalkan hasil tangkapannya. DKP Aceh memang telah melaksanakan
peranya dalam pengelolaan cold storage, tetapi peranya sebagai dinamisator
belum optimal. Karena cold storage yang sudah dibangun dari tahun 2017
tersebut sampai saat ini masih belum menemukan pengelola, sehingga cold
storage tidak bisa dimanfaatkan yang menyebabkan pemberdayaan nelayan
terhambat untuk dilakukan.
2. Faktor penghambat merupakan salah satu kendala yang dialami pemerintah
dalam melakukan suatu hal, faktor penghambat ini akan membuat suatu
program berjalan lambat dan tidak sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan pada awalnya. Adapun hambatan yang terjadi dalam
pengelolaan cold storage adalah penempatan bagunan dinilai tidak sesuai,
dikarenakan PP Ie Meulee lokasi dimana gedung itu dibangun belum
memiliki dermaga serta kolam labuh kapal yang dangkal, menyebabkan
kapal-kapal besar tidak bisa masuk dan mendaratkan hasil tangkapannya.

Correponding Author: furqan171@mhs.unsyiah.ac.id


JIM FISIP Unsyiah:
1
Penulis/Mahasiswa,
2
Pembimbing/Dosen
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Vol 7, No 4, November 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/Fisip
Kemudian masih terbatasnya sarana prasarana membuat terbatasnya
pengolahan hasil perikanan tangkap sehingga belum banyak investor yang
ingin berinvestasi di Sabang khususnya di PP Ie Meulee.

SARAN
Berdasarkan temuan dari peneli dapatkan di lapangan, peneliti ingin
memberikan saran yang mungkin bisa menjadi bahan untuk Dinas Kelautan dan
Perikanan dalam percepatan pemanfaatan cold storage di Aceh Barat Daya:

1. Diharapkan pihak Dinas kelautan dan Perikanan mempercepat pengoprasian


cold storage dengan melibatkan swasta dan masyarakat mengacu pada
pembangunan berkelanjutan pelabuhan perikanan agar peningkatan
kesejahteraan nelayan dapat terwujud.
2. Diharapkan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan juga bekerja sama dengan
nelayan dalam menyediakan apa yang menjadi kebutuhan mereka, sehingga
cita-cita untuk memajukan sektor kelautan dan perikanan dapat segera
direalisasikan.

Correponding Author: furqan171@mhs.unsyiah.ac.id


JIM FISIP Unsyiah:
1
Penulis/Mahasiswa,
2
Pembimbing/Dosen
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Vol 7, No 4, November 2022
www.jim.unsyiah.ac.id/Fisip
DAFTAR PUSTAKA

Juanda, J., & Martunis, M. (2014). Analisa Kelayakan Finansial Pengembangan Cold
Storage Plant di Pelabuhan Perikanan Lampulo Baru Banda Aceh. Jurnal
Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia , 6 (1), 17-18.

Kementrian Kelautan dan Perikanan. (2021) Profil SKPT Kota Sabang. Diakses dari
https://kkp.go.id/SKPT/Sabang/page/1131-profil-skpt-kota-sabang

Kurniasari, N., Rosidah, L., & Erlina, M. D. (2018). Strategi Pengembangan Sektor
Kelautan Dan Perikanan Di Kota Sabang. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi
Kelautan dan Perikanan, 8(2), 125-135.

Mahfud, T. (2020, Oktober 24). Gudang Beku Terintegrasi Ikan Di Sabang Belum Bisa
Dimanfaatkan Nelayan. RRI Banda Aceh. Diakses dari https://rri.co.id/banda-
aceh/ekonomi/918529/gudang-beku-terintegrasi-ikan-di-sabang-belum-bisa-
dimanfaatkan-nelayan

Novritaria, D. (2021, Juli 12). Harga Ikan Laut Naik Di Kota Sabang. RRI. Diakses
dari https://rri.co.id/ekonomi/1111281/harga-ikan-laut-naik-di-kota-sabang

Ramadhan. (2018). Strategi Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan Di


Kota Banda Aceh. (Doctoral dissertation Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Darussalam Banda Aceh).

Satria, A. (2010). Ekologi Politik Nelayan. Indonesia. Yogyakarta: LKiS.

Tiven, M., Huliselan, NV, & Lopulalan, Y. (2018). Efektivitas Kebijakan Kartu
Nelayan Kota Ambon. TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan , 14 (2),
76-87.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan


Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam.

Yusuf, I. (2019, Maret 9). Sabang Diminta Fungsikan Gudang Beku Ikan. Antara
News. Diakses dari https://www.antaranews.com/berita/807463/sabang-
diminta-fungsikan-gudang-beku-ikan

Correponding Author: furqan171@mhs.unsyiah.ac.id


JIM FISIP Unsyiah:
1
Penulis/Mahasiswa,
2
Pembimbing/Dosen

Anda mungkin juga menyukai