Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

F6. Laporan Penyuluhan

Topik : “PROLANIS Hipertensi : Demensia”

Disusun oleh :

dr. Rico Firdaus Permana

Pendamping :

dr. Helena Agestine M.S


NIP. 1985088172011012010

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PUSKESMAS PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

JAWA TIMUR

2019
LATAR Demensia merupakan suatu gangguan fungsi daya ingat yang
BELAKANG terjadi perlahan-lahan dan dapat mengganggu kinerja dan aktivitas
kehidupan sehari-hari orang yang terkena. Gangguan kognitif (proses
berpikir) tersebut adalah gangguan mengingat jangka pendek dan
mempelajari hal-hal baru, gangguan kelancaran berbicara (sulit
menyebutkan nama benda dan mencari kata-kata untuk diucapkan),
keliru mengenai tempat, waktu, orang atau benda, sulit hitung
menghitung, tidak mampu lagi membuat rencana, mengatrur kegiatan,
mengambil keputusan, dan lain-lain (Sumijatun dkk, 2006).

Demensia merupakan penyebab kematian ke-4 pada lansia setelah


penyakit jantung, kanker dan stroke. Jumlah lansia yang mengalami
demensia di dunia sebesar 30 juta jiwa dan di Indonesia sebesar 15%
dari jumlah lansia yang mengalami demensia. Indonesia adalah salah
satu yang bergabung dalam Alzheimer’s Disease International (ADI)
(Muharyani, 2010). Diperkirakan terdapat 35,6 juta orang di dunia yang
menderita demensia pada tahun 2010. 9 negara dengan angka kejadian
demensia terbanyak di dunia pada tahun 2010 adalah Cina (5,4 juta
orang), Amerika Serikat (3,9 juta orang), India (3,7 juta orang), Jepang
(2,5 juta orang), Jerman (1,5 juta orang), Rusia (1,2 juta orang),
Perancis (1,1 juta orang), Italia (1,1 jutaorang), dan Brasil (1 juta
orang) (WHO, 2012). Peningkatan angka kejadian demensia terjadi
seiring bertambahnya usia. Pravelensi demensia meningkat dua kali
setiap pertambahan usia 5 tahun setelah melewati usia 60 tahun.
Terdapat 7,2% populasi lansia yang berusia 60 tahun keatas pada tahun
2010 di Indonesia. Belum ada data yang pasti tentang pravelensi
demensia di Indonesia (Kemenkes RI, 2010).

Peningkatan insiden dan pravelensi demensia merupakan


tantangan bagi pemberi layanan kesehatan di Indonesia khusunya,
karena dampak demensia yang menimbulkan perubahan perilaku pada
lansia. Kondisi ini menyebabkan lansia demensia memerlukan
perhatian dan perawatan yang khusus dari keluarganya (Miller, 2004).
Perawatan lansia demensia dapat menimbulkan dampak pada keluarga
berupa beban yang terjadi karena lansia demensia memerlukan
pendampingan yang terus-menerus. Hal ini dapat menimbulkan beban
(Zarit, 1995 dalam Miller, 2004).

Beban keluarga dalam merawat lansia merupakan pengalaman


yang sangat unik karena lansia seringkali menunjukkan beberapa
gangguan dan perubahan pada tingkah laku seharinya (behavioral
symptom) yang menganggu atau tidak menganggu. Realita yang
dihadapi tersebut akan mempengaruhi arti, makna seseorang dan
kondisi yang dapat menimbulkan dampak bagi keluarga yang
merawatnya. Memberi perawatan pada lansia dengan penyakit kronis
menimbulkan perasaan burden atau strain pada caregiver yang dapat
memberikan pengaruh terhadap kualitas hidup keluarga (Sales, 2003).
Caregiver burden adalah respon multidemensi terhadap stresor fisik,
psikologis, sosial dan finansial yang dihubungkan dengan pengalaman
caregiver dalam merawat klien (Kazuya, Polgar-Bailey, & Takeuchi,
2000 dalam Etters, Goodall & Harrison, 2008).

Keluarga yang merawat lansia dengan demensia memberikan


dampak yang besar. Hal ini dapat menimbulkan beban keluarga seperti
yang diungkapkan oleh (Zarit 1995 dalam Miller 2004). Pendapat ini
didukung oleh penelitian yang menggambarkan 50% keluarga
mengalami gangguan psikiatrik selama merawat lansia dengan
demensia (Yaffe, 2008). Penelitian lain menyebutkan bahwa selama
merawat lansia demensia dengan ketidakmampuan fisik, keluarga
menyatakan 76,9% mengalami stress, 72.4% menderita penyakit fisik
dan 67% menggunakan obat-obatan (Bruce, 2003).
Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban keluarga dalam
merawat lansia dengan demensia diantaranya adalah: 1) Melakukan
aktifitas pengalihan yang dapat menghilangkan stress atau tekanan
emosi merupakan salah satu bentuk koping yang efektif. Aktifitas
pengalihan dapat mengontrol diri yang dapat mencegah dari kepanikan
dan tindakan yang merugikan dalam situasi yang mengancam, kontrol
diri merupakan respon yang sangat membantu dalam menemukan
kekuatan diri, 2) Berdoa dan mengingat Tuhan dapat menurunkan
beban keluarga merawat lansia. Kegiatan berdoa dan mengingat Tuhan
dilakukan agar merasa tenang dan mampu beradaptasi dengan kondisi
lansia (Kozier, 2004).
PERMASALAHAN Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan demensia.
PERENCANAAN Intervensi kegiatan ini menggunakan metode penyuluhan langsung
DAN PEMILIHAN saat kegiatan Prolanis Hipertensi yang diadakan setiap satu bulan sekali
INTERVENSI dimana jadwal telah disepakati bersama antara peserta dengan faskes
pengelola.
PELAKSANAAN Kegiatan Prolanis dilakukan pada tanggal 15 Juni 2019 pukul
08.30 s/d selesai yang awali oleh pemeriksaan tekanan darah dan berat
badan terlebih dahulu kemudian senam lansia ±45 menit, kemudian
pemberian materi penyuluhan yang berjudul “Demensia“ yang
memakan waktu ±15 menit. Setelah penyuluhan selesai, para peserta
Prolanis diberikan kesempatan untuk bertanya kepada penyuluh
mengenai materi yang telah diberikan diikuti pengobatan dasar untuk
para peserta Prolanis.
MONITORING Monitoring dan evaluasi setelah diberikan penyuluhan demensia
DAN EVALUASI adalah bertanya kepada peserta setiap kegiatan Prolanis “Apakah sudah
menerapkan gaya hidup sehat untuk pencegahan demensia?” serta
sedikit mereview ulang sekilas tentang pencegahan demensia.
Peterongan, 26 September 2019

Dokter Internsip

(dr. Rico Firdaus Permana)

Anda mungkin juga menyukai