Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

STANDAR PRODUKTIVITAS UNTUK FUNGSI INFORMASI KESEHATAN

Kelompok 1

1. Ayu Puspa Lestari (180205101)


2. Devi Prasetyo Ramadani (180205105)
3. Eka Septi Yudiani (180205107)
4. Linda Mawardani (180205116)
5. Marten Luther Novrianto (180205119)
6. Uki Diah Shafira (180205137)
7. Ulfah Uswatun Khasanah (180205138)

Kelas 18A3

PRODI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMATIKA KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS DUTA BANGSA SURAKARTA

2019
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 3

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standar ....................................................................................... 4


2.2 Pengertian Produktivitas .............................................................................. 5
2.3 Sistem Informasi Kesehatan ........................................................................ 8
2.4 Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan ............................................ 10
2.5 Implementasi Standar Produktivitas Fungsi Informasi Kesehatan ........... 16

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 17


3.2 Saran ......................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata

cara dan metode yang disusun berdasarkan konsesus semua pihak yang terkait

dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan

hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman, perkembangan

masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-

besarnya (PP 102 tahun 2000).

Dengan adanya standar yang Berkembang dunia teknologi sistem informasi,

maka penyajian informasi yang cepat dan efisien sangat dibutuhkan oleh setiap

orang. Perkembangan teknologi yang semakin pesat saat ini menuntut diubahnya

pencatatan manual menjadi sistem yang terkomputerisasi. Demikian juga halnya

pembayaran pasien pada suatu Rumah Sakit. Rumah sakit sebagai salah satu institusi

pelayanan umum di bidang kesehatan membutuhkan keberadaan suatu sistem

informasi yang akurat, handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan

pelayanannya kepada para pasien serta lingkungan yang terkait lainnya. Sistem

informasi rumah sakit digunakan untuk mempermudah dalam pengelolaan data pada

rumah sakit. Sistem ini seharusnya sudah menggunakan metode komputerisasi.

Karena dengan penggunakan metode komputerisasi, proses penginputan data, proses

pengambilan data maupun proses pengupdate-an data menjadi sangat mudah, cepat

dan akurat.

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah gabungan perangkat dan prosedur

yang digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari pengumpulan data

sampai pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan


1
2

tepat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan.

Sistem informasi kesehatan adalah integrasi antara perangkat, prosedur dan

kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis untuk

mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam

kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dalam literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem

pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara

sistematis dan terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka

peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Menurut WHO, Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari 6

“building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu negara.

Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah:

a. Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)

b. Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi

kesehatan)

c. Health worksforce (tenaga medis)

d. Health system financing (sistem pembiayaan kesehatan)

e. Health information system (sistem informasi kesehatan)

f. Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan standar ?

2. Apa yang dimaksud dengan produktivitas ?

3. Apa saja fungsi infornasi kesehatan?

4. Kenapa perlu dikembangkan sistem informasi kesehatan?


3

5. Bagaimana Implementasi standar produktivitas untuk fungsi informasi

kesehatan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui maksud standar.

2. Dapat mengetahui maksud produktivitas.

3. Untuk mengetahui fungsi informasi manajemen.

4. Untuk mengetahui alasan sistem informasi kesehatan harus dikembangkan.

5. Dapat mengetahui implementasi standar produktivitas untuk fungsi informasi

kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standar

Menurut Clinical Practice Guideline. Standar adalah keadaan ideal atau tingkat

pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan

minimal . Menurut Rowland, standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang

harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan agar pemakai jasa dapat memperoleh

keuntungan yang maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan.

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 102 tahun 2000 tentang Standardisasi

Nasional, Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata

cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan

memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa

kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

Standar menurut bahasa adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan.

Secara etimologi kata standar bisa dipahami sebagai patokan atau sebagai standar baku.

Standar juga bias dikatakan sebagai sesuatu yang digunakan sebagai ukuran, norma, atau

model dalam evaluasi komparatif (Oxford Dictionary). Standar dapat dijadikan acuan,

untuk melakukan proses kerja agar mencapai hasil yang sudah ditetapkan sebelumnya

dan melakukan penilaian.

Berikut terdapat Syarat Standar :

a. Bersifat jelas, artinya dapat diukur dengan baik, termasuk mengukur berbagai

penyimpangan yang mungkin terjadi;

4
5

b. Masuk akal, suatu standar yang tidak masuk akal, misalnya ditetapkan terlalu tinggi

sehingga mustahil dapat dicapai, bukan saja sulit dimanfaatkan tetapi juga akan

menimbulkan frustasi para pelaksana;

c. Mudah dimengerti, suatu standar yang tidak mudah dimengerti, atau rumusan yang

tidak jelas akan menyulitkan tenaga pelaksana sehingga standar tersebut tidakakan

dapat digunakan;

d. Dapat dicapai, merumuskan standar harus sesuai dengan kemampuan, siatuasi serta

kondisi organisasi;

e. Absah, ada hubungan yang kuat dan dapat didemonstrasikan;

f. Meyakinkan, persyaratan yang ditetapkan tidak terlalu rendah dan tidak terlalu

tinggi;

g. Mantap, spesifik dan eksplisit, tidak terpengaruh oleh perubahan waktu untuk jangka

waktu tertentu, bersifat khas dan gambling.

2.2 Pengertian Produktivitas

Menurut Herjanto, Produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan

bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang

maksimal. Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu industri

atau UKM dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi

perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan.

Dalam berbagai referensi terdapat banyak sekali pengertian mengenai

produktivitas, yang dapat kita kelompokkan menjadi tiga, yaitu :

a. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah ratio dari

pada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang

dipergunakan (input).
6

b. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai

pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin, dan hari

esok lebih baik dari hari ini.

c. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial,

yakni: investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset;

manajemen; dan tenaga kerja.

Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan utama

untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan yang

tinggi dan berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam menjaga kesinambungan

peningkatan produktivitas jangka panjang. Dengan demikian, pertumbuhan dan

produktivitas bukan dua hal yang terpisah atau memiliki hubungan satu arah, melainkan

keduanya adalah saling tergantung dengan pola hubungan yang dinamis, tidak

mekanistik, non linear dan kompleks. Secara makro, sumber pertumbuhan dapat

dikelompokkan kedalam unsur berikut:.

1) Peningkatan stok modal sebagai hasil akumulasi dari proses pembangunan yang

terus berlangsung. Proses akumulasi ini merupakan hasil dari proses investasi.

2) Peningkatan jumlah tenaga kerja juga memberikan kontribusi terhadap

pertumbuhan ekonomi.

3) peningkatan produktivitas merupakan sumber pertumbuhan yang bukan

disebabkan oleh peningkatan penggunaan jumlah dari input atau sumber daya,

melainkan disebabkan oleh peningkatan kualitasnya.

Dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama, pertumbuhan output akan

meningkat lebih cepat apabila kualitas dari kedua sumber daya tersebut
7

meningkat.Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat dirinci, pengukuran

kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering dihadapkan pada

berbagai kesulitan. Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja kasar

maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama dengan

mesin atau alat produksi lainnya. Seperti diketahui bahwa output dari setiap aktivitas

ekonomi tergantung pada manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka sumber

daya manusia merupakan sumber daya utama dalam pembangunan.

Sejalan dengan fenomena ini, konsep produktivitas yang dimaksud adalah

produktivitas tenaga kerja. Tentu saja, produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi,

dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi

komplementernya seperti alat dan mesin. Namun demikian konsep produktivitas adalah

mengacu pada konsep produktivitas sumber daya manusia.Secara umum konsep

produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input)

persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila:

1) Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya yang

sama.

2) Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan/sumber

daya lebih kecil dan,

3) Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya yang

relatif kecil (Soeripto, 1989; Chew, 1991 dan Pheasant, 1991).

Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu

dan dimensi organisasian. Dimensi individu melihat produktivitas dalam kaitannya

dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap


8

mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk

meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi keorganisasian melihat

produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara masukan (input) dan keluaran (out

put). Oleh karena itu dalam pandangan ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak

hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas.

Kedua pengertian produktivitas tersebut mengandung cara atau metode

pengukuran tertentu yang secara praktek sukar dilakukan. Kesulitan-kesulitan itu

dikarenakan, pertama karakteristik-karakteristik kepribadian individu bersifat kompleks,

sedangkan yang kedua disebabkan masukan-masukan sumber daya bermacam-macam

dan dalam proporsi yang berbeda-beda.

2.3 Sistem Informasi Kesehatan

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi

penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang.

Sistem adalah kumpulan elemen yang berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Pengertian Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah gabungan perangkat dan prosedur

yang digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari pengumpulan data sampai

pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan.

Sistem informasi kesehatan adalah integrasi antara perangkat, prosedur dan

kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis untuk

mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam

kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dasar hukum pengembangan sistem informasi kesehatan di Indonesia adalah :


9

a. UUD 1945, Pasal 28 ; Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh

informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak

untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan

informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia;

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi

Kesehatan;

d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1144/MENKES/PER/VII/2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan mengamanatkan pusat data dan

informasi ( PUSDATIN ) sebagai pelaksana tugas kementrian kesehatan di bidang

data dan informasi kesehatan;

e. Kepmenkes RI Nomor 511 tahun 2002 tentang Kebijakan Strategi Pengembangan

Sistim Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )

f. Kepmenkes RI Nomor : 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten / Kota;

g. Kepmenkes RI Nomor : 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan Strategi

Desentralisasi Bidang Kesehatan;

h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat

Kesehatan Masyarakat;

i. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837 Tahun 2007 tentang Pengembangan

Jaringan Komputer ( SIKNAS ) Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional

World Health Organisation (WHO) menilai bahwa investasi sistem informasi

kesehatan mempunyai beberapa fungsi antara lain :

a. Membantu mengambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah

kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.


10

b. Pemberdayaann individu dan komunitas dengan cepat dan mudah dipahami, serta

melakukan berbagai perbaikan kualitas pelayanan kesehatan.

Adapun manfaat adanya sistem informasi kesehatan dalam suatu fasilitas kesehatan

diantaranya :

a. Memudahkan setiap pasien untuk melakukan pengobatan dan mendapatkan

pelayanan kesehatan.

b. Memudahkan fasilitas kesehatan untuk mendaftar pasien yang berobat.

c. Semua kegiatan difasilitas kesehatan terkontrol dengan baik (bekerja secara

terstruktur).

2.4 Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan

Sistem informasi dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang

menyediakan informasi bagi semua tingkatan dalam organisasi tersebut kapan saja

diperlukan. Sistem ini menyimpan, mengambil, mengubah, mengolah, dan

mengkomunikasikan informasi yang diterima dengan menggunakan sistem informasi

atau peralatan sistem lainnya.

Alasan dikembangkannya sistem informasi kesehatan :

a. Mengubah cara konvensional menjadi cara yang modern.

b. Agar dapat bersaing secara globalisasi.

c. Mengurangi kekeliruan dalam segala aspek pelayanan kesehatan.

d. Memotivasi pekerja bekerja lebih praktis.

e. Meningkatkan kinerja pekerja.

f. Menjadikan rumah sakit pilihan pasien dari rumah sakit lain.

g. Efisien dan efektif dalam kebutuhan tenaga.

h. Mengurangi kost yang berlebihan.


11

Ada beberapa pedoman penting agar sistem dapat dibangun, diaplikasikan, dan

memperoleh manfaat, diantaranya seperti dibawah ini :

a. Terkait secara erat dan strategi, visi, dan misi rumah sakit.

b. Secara jelas diketahui pemakai sistem yang mendukung.

c. Dikembangkan dengan pola think globaly and act consistently.

d. Tetap harus menjadi “ Human touch “ jangan jadi seperti alat yang tidak

dinamis.

e. Diperlukan kejelasan dokumen dan pengertian berbagai pihak yang

terlibat.

f. Dikembangkan secara bertahap sambil menyelesaikan hambatan yang

timbul. (Turban, E, (b), 2008)

A. Metodologi Pengembangan SIMRS.

Dalam mengembangkan SIMRS dianjurkan setidaknya rumah sakit perlu melibatkan

manajement, tim ahli atau konsltan, dan pemakai. Sedangkan cara pengembangan

SIMRS di dalam rumah sakit dapat dilakukan berbagai metode.

1. Metode Sistem Development Life Cycle (SDLC)

Menurut Raymond Mc Leod (1995), sistem SDLC terdiri dari 5 fase yaitu fase 1-4

untuk pengembangan dan fase 5 untuk penggunaan.

a) Tahap Investigasi/Analisis.

Pada tahap ini sangat krusial karna tugas pentingnya yaitu meneliti

kebutuhan pemakai sistem informasi dan menentukan tampilan yang akan

digunakan. Pada tahap ini peran manajemen rumah sakit harus besar dan

dominan, karena kelanjutan dari proses pengembangan diputuskan disini

apabila dinyatakan tidak layak diteruskan maka proses pengembangan


12

sistem dapat ddihentikan. Dalam tahap ini terdapat enam dimesi kelayakan

yakni kelayakan teknis, pengembaliaan ekonomis, pengembaliaan non

ekonomis, hukum dan etika, oprerasional dan jadwal.

b) Tahap Perancangan

Merupakan tahap lanjutan dari analisis sistem. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan oleh tim diantaranya : pemahaman kebutuhan rumah sakit,

kebutuhan operator atau user, dan kebutuhan teknis. Dalam tahap ini jasa

ahli teknik komputer yang paling berperan. Peraancangan yang kurang

baik akan mengakibatkan sistem yang dibangun harus dirombak kembali

yang tentunya akan menghabiskan wakttu dan tenaga. Tahap perancangan

ini disebut juga tahap pemecahan masalah, karena disusun dengan

menyususn suatu algoritma, alur sistem, masukan, bisnis proses, output

dan data base.

c) Tahap Implementasi

Tahapan ini merupakan implementasi dar rancangan yang telah disusun,

denag prosedur dalam teknologi informasi dan menggunakan bahasa

komputer. Pemilihan bahasa kompiuter perlu dipertimbangkan dengan

matang agar tidak menggangu dikemudian hari. Pada tahap ini semua

perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware) dipasang, dicoba

dan diatur sampai memenuhi harapan pengguna. Pada tahap ini terdapat

fase kritis yaitu peralihan dari sistem lama ke sistem baru.

d) Tahap Pemakaian

Tahap dimana Sistem Informasi Manajemen mulai dipergunakan untuk

membantu jalannya organisasi. Proses uji coba dapat dilakukan secara

bertahap berupa penyempurnaan-penyempurnaan kecil pada sistem,


13

maupun penambahan pada kinerja sistam. Perlu diperhatikan dalam tahap

ini adalah bagaimana perangkat keras dalam aspek kecepatan proses dan

distribusi, biaya yang sudah dikeluarkan untuk perawatan, kompabilitas

terhadap sistem terkait, dan tingkat kehandalan jaringan komputer yang

sudah dibangun.

e) Tahap Penyempurnaan

Tahap ini diperlukan untuk masalah yang bersifat sangat besar misal, dari

sistem DOS ke Under Windows.

2. Metodelogi Prototipe

Metode yang dilakukan dengan memberikan model sistem yng akan dilakukan

oleh organisasi. Metode ini cocok sebagai metode pengembangan bagi organisasi

yang mempunyai ciri :

a) Organisasi privat dan beresiko tinggi

b) Menggunakan sistem yang inofative

c) Perilaku pemakai yang sulit ditebak

d) Keinginan menyelesaikan SIM dengan cepat

e) Perkiraan masa penggunaan yang pendek

Beberapa kerugian menggunakan Metode Prototipe adalah proses pengembangan

yang dilakukan dengan cepat maka besar sekali kemugkinan terjadi kekurangan

pada sistem

3. Metode Spiral

Merupakan gabungan dari metode Prototipe dan daur hidup. Metode ini sangat

lambat dan mahal karena setiap tahapan yang harus dilalui harus mengikut

sertakan partisipasi pemesan.


14

Menurut Mc Leod (1995) terdapat 4 metode untuk beralih kesistem baru :

a) Percontohan

Pendekatan ini tidak menerapkan sistem baru secara serentak, tetapi dalam

rangka percontohan sehingga pemakai sistem dapat melihat dahulu

bagaimana cara mengoperasikan sistem tersebut sebelum beralih kesistem

baru.

b) Serentak

Pendekatan ini dilakukan secar frontal dimana mengharuskan perpindakan

dari sistem lama ke sistem baru secar langsung

c) Bertahap

Pada pendekatan ini, sistem baru digunakan bagian per bagian dapat

dimulai dari yang paling muda misalnya dari administrasi, selanjutnya

perawatan dan seterusnya.

d) Parallel

Pendekatan ini mengharuskan sistem lama dipertahankan sementara sistem

baru harus diopersikan, setelah berjalan baik sistem lama dilepas

B. Tantangan Sistem Informasi Kesehatan

Beberapa tantangan dalam implementasinya masih banyak ditemui sehingga masih

banyak ditemui sehingga memerlukan kebijakan dan kerja sama yang terintegrasi

didalamnya. Diantaranya tantangan tersebut adalah :

1. Banyak ragam perangkat lunak Sistem Informasi Kesehatan sehingga

membingungkan unit operasional dalam menginputnya. Juga

membingungkan pihak pengambil kebijakan dalam menentukan model dan

sistem yang nantinya akan digunakan guna menghasilkan input, proses dan

output yang maksimal dengan kebutuhan yang ada


15

2. Tantangan ekonomi global dan kemampuan keuangan pemerintah. Ini

berkaitan dengan ketersediaan kemampuan keuangan pemerintah dalam

menyediakan budgeting guna operasional dan penyiapan perangkat lunak

dan perangkat keras dalam implementasi Sistem Informasi Kesehatan.

3. Ancaman keamanan informasi. Ancaman ini tentunya tidak dapat

dipandang sebelah mata karena factor keamanan informasi menjadi

penting terkait dengan jenis data dan informasi yang menjadi input dan

output yang nanti dihasilkan

4. Tantangan otonomi daerah. Ini sebagai implementasi dari UU 02 tahun

1999 tentang pemerintahan daerah dan UU 025 tahun1999 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Sehingga

daerah punya otoritas dalam menentukan arah kebijakan sendiri termasuk

didalamnya mengenai arah kebijakan Sitem Informasi Kesehatan untuk

kabupatennya

5. Tantangan untuk membangun jejaring lintas unit dan lintas sector.

Tantangan ini terkait integrasi dalam menyatukan input Sitem Informasi

Kesehatan yang lintas sektor. Karena masing-masing sector atau unit

punya devinisi dan aplikatif sendiri dalam menginterpretasikan datanya.

Masing-masing sistem informasi cenderung untuk mengumpulkan

informasi sebanyak-banyaknya menggunakan cara dan format

pelaporannya sendiri. Sehingga unit-unit operasional dalam melaporkan

datanya terbebani. Dampaknya informasi yang dihasilkan kurang akurat.


16

2.5 Implementasi Standar Produktivitas Fungsi Informasi Kesehatan

1. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

Dalam Sistem Kesehatan Nasional puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam

memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat yang dikenal sebagai

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) strata pertama di setiap kecamatan. Puskesmas

bertanggung jawab atas masalah kesehatan di wilayah kerjanya. Di dalam sistem

kesehatan daerah puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas pada dinas kesehatan

kota/kabupaten, dan merupakan unit struktural pemerintah daerah kota/kabupaten.

A. Pengertian Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

Pusat kesehatan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan

Puskesmas adalah institusi pemerintah paling depan untuk memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat diwilayah kerjanya. Berdasarkan

keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 128/MENKES/SK/II/2004,

dijelaskan tentang pengertian puskesmas sebagai berikut: ‖Puskesmas adalah

Unit Pelaksana Teknis Dinas yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional

yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dan turut

membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan

secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam

bentuk beberapa kegiatan pokok kesehatan. Hingga kini belum ada

kesepakatan terhadap batasan istilah Sistem Informasi Manajemen Puskesmas

(SIMPUS). Definisi yang cukup memadai sebagai berikut :

" Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah suatu

tatanan manusia / peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu


17

proses manajemen Puskesmas mencapai sasaran kegiatannya ". Sumber

informasi utamanya adalah SP2TP, sedangkan informasi lain yang ada,

berperan sebagai pelengkap.

B. Tujuan SIMPUS

Tujuan umum SIMPUS adalah meningkatnya kualitas manajemen

Puskesmas secara lebih berhasil-guna dan berdaya-guna, melalui

pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang.

Sedangkan tujuan khusus SIMPUS adalah sebagai berikut:

1) Sebagai dasar penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)

2) Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok

Puskesmas (Lokakarya Mini)

3) Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok

Puskesmas (PWS dan Stratifikasi Puskesmas)

4) Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan pokok

Puskesmas.

C. Mekanisme

Mekanisme kerja SIMPUS adalah sebagai berikut:

1) Data SP2TP dan data lainnya diolah, disajikan dan diinterpretasikan

sesuai dengan Petunjuk Pengolahan dan Pemanfaatan Data SP2TP serta

Petunjuk dari masingmasing program yang ada (seperti program ISPA,

Malaria, Imunisasi, Kesehatan Lingkungan, KIA, Gizi, Perkesmas dan

sebagainya).

2) Pengolahan, analisis, interpretasi dan penyajian dilakukan oleh para

penanggungjawab masing-masing kegiatan di Puskesmas dan pengelola

program di semua jenjang adminstrasi.


18

3) Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interpretasi data SP2TP

dan sumber lainnya, dapat bersifat kualitatif (seperti meningkat, menurun

dan tidak ada perubahan) dan bersifat kuantitatif dalam bentuk angka

seperti jumlah, persentase dan sebagainya. Informasi tersebut dapat

berupa laporan tahunan Puskesmas.

D. Pemanfaatan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan SIMPUS:

1) Informasi yang diperoleh dari SP2TP dan informasi lainnya dimanfaatkan

untuk menunjang proses manajemen di tingkat Puskesmas, sebagai bahan

untuk penyusunan rencana tahunan Puskesmas, penyusunan rencana kerja

operasional Puskesmas, bahan pemantauan evaluasi dan pembinaan.

2) Informasi dari SP2TP dan sumber lainnya akan membantu Dinas

Kesehatan Kota/Kabupaten dalam penyusunan perencanaan tahunan,

penilaian kinerja Puskesmas berdasarkan beban kerja dan pencapaian

hasil kegiatan Puskesmas, sebagai bahan untuk pemantauan dan evaluasi

pelaksanaan kegiatan program di wilayahnya, untuk menentukan prioritas

masalah dan upaya pemecahan dan tindak lanjutnya.

3) Informasi dari SP2TP akan membantu kelancaran perencanaan (P1),

penggerakan pelaksanaan (P2) dan pengawasan, pengendalian dan

penilaian (P3) programprogram, sebagai masukan untuk diskusi UDKP.

2. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk

melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan

penunjang, yang dapat juga digunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan

serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Undang-


19

undang Tentang Kesehatan juga mengharuskan bahwa pelayanan kesehatan yang

diberikan di rumah sakit harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi mutu dan

perkembangan ilmu kedokteran terkini.

Dalam mencapai itu peran manajemen sangat penting disamping sumber daya

pendukung. Dengan pelayanan yang semakin kompleks diharapkan rumah sakit

menyediakan informasi yang adekuat dalam mendukung terciptanya manajemen

pelayanan dan administrasi yang bermutu untuk meningkatkan kinerja rumah sakit.

Disinilah peran Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dikatakan penting, sebagai

tulang punggung manajemen rumah sakit.

A. Pengertian Sistem Informasi Rumah Sakit

Sistem informasi rumah sakit adalah suatu tatanan yang berurusan

dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi, analisa dan

penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk

kegiatan rumah sakit. Sistem informasi rumah sakit bertugas menyiapkan

informasi untuk kepentingan pelayanan rumah sakit. Subsistemnya antara

lain : subsistem pengembangan dan subsistem operasional. Menurut

Wandaningsih (1995), ada beberapa aspek penting dari sistem informasi

rumah sakit yang perlu diperhatikan, yaitu :

1) Aspek kualitas Kualitas suatu aspek informasi tergantung pada tiga (3)

hal, seperti keakuratan, ketepatan waktu, dan manfaat informasi bagi

rumah sakit.

2) Aspek dimensi Terdapat 6 (enam) dimensi informasi yang menunjukkan

besar kecilnya suatu informasi, yaitu : sistem informasi, jenis informasi,

metode pengukuran yang dipakai, waktu kebutuhan informasi, tempat


20

pengambilan keputusan yang membutuhkan informasi, penggunaan

informasi oleh pengambil keputusan

B. Jenis Sistem Informasi Rumah Sakit

Menurut Austin (1983), secara umum sistem informasi rumah sakit dapat

digolongkan menjadi :

1) Sistem informasi klinik atau medik Sistem ini dirancang untuk membantu

proses audit medis yang dapat menjamin agar standar mutu pelayanan

selalu dipenuhi.

2) Sistem informasi administrasi Sistem ini dirancang untuk membantu

memantau kegiatan pendayagunaan sumbersumber untuk pelayanan

medis, seperti sistem informasi akuntansi, sistem informasi logistik dan

sistem informasi ketenagaan.

3) Sistem informasi manajemen perencanaan dan pengawasan Sistem

informasi ini ditujukan untuk perencanaan evaluasi penampilan rumah

sakit dan juga untuk menilai dampak pelayanan di masyarakat.

C. Tujuan Sistem Informasi Rumah Sakit

Menurut Siregar (1986), administrasi rumah sakit, anggota dewan

rumah sakit dan staf medis menggunakan sistem informasi untuk mendukung

hal-hal berikut :

1) Jaminan oleh kualitas pelayanan Informasi klinik dari catatan medis

penderita bagi proses kesehatan untuk menilai pelaksanaan diagnostik dan

pengobatan di rumah sakit. Sistem Informasi rumah sakit yang

menggunakan komputer dapat menelusuri data seperti ini untuk penilaian

tindakan perbaikan.
21

2) Perbaikan biaya dan peningkatan produksi Sistem informasi dengan

komputer sangat baik untuk melakukan analisa biaya dan laporan

produksi yang dapat digunakan untuk administrasi rumah sakit untuk

memperbaiki efektifitas kegiatan. Sistem ini dapat mengintegrasi

informasi klinik dan keuangan.

3) Analisa penggunaan dan penaksiran permintaan Sistem informasi rumah

sakit yang lengkap dapat menyajikan penggunaan pelayanan rumah sakit

baik sekarang maupun masa lalu. Informasi ini berguna untuk analisa

efektifitas penggunaan sumber daya dan merupakan dasar bagi peramalan

permintaan masyarakat.

4) Perencanaan program dan evaluasi Informasi yang digunakan untuk

ketiga tujuan diatas merupakan masukan utama untuk menilai pelayanan

saat ini. Bila digabung dengan proyeksi tentang perubahan penduduk

yang dilayani maka sistem ini membantu peramalan program mana yang

akan datang.

5) Penyederhanaan laporan internal dan eksternal Setiap rumah sakit

memerlukan pencatatan yang akurat mengenai informasi medis dan

keuangan.

6) Penelitian klinis Terutama bagi rumah sakit yang beraliansi dengan

institusi pendidikan. Dengan sistem informasi yang baik maka ini dapat

menyajikan informasi bagi kebutuhan studi longitudinal dan

perbandingan.

7) Pendidikan Sistem informasi yang baik dapat membantu dalam penalaran

atau latihan kedokteran atau profesi kesehatan lain dengan menyajikan

data medis masa lalu dan sekarang untuk kepentingan pendidikan.


22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 102 tahun 2000 tentang Standardisasi

Nasional, Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata

cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan

memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa

kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

Menurut Herjanto, Produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan

bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang

maksimal. Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu industri

atau UKM dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi

perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan.

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi

penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang.

Sistem adalah kumpulan elemen yang berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Pengertian Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah gabungan perangkat dan prosedur

yang digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari pengumpulan data sampai

pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan.

17
18

3.2 Saran

1. Pengembangan sistem standar produktivitas untuk fungsi informasi kesehatan harus

sesuai dengan standar yang telah ada dan ditetapkan

2. Dalam sebuah pengembangan SIMRS perlu diperhatikan oleh pengembangan sistem

informasi, pada dasarnya adalah usaha otomasi administrasi suatu organisasi dengan

memanfaatkan tekhnologi informasi sebagai alatnya.


19

DAFTAR PUSTAKA

Fatin, N. (2018, September Rabu). Pengertian Standar Serta Syarat Dan Tahap

Perumusannya. Retrieved November Jumat, 2019, from Seputar Pengertian:

http://seputarpengertian.blogspot.com/2018/09/pengertian-standar-serta-syarat-dan-

tahapannya.html?m=1.

FKM-UNSRAT, T. P. 2014. Modul Sistem Informasi Kesehatan. Manado: Kampus

UNSRAT.

Markus, Suryo Nugroho. 2010 .Master plan pengembangan sistem informasi manajemen

rumah sakit.Yogyakarta : Poltekes permata Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi

Nasional.

Sabarguna, B. S. 2004. Sistem Informasi Kesehatan Rumah Sakit. Yogyakarta.

Sabarguna, Boy S. 2008. Manajemen Kinerja Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta : Sagung Seto.

Turban, E(b), at all, E – Commerce, Pearson Preventative Hall, New Jersey, 2008.

World Health Organization. 2004. Developing Health Mangement Information System: a

practical Guide for Developing Countries, Geneva: WHO.

Herjanto, E. 2007. Manajemen Operasi. Jakarta : Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai