Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM KAPITA SELEKTA

MAKALAH STANDAR DATA KESEHATAN


SEMESTER VI

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :


Disusun oleh :

Nabila Putri Maysa 211204067

Nadaa Melia Gunawan 211204068

Natasha Julia Alvindy 211204071

Wina Zarmia 211204100

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI


REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2024/2025
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii


BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................................... 2
C. Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................. 3
KAJIAN LITERATUR ........................................................................................ 3
A. Konsep Dasar Standarisasi Data Kesehatan ............................................... 3
B. Konsep Dasar Interoperabilitas Data Kesehatan ......................................... 4
C. Rencana Interoperabilitas Data Kesehatan ................................................. 4
D. Jenis Standarisasi Data Kesehatan ............................................................. 5
BAB III.............................................................................................................. 16
PENUTUP ......................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ............................................................................................. 16
B. Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Standarisasi data kesehatan dan interoperabilitas telah menjadi fokus
utama dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam sistem
kesehatan global. Dengan adopsi standar yang konsisten untuk merekam,
menyimpan, dan bertukar informasi kesehatan para profesional medis dapat
dengan mudah mengakses data yang kritis untuk diagnosis yang tepat,
perencanaan perawatan yang efektif, dan pemantauan kondisi pasien.
Standarisasi ini membantu mengatasi tantangan yang sering muncul ketika data
tersimpan dalam berbagai format dan struktur, memungkinkan integrasi yang
lancar antara sistem informasi kesehatan yang berbeda (Li et al., 2021).
Interoperabilitas memainkan peran penting dalam memastikan bahwa
system kesehatan dapat beroperasi secara sinergis, terlepas dari perbedaan
teknologi atau vendor. Dengan kemampuan untuk bertukar informasi secara
mudah antara sistem, para professional kesehatan dapat menghindari duplikasi
pengujian, meningkatkan koordinasi perawatan, dan mengurangi risiko
kesalahan dalam pengambilan keputusan klinis. Misalnya, seorang dokter yang
merujuk pasien ke spesialis dapat dengan cepat mengirimkan riwayat medis
yang lengkap, memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang koheren
dan terintegrasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021).
Selain manfaat langsung bagi perawatan pasien, standarisasi data kesehatan
dan interoperabilitas juga membuka pintu bagi inovasi teknologi kesehatan
yang lebih lanjut. Dengan data yang terstandarisasi, para peneliti dapat
mengumpulkan dan menganalisis informasi dari berbagai sumber dengan lebih
efisien, mempercepat penemuan medis dan pengembangan terapi baru. Ini juga
membantu dalam penerapan teknologi seperti kecerdasan buatan dan analisis
data besar untuk memperbaiki diagnosis, prediksi penyakit, dan pengelolaan
populasi kesehatan secara keseluruhan (Miranda-Escalada et al., 2020).
Dengan demikian, standarisasi data kesehatan dan interoperabilitas
bukan hanya tentang meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga tentang

1
meningkatkan kualitas perawatan, memfasilitasi inovasi, dan menciptakan
dasar yang lebih kuat untuk system kesehatan yang berkelanjutan di masa
depan. Sebagai bidang yang terus berkembang, tantangan berkelanjutan tetap
ada, tetapi dengan komitmen yang kuat terhadap standarisasi dan
interoperabilitas, kita dapat terus memajukan perawatan kesehatan menuju arah
yang lebih baik bagi semua orang.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui Konsep Dasar Standarisasi Data Kesehatan
2. Mengetahui Konsep Dasar Interoperabilitas Data Kesehatan
3. Mengetahui Rencana Interoperabilitas Data Kesehatan di Indonesia
4. Mengetahui Jenis Standarisasi Data Kesehatan Yang Terdiri Dari ICD-10,
ICD-9 CM, SNOMED-CT, LOINC, dan KFA
C. Manfaat
1. Meningkatkan aksesibilitas data kesehatan
2. Meningkatkan kualitas layanan kesehatan
3. Meningkatkan privasi data

2
BAB II
KAJIAN LITERATUR

A. Konsep Dasar Standarisasi Data Kesehatan

Standarisasi data kesehatan adalah proses penetapan aturan dan format


yang baku untuk mendefinisikan, mengkodekan, dan mempresentasikan data
kesehatan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas, konsisten,
dan interoperabilitas data kesehatan. Standarisasi kesehatan mencakup
beberapa aspek, diantranya:

1. Terminologi: Penetapan istilah dan definisi yang baku untuk elemen data
kesehatan.

2. Kode: Penetapan kode unik untuk setiap elemen data kesehatan.

3. Format: Penetapan format data yang baku untuk pertukaran data


kesehatan.

4. Metadata: Penetapan informasi tambahan tentang data kesehatan, seperti


asal data, waktu pengumpulan data, dan makna data.

Standarisasi data pelayanan kesehatan mencakup beberapa aspek,


diantara lain:

1. Standarisasi data rekam medis: Penetapan format dan konten rekam medis
yang baku.

2. Standarisasi data klaim: Penetapan format dan konten data klaim yang
baku.

3. Standarisasi data registrasi pasien: Penetapan format dan konten data


registrasi pasien yang baku.

3
B. Konsep Dasar Interoperabilitas Data Kesehatan

Interoperabilitas adalah kemampuan berbagai sistem, perangkat,


danaplikasi (sistem) informasi untuk mengakses, bertukar, mengintegrasikan,
dan secara kooperatif menggunakan data secara terkoordinasi, di dalam dan
melintasi batas-batas organisasi, regional, dan nasional, untuk menyediakan 5
portabilitas informasi yang tepat waktu dan lancar serta mengoptimalkannya.
kesehatan individu dan populasi secara global.Pertukaran informasi kesehatan,
atau HIE, menyediakan kemampuan untuk memindahkan informasi klinis
secara elektronik di antara sistem informasi layanan kesehatan yang berbeda
dan menjaga makna dari informasi yang dipertukarkan.

Tujuan pertukaran informasi kesehatan adalah untuk memfasilitasi


akses dan pengambilan data klinis untuk memberikan perawatan yang berpusat
pada pasien yang aman, tepat waktu, efisien, efektif dan adil. HIE juga dapat
digunakan oleh otoritas kesehatan masyarakat untuk membantu analisis
kesehatan masyarakat.Institusi medis makin mengandalkan perangkat medis
dan sistem pemeliharaan kesehatan yang saling terhubung untuk
mengumpulkan, berbagi, dan menganalisis data pemeliharaan kesehatan.

Sistem yang terhubung dengan jaringan ini mentransfer catatan


kesehatan elektronik, hasil medis, klaim asuransi, dan informasi medis lainnya
di berbagai departemen layanan kesehatan.Interoperabilitas layanan kesehatan
memungkinkan para profesional kesehatan untuk berkolaborasi menuju hasil
yang lebih baik bagi pasien dengan data yang cepat dan dapat diandalkan.

C. Rencana Interoperabilitas Data Kesehatan

Standardisasi data sebagai strategi menuju Satu Data Indonesia dapat


digunakan oleh seluruh stakeholder kesehatan, meliputi data pasien, data
fasilitas pelayanan kesehatan, data tenaga kesehatan, data alat kesehatan, data
pembiayaan dan data pelayanan.

Melalui acara ini diharapkan tim pengelola IT RS dapat segera


mengetahui hal-hal terkait pemanfaatan platform Satu Sehat dan

4
Interoperabilitas Data Kesehatan Nasional dimana yang nantinya dapat
disimulasi dan uji coba melalui SIMRS di masing-masing Rumah Sakit untuk
dapat terintegrasi ke dalam platform Satu Sehat.

D. Jenis Standarisasi Data Kesehatan

1. ICD-10

a. Definisi

International Statistical Classification of Disease and Related Health


Problems (ICD) dari WHO adalah sistem klasifikasi yang
komprehensif dan diakui secara internasional.

b. Tujuan

Untuk menciptakan kerangka kerja universal untuk pelaporan,


dokumentasi, dan analisis data kesehatan yang konsisten di seluruh
dunia.

c. Manfaat

Manfaat ICD sebagai sistem klasifikasi penyakit dan masalah terkait


kesehatan digunakan untuk kepentingan informasi statistik morbiditas
dan mortalitas. Penerapan Pengkodean Sistem ICD digunakan untuk :

1) Mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan di sarana


pelayanan kesehatan
2) Masukan bagi sistem pelaporan diagnosis medis
3) Memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait
diagnosis karakteristik pasien dan penyedia layanan
4) Pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas
5) Tabulasi data pelayanan kesehatan bagi proses evaluasi
perencanaan pelayanan medis
6) Menentukan bentuk pelayanan yang harus direncanakan dan
dikembangkan sesuai kebutuhan zaman

5
7) Analisis pembiayaan pelayanan kesehatan

8) Untuk penelitian epidemiologi dan klinis


d. Struktur Pengodean Data Kesehatan

Struktur ICD 10 bahwa ICD 10 terdiri atas 3 Volume :

1) Volume 1(Tabular List), berisi tentang hal-hal yang mendukung


klasifikasi utama.

a) Pengantar
b) Pernyataan
c) Pusat-pusat kolaborasi WHO untuk klasifikasi penyakit
d) Laporan konferensi Internasional yang menyetujui revisi
ICD 10
e) Daftar kategori 3 karakter
f) Daftar tabulasi penyakit dan daftar kategori termasuk sub
kategori empat karakter
g) Daftar morfologi neoplasma
h) Daftar tabulasi khusus morbiditas dan mortalitas
i) Definisi-definisi

j) Regulasi-regulasi nomenklatur
2) Volume 2 (Instruction Manual), berisi tentang pedoman
penggunaan.

a) Pengantar
b) Penjelasan tentang International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problems.
c) Cara penggunaan ICD 10
d) Aturan dan petunjuk pengkodean mortalitas dan morbiditas
e) Presentasi statistik

f) Riwayat perkembangan ICD

6
3) Volume 3 (Alphabetical Index), berisi tentang klasifikasi
penyakit yang disusun berdasarkan indeks abjad atau secara
alfabet,terdiri dari 3 seksi:

a) Seksi 1 merupakan klasifikasi diagnosis yang tertera dalam


vol 1
b) Seksi 2 untuk mencari penyebab luar morbiditas, mortalitas
dan membuat istilah dari bab 20

c) Seksi 3 merupakan tabel obat-obatan dan zat kimia sebagai


sambungan dari bab 19 20, dan menjelaskan indikasi
kejadiannya.
Struktur volume 3 :

a) Pengantar
b) Susunan indeks secara umum
c) Seksi I : Index abjad penyakit, bentuk cedera
d) Seksi II : Penyebab luar cedera
e) Seksi III : Tabel obat dan zat kimia
f) Perbaikan terhadap volume I
e. Contoh Penggunaan

Penggunaan ICD-10 dapat digunakan untuk mendiagnosis medis,


prosedur medis dan penyebab kematian.

Contoh :

Kode : J06.9

Deskripsi : Infeksi saluran pernapasan atas akut, tidak spesifik

Sumber ; ICD-10 Volume 1, Bab X: Penyakit Sistem Pernapasan

Penggunaan : Digunakan untuk mendiagnosis pasien yang mengalami


infeksi saluran pernafasan akut tanpa penyebab yang spesifik.

7
2. ICD-9

a. Definisi

International Classification of Diseases 9 Clinical Modification


adalah sistem pengklasifikasian prosedur tindakan operasi dan non
operasi berdasarkan kriteria atau kategori tertentu.

b. Tujuan

Tujuan penggunaan ICD-9 CM adalah untuk memberikan kode pada


diagnosis dan prosedur medis dalam rekam medis.

c. Manfaat

Manfaat ICD-9 CM antara lain:

1) ICD-9-CM memberikan standar untuk mengklasifikasikan


penyakit, kondisi medis, dan prosedur medis.
2) ICD-9-CM bisa lebih ekonomis dalam beberapa kasus daripada
beralih ke sistem pengkodean yang lebih baru karena biaya
pelatihan staf yang lebih rendah dan minimnya biaya pembaruan
perangkat lunak.

3) ICD-9-CM untuk bisa digunakan untuk pelaporan dan penagihan


e-klaim.
d. Struktur

ICD 9 CM terdiri dari 3 volume

1) Volume 1 - Penyakit: Tabular List


2) Volume 2 - Penyakit: Alphabetical Index

3) Volume 3 - Procedures: Tabular List


e. Pengkodean Data Kesehatan

8
Pada masing-masing volume, berisi klasifikasi prosedur atau tindakan
dalam pengobatan, dan juga memuat Alphabetic Index untuk mencari
kode prosedur

f. Contoh Penggunaan

1) Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode, dan buka volume 3


Alphabetical index (kamus).
2) “Lead Term” (kata panduan) untuk penyakit dan cedera biasanya
merupakan kata benda yang memaparkan kondisi patologisnya.
3) Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul di
bawah istilah yang akan dipilih pada Volume 3.
4) Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “( )” sesudah Lead
Term (kata dalam tanda kurung = modifier, tidak akan
mempengaruhi kode).
5) Ikuti secara hati-hati rujukan silang (cross references) dan perintah
see dan see also yang terdapat dalam indeks.
6) Lihat daftar tabulasi (Volume 1) untuk mencari nomor kode yang
paling tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda minus
pada posisi keempat yang berarti bahwa isian untuk karakter
keempat itu ada di dalam volume 1 dan merupakan posisi
tambahan yang tidak ada dalam indeks (volume 3). Perhatikan juga
perintah untuk membubuhi kode tambahan (additional code).
7) Ikuti pedoman inclusion dan exclusion pada kode yang dipilih atau
bagian bawah suatu bab (chapter), blok, kategori, atau sub kategori.

8) Tentukan kode yang anda pilih.

3. SNOMED-CT

a. Definisi

SNOMED-CT (Systematized Nomenclature of Medicine - Clinical


Terms) adalah sistem terminologi klinis komprehensif yang

9
terstandarisasi secara global. SNOMED-CT menyediakan konsep
dan kode untuk berbagai macam istilah klinis, termasuk penyakit,
gejala, prosedur, dan temuan.

b. Tujuan

1) Meningkatkan interoperabilitas data kesehatan antar sistem


informasi kesehatan yang berbeda.
2) Meningkatkan kualitas data kesehatan.
3) Mendukung pengambilan keputusan klinis yang lebih baik.
4) Mendukung penelitian kesehatan.

5) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem kesehatan.


c. Manfaat

1) Meningkatkan komunikasi antar tenaga kesehatan.


2) Meningkatkan akurasi dan kelengkapan data kesehatan.
3) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses dokumentasi
4) klinis.
5) Mendukung pengambilan keputusan klinis yang lebih baik.

6) Mendukung penelitian kesehatan.


d. Struktur

SNOMED-CT terstruktur dalam hierarki konsep. Setiap konsep


memiliki kode unik dan definisi yang jelas. Konsep-konsep tersebut
saling terkait satu sama lain dengan berbagai hubungan, seperti "is-a"
dan "part-of".

e. Pengkodean Data Kesehatan

SNOMED-CT dapat digunakan untuk mengkodekan berbagai macam


data kesehatan, seperti:

1) Diagnosa
2) Prosedur

10
3) Gejala
4) Temuan

5) Obat-obatan
f. Contoh Penggunaan

SNOMED-CT digunakan dalam berbagai macam aplikasi, antara lain:

1) Sistem informasi rekam medis elektronik


2) Sistem klaim asuransi kesehatan
3) Sistem registrasi pasien

4) Sistem penelitian kesehatan


SNOMED-CT juga digunakan oleh berbagai organisasi kesehatan
internasional, seperti World Health Organization (WHO) dan
International Organization for Standardization (ISO).
4. LOINC

a. Definisi

LOINC (Logical Observation Identifiers Names and Codes) adalah


sebuah sistem terminologi universal yang digunakan untuk
mengidentifikasi pengukuran, observasi, dan dokumen kesehatan
secara konsisten dan terstruktur. LOINC menyediakan kode dan nama
yang unik untuk berbagai jenis data kesehatan, seperti hasil tes
laboratorium, pemeriksaan fisik, dan data demografi pasien.

b. Tujuan

Tujuan utama LOINC adalah untuk :

1) Meningkatkan interoperabilitas data kesehatan di antara berbagai


sistem informasi kesehatan.
2) Meningkatkan kualitas data kesehatan dengan memastikan
konsistensi dan akurasi pengkodean.

11
3) Mempermudah pertukaran data kesehatan antar organisasi
kesehatan.

4) Mendukung penelitian kesehatan dengan menyediakan data yang


terstandarisasi.
c. Manfaat

Manfaat penggunaan LOINC antara lain:

1) Meningkatkan efisiensi: LOINC dapat membantu mengurangi


duplikasi pekerjaan dan meningkatkan efisiensi alur kerja klinis.
2) Meningkatkan kualitas data: LOINC dapat membantu
meningkatkan kualitas data kesehatan dengan memastikan
konsistensi dan akurasi pengkodean.
3) Meningkatkan interoperabilitas: LOINC dapat membantu
meningkatkan interoperabilitas data kesehatan di antara berbagai
sistem informasi kesehatan.

4) Meningkatkan aksesibilitas data: LOINC dapat membantu


meningkatkan aksesibilitas data kesehatan untuk penelitian dan
d. Struktur

LOINC terdiri dari beberapa komponen utama, antara lain:

1) Kode: Kode unik yang diidentifikasi dengan 5 digit angka.


2) Nama: Nama yang menjelaskan pengukuran, observasi, atau
dokumen kesehatan.
3) Definisi: Definisi yang menjelaskan secara detail tentang apa
yang diukur, diamati, atau didokumentasikan.

4) Properti: Properti yang memberikan informasi tambahan tentang


kode, seperti jenis data, unit pengukuran, dan nilai referensi.
e. Pengkodean Data Kesehatan

LOINC dapat digunakan untuk mengkodekan berbagai jenis data


kesehatan, antara lain:

12
1) Hasil tes laboratorium
2) Pemeriksaan fisik
3) Data demografi pasien
4) Data diagnosa
5) Data pengobatan

6) Data imunisasi
f. Contoh Penggunaan

LOINC digunakan dalam berbagai aplikasi, antara lain:

1) Sistem informasi rumah sakit


2) Laboratorium klinik
3) Sistem informasi kesehatan masyarakat
4) Registri kanker

5) Penelitian kesehatan
Berikut adalah contoh penggunaan LOINC:

1) Seorang dokter menggunakan LOINC untuk memesan tes


laboratorium untuk pasien.
2) Sebuah laboratorium klinik menggunakan LOINC
untukmelaporkan hasil tes laboratorium ke dokter.
3) Sebuah sistem informasi kesehatan masyarakat menggunakan
LOINC untuk melacak data kesehatan populasi.

5. KFA

a. Definisi

Klasifikasi Fungsional Anatomik (KFA) adalah system klasifikasi


untuk mengkategorikan struktur tubuh manusia berdasarkan
fungsinya. Sistem ini membagi tubuh menjadi beberapa sistem, di
mana setiap sistem terdiri dari organ-organ yang bekerja sama
untuk melakukan fungsi tertentu.

13
b. Tujuan

1) Membantu Memahami Fungsi Tubuh: KFA mengelompokkan


organ-organ dengan fungsi yang sama, sehingga memudahkan
pemahaman tentang bagaimana tubuh manusia bekerja secara
keseluruhan.
2) Mempermudah Pembelajaran Anatomi: KFA menyederhanakan
studi anatomi dengan mengkategorikan struktur tubuh yang
kompleks berdasarkan fungsinya.
3) Membantu Diagnosis dan Pengobatan Penyakit: Pemahaman
tentang hubungan fungsional antar struktur tubuh dapat membantu
dokter dalam mendiagnosis dan mengobati penyakit.

4) Mempermudah Komunikasi Ilmiah: KFA menyediakan


terminologi standar untuk mendeskripsikan struktur dan fungsi
tubuh, sehingga memudahkan komunikasi antar profesional medis
dan peneliti.
c. Manfaat

1) Membantu siswa untuk memahami bagaimana struktur tubuh yang


berbeda bekerja sama untuk memungkinkan tubuh berfungsi.
2) Digunakan oleh para profesional medis untuk mendiagnosis dan
mengobati penyakit.
3) Memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk
mempelajari dan memahami anatomi manusia.
4) Membantu dalam komunikasi antara profesional medis dari
berbagai disiplin ilmu.

5) Mempromosikan penggunaan terminologi anatomi yang standar


dan konsisten.
d. Struktur

KFA membagi tubuh menjadi 12 sistem, yaitu:

1) Sistem integumen

14
2) Sistem kerangka
3) Sistem articular
4) Sistem otot
5) Sistem saraf
6) Sistem endokrin
7) Sistem kardiovaskular
8) Sistem limfatik
9) Sistem pernapasan
10) Sistem pencernaan
11) Sistem urogenital
12) Sistem reproduksi

e. Pengkodean Data Kesehatan

KFA tidak mempunyai platform khusus untuk melakukan pengkodean


data kesehatan. Meskipun demikian, beberapa sistem pengkodean
data kesehatan seperti ICD-10 dan SNOMED CT menggunakan
terminologi yang serupa dengan KFA dalam menjelaskan struktur
tubuh.

f. Contoh Penggunaan

1) Pengkodean penyakit dalam rekam medis elektronik.


2) Pengelompokan penyakit dalam sistem informasi kesehatan.

3) Penelitian medis untuk mengelompokkan subjek penelitian


berdasarkan fungsi anatomi yang terpengaruh oleh
kondisinkesehatan tertentu.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Standarisasi data kesehatan adalah proses penetapan aturan dan format yang
baku untuk mendefinisikan, mengkodekan, dan mempresentasikan data
kesehatan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas, konsisten, dan
interoperabilitas data kesehatan. Standarisasi kesehatan mencakup beberapa
aspek.Interoperabilitas adalah kemampuan berbagai sistem, perangkat, dan
aplikasi (sistem) informasi untuk mengakses, bertukar, mengintegrasikan, dan
secara kooperatif menggunakan data secara terkoordinasi, di dalam dan
melintasi batas-batas organisasi, regional, dan nasional, untuk menyediakan 5
portabilitas informasi yang tepat waktu dan lancar serta mengoptimalkannya.

Jenis Standarisasi Data Kesehatan antara lain:

1. ICD-10

2. ICD-9 CM

3. SNOMED-CT (Systematized Nomenclature of Medicine - Clinical Terms)

4. LOINC (Logical Observation Identifiers Names and Codes)

5. KFA (Klasifikasi Fungsional Anatomik)

B. Saran

1. Pemerintah perlu melakukan penelitian dan pengembangan untuk


mengembangkan teknologi interoperabilitas data kesehatan yang inovatif.
2. Penyediaan insentif bagi organisasi kesehatan dan pemangku kepentingan
lainnya untuk mengadopsi standar data kesehatan dapat membantu
mendorong interoperabilitas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Cetak Biru Strategi


Transformasi
Digital Kesehatan 2024. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Li, L., Novillo-Ortiz, D., Azzopardi-Muscat, N., & Kostkova, P. (2021).
Digital Data Sources
and Their Impact on People’s Health: A Systematic Review of Systematic
Reviews.
Frontiers in Public Health, 9(May), 1–19.
https://doi.org/10.3389/fpubh.2021.645260
Miranda-Escalada, A., Farré, E., & Krallinger, M. (2020). Named entity
recognition, concept
normalization and clinical coding: Overview of the cantemist track for cancer
text
mining in Spanish, corpus, guidelines, methods and results. CEUR Workshop
Proceedings, 2664, 303–323.
https://ehealth.co.id/blog/post/mengenal-icd-10-dan-manfaatnya-dalam-dunia-
kesehatan/
https://satusehat.kemkes.go.id/platform/docs/id/terminology/snomed-ct/guide/

17

Anda mungkin juga menyukai