Anda di halaman 1dari 19

Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

A lel Ganda

Pada pembicaraan di depan, kita mengasumsikan bahwa


kromosom tertentu atau lokus terdiri dari dua alel. Sekarang telah
diketahui, bahwa pada lokus tertentu dapat terdiri pada beberapa
alel.Jadi pada individu diploid memiliki dua gen dari suatu seri. Jika
terdapat tiga atau lebih gen pada lokus yang sama di dalam pasangan
kromosom homolog, maka seri tersebut dinamakan alel ganda
(multiple alleles).

4.1 Konsep Alel Ganda


Warna bulu pada kelinci tipe liar (wild-type) disebut dengan
agouti atau full-color, dimana setiap individu memiliki beberapa
warna, bagian yang dekat kulit berwarna abu-abu, kemudian kuning,
dan terakhir hitam atau coklat (Gambar 4.1).
Kelinci albino, secara total tidak memiliki pikmen karenanya
memiliki warna bulu semuanya putih (Gambar 4.2). Persilangan
antara individu homosigot agouti dengan individu albino akan
menghasilkan F1 agouti. Selanjutnya jika dilakukan perkawinan antara
individu-individu F1 (interbreeding), maka pada generasi F1 akan
dihasilkan 3 agouti: 1 albino. Dua per tiga dari individu-individu
agouti jika di tescross akan menunjukkan heterosigot. Hal tersebut
membuktikan, bahwa kasus tersebut merupakan pewarisan
monohibrida, dengan agouti dominan sempurna terhadap albino.

51
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

Gambar 4.1 Kelinci Tipe Liar, Agouti

Gambar 4.2 Kelinci Albino, Secara Menyeluruh


Tidak Memiliki Pigmen

Individu-individu lainnya, kekurangan pigmen kuning pada


warna bulunya sehingga terlihat berwarna abu-abu-keperakan (silvery-
gray) sebab pengaruh optik dari warna bulunya yang hitam dan abu-
abu. Fenotipe demikian dinamakan chinchilla (Gambar 4.3).
Persilangan antara chinchilla dengan agouti akan menghasilkan
keturunan semua agouti pada F1, dan 3 agouti:chinchilla pada
generasi F1. Jadi gen yang mengatur chinchilla dan agouti merupakan
alel, dengan agouti dominant. Tetapi, persilangan antara individu
chinchilla dengan albino, menghasilkan F1 semua chinchilla, dan pada
generasi F2 akan dihasilkan 3 chinchilla : 1 albino. Gen chinchilla dan
52
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

albino juga merupakan alel, sehingga agouti, chinchilla , dan albino


merupakan seri alel ganda.

Gambar 4.3 Kelinci Chincilla

Satu tipe sisanya yang seringkali dijual di toko-toko binatang,


yaitu tipe himalaya (Gambar 4.4). Warna bulunya putih kecuali di
bagian hidung, telinga, kaki, dan ekor yang berwarna hitam. Warna
mata, tidak seperti pada kelinci albino karena memiliki pigmen.
Melalui satu seri persilangan dengan keturunan pada generasi F 1 dan
F2 disajikan Gambar 4.5.

Gambar 4.4 Kelinci Himalaya. Pada Temperatur Tinggi Menyebab-


kan Enzim yang Sensitif menjadi Tidak Aktif sehingga
Menghasilkan Kekurangan Pigmen
53
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

Gambar 4.5 Diagram Persilangan Alel Ganda


pada Warna Bulu Kelinci

Simbol gen untuk alel ganda pada kelinci adalah c + (agouti), cch
(chinchilla), ch (himalaya), dan c (albino). Berdasarkan persilangan
di atas, maka dapat disimpulkan urutan dominansinya adalah sebagai
berikut. c+ (agouti) > cch (chinchilla) > ch (himalaya) > c (albino).

Hubungan antara fenotipe dengan genotipe pada seri alel ganda


warna bulu kelinci disajikan Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hubungan Genotipe dan Fenotipe


Seri Alel Ganda Warna Bulu Kelinci

Fenotipe Genotipe
Agouti c+ c+, c+ cch, c+ ch, c+
c
Chinchilla cch cch, cch ch, cch c
Himalaya ch ch, ch c
Albino Cc===

Terdapat 10 genotipe yang berbeda pada empat seri alel ganda


tersebut di atas (Tabel 4.1). Dapat dinyatakan bahwa pada satu pasang
54
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

alel pada lokus tertentu akan menghasilkan tiga genotipe jika


dominansinya penuh. Pada seri alel ganda akan dihasilkan enam
genotype. Semakin meningkat jumlah gen dalam seri alel ganda, akan
meningkat pula jumlah genotype dengan cepat. Sebagai contoh
organisme yang hanya memiliki 100 loci, dengan empat seri alel
ganda pada setiap lokus. Sepuluh genotype pada lokus pertama,
selanjutnya dikombinasikan dengan 10 pada 10 100, atau 1 diikuti
dengan 100 nol.
Dalam kenyataannya lokus dapat mengalami mutasi dengan
beberapa reaksi. Berbagai anggota dalam seri alel ganda warna bulu
kelinci tidak selalu berasal dari waktu yang berbeda dan lokasi mutasi
pada tetua sebelumnya. Tabel 4.2 menyajikan hubungan antara
jumlah seri alel ganda dengan jumlah genotipe.

Tabel 4.2 Hubungan Jumlah Seri Alel Ganda


dengan Jumlah Genotipe

Jumlah Seri Alel Ganda Jumlah Genotipe


2 3
3 6
4 10
5 15
n
N ( n  1)
2
4.2 Golongan Darah pada Manusia
Darah mengandung dua komponen utama, sel (darah merah,
putih, dan keping darah) dan cairan (plasma). Plasma, tanpa protein
fibrinogen yang menggumpal dinamakan serum. Pada mulanya,
tranfusi darah yang dilakukan pada abad ke-18 seringkali menyebab-
kan kematian karena alas an yang belum jelas. Tahun 1901, Dr. karl
Landsteiner (Vienna) mengamati sel-sel darah merah (erythrocytes)
dari individu-individu tertentu secara makkroskopik terlihat meng-
gumpal satu dengan lainnya jika dicampur dengan serum tertentu.
Dasar dari penggumpalan tersebut adalah reaksi antigen-
antibodi. Injeksi substansi asing (antigen) ke dalam aliran darah
binatang akan menghasilkan beberapa komponen darah yang
dinamakan antibody yang akan bereaksi dengan antigen. Antigen
biasanya berupa protein, dan mungkin pada kebanyakan protein
tanaman dan binatang, bakteri yang toksin, atau diturunkan dari
tepungsari. Meskipun demikian, antigen golongan darah A dan B
antigenisitasnya spesifik dengan adanya dua komponen gula yang
55
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

berbeda. Antigen memiliki kekhususan yang tinggi untuk antigen


tertentu. Antibodi didefinisikan sebagai acquired (sesuatu yang
diperoleh, sebab produksinya bergantung pada masuknya antigen
asing, jadi tidak selalu dihasilkan. Hal tersebut merupakan bentuk
dasar dari kekebalan sebagai reaksi alergik. Di lain pihak, pada
beberapa kasus, antibody dihasilkan secara alami dan normal oleh
darah, bahkan tanpa harus ada antigen. Adanya antibodi alami
termasuk yang terdapat pada kelompok golongan darah manusia,
terutama sistem ABO.
Bergantung pada antigen alami dan antibodinya, maka dapat
dibedakan reaksi antigen-antibodi. Sebagai contoh, antigen bersifat
racun (seperti halnya pada typhoid, cholera, staphylococcus, dan
berbagai bakteri) dinetralkan dengan antibody dinamakan antitoxins.
Jika antigen terdapat alami di dalam sel, antibody yang mungkin
merupakan lysine akan menyebabkan disintegrasi diserang sel, atau
adanya agglutinin akan menyebabkan penggumpalan sel.
Landsteiner menemukan penggumpalan pada sel-sel darah
merah, dan hal tersebut dapat dimengerti dengan adanya reaksi
antigen-antibodi. Studi lanjutan yang dilakukan oleh beberapa peneliti
membuktikan adanya dua antibodi alami di dalam serum darah, dan
dua antigen di permukaan sel darah merah. Berkaitan dengan antigen,
suatu individu dapat menghasilkan antibodi salah satu atau keduanya
atau tidak sama sekali. Sistem yang sekarang banyak digunakan yaitu
dengan memberi simbol antigen dengan A dan B, dan antibodi anti-A
(α) serta anti B (β). Bahan kimia dari antigen A dan B adalah
mucopolysaccharida, yang terdiri atas protein dan gula. Bagian
protein adalah identik di dalam kedua antigen, sedangkan gula
merupakan bagian khusus yang mencirikan antigen-antibodi. Tabel
4.3 menyajikan kelompok golongan dari dan antigen yang dihasilkan.

Tabel 4.3 Antigen dan Antibodi Golongan Darah Manusia

Golongan Antigen pada Sel Darah Antibodi di Dalam


Darah Merah Serum
A A Anti-B (β)
B B Anti-A (α)
AB A dan B Tidak ada
O Tidak ada Anti-A dan Anti-B

4.3 Pewarisan Golongan Darah A, B, AB, dan O

56
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

Penelitian yang dilakukan pada beberapa silsilah manusia


menunjukkan bahwa anak yang menghasilkan antigen A jika
sekurang-kurangnya salah satu orang tuanya juga menghasilkan
antigen A. Demikian juga untuk antigen B, hanya diperoleh pada
individu-individu yang salah satu orang tuanya memiliki antigen B.
Untuk individu-individu yang memiliki golongan darah O dapat
terjadi pada keturunan dari orang tua golongan darah A dan/atau B,
tetapi orang tua golongan darah O hanya memiliki anak golongan
darah O. Pada beberapa kasus, perkawinan antara individu A dan B
akan menghasilkan keturunan yang memiliki antigen A dan B. Hal ini
menunjukkan adanya sifat kodominan (partial dominance) pada gen.
Berdasarkan analisis silsilah akan menunjukkan bahwa individu
dapat memiliki keadaan homosigot atau heterosigot, dari dua seri alel
ganda. Hal ini disebabkan termasuk di dalam antigen, suatu tipe yang
dikenal sebagai isoaglutinogen (isohemag-glutinogen). Gen-gen
tersebut ditandai dengan Ia, Ib, dan i. Jika tidak diperhatikan adanya
sub-bagian, maka hubungan dominansi dari alel-alel tersebut adalah
(Ia = Ib) > i.
Lemahnya reaksi antigenik A atau B pada beberapa bagian dari
sel-sel darah merah akan menyebabkan leukemia myelocytic yang
akut. Hal ini telah didokumentasikan dengan baik pada kasus individu
yang memiliki golongan darah A. Menurunnya respon pada antiserum
anti-A disebabkan lemahnya reaksi terhadap antiserum anti-B pada
orang-orang penderita leukemia dengan golongan darah A. Selama
penurunan secara normal respon antigenik dari sel-sel darah merah
kembali, hanya akan drop kembali selama jatuh sakit lagi. Dasar
perubahannya belum diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan
adanya perubahan karakteristik kromosom yang terjadi pada penderita
leukemia myelocytic (Salmon et al., 1967). Adanya infeksi bakteri
seringkali menyebabkan sel-sel golongan darah A menjadi lebah
responnya terhadap antiserum-B. Race & Sanger (1968) menjelaskan
bahwa adanya adsorbsi polisakarida oleh bakteri, suatu bahan kimia
yang sama terdapat pada antigen B di dalam sel-sel darah golongan A.

Self-Incompatibility: How Plants Avoid Inbreeding


1. Evolution seems to favor (and be favored by) genetic
variability.
2. Genetic variability is promoted by outbreeding: sexual
reproduction between genetically dissimilar parents.

57
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

3. (Just why sexual reproduction is so popular throughout the


world of living things is still a hotly-debated question, but
the fact remains).

Plants, being anchored in position, have a special problem


in this regard. Many employ the services of animals (e.g.,
insects, birds, bats) to transfer pollen from plant to plant. But if
the flowers have both sex organs:
1. anthers producing pollen (the source of the male
gametes) and
2. the pistil producing the egg (the female gamete),

what is to prevent the pollen from fertilizing its own eggs?

A variety of solutions have been tried in the plant kingdom.

These include:
Having imperfect flowers; that is, flowers that are either male or
female.
1. Dioecy. The imperfect flowers are present on separate
plants. Dioecy is the equivalent of the separate sexes of
most animals. But it is rather rare. Some examples:
 poplars
 hollies
2. Monoecy. The imperfect flowers are present on the same
plant. But if they mature at different times, self-
fertilization is avoided. Corn (maize) is a common
example.

But the vast majority of angiosperms have perfect flowers;


that is containing both male and female sex organs. So how do
they avoid self-fertilization?

Heteromorphic flowers.

The flowers are perfect but come in two structural types;


for example
58
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

 long stamens with a short style and


 short stamens with a long style.

1. A single plant has one type or the other.


2. If the pollinator has a short tongue, pollination is favored
from the first type to the second - but not the reverse.
3. Heteromorphic flowers are not common, and even in the
angiosperm families that favor them (e.g., primroses, flax),
the same biochemical mechanisms of self-incompatibility
that we will find (below) in homomorphic flowers are
usually present as well.

Homomorphic flowers. All flowers have exactly the same


structure. Avoidance of self-fertilization depends on genetic/
biochemical mechanisms. There are two quite different types of
self-incompatibility.

 Sporophytic self-incompatibility (SSI)


 Gametophytic self-incompatibility (GSI)

Sporophytic Self-Incompatibility (SSI)


This form of self-incompatibility has been studied
intensively in members of the mustard family (Brassica),
including turnips, rape, cabbage, broccoli, and cauliflower.
In this system,

 Rejection of self pollen is controlled by the diploid


genotype of the sporophyte generation.

59
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

 The control lies in the "S-locus", which is actually a


cluster of three tightly-linked loci:
o SLG (S-Locus Glycoprotein) which encodes part
of a receptor present in the cell wall of the
stigma;
o SRK (S-Receptor Kinase), which encodes the
other part of the receptor. Kinases attach
phosphate groups to other proteins. SRK is
transmembrane protein embedded in the plasma
membrane of the stigma cell.
o SCR (S-locus Cysteine-Rich protein), which
encodes a soluble, secreted ligand for the same
receptor.
 Because the plants cannot fertilize themselves, they tend
to be heterozygous; that is, carry a pair of different S loci
(here designated S1 and S2).
 However, dozens of different S alleles may be present in
the population of the species; that is; the S-locus in the
species is extremely polymorphic (analogous to the
major histocompatibility locus of vertebrates — Link).
 The difference between the alleles is concentrated in
certain "hypervariable regions" of the receptor
(analogous to the hypervariable regions that provide the
great binding diversity of antibodies — Link).

The rules:
 Pollen will not germinate on the stigma (diploid) of a
flower that contains either of the two alleles in the
sporophyte parent that produced the pollen.
 This holds true even though each pollen grain — being
haploid — contains only one of the alleles.
 In the example shown here, the S2 pollen, which was
produced by a S1S2 parent, cannot germinate on an S1S3
stigma.

60
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

The explanation:
 The S1S2 pollen-producing sporophyte synthesizes both
SCR1 and SCR2 for incorporation in (and later release
from) both S1 and S2 pollen grains.
 If either SCR molecule can bind to either receptor on
the pistil, the kinase triggers a series of events that lead
to failure of the stigma to support germination of the
pollen grain. Among these events is the ubiquination of
proteins targeting them for destruction in proteasomes.
 If this path is not triggered (e.g., pollen from an S1S2
parent on an S3S4 stigma, the pollen germinates
successfully.

Gametophytic Self-Incompatibility (GSI)

61
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

This form of self-incompatibility is more common than


SSI but not so well understood. It occurs in nearly one-half of all
the families of angiosperms, including
 the Solanaceae (potatoes, tomatoes, and tobacco)
 beets (Beta vulgaris)
 buttercups (Ranunculus)
 lilies
 roses
 many grasses

The rules:
 The S loci are (as in SSI plants) extremely polymorphic; that
is, there is an abundance of multiple alleles in the
population.
 Incompatibility is controlled by the single S allele in the
haploid pollen grain.
 Thus a pollen grain will grow in any pistil that does not
contain the same allele (so, as shown here and in contrast to
what happens in SSI, S2 pollen from an S1S2 parent will
grow down an S1S3 style.

This appears to be the mechanism in tobacco:


 All pollen grains — incompatible as well as compatible
— germinate forming pollen tubes that begin to grow
down the style.
 However, growth of incompatible pollen tubes stops in
the style while compatible tubes go on to fertilize the egg
in the ovary.
 The block within incompatible pollen tubes is created by
an S-locus-encoded ribonuclease (RNase), which is
o synthesized within the style;
o enters the pollen tube and
o destroys its RNA molecules
o halting pollen tube growth.
 The RNase molecules contain a hypervariable region
which is the basis for each S specificity (S1, S2, S3, etc.).

62
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

 The pollen tube expresses a molecule that binds RNase.


This targeting molecule also exists is different S
specificities (S1, S2, S3, etc.).
 In compatible ("nonself") tubes, the targeting molecule
sequesters the RNase in a vacuole thus permitting RNAs
in the cytosol to survive and growth to continue.
 In incompatible ("self") tubes the binding of, for
example, the S1 targeting molecule to an S1 binding site
on the S1 RNase releases the RNase into the cytosol so
the RNAs of the pollen tube are destroyed and growth is
halted.

Other mechanisms may be used by other species with


gametophytic self-incompatibility.

4.4 Contoh Soal dan Penyelesaiannya

4.1 Satu seri persilangan pada kelinci Chinchilla x Himalaya,


menghasilkan keturunan 1 Himalaya : 2 Chinchilla : 1 Albino.
Bagaimana genotipe dari tetuanya ?
Penyelesaian :

cchc x chc, bukti :


Kelinci Himalaya
Kelinci Chinchilla Ch (Himalaya) c (Albino)
63
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

Cch (Chinchilla) Cch ch cch c (Chinchilla)


(Chinchilla)
C (Albino) h
c c (Himalaya) cc (Albino)

4.2 Satu seri dari 20 alel ganda terdapat pada lokus tertentu. Berapa
banyak kelas fenotipiknya ?
Penyelesaian :
Jumlah kelas fenotipik sama dengan jumlah seri alel gandanya,
jadi untuk 20 seri alel ganda, jumlah fenotipenya 20

4.3 Berapa banyak kelas genotipik yang mungkin pada lokus pada
soal nomor 2 tersebut di atas ?
Penyelesaian :
n 20
( n  1) = (20  1)  10 x 21  210
2 2

4.4 Warna kulit pada manusia dapat dijelaskan sebagai hasil dari
beberapa pasang gen yang berbeda, yang masing-masing gen
memiliki pengaruh fenotipik yang sama (contoh, A = 2, a = 1, B =
2, b = 1), tidak terdapat adanya dominansi, dan masing-masing
pasangan gen mungkin terletak pada kromosom non homolog
yang berbeda. Nyatakan kemungkinan jumlah fenotipe jika warna
kulit disebabkan oleh beberapa pasang gen (a) Dua pasang gen,
(b) Tiga pasang gen, (c) Empat pasang gen.

Penyelesaian:
(a) Kemungkinan terdapat lima fenotipe berbeda
(b) Tujuh
(c) Sembilan

Salah satu cara untuk menentukan kemungkinan jumlah fenotipe


yang berbeda jika segregasi dari pasangan gen secara bebas
mempengaruhi sifat yang sama, dan tidak terdapat adanya
dominansi, maka dapat digunakan persamaan binomial. Sebagai
contoh, pada individu heterosigot untuk pasangan gen yang
mengontrol warna kulit, masing-masing dari pasangan
menentukan warna kulit hitam dan warna kulit putih), maka akan
terdapat (½ hitam + ½ putih)n macam gamet yang mungkin, dan
(½ hitam + ½ putih)n X (½ hitam + ½ putih)n =(½ hitam + ½
putih)2n kombinasi zigot yang mungkin, yang akan didistribusi-
64
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

kan berdasarkan Tabel 4.4 berikut di bawah. Untuk dua pasang


gen, binomialnya menggunakan empat, untuk tiga pasang
menggunakan enam, dst.

Tabel 4.4 Koefisien dari Persamaan Binomial

4.5 Tentukan genotipe-genotipe dari tetua-tetua berikut.


Fenotipe dari Proporsi dari Fenotipe Keturunan
Tetua A B AB O
a. B x B ¾ ¼
b. B x AB ½ ½
c. B x A ½ ½
d. B x A ¼ ¼ ¼ ¼
e. B x AB ¼ ½ ¼
f. B x O 1
g. B x O ½ ½

Penyelesaian:
a. BO x BO
b. BB x AB
c. BB x AO
d. BO x AO
e. BO x AB
f. BB x OO
g. BO x OO

65
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

4.6 Soal-Soal:

4.1 Pada tanaman jagung, tanaman-tanaman tipe A yang digunakan


sebagai tetua jantan (pollen parents) adalah mandul jika
dikawinkan dengan tipe tertentu, tetapi akan menghasilkan 50%
keturunannya tipe A dan 50% keturunannya tipe C jika
dikawinkan sebagai tetua jantan dengan tanaman-tanaman tipe B
sebagai tetua betina. Tanaman-tanaman tipe B digunakan sebagai
tetua jantan adalah mandul dengan betina B, tetapi akan
menghasilkan 50% keturunannya tipe B dan 50% keturunannya
tipe C jika dikawinkan dengan betina tipe A. Jika kedua strain A
dan B digunakan sebagai tetua jantan, kemudian dikawinkan
secara terpisah dengan tetua betina tipe C, keduanya akan
menghasilkan keturunan 50% tipe A dan 50% tipe B. Jelaskan
berdasarkan hasil-hasil tersebut di atas menggunakan self-sterility
alleles dari satu pasang gen.

4.2 Tentukan rasio fenotipe dan rasio di antara keturunan dari


persilangan-persilangan berikut: (a) IaIa x ii, (b) IaIa x IaIb, (c)
IaIa x Ibi, (d) IaIa x Iai, (e) Iai x Iai, (f) Iai x IaIb, (g) Iai x ii

4.3 Pada tanaman pukul empat, alel yang menentukan bunga


berwarna merah memiliki pengaruh dominant tak penuh terhadap
warna bunga putih. Jika persilangan antara dua tanaman meng-
hasilkan 18 merah, 32 merah muda (pink), dan 15 putih.
Tentukan fenotipe dari kedua tetuanya !

4.4 Bagainanakah rasio keturuna dari bunga tanaman pukul empat


dari persilangan berikut: (a) merah x merah ?, (b) merah x pink ?,
(c) putih x pink ?, Pink x pink ?

4.5 Pada binatang guinea pigs, gen-gen yang mengontrol warna bulu
memiliki sejumlah alel yang berbeda. Pada strain guinea pigs
tertentu, kombinasi homosigot dari alel-alelnya memiliki fenotipe
sebagai berikut.
CC = black
66
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

ckck = sepia
d
c c d = cream
c ac a = albino
Diasumsikan alel-alel tersebut di atas menunjukkan dominansi
penuh dengan urutan dominansi C > c k > cd > ca . Bagaimana
fenotipe dan proporsinya di antara keturunan persilangan berikut.
(a) Homosigot black x Homosigot sepia ?
(b) Homosigot black x Homosigot cream ?
(c) Homosigot black x Homosigot albino ?
(d) Homosigot sepia x Homosigot cream ?
(e) F1 dari (a) x F1 dari (c) ?
(f) F1 dari (a) x F1 dari (d) ?
(g) F1 dari (b) x F1 dari (d) ?

4.6 Dengan menggunakan alel guinea pig pada soal 4.5, bagaimana-
kah kemungkinan genotipe dari tetua yang menghasilkan
keturunan sebagai berikut.

Fenotipe Keturunannya
Fenotipe dari Tetua Blac Sepi Crea Albin
k a m o
(a) Black x Black 22 0 0 7
(b) Black xAlbino 10 9 0 0
(c) Cream x Cream 0 0 34 11
(d) Sepia x Cream 0 24 11 12
(e) Black x Albino 13 0 12 0
(f) Black x Cream 19 20 0 0
(g) Black x Sepia 18 20 0 0
(h) Black x Sepia 14 8 6 0
(i) Sepia x Sepia 0 26 9 0
(j) Cream xAlbino 0 0 15 7

4.7 Emerson menemukan bahwa strain jagung dengan warna


pericarp merah (jaringan yang melapisi biji berwarna merah)
dikawinkan dengan strain-strain lain dengan warna pericarp
berbeda menghasilkan keturunan F1 semuanya memiliki pericarp
merah. Pada satu seri persilangan F 1 x F1 dihasilkan F2 dengan
rasio 3 merah : 1 colorless. Pada persilangan antara strain merah
dengan variegated strain (merah dengan garis-garis putih), antara
67
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

F1 x F1 hasil persilangannya menghasilkan F2 dengan rasio 3


merah : 1 variegated. Berdasarkan hasil-hasil tersebut, jelaskan
apakah colorless dan variegated, masing-masing merupakan
anggota system alel ganda pada pasangan gen tertentu.

4.8 Gen yang menyebabkan sicle-cell hemoglobin pada manusia


(Hbs) dominant tak penuh terhadap alel normalnya (HbA). Dalam
keadaan heterosigot (HbA/Hbs) menghasilkan sel-sel hemoglobin
normal dan sicle-cell, dan dideskripsi secara fenotipik sebagai
hemoglobin normal dan sicle-cell hemoglobin. Pada tahun 1950
Itano dan Neel menemukan dua keluarga yang mengalami
segregasi untuk tipe baru dari hemoglobin abnormal yang disebut
tipe C, yang sangat jelas berbeda dengan tipe S. Silsilah dan
fenotipe hemoglobinnya adalah sebagai berikut.

Berdasarkan silsilah tersebut di atas, apakah dapat dikatakan


bahwa hemoglobin C disebabkan oleh gen dari alel hemoglobin A
dan S ? Jelaskan jawaban saudara.

4.9 Pada silsilah di bawah, tipe golongan darah MN merupakan


symbol dari masing-masing individu. Gershowitz dan Fried
mengamati tipe golongan darah baru yang dinamakan tipe V
(gambar yang diarsir). (a) Bagaimana pola pewarisan sifat V ? (b)
Jelaskan, apakah V penyebab atau bukan alel dari gen MN,
misalnya Mv ?

68
Genetika: Teori, Soal & Contoh Penyelesaian, 2007

4.10 Lima ibu dari (a) sampai (e) dengan fenotipenya, masing-masing
memiliki satu anak dengan fenotipe tertentu. Untuk setiap anak,
tentukan sebagai ayah dari ke lima genotipe ayah yang tertera di
tabel berikut.

69

Anda mungkin juga menyukai