Anda di halaman 1dari 67

PERCOBAAN I

HUKUM OHM
1.1 LANDASAN TEORI
Resistor berfungsi untuk menghambat arus dan membagi tegangan, nilai
nominal resistansi dan toleransi suatu resistor ditunjukan oleh pita kode warna
pada badan resistor tersebut.
KODE WARNA RESISTOR
WARNA SATUAN PULUHAN PENGALI TOLERANSI
Hitam 0 - 1 -
Coklat 1 1 10 1%
Merah 2 2 100 2%
Jingga 3 3 1000 -
Kuning 4 4 10000 -
Hijau 5 5 100000 -
Biru 6 6 1000000 -
Ungu 7 7 10000000 -
Abu-abu 8 8 100000000 -
Putih 9 9 1000000000 -
Perak - - 0.01 10%
Emas - - 0.1 5%

Warna pertama dan kedua merupakan nilai satuan, dan puluhan, warna
ketiga menunjukkan jumlah nol dan warna keempat adalah toleransinya.
Contoh: sSuatu resistor memiliki warna dengan urutan : merah, ungu, kuning,
dan emas; maka harganya : 270000 Ω atau 270 kΩ toleransi 5%. Hukum ohm
menyebutkan: dalam sebuah penghantar yang ujungnya diberi tegangan listrik,
arus yang mengalir dalam penghantar berbanding lurus dengan tegangan yang
berada pada ujung-ujungnya dan berbanding nterbalik dengan tahanan dari
penghantar tersebut.
dimana: V = Tegangan (Volt)

I = Arus (Ampere)
R = Tahanan (Ohm)

1
1.2 TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan percobaan ini dilakukan adalah untuk menentukan
hubungan antara arus (I), tegangan (V) dan tahanan (R)

1.3 INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN


Pada percobaan ini dibutuhkan beberapa peralatan untuk menunjang
praktikum, yaitu sebagai berikut:
- Power Supply
- Panel percobaan
- Multitester
- Kabel penghubung

1.4 PROSEDUR PERCOBAAN


Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam percobaan kali ini,
yaitu sebagai berikut:
 Buatlah rangkaian seperti gambar 1.1 dengan R = ...Ω

Gambar 1.1
Atur tegangan power supply pada V = ....Volt.
 Catat arus yang mengalir pada Amperemeter.
 Ulangi percobaan diatas dengan mengganti nilai tahanan masing –
masing sesuai petunjuk asisten.
 Catat hasilnya pada tabel 1.1.

2
Tabel 1.1.
Tahanan yang R1 R2 R3 R4 R5
digunakan (Ω) 5,6 Ω 22 Ω 330 Ω 1000 Ω 6800 Ω
Tegangan Arus yang mengalir dalam mA
3,214 165,1 97,5 9,71 3,23 0,47
7,04 - 247,7 21,92 1,05 7,30
9,02 - 314,2 27,87 9,28 1,35

 Buatlah rangkaian seri seperti gambar 1.2 dengan R1 = ..Ω dan R2 =


..Ω.
- Catat arus yang mengalir jika sumber tegangan dinaikkan mulai da ....
sampai dengan ..... volt, seprti pada tabel 1.2.

Gambar 1.2
Tabel 1.2
Tahanan yang R1 + R2 R2 + R3 R4 + R5
digunakan (Ω) 27,6 Ω 352 Ω 7800 Ω
Tegangan Arus yang mengalir dalam mA
3,214 85,4 9,1 0,41
7 213,9 20,51 0,92
9 271,8 26,13 1,18
 Buatlah rangkaian paralel seperti gambar 1.3 dengan R1 = ..Ω dan R2
= ...Ω.
 Catat arus yang mengalir.
 Catat hasilnya pada tabel 1.3.

3
Gambar 1.3
Tabel 1.3.
Tahanan yang R1 // R2 R2 // R3 R4 // R5
digunakan (Ω) 4,46 Ω 20,625 Ω 871,794 Ω
Tegangan Arus yang mengalir dalam mA
3,241 178,2 103,5 3,7
7 - 255,2 8,32
9 - 325,6 10,61

1.5 ANALISIS DATA


1. Lakukan perhitungan masing – masing percobaan dalam menentukan
besarnya I.
2. Hasil masing – masing percobaan dibuat grafik.
3. Beri alasan bila hasil perhitungan tidak sama dengan hasil percobaan.

4
HASIL ANALISA
Pada tabel 1.1
Tahanan yang R1 R2 R3 R4 R5
digunakan (Ω) 5,6 Ω 22 Ω 330 Ω 1000 Ω 6800 Ω
Tegangan Arus yang mengalir dalam mA
3,214 165,1 97,5 9,71 3,23 0,47
7,04 - 247,7 21,92 1,05 7,30
9,02 - 314,2 27,87 9,28 1,35

1. Tegangan 3,214 V
R1 = 5,6 Ω dimana : = = 573 mA

R2 = 22 Ω dimana : = = 146 mA

R3 = 330 Ω dimana : = = 9,7 mA

R4 = 1000 Ω dimana : = = 3,2 mA

R5 = 6800 Ω dimana : = = 0,47 mA

2. Tegangan 7,04 V
R1 = 5,6 Ω dimana : = = 1257 mA

R2 = 22 Ω dimana : = = 320 mA

R3 = 330 Ω dimana : = = 21 mA

R4 = 1000 Ω dimana : = = 7 mA

R5 = 6800 Ω dimana : = = 1 mA

3. Tegangan 9,02 V
R1 = 5,6 Ω dimana : = = 1528 mA

R2 = 22 Ω dimana : = = 410 mA

R3 = 330 Ω dimana : = = 27 mA

R4 = 1000 Ω dimana : = = 9 mA

R5 = 6800 Ω dimana : = = 1,3 mA

5
Data tabel 1.5 perhitungan
Tahanan yang R1 R2 R3 R4 R5
digunakan (Ω) 5,6 Ω 22 Ω 330 Ω 1000 Ω 6800 Ω
Tegangan Arus yang mengalir dalam mA
3,214 573 mA 146 mA 9,7 mA 3,2 mA 0,47 mA
7,04 1257 mA 320 mA 21 mA 7 mA 1 mA
9,02 1528 mA 410 mA 27 mA 9 mA 1,3 mA

GrafikPengukuran dan Perhitungan


 R1 = 5,6 Ω
Pengukuran Perhitungan
R1 = 5,6 Ω
R1=5,6 Ω
2000
Arus yang mengalir mA
1000
3,214 165,1 573
0
7,04 - 1257 3,214 7,04 9,02

9,02 - 1528 Pengukuran Perhitungan

 R2 = 22 Ω
Pengukuran Perhitungan
R2 = 22 Ω
R2 = 22 Ω
500
Arus yang mengalir mA
3,214 97,5 146 mA 0
3,214 7,04 9,02
7,04 247,7 320 mA
Pengukuran Perhitungan
9,02 314,2 410 mA

6
 R3 = 330 Ω
Pengukuran Perhitungan
R3 = 330 Ω
R3 = 330 Ω
40
Arus yang mengalir mA
20
3,214 9,71 9,7 mA 0
3,214 7,04 9,02
7,04 21,92 21 mA
Pengukuran Perhitungan
9,02 27,87 27 mA

 R4 = 1000 Ω
Pengukuran Perhitungan
R4 = 1000 Ω
R4 = 1000 Ω
10
Arus yang mengalir mA
5
3,214 3,23 3,2 mA 0
7,04 1,05 7 mA 3,214 7,04 9,02

9,02 9,28 9 mA Pengukuran Perhitungan

 R5 = 6800 Ω
Pengukuran Perhitungan
R5 = 6800 Ω
R5 = 6800 Ω
10
Arus yang mengalir mA
5
3,214 0,47 0,47 mA
0
7,04 7,30 1 mA 3,214 7,04 9,02

9,02 1,35 1,3 mA Pengukuran Perhitungan

7
Pada Tabel 1.2 (rangkaian seri)
Tahanan yang R1 + R2 R2 + R3 R4 + R5
digunakan (Ω) 27,6 Ω 352 Ω 7800 Ω
Tegangan Arus yang mengalir dalam mA
3,214 85,4 9,1 0,41
7 213,9 20,51 0,92
9 271,8 26,13 1,18

1. Tegangan 3,214 V
R1 = 27,6 Ω
dimana : = = 116 mA

R2 = 352 Ω
dimana : = = 9 mA

R3 = 7800 Ω
dimana : = = 0,41 mA

2. Tegangan 7 V
R1 = 27,6 Ω
dimana : = = 253,6 mA

R2 = 352 Ω
dimana : = = 19,8 mA

R3 = 7800 Ω
dimana : = = 0,9 mA

3. Tegangan 9 V
R1 = 27,6 Ω
dimana : = = 326 mA

R2 = 352 Ω
dimana : = = 25,5 mA

8
R3 = 7800 Ω
dimana : = = 1,15 mA

Data tabel 1.6 perhitungan


Tahanan yang R1 + R2 R2 + R3 R4 + R5
digunakan (Ω) 27,6 Ω 352 Ω 7800 Ω
Tegangan Arus yang mengalir dalam mA
3,214 116 mA 9 mA 0,41 mA
7 253,6 mA 19,8 mA 0,9 mA
9 326 mA 25,5 mA 1,15 mA

GrafikPengukuran dan Perhitungan


 R1 + R2
Pengukuran Perhitungan
R1 + R2
R1 + R2
400
27,6 Ω
200
Arus yang mengalir mA
0
3,214 85,4 116 mA 3,214 7,04 9,02

7,04 213,9 253,6 mA Pengukuran Perhitungan

9,02 271,8 326 mA

 R2 + R3
Pengukuran Perhitungan
R2 + R3
R2 + R3
40
352 Ω 20
Arus yang mengalir mA 0
3,214 7,04 9,02
3,214 9,1 9 mA
Pengukuran Perhitungan
7,04 20,51 19,8 mA
9,02 26,13 25,5 mA

9
 R4 + R5
Pengukuran Perhitungan
R4 + R5
R4 + R5
2
7800 Ω
1
Arus yang mengalir mA 0
3,214 0,41 0,41 mA 3,214 7,04 9,02

7,04 0,92 0,9 mA Pengukuran Perhitungan

9,02 1,18 1,15 mA

Pada Tabel 1.3 (rangkaian paralel)


Tahanan yang R1 // R2 R2 // R3 R4 // R5
digunakan (Ω) 4,46 Ω 20,625 Ω 871,794 Ω
Tegangan Arus yang mengalir dalam mA
3,241 178,2 103,5 3,7
7 - 255,2 8,32
9 - 325,6 10,61

1. Tegangan 3,214 V
R1 = 4,46 Ω
dimana : = = 720 mA

R2 = 20,625 Ω
dimana : = = 155,8 mA

R3 = 871,794 Ω
dimana : = = 3,69 mA

2. Tegangan 7 V
R1 = 4,46 Ω
dimana : = = 1569,5 mA

R2 = 20,625 Ω

10
dimana : = = 339,3 mA

R3 = 871,794 Ω
dimana : = = 8 mA

3. Tegangan 9 V
R1 = 4,46 Ω
dimana : = = 2017,9 mA

R2 = 20,625 Ω
dimana : = = 436,3 mA

R3 = 871,794 Ω
dimana : = = 10,32 mA

Data tabel 1.3 perhitungan


Tahanan yang R1 // R2 R2 // R3 R4 // R5
digunakan (Ω) 4,46 Ω 20,625 Ω 871,794 Ω
Tegangan Arus yang mengalir dalam mA
3,241 720 mA 155,8 mA 3,69 mA
7 1569,5 mA 339,3 mA 8 mA
9 2017,9 mA 436,3 mA 10,32 mA
GrafikPengukuran dan Perhitungan
 R1 // R2
Pengukuran Perhitungan
R1 // R2
R1 // R2
4000
4,46 Ω
2000
Arus yang mengalir mA
0
3,214 178,2 720 mA 3,214 7,04 9,02

7,04 - 1569,5 mA Pengukuran Perhitungan

2017,9
9,02 -
mA

11
 R2 // R3
Pengukuran Perhitungan
R2 // R3
R2 // R3
500
20,625 Ω
Arus yang mengalir mA 0
3,214 7,04 9,02
3,214 103,5 155,8 mA
Pengukuran Perhitungan
7,04 255,2 339,3 mA
9,02 325,6 436,3 mA

 R4 // R5
Pengukuran Perhitungan
R4 // R5
R4 // R5
20
871,794 Ω
10
Arus yang mengalir mA 0
3,214 3,7 3,69 mA 3,214 7,04 9,02

7,04 8,32 8 mA Pengukuran Perhitungan

9,02 10,61 10,32 mA

12
Kesimpulan
Ketidaksamaan hasil perhitungan dengan hasil pengukuran dikarenakan
oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Alat ukur yang kurang presisi .
2. Pembacaan pada saat pengukuran yang kurang teliti.

13
PERCOBAAN II
HUKUM KIRCHOFF

2.1 TEORI
1. Hukum Kirchoff mengatakan :
a) Hukum Kirchoff I untuk arus : Pada suatu titik pertemuan, jumlah arus
yang menuju suatu titik sama besarnya dengan jumlah arus yang
meninggalkan. Dengan kata lain : jumlah arus yang mengalir ke suatu
simpul adalah nol.
b) Hukum Kirchoff II untuk tegangan : Jumlah aljabar dari semua
tegangan aktif (sumber tegangan) didalam suatu rangkaian tertutup
sama besarnya dengan jumlah aljabar dari semua hasil perkalian antara
kuat arus dengan tahanan yang terdapat pada cabang itu. Dengan kata
lain : dalam suatu loop tertutup tegangan sama dengan nol.
c) Rangkaian Jembatan
Rangkaian jembatan seimbang bila VA = VB, dimana pada saat Ix = 0.
Pada saat seimbang berlaku R1.Rx = R2.R3 rangkaian jembatan dapat
digunakan untuk mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui
nilainya.

Gambar 2.1 Rangkaian Jembatan

2.2 TUJUAN PERCOBAAN


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pemakaian hukum kirchoff dalam rangkaian listrik.
2. Untuk mengetahui prinsip dasar rangkaian jembatan.

14
2.3 INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN
Pada percobaan ini dibutuhkan beberapa peralatan untuk menunjang
praktikum, yaitu sebagai berikut:
- Modul DST-Train-RL

2.4 PROSEDUR PERCOBAAN


A. Buatlah rangkaian seperti gambar 2.2

Gambar 2.2
a) Atur sumber tegangan pada V = ........ volt.
b) Ukur dan catat arus yang mengalir pada rangkaian (I1, I2, I3, I4, dan
I5) serta tegangan drop pada R1 (V1), R2 (V2), R3 (V3), R4 (V4), dan
R5 (V5).
c) Ulangi percobaan diatas dengan menaikkan sumber tegangan pada V =
.... volt.
d) Catat hasilnya pada tabel 2.1.
B. Buatlah rangkaian seperti gambar 2.3

Gambar 2.3
a) Atur R5 sehingga Ix = 0 (baca amperemeter).

15
b) Dengan menggunakan titik C sebagai referensi ukurlah VA dan VB.
c) Matikan catu daya dan lepaskan R5 dari rangkaian.
d) Ukurlah R5 dengan multimeter.
e) Atur catu daya dan lakukan proses dari a sampai d. Catat pada tabel
2.2.
Instalasi Modul percobaan

Mengukur tegangan V2 dan V4 Mengukur tegangan V1 pada


pada gambar 2.2 gambar 2.2

Mengukur arus I1 pada gambar 2.2 Mengukur tegangan pada


percobaan 2.4.B.

2.5 Hasil Percobaan


Tabel 2.1
Tegangan V1 V2 V3 V4 V5 I1 I2 I3 I4 I5
Sumber Teg. Yang masuk (Volt) Arus yang mengalir (A)
12 : 6 6,17 4,86 1,3 3,6 -2,3 6,3 5,2 1,4 3,7 -0,08

16
Tabel 2.2
Tegangan
VA VB R5 Ix
Sumber
12 4,2 4,2 2KΩ 0

2.5.1 ANALISA DATA


A. Tugas persiapan praktikum
1) Buktikan dengan perhitungan bahwa gambar 2.1 pada keadaan
seimbang (R1.Rx = R2.R3) pada Ix = 0.
2) Hitung semua arus dan tegangan dari rangkaian gambar 2.2.
B. Pertanyaan dan tugas setelah praktikum
1) Buatlah tabel perbandingan dari hasil percobaan 2.4.A. dengan hasil
perhitungan.
2) Dengan R5 sebesar hasil percobaan 2.4.B. langkah ke %, lakukan
perhitungan VA dan VB. Selanjutnya bandingkan hasil perhitungan
dengan hasil pengukuran.
3) Berilah kesimpulan dari percobaan 2.4.A dan 2.4.B.

17
Analisa Hasil Percobaan
Mencari nilai V dan I pada gambar 2.2

 V1
+ + =0

+ + =0

V1 – 12 +V1+V1-6 =0
3V1 = = 6v

 V2

+ + =0

+ + =0

V2 – 6 +V2+V2 - 6 =0

3V2 = = 4v

 V3

+ + =0

+ + =0

V3 – 4 +V3+V3 - 6 =0

3V3 = = 3,33 v

18
 V4

+ + =0

+ + =0

V4 – 3,33 +V4+V4 - 6 =0

3V4 = = 3,11 v

 V5

+ + =0

+ + =0

V5 – 3,11 +V5+V5 – 3,11=0

3V5 = = 2,73 v

 I1= = + = 0,006 A = 6 mA

 I2= = + = 0,00067 A = 0,67 mA

 I3= = + = 0,0006 A = 0,6 mA

 I4= = + = 0,00022 A = 0,22 mA

 I5= = + = 0,00327 A = 3,27 mA

19
Tabel Perbandingan
Hasil Percobaan Hasil Perhitungan
Sumber V1 V2 V3 V4 V5 V1 V2 V3 V4 V5
tegangan Teganga V Tegangan V
12 : 6
6,17 4,86 1,3 3,6 -2,3 6 4 3,33 3,11 2,73

Hasil Percobaan Hasil Perhitungan


Sumber I1 I2 I3 I4 I5 I1 I2 I3 I4 I5
tegangan Arus I Arus I
12 : 6 -
6,3 5,2 1,4 3,7 6,62 5,16 1,55 3,82 1,25
0,08

Hasil Percobaan Gambar 2.3

Tegangan
VA VB R5 Ix
Sumber
12 4,2 4,2 2KΩ 0

20
Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas diketahui bahwa pada percobaan 2.1 dan percobaan
2.2 dimana pada rangkaian resistor paralel dengan rangkaian seri terdapat
perbedaan nilai arus yang cukup signifikan meskipun pada rangkaian tersebut
nilai resistor tidak dirubah

21
PERCOBAAN III
PEMBAGI TEGANGAN, ARUS DAN PEMINDAHAN DAYA

3.1 TEORI
A. Rangkaian Pembagi Tegangan dan Arus
Untuk menyelidiki sifat – sifat suatu rangkaian tahanan, maka
dilakukan penganalisaan dengan menggunakan rangkaian R yang
linear dan berlaku pada sumber bolak-balik maupun searah.

Gambar 3.1 Pembagi tegangan


Gambar 3.1 memperlihatkan sebuah rangkaian pembagi tegangan
dimana tegangan pada masing – masing tahana dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
__________
__________
__________
Gambar 3.2 adalah sebuah rangkaian pembagi arus. Arus I akan
terbagi menjadi arus I1, I2, dan I3 yang besarnya masing – masing
dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini :

Gambar 3.2 Pembagi arus

22
B. Pemindahan Daya Maksimal
Untuk sistem komunikasi nilai investasi persatuan daya, umumnya
sangat tinggi dibandingkan dengan sistem tenaga listrik. Karena itu
untuk sistem komunikasi lebih dipentingkan pemindahan daya
maksimal dari pada efisiensinya.
Untuk arus bolak – balik, pemindahan daya maksimal dicapai dua cara,
yaitu :
1) Bila beban dari Xx rangkaian generataor tetap, nilai (modulus) dari
beban ini harus sama dengan nilai dari impedansi dalam rangkaian
generator agar diperoleh “maximum power transfer”. Hal ini dapat
dicapai dengan matching transformator.
2) Bila beban dari rangkaian generator variabel, beban ini harus
dibuat sama dengan konjugate dari impedansi dalam rangkaian
generator untuk maxi mum power transfer.

Gambar 3.3 Pemindahan Daya Maksimum


Untuk arus searah seperti di tujukan pada gambar 3.3, daya pada
beban akan maksimum bila besarnya hambatan sama dengan
. Pada keadaan ini, efisiensi daya rangkaian adalah 50%.

23
3.2 TUJUAN PERCOBAAN
Untuk memahami prinsip – prinsip pembagi tegangan dan arus.
Untuk memahami prinsip – prinsip pemindahan daya.

3.3 INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN


- MODUL dst-Train-RL
- Multimeter

3.4 PROSEDUR PERCOBAAN


A. Rangkaian Pembagi Tegangan dan Arus
1) Buatlah rangkaian seperti gambar 3.4 (Gunakan Bagian V/I
Divider dari Modul).
2) Ukurlah tegangan pada masing – masing R ( , , , ,
, dan ).
3) Ukurlah , , , , dan . Proses pengukuran arus dilakukan
dengan melepas kabel jumper dan menggantikan dengan input
positif dan negatif ampere meter.

Gambar 3.4 Rangkaian Pembagi Tegangan dan Arus


B. Pemindahan daya maksimal
1) Buatlah rangkaian seperti gambar 3.5.
2) Buatlah beban berturut-turut 0, 100, 200, 300, 400, 500, 600,
700, 800, 900 dan 1000 ohm.
3) Ukurlah setiap kali perubahan dengan multimeter, dengan
terlebih dahulu melepaskan hubungan dari rangkaian. Untuk
setiap harga , ukurlah I dan V.

24
4) Tukarilah letak dan seperti gambar 3.6 aturlah berturut-
turut 0, 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900, 1000 ohm.
Untuk setiap harga ukurlah I dan V.

Gambar 3.5 Pemindahan Daya maksimum

Gambar 3.6 Pemindahan Daya

3.5 DATA HASIL PENGAMATAN


Tabel 3.4.A Percobaan Gambar Rangkaian 3.4

Vin
10 1,97 7,20 2,8 6,31 1,98 1,7 0,7 0,57 0,65 0,33 0,46

Tabel 3.4.2 Percobaaan Gambar Rangkaian 3.5


100Ω 200Ω 300Ω 400Ω 500Ω

0,98 1,52 1,93 2,45 2,78

0,41 0,41 0,40 0,41 0,40

25
Tabel 3.4.3 Percobaaan Gambar Rangkaian 3.6
100Ω 200Ω 300Ω 400Ω 500Ω

3,40 1,63 1,86 2,45 2,79

0,40 0,41 0,41 0,40 0,40

Instalasi Modul Percobaan.

Gb.3.7.Perc. 3B untuk gb.3.5 Gb. 3.8.Perc. 3B untuk gb.3.6

3.6 ANALISA DATA


Pertanyaan dan Tugas
1. Hitung semua arus dan tegangan pada masing-masing R dari gambar
3.4 buatlah tabel perbandingan hasil perhitungan dengan hasil
percobaan.
2. Buatlah grafik percobaan 3B langkah 2 untuk :
a. Arus beban (mA).
b. Tegangan beban (V).
c. Daya beban.
d. Daya sumber.
e. Efisiensi daya rangkaian.
Semuanya sebagai fungsi .
f. Tentukan dimana daya beban menjadi maksimum.
g. Berapa efisiensi daya rangkaian untuk daya beban maksimum?
3. Buatlah grafik percobaan 3B langkah 3 untuk :
a. Arus beban (mA).
b. Tegangan beban (V).

26
c. Daya beban.
d. Daya sumber.
e. Efisiensi daya rangkaian.
Semuanya sebagai fungsi .
f. Apakah sekarang daya beban maksimum juga terjadi pada saat
= ? Jelaskan!

27
Hasil Analisa

Gambar 3.4 Rangkaian Pembagi Tegangan dan Arus

Hasil Pengukuran

Vin
10 1,97 7,20 2,8 6,31 1,98 1,7 0,7 0,57 0,65 0,33 0,46

Perhitungan

Rtotal = ( R6 + R5 ) // R4 ) + R3 ) // R2 ) + R1)
= (470 + 470) // 2200 ) + 470 ) // 2200 ) + 220 )
= ( 940 // 2200 ) + 470 ) // 2200 ) + 220 )
=( ) + 470 ) // 2200 ) + 220 )

= ( 658,599 + 470 ) // 2200 ) + 220 )


= ( 1128,599 // 2200 ) + 220 )

=( ) + 220 )

= ( 745,93 + 220 )
= 965,93 Ω = ± 0,9 kΩ

I Total = = = 0,0103 A = 10,3 mA

VR1 = I x R1 = 0,0103 x 220 = 2,26 V

VR2 = I x R23456 = 0,0103 x 745,93 = 7,68 V

VR3 = x VR2

28
= x 7,68 = 3,19 V

VR4 = VR2 – VR3 = 7,68 -3,19 = 4,49 V

VR5 = x VR4

= x 4,49 = 2,24 V

VR6 = VR4 – VR5 = 4,49 – 2,24 = 2,25 V

I2 = = = 0,0034 A = 3,4 mA

I3 = = = 0,0067 A = 6,7 mA

I4 = = = 0,00204 A = 2,04 mA

I5 = = = 0,0047 A = 4,7 mA

Hasil Perhitungan

Vin
10 2,26 7,68 3,19 4,49 2,24 2,25 10,3 3,4 6,7 2,04 4,7

29
Grafik perbandingan

Tegangan

Pengukuran Perhitungan
Tegangan Input 10 V
TEGANGAN
10

V1 1,97 2,26 5

V2 7,20 7,68 0
V1 V2 V3 V4 V5 V6
V3 2,8 3,19
Pengukuran Perhitungan
V4 6,31 4,49
V5 1,98 2,24
V6 1,7 2,25

Arus

Pengukuran Perhitungan ARUS


Tegangan Input 10 V 15
10
I1 0,7 10,3 5

I2 0,57 3,4 0
I1 I2 I3 I4 I5
I3 0,65 6,7
Pengukuran Perhitungan
I4 0,33 2,04
I5 0,46 4,7

Pemindahan Daya maksimum Gambar 3.5

30
Table hasil percobaan
100Ω 200Ω 300Ω 400Ω 500Ω

0,98 1,52 1,93 2,45 2,78

0,41 0,41 0,40 0,41 0,40

Perhitungan

RL 100Ω

V1 = xV= x6=1V

I1 = = = 0,01 A = 10 mA

RL 200Ω

V1 = xV= x 6 = 1,71 V

I1 = = = 0,00857 A = 8,57 mA

RL 300Ω

V1 = xV= x 6 = 2,25 V

I1 = = = 0,0075 A = 7,5 mA

RL 400Ω

V1 = xV= x 6 = 2,67 V

I1 = = = 0,0067 A = 6,7 mA

31
RL 500Ω

V1 = xV= x6=3V

I1 = = = 0,006 A = 6 mA

Grafik Perbandingan

Pengukuran Perhitungan
R V1
V1
4

100 0,98 1 2

200 1,52 1,71 0


300 1,93 2,25 100 200 300 400 500

400 2,45 2,67 Pengukuran Perhitungan

500 2,78 3

Pengukuran Perhitungan
R I1
I1
15
10
100 0,41 10
5
200 0,41 8,57 0
300 0,40 7,5 100 200 300 400 500

400 0,41 6,7 Pengukuran Perhitungan

500 0,40 6

32
Pemindahan Daya Gambar 3.6

Hasil Percobaan
100Ω 200Ω 300Ω 400Ω 500Ω

3,40 1,63 1,86 2,45 2,79

0,40 0,41 0,41 0,40 0,40

Perhitungan

RL 100Ω

V1 = xV= x6=1V

I1 = = = 0,01 A = 10 mA

RL 200Ω

V1 = xV= x 6 = 1,71 V

I1 = = = 0,00857 A = 8,57 mA

RL 300Ω

V1 = xV= x 6 = 2,25 V

I1 = = = 0,0075 A = 7,5 mA

33
RL 400Ω

V1 = xV= x 6 = 2,67 V

I1 = = = 0,0067 A = 6,7 mA

RL 500Ω

V1 = xV= x6=3V

I1 = = = 0,006 A = 6 mA

Grafik Perbandingan

Pengukuran Perhitungan
R V1
V1
4
100 3,40 1
200 1,63 1,71 2

300 1,86 2,25 0


400 2,45 2,67 100 200 300 400 500

500 2,79 3 Pengukuran Perhitungan

Pengukuran Perhitungan
R I1
I1
15
100 0,40 10
10
200 0,41 8,57
5
300 0,41 7,5 0
400 0,40 6,7 100 200 300 400 500

500 0,40 6 Pengukuran Perhitungan

34
Kesimpulan
Pada Grafik percobaan diketahui bahwa terdapat beberapa penyimpangan
antara pengamatan dengan perhitungan hal tersebut dikarenakan nilai resistor
yang digunakan terkadang tidak mutlak, juga pengamatan yang kurang
konsentrasi dalam melakukan percobaan.

35
PERCOBAAN IV
TEOREMA SUPERPOSISI DAN SUBTITUSI

4.1. Tujuan Percobaan


a) Untuk mengetahui pemakaian teorema superposisi dalam menyelesaikan
perhitungan suatu rangkaian yang mempunyai lebih dari satu sumber.
b) Untuk memahami prinsip teorema subtitusi dalam suatu rangkaian.
c) Meneliti teorema superposisi secara perhitungan dan kenyataan dalam
suatu rangkaian listrik yang mempunyai lebih dari satu sumber tegangan.

4.2. Alat dan Bahan Percobaan


- DST-Train-RL
- Resistor
- Multimeter
- Panel percobaan
- Kabel penghubung
4.3. Landasan Teori
A. Teorema Superposisi
Bila dalam suatu rangkaian terdapat sumber tegangan atau sumber
arus lebih dan satu dan tahanan serta impedansi-impedansi dalam
rangkaian adalah linear dan bilateral, maka arus yang mengalir pada suatu
titik yang disebabkan oleh sumber-sumber tersebut akan sama dengan
jumlah semua arus yang disebabkan oleh tiap-tiap sumber tersendiri,
dengan sumber lainnya tidak bekerja.

Gambar 4.1. Rangkaian Superposisi


Suatu sumber tidak bekerja berarti tegangannya = 0 volt dan dapat
diganti dengan satu hubungan singkat. Suatu sumber arus tidak bekerja
maka arus sama dengan 0 dan dapat diganti dengan hubungan

36
terbuka.Teorema superposisi berlaku untuk semua rangkaian linier, jadi
berlaku juga untuk semua rangkaian yang terdiri R dan C asal linier.Suatu
elemen dikatakan bilateral jika elemen tersebut memnpunyai tahanan atau
impedansi yang tidak bergantung terhadap arah arus dalam elemen itu.
Teorema superposisi ini berguna sekali untuk menentukan suatu rangkaian
bila dihubungkan dengan tegangan yang bolak-balik dan memiliki
komponen searah.

B. Teorema Subtitusi
Setiap impedansi yang dilewati arus dapat diganti dengan sumber
tegangan yang besar dan fasanya sama dengan tegangan dan fasa pada
impedansi tersebut.

Gambar 4.2. Rangkaian Subtitusi

4.4. Prosedur Kerja


A. Teorema Superposisi
a) Buatlah rangkaian seperti pada gambar 4.3.

Gambar 4.3. Rangkaian Superposisi


b) Ukurlah V1, V2, dan V3, serta I1, I2, dan I3.

37
c) Selanjutnya buatlah rangkaian seperti dalam gambar 4.4. kemudian
lakukan pengukuran V1, V2, dan V3, serta I1, I2, dan I3.
d) Berikutnya buatlah rangkaian seperti dalam gambar 4.5. kemudian
lakukan pengukuran V1, V2, dan V3, serta I1, I2, dan I3.

Gambar 4.4. Superposisi tegangan 6 Volt dihubungkan singkat.

Gambar 4.4. Superposisi tegangan 6 Volt dihubungkan singkat.

B. Teorema Subtitusi
a) Buatlah rangkaian seperti dalam gambar 4.6.
b) Ukurlah V1, V2, dan V3, serta I1, I2, dan I3.
c) Ganti tahanan 2,2 kΩ dengan sumber tegangan sebesar V1. Selanjutnya
V2, dan V3, serta I1, I2, dan I3.
d) Ganti tahanan 1 kΩ dengan sumber tegangan sebesar V2. Selanjutnya
V1, dan V3, serta I1, I2, dan I3.
e) Ganti tahanan 1,8 kΩ dengan sumber tegangan sebesar V3. Selanjutnya
V1, dan V2, serta I1, I2, dan I3.

Gambar 4.6. Rangkaian Subtitusi

38
Instalasi Modul Percobaan

Gb.4.7. Instalasi pengukuran tegangan Gb.4.8. Instalasi pengukuran tegangan


V1 perc. A langkah b ) V2 perc. A langkah b )

Gb.4.9. Instalasi pengukuran tegangan Gb.4.10. Instalasi pengukuran arus I1


V3 perc. A langkah b ) perc. A langkah b )

Gb.4.11. Instalasi pengukuran arus I2 Gb.4.12. Instalasi pengukuran arus I3


perc. A langkah b ) perc. A langkah b )

Gb.4.13. Instalasi rangkaian super Gb.4.14. Instalasi rangkaian super


posisi perc. A langkah c ) posisi perc. A langkah d )

39
Gb.4.15. Instalasi rangkaian perc. B Gb. 4.16. R 2,2 kΩ dilepas & diganti
subtitusi ) tegangan sesuai V1

Gb. 4.17. R 1 kΩ dilepas & diganti Gb. 4.18. R 1,8 kΩ dilepas & diganti
tegangan sesuai V2 tegangan sesuai V3

4.5 Hasil Percobaan


Tabel 4.5.1. Percobaan Superposisi gambar 4.3.
Teg. V1 V2 V3 I1 I2 I3
12/6 6,5 0,5 4 19,5 mA 18,4 mA 24,3 mA

Tabel 4.5.2. Percobaan Superposisi gambar 4.4.


Teg. V1 V2 V3 I1 I2 I3
12 12 0,1 0,1 0,06 mA 0,05 mA 0,02 mA

Tabel 4.5.3. Percobaan Superposisi gambar 4.5.


Teg. V1 V2 V3 I1 I2 I3
6 4 1,8 4 8,2 mA 18,4 mA 18 mA

40
Tabel 4.5.4. Percobaan Subtitusi gambar 4.6.
Teg. V1 V2 V3 I1 I2 I3
12 6.57 0.08 5.40 5.47 5.43

ANALISA DATA
A. Tugas Sebelum Praktikum
1) Hitung V1, V2, V3, I1, I2 dan I3 dari rangkaian dalam gambar 4.3. dengan
teorema superposisi.
2) Hitung V1, V2, V3, I1, I2 dan I3 dari rangkaian dalam gambar 4.6.
B. Tugas Setelah Praktikum
1) Hitung semua arus dan tegangan dari rangkaian gambar 4.3. dengan
mengguakan hukum kirchoff. Buatlah tabel perbandingan hasil
perhitungan dengan pengukuran dan juga dengan hasil perhitungan
pada tugas sebelum praktikum.
2) Hasil perhitungan pada tugas sebelum praktikum dari rangkaian
gambar 4.6. buatlah tabel perbandingan hasil perhitungan dengan hasil
pengukuran pada percobaan 4B langkah 2.
3) Hitung semua arus dan tegangan dari percobaan 4B langkah 3, 4, dan
5. Buatlah tabel perbandingan dengan hasil pengukuran.
4) Berilah kesimpulan dari hasil percobaan 4A
5) Berilah kesimpulan dari hasil percobaan 4B

41
HASIL ANALISA
A. Teorema Superposisi
1. Pada gambar 4.3.
Pada sumber tegangan 12 volt dan 6 volt
Tegangan 12 volt sisi kiri.
Rtotal = ( R2 // R3 ) + R1 )
=( ) + 330 )

= ( 68,75 + 330 )
= 398,75 Ω
Itotal =

= 0,03 Amp
Itotal = I1 = 0,03 Amp = 30 mA
V1 = I1 . R1
= 0,03 . 330
= 9,9 volt
V3 = xV

= x 12

= 4,8 volt
I3 =

= 0,022 Amp = 22 mA
I2 = I3 – I1
= 0,022 – 0,03
= -0,008 Amp = -8 mA
V2 = I2 . R2
= -0,008 . 100
= -0,8 Volt

42
Tegangan 6 volt sisi kanan.
Rtotal = ( R1 // R3 ) + R2 )
=( ) + 100 )

= ( 132 + 100 )
= 232 Ω
Itotal =

= 0,026 Amp = 26 mA
Itotal = I2 = 0,026 Amp =26 mA
V2 = I2 . R2
= 0,026 . 100
= 2,6 volt
V3 = xV

= x6

= 4,125 volt
I3 =

= 0,0187 Amp =18,7 mA


I1 = I3 – I2
= 0,0187 – 0,026
= -0,0073 Amp = -7,3 mA
V1 = I1 . R1
= -0,0073 . 330
= -2,409 Volt
Dari perhitungan diatas diperoleh :
V1 = 9,9 + (-2,409)
= 7,49 Volt
V2 = -0,8 + 2,6
= 1,8 Volt

43
V3 = 4,8 + 4,125
= 8,92 Volt
I1 = 0,03 + (-0,0073)
= 0,0227 Amp =22,7 mA
I2 = -0,008 + 0,026
= 0,018 Amp = 18 mA
I3 = 0,022 + 0,0187
= 0,0407 Amp = 40,7 mA
Tabel perhitungan Superposisi
Teg. V1 V2 V3 I1 I2 I3
12/6 7.49 1.8 8.92 22,7 mA 18 mA 40,7 mA

Perhitungan menggunakan hukum kirchoff

( )+ ( )+( )=0

( )+ ( )+( )=0

( )+ ( )+( )=0

10V1 – 120 + 33V1 +15V1 -90=0


58V1 =

V1 = 3,6 V
I1 = ( )=( ) = 0,0253 A = 25,3 mA

( )+ ( )+( )=0

( )+ ( )+( )=0

( )+ ( )+( )=0

10V2 – 3,26 + 33V2 +15V2 -90=0


58V2 =

V2 = 1,18V

I2 = ( )=( ) = 0,0383 A = 38,3 mA

44
Tabel perhitungan Hukum Kirchoff
Teg. V1 V2 V3 I1 I2 I3
12/6 3,62 2,17 1,18 25,3 mA 38,3 mA 11,09 mA

Tabel hasil percobaan


Teg. V1 V2 V3 I1 I2 I3
12/6 6,5 0,5 4 19,5 mA 18,4 mA 24,3 mA

45
Data Perbandingan

Tegangan
20

15

10

0
V1 V2 V3

Pengukuran Superposisi Kirchoff

Pengukuran Superposisi Kirchoff


V1 6.5 7.49 3.62
V2 0.5 1.8 2.17
V3 4 8.92 1.18

Arus
80

60

40

20

0
I1 I2 I3

Pengukuran Superposisi Kirchoff

Pengukuran Superposisi Kirchoff


I1 19.5 22.7 25.3
I2 18.4 18 38.3
I3 24.3 40.7 1.09

46
kesimpulan
Pada percobaan diatas diketahui bahwa terdapat penyimpangan besar pada hasil
perhitungan dengan pengamatan hal ini terjadi karena keterbatasan alat ukur yang
dipakai sehingga masih banyak kesalahan saat melakukan percobaan

47
PERCOBAAN V
THEOREMA THEVENIN DAN NORTON

5.1 Tujuan Percobaan


Untuk memahami pemakaian teorema thevinin dan teorema Norton dalam
suatu rangkaian.

5.2 Alat dan Bahan Percobaan


Multimeter
Modul DST-Train-RL
Power supply
Kabel penghubung
5.3 Landasan Teori
A. Thevenin
Setiap rangkaian dengan sumber sumber daya dan impedansi dapat diganti
dengan satu sumber tegangan ekuvalen dengan satu impedansi ekivalen
yang dihubungkan seri dengan sumber tegangan ekivalen tersebut.
Dimana sumber tegangan ekivalen sama dengan tegangan antara terminal
dalam keadaan terbuka (Voc), sedang besarnya impedansi ekivalen sama
dengan sumber daya tidak bekerja.
Secara skematik theorem thevinin dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5.1. rangkaian ekivalen dari teorema thevenin


Rangkaian dalam gambar 5.2 dapat diganti dengan sebuah rangkaian yang
lebih sederhana.

48
Gambar 5.2. Rangkaian ekivalen thevenin

B. Norton
Setiap rangkaian dengan sumber – sumber daya dan impedansi-
impedansi yang linier, pada dua terminal output, dapat diganti dengan satu
sumber arus dan satu impedansi ekivalen, besarnya sumbernya sumber
arus tersebut sama dengan arus antara kedua terminal output dalam
keadaan terhubung singkat (Isc), sedangkan besarnya impedansi ekivalen
antara kedua terminal merupakan pengganti dari beberap atahanan/
impedansi lainnya dengan menganggap semua sumber daya tidak bekerja.
Secara skematik theorem “Norton dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5.3 Rangkaian ekivalen dari teorema Norton


Rangkaian dalam gambar 5.4 dapat diganti dengan sebuah
rangkaian yang lebih sederhana.

Gambar 5.4 rangkaian ekivalen Norton

49
5.4 Prosedur Percobaan
1) Rangkailah komponen seperti gambar 5.5.

Gambar 5.5. percobaan thevenin dan Norton


2) Ukur catu daya sehingga sesuai dengan yang dibutuhkan sebagai catu daya
rangkaian 12 volt.
3) Hubungkan catu daya dengan rangkaian yang telah dipersiapkan.
4) Hidupkan sumber tegangan. Ukurlah VCD (VL).
5) Pasang ampermeter diantara C dan D, selanjutnya ukur ICD.
6) Lepaskan ampermeter dan pasang beban 330 Ohm pada C-D. selanjutnya
ukurlah ILdan VL.
7) Lepas sumber tegangan dan hubungkan A- B. berikutnya ukurlah tahanan
ekivalen pada titik C –D.
8) Buatlah rangkaian yang ditunjukkan dalam gambar 5.6.
R adalah tahanan ekivalen yang diukur pada langkah 7, VTH adalah VCD,
pada langkah 4. Putar potensiometer agar diperoleh nilai tahanan sama
dengan RTH. Ukurlah ILdan VL.
9) Siapkan sumber arus sehingga diperoleh IN =ICD, dengan cara mengatur
potensiometer dari sumber arus.
10) Buatlah rangkaian seperti pada gambar 5.7.
R adalah tahanan ekivalen yang diukur pada langkah 7, ukurlah ILdan VL.

Gambar 5.6. Rangkaian ekivalen thevinin

50
Gambar 5.7. rangkaian ekivalen Norton

Instalasi Modul Praktikum

Gbr. 5.8. Thevenin-Norton Gbr. 5.9. Beban 330 dipasang

Gbr. 5.11. Rangkaian Ekivalen


Gbr. 5.10. Mengukur RL Ekivalen
Thevenin

Gbr. 5.12. Gbr. 5.13.

51
5.5 Hasil Percobaan
Percobaan gambar 5.5
EAB 12V
VCD 2,08
ICD 6,25 mA

12V
VL 1,04
IL 6,2 mA
RCD 335 Ω

Percobaan gambar 5.6


EAB 12V
VTH 2,08
RTH 335 Ω
VL 1,06
IL 3,2

Percobaan gambar 5.7


EAB 12V
VN 2,08
RN 335 Ω
VL 2
IL 0,2

52
5.6 ANALISA DATA
Hasil perhitungan
Pada gambar 5.5.
Diketahui
Tegangan (VAB) = 12 V
Rtotal =( ) + 500 ) // 800 ) + 150 ) // 100 ) + 100 )

= ( 220 + 500 ) // 800 ) + 150 ) // 100 ) + 100 )


=( ) + 150 ) // 100 ) + 100 )

= ( 378,95 + 150 ) // 100 ) + 100 )

=( ) + 100 )

= ( 84,1 + 100 )
= 184,1 Ω
Itotal =

= 0,065 Amp = 65 mA
V1 = xV

= 6 Volt
I1 =

= 0,06 Amp = 60 mA
I2 = Itotal – I1
= 0,065 – 0,06
= 0,005 Amp =5 mA
V3 = x6

= 5,05 Volt
V5 = x 5,05

= 2,87 Volt
Vcd = V5 = 2,87 Volt

53
Icd =

= 0,0043 Amp = 4,3 mA


VL = V5 = 2,87 Volt
IL =

= 0,0087 Amp = 8,7 mA


Tabel perbandingan
Perhitungan Percobaan
EAB 12V 12 V
VCD 2,87 2,08
ICD 4,3 mA 6,25 mA

Perhitungan Percobaan
12V 12 V
VL 2,87 1,04
IL 8,7 mA 6,2 mA
RCD 184,1 Ω 335 Ω

54
Kesimpulan
Dari percobaan diatas diketahui bahwa terdapat penyimpangan yang sangat
berarti dari data pengamatan dan perhitungan yang disebabkan karena
keterbatasan alat ukur yang dipakai.

55
PERCOBAAN VI
THEOREMA RESIPROSITAS

6.1 Tujuan Percobaan


Membuktikan teorema resiprositas secara praktek.
6.2 Alat dan Bahan
- Power supply
- Modul DST-Train-RL
- Multitester
- Kabel penghubung

6.3 Dasar Teori


Jika suatu sumberdaya diberikan kesuatu titik dari network yang linier akan
menghasilkan arus pada titik yang kedua. Kemudian jika sumber daya yang
dipindahkan pada titik kedua maka pada titik yang pertama akan menghasilkan
arus yang sama besarnnya.
Dalams ebuah rangkaian, suatu sumber tegangan dicabang A
menyebabkan arus di cabang B. bila sumber tegangan dipindahkan kecabang B
maka arus yang sama besarnya akan timbul di cabang A atau dengan kata lain:
“dalam suatu rangkaian pasip yang linier dan bilateral, sebuah sumber tegangan
sempurna dapat ditukar tempatnya dengan sebuah Ampermeter sempurna
(tahanan dalam = )tanpa menyebabkan perubahan pada penunjukkan
Ampermeter.”

Gambar 6.1. rangkaian resiprositas

6.4 Prosedur Kerja


1) Buatlah rangkaian seperti pada gambar 6.1. selanjutnya lakukan
pengukuran I1, I2, I3, I4, dan I5.

56
2) Lepaskan hubungan A-B, pindahkan sumber tegangan ke A-B. hubungkan
P-Q selanjutnya lakukan pengukuran I1, I2, I3, I4, dan I5.
3) Ulangi langkah 2 dengan memindahkan sumber tegangan ke C-D, E-F, G-
H dan lakukan pengukuran I1, I2, I3, I4, dan I5.

Gambar 6.2. Percobaaan rangkaian resiprositas

6.5 Hasil Percobaan


Tabel 6.5.1
I1 I2 I3 I4 I5
E = 12V
1.39 0.89 0.47 0.27 0.16
EAB = 0.88 0.88 0.07 0.3 0
ECD = 0.5 0.1 0.5 0.3 0.2
EEF = 0.3 0 0.3 0.3 0.3
EGH = 0.1 0 0.2 0.3 0

Instalasi Modul Praktikum

Gambar 6.3. percobaanrangkaianresiprositas

57
6.6. ANALISA DATA
A. Tugas sebelum praktikum
1) Buktikan teorema resiprositas dalam gambar 6.4. pertama-tama sumber
tegangan diujung A-B, hitunglah semua arus yang melewati masing-
masing tahanan, kemudian pindahkan sumber tegangan pada ujung C-
D, hitunglah semua arus yang melewati setiap tahanan.

Gambar 6.4.
B. Tugas sesudah praktikum
1) Hitunglah besarnya arus I1, I2, I3, I4, dan I5 dalam gambar 6.2. dan
bandingkan dengan hasil percobaan.

58
Data perhitungan
A. Tugas sebelum praktikum
Diketahui
Tegangan ( VAB ) = 12 Volt
Rtotal = ( R5 // R4 ) + R3 ) // R2 ) + R1 )
=( ) + 200 ) // 400 ) + 100 )

= ( 75 + 200 ) // 400 ) + 100 )


= ( 275 // 400 ) + 100 )

=( ) + 100 )

= ( 162,96 + 100 )
= 262,96 Ω
Itotal =

= 0,0456 Amp = 45,6 mA


I1 = Itotal = 0,0456 Amp = 45,6 mA
V2 = xV

= x 12

= 9,6 Volt
I2 =

= 0,024 Amp = 24 mA
I3 = I1 – I2
= 0,0456 – 0,024
= 0,0216 Amp = 21,6 mA
V4 = x V2

= x 9,6

= 5,76 Volt

59
I4 =

= 0,0192 Amp = 19,2 mA


I5 = I3 – I4
= 0,0216 – 0,0192
= 0,0024 Amp = 2,4 mA
Tegangan ( VCD ) = 12 Volt
Rtotal = ( R1 // R2 ) + R3 ) // R4 ) + R5 )
=( ) + 200 ) // 300 ) + 100 )

= ( 80 + 200 ) // 400 ) + 100 )


= ( 280 // 400 ) + 100 )
=( ) + 100 )

= ( 164,71 + 100 )
= 264,71 Ω
Itotal =

= 0,0453 Amp = 45,3 mA


I5 = Itotal = 0,0453 Amp = 45,3 mA
V4 = xV

= x 12

= 9 Volt
I4 =

= 0,03 Amp = 30 mA
I3 = I5 – I4
= 0,0453 – 0,03
= 0,0153 Amp = 15,3 mA

60
V2 = x V4

= x9

= 6 Volt
I2 =

= 0,015 Amp = 15 mA
I1 = I3 – I2
= 0,0153 – 0,015
= 0,0003 Amp 3 mA
B. Tugas sesudah praktikum
Diketahui
Tegangan ( VPQ ) = 12 Volt
Rtotal = ( R5 // R4 ) + R3 ) // R2 ) + R1 )

=( ) + 12000 ) // 10000 ) + 2200 )

= ( 6000 + 12000 ) // 10000 ) + 2200 )


= ( 18000 // 10000 ) + 2200 )
=( ) + 2200 )

= ( 6428,57 + 2200 )
= 8628,57 Ω
Itotal =

= 0,00139 Amp = 1,39 mA


I1 = Itotal = 0,00139 Amp = 1,39 mA
( )
I2 = x I1
( )

= x 0,00139

= 0,00089 Amp = 0,89 mA

61
I3 = x I1
( )

= x 0,00139

= 0,0005 Amp = 0,5 mA

I4 = x I3

= x 0,0005

= 0,0003 Amp = 0,3 mA


I5 = x I3

= x 0,0005

= 0,0002 Amp = 0,2 mA

Tegangan ( VAB ) = 12 Volt


Rtotal = ( R5 // R4 ) + R3 ) // R2 ) + R1 )
=( ) + 12000 ) // 10000 ) + 2200 )

= ( 6000 + 12000 ) // 10000 ) + 2200 )


= ( 18000 // 10000 ) + 2200 )
=( ) + 2200 )

= ( 6428,57 + 2200 )
= 8628,57 Ω
Itotal =

= 0,00139 Amp = 1,39 mA


I2 = Itotal = 0,00139 Amp = 1,39 mA
V2 = I2 x R2
= 0,00139 x 10000
= 13,9 Volt
V1 = V2 = 13,09 Volt

62
I1 =

= 0,00595 Amp = 5,95 mA


I3 = I1 – I2
= 0,00595 – 0,00139
= 0,00456 Amp = 4,56 mA
V4 = x V2

= x 13,09

= 5,95 Volt
I4 =

= 0,000595 Amp = 0,595 mA


I5 = I3 – I4
= 0,000456 – 0,000595
= -0,000139 Amp = -0,139 mA

Tegangan ( VCD ) = 12 Volt


Rtotal = ( R5 // R4 ) + R3 ) // R2 ) + R1 )
=( ) + 12000 ) // 10000 ) + 2200 )

= ( 6000 + 12000 ) // 10000 ) + 2200 )


= ( 18000 // 10000 ) + 2200 )
=( ) + 2200 )

= ( 6428,57 + 2200 )
= 8628,57 Ω
Itotal =

= 0,00139 Amp = 1,39 mA

63
I1 = Itotal = 0,00139 Amp = 1,39 mA
V2 = xV

= x 12

= 9,84 Volt
I2 =

= 0,000984 Amp = 0,984 mA


I3 = I1 – I2
= 0,00139 – 0,000984
= 0,000406 Amp = 0,40 mA
V4 = x V2

= x 9,84

= 4,47 Volt
I4 =

= 0,000447 Amp = 0,447 mA


I5 = I3 – I4
= 0,000406 – 0,000447
= -0,000041 Amp = -0,041 mA

Tegangan ( VEF ) = 12 Volt


Rtotal = ( R5 // R4 ) + R3 ) // R2 ) + R1 )
=( ) + 12000 ) // 10000 ) + 2200 )

= ( 6000 + 12000 ) // 10000 ) + 2200 )


= ( 18000 // 10000 ) + 2200 )
=( ) + 2200 )

= ( 6428,57 + 2200 )
= 8628,57 Ω

64
Itotal =

= 0,00139 Amp = 1,39 mA


I1 = Itotal = 0,00139 Amp = 1,39 mA
V2 = xV

= x 12

= 9,84 Volt
I2 =

= 0,000984 Amp = 0,984 mA


I3 = I1 – I2
= 0,00139 – 0,000984
= 0,000406 Amp = 0,406 mA
V4 = x V2

= x 9,84

= 4,47 Volt
I4 =

= 0,000447 Amp = 0,447 mA


I5 = I3 – I4
= 0,000406 – 0,000447
= -0,000041 Amp = -0,041 mA

Tegangan ( VGH ) = 12 Volt


Rtotal = ( R5 // R4 ) + R3 ) // R2 ) + R1 )

=( ) + 12000 ) // 10000 ) + 2200 )

= ( 6000 + 12000 ) // 10000 ) + 2200 )


= ( 18000 // 10000 ) + 2200 )

65
=( ) + 2200 )

= ( 6428,57 + 2200 )
= 8628,57 Ω
Itotal =

= 0,00139 Amp = 1,39mA


I1 = Itotal = 0,00139 Amp = = 1,39mA
V2 = xV

= x 12

= 9,84 Volt
I2 =

= 0,000984 Amp = 0,984 mA


I3 = I1 – I2
= 0,00139 – 0,000984
= 0,000406 Amp = 0,406 mA
V4 = x V2

= x 9,84

= 4,47 Volt
I4 =

= 0,000447 Amp = 0,447 mA


I5 = I3 – I4
= 0,000406 – 0,000447
= -0,000041 Amp =-0,041 mA

66
Kesimpulan
Dari percobaan diatas diketahui bahwa terdapat penyimpangan yang sangat berarti
dari data pengamatan dan perhitungan yang disebabkan karena keterbatasan alat
ukur yang dipakai.

67

Anda mungkin juga menyukai