Anda di halaman 1dari 13

Tugas : Pendidikan Pancasila

Dosen : Damis, S.Kel., M,Si.

PENGERTIAN ONTOLOGI DALAM FILSAFAT PANCASILA

Disusun Oleh :

1. NURUL FASILAH 9. NUR HARIFAH 16. RENALDI


2. INDAH LANGGU’E 10. RUMJAYADI HALIK 17. ARDIANSYAH ARSYAD
3. RISKAMAYANTI 11. AGUNG IZZULHAQ 18. RICKY RAMADHAN
4. ANGGY APRILYA S 12. ANDI MUH RAMDHAN 19. MUHAMMAD ABIL
5. ANDI BUNGA RESKI 13. MUH AINUL MUFLY ARQAM
AMALIAH HALMAN 20. MUHLIS SUARDI
6. ASRA DEWI 14. MUH. IKHTIAR SUFI 21. MUH. ABIL ARQAM
7. MEGHA AZHARI NASIR 22. MUHAMMAD NUR
MADDEMPUNGENG 15. BASO AHMAD
8. TITANIA DINDA LESTARI MALLANGKARA

KELAS E INSTITUSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDENRENG RAPPANG


2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukuir Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompak untuk mata kuliah Pendidikan Pancasila : “Filsafat Pancasila
Ontologi”.

Dan kita semua berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu
bagi para pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup memperbaiki bentuk maupun
tingkatkan isikan makalah sehingga menjadi makalah yang miliki wawasan yang luas dan lebih
baik lagi.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih dari kata sempurnah dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan
sega;la bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan.

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, Kami percaya tetap banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang
membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Rappang, 17 November 20119

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...…………………………………………………………......2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...3

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................…………………………………….....4


B. Rumusan Masalah ………………………………………………................5
C. Tujuan ……………………………………………………………………..5
D. Manfaat ……………………………………………………………………6

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pancasila ……………………......................................7

B. Kajian Ontologis …………………………………………........................9

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………….………11
B. Saran……………………………………………………………….……..11

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….……13

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era reformasi
sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 63 tahun yang lalu disambut dengan lahirnya
sebuah konsepsi kenegaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya
Pancasila.

Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang
merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap
bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan
kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai
pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah
diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.

Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia, terkecuali bagi
mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945
bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres
Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang-ambing
oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah barang tentu perlu memiliki dasar
negara dan ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan
rapuh.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang
memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan
identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi.

Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber acuan dalam menyusun etika kehidupan berbangsa
bagi seluruh rakyat Indonesia, maka Pancasila juga sebagai paradigm pembangunan, maksudnya
sebagai kerangka pikir, sumber nilai, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu
perkembangan perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu. Pancasila sebagai paradigma
pembangunan mempunyai arti bahwa Pancasila sebagai sumber nilai, sebagai dasar, arah dan
tujuan dari proses pembangunan. Untuk itu segala aspek dalam pembangunan nasional harus
mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila dengan mewujudkan peningkatan harkat
dan martabat manusia secara konsisten berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia.

Dalam berbagai sudut pandang mengenai teori pancasila tidak dapat dielakkan lagi
bahwa pancasila merupakan pandangan hidup bangsa indonesia, maka penulis merujuk pada
kajian antologis, epistemologis, dan aksiologi pancasila dalam menyusun beberapa kalimat yang
tingkat relevansinya mencapai topik makalah yang akan dibuat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah mengenai kajian
pancasila dari berbagai sudut pandang yaitu, apa saja inti dari kajian ontologi pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara ...?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui inti atau pokok kajian
ontologi pancasila serta pengaruhnya kehidupan berbangsa dan bernegara.

5
1.4 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah yang berjudul tentang kajian antologis, epistemologi
pancasila adalah sebagai sumber referensi khasanah keilmuwan dan pemahaman kita sebagai
warga negara tentang ideologi dasar negara kita.

BAB 2
6
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pancasila

Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat
Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila
dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan
“permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.

 Filsafat Pancasila Asli

Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato Sukarno di
BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di Eropa, di mana filsafat
barat merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila terinspirasi konsep humanisme,
rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan
nasionalisme.

 Filsafat Pancasila versi Soekarno

Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai berakhirnya
kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan
filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India
(Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli
berasal dari Indonesia, “Keadilan Soasial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak
pernah menyinggung atau mempropagandakan “Persatuan”.

 Filsafat Pancasila versi Soeharto

Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf yang disponsori
Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam budaya
Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila truly Indonesia”. Semua sila dalam Pancasila
adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf
Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly Indonesia
antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin

7
Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto
Poespowardojo, dan Moerdiono.

Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah
hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar,
paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.

Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenran yang bermacam-macam dan


bertingkat-tingkat sebgai berikut:

1. Kebenaran indra (pengetahuan biasa);

2. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);

3. Kebenaran filosofis (filsafat);

4. Kebenaran religius (religi).

Untuk lebih meyakinkan bahwa Pancasila itu adalah ajaran filsafat, sebaiknya kita kutip
ceramah Mr.Moh Yamin pada Seminar Pancasila di Yogyakarta tahun 1959 yang berjudul
“Tinjauan Pancasila Terhadap Revolusi Fungsional”, yang isinya anatara lain sebagai berikut:

Tinjauan Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Marilah
kita peringatkan secara ringkas bahwa ajaran Pancasila itu dapat kita tinjau menurut ahli filsafat
ulung, yaitu Friedrich Hegel (1770-1831) bapak dari filsafat Evolusi Kebendaan seperti diajarkan
oleh Karl Marx (1818-1883) dan menurut tinjauan Evolusi Kehewanan menurut Darwin
Haeckel, serta juga bersangkut paut dengan filsafat kerohanian seperti diajarkan oleh Immanuel
Kant (1724-1804).

Menurut Hegel hakikat filsafatnya ialah suatu sintese pikiran yang lahir dari antitese
pikiran. Dari pertentangan pikiran lahirlah paduan pendapat yang harmonis. Dan ini adalah tepat.
Begitu pula denga ajaran Pancasila suatu sintese negara yang lahir dari antitese.

2.2 Kajian Ontologis

8
Secara ontologis, Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila terdiri atas lima sila memiliki satu
kesatuan dasar ontologis maksudnya setiap sila bukan merupakan asas yang berdiri sendiri-
sendiri.

Manusia merupakan pendukung pokok dari sila-sila Pancasila. Maksudnya pada


hakikatnya manusia memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis sebagai dasar
ontologis Pancasila. Kesesuaian hubungan negara dengan landasan sila-sila Pancasila adalah
berupa hubungan sebab-akibat. Yaitu sebagai berikut :

 Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil
sebagai pokok pangkal hubungan.

 Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah sebagai
sebab, dan negara adalah sebagai akibat.

 Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan keberadaan (eksistensi) segala
sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual, metafisik, termasuk kehidupan sesudah
mati, dan Tuhan. Ontologi Pancasila mengandung azas dan nilai antara lain:

 Tuhan yang Maha Esa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontologi ketuhanan
bersifat religius, supranatural, transendental dan suprarasional;

Ada – kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tak terbatas, dengan wujud
dan hukum alam, sumber daya alam yang merupakan prwahana dan sumber kehidupan semua
makhluk: bumi, matahari, zat asam, air, tanah subur, pertambangan, dan sebagainya;

Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku, nasional, umat manusia (universal).
Manusia adalah subyek unik dan mandiri baik personal maupun nasional, merdeka dan berdaulat.
Subyek pribadi mengemban identitas unik: menghayati hak dan kewajiban dalam kebersamaan
dan kesemestaan (sosial-horisontal dengan alam dan sesama manusia), sekaligus secara sosial-
vertikal universal dengan Tuhan. Pribadi manusia bersifat utuh dan unik dengan potensi jasmani-
rohani, karya dan kebajikan sebagai pengemban amanat keagamaan;

9
Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian manusia yang
unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal adalah perwujudan martabat dan
kepribadian manusia: sistem nilai, sistem kelembagaan hidup seperti keluarga, masyarakat,
organisasi, negara. Eksistensi kultural dan peradaban perwujudan teleologis manusia: hidup
dengan motivasi dan cita-cita sehingga kreatif, produktif, etis, berkebajikan;

Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem kenegaraan yang


merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat, kepribadian dan kewibawaan nasional.
Sistem kenegaraan yang merdeka dan berdaulat merupakan puncak prestasi perjuangan bangsa,
pusat kesetiaan, dan kebanggaan nasional

BAB 3
10
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah kami berusaha untuk menguraikan pembahasan mengenai filsafat pancasila, kami
dapat menyimpulkan bahwa unsur – unsur Pancasila memang telah di miliki dan di jalankan oleh
bangsa Indonesia sejak dahulu. Oleh karena bukti – bukti sejarah sangat beraneka ragam
wujudnya maka perlu diadakan analisa yang seksama. Karena bukti – bukti sejarah sebagian ada
yang berupa symbol maka diperlukan analisa yang teliti dan tekun berbagai bahan – bahan bukti
itu dapat diabstaksikan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil – hasil yang memadai. Melalui
cara – cara tersebut hasilnya dapat bersifat kritik dan tentu saja ada kemungkinan yang bersifat
spekulatif. Demikian pula adaunsur – unsur yang di suatu daerah lebih menonjol dari daerah lain
misalnya tampak pada perjuangan bangsa Indonesia dengan peralatan yang sederhana serta
tampak pada bangunan dan tulisan dan perbuatan yang ada.

Tentu kita sadari bahwa tidak semua materi yang ada dituangkan dihalaman makalah ini
dan sebaliknya tidak semua yang tertuang dalam makalah ini akan sesuai dengan pemikiran ahli
yang lain . Hal ini karena semata mata keterbatasan pembuat makalah. Oleh karena itu apabila
dalam penyusunan makalah ini dirasa ada yang kurang mohon ditanyakan kepada

3.2 Saran

Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca dalam
pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan –
kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Kami menyarankan kepada pembaca agar ikut
peduli dalam mengetahui sejauh mana pembaca mempelajari tentang filsafat Pancasila. Semoga
dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan. Pengembangan
ilmu pengetahuan yang berlandaskan Pancasila merupakan bagian penting bagi keberlangsungan
hidup berbangsa dan bernegara di masa mendatang (Pranarka, 1985:391).

Sejak dulu, ilmu pengetahuan mempunyai posisi penting dalam aktivitas berpikir
manusia. Istilah ilmu pengetahuan terdiri dari dua gabungan kata berbeda makna, ilmu dan
pengetahuan. Segala sesuatu yang kita ketahui merupakan definisi pengetahuan, sedangkan ilmu
11
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode
tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

12
Achmad Notosoetarjo 1962, Kepribadian Revolusi Bangsa Indonesia

A.T. Soegito, 1983, Pancasila Tinjauan dari Aspek Historis, FPIPS – IKIP, Semarang.

A.T. Soegito, 1999, Sejarah Pergerakan Bangsa Sebagai Titik Tolak Memahami Asal Mula
Pancasila, Makalah Internship Dosen-Dosen Pancasila se Indonesia, Yogyakarta.

Alhaj dan Patria, 1998.BMP.Pendidikan Pancasila.Penerbit Karunika,Jakarta 4 – 5.

Bakry Noor M, 1998, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Liberty, Yogyakarta. Dardji


Darmodihardjo, 1978, Santiaji Pancasila, Lapasila, Malang. Harun Nasution, 1983.

Filsafat Agama, NV Bulan Bintang. Jakarta.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2105602-makna-pancasila-sebagai-dasar-
negara/

http:// www. Pancasila.org/situs/sebagai_ etika _.politik.Via google.view15-I-2010

Kaelan, 1993, Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, Paradigma, Yogyakarta.

K.Wantjik Saleh 1978,Kitab Kumpulan Peraturan Perundang RI,Jakarta PT.Gramedia

Notonagoro, Pnacasila Dasar Filsafat Negara RI I.II.III

Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pantjoran Tujuh

Soediman Kartohadiprojo 1970, Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, Bandung Alumni

Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta

13

Anda mungkin juga menyukai