Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PELATIHAN BTCLS

I. Pendahuluan
Trauma masih merupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia. Menurut
data kementrian Kesehatan RI tahun 2010, trauma menduduki tingkat pertama pada
kasus bedah dan termasuk sepuluh besar dari sepuluh penyakit di Indonesia. Di
Amerika serikat, trauma merupakan penyebab kematian pada semua usia, bahkan
sebagai penyebab kematian utama pada kelompok usia 1-44 tahun, dilaporkan 50%
kematian terjadi dalam hitungan menit

II. Tujuan pelatihan


Pelatihan Basic Trauma Life Support( BTLS) adalah suatu pelatihan tentang
pengelolaan status trauma dan pengetahuan dasar kepada perawat atau tenaga
kesehatan dengan cara:
1. Menilai penderita dengan cepat dan teliti
2. Resusitasi dan stabilisasi berdasarkan prioritas.
3. Menentukan tindakan sesuai dengan ketersediaan fasilitas.
4. Transfer pasien sesuai dengan kebutuhan.
5. Memastikan pengelolaaan yg diberikan sudah optimal.

III. Rangkuman Materi


Untuk pelatihan btcls meliputi tahapan-tahapan: penilaian awal, primay survey,
secondary survey.
1. Penilaian Awal ( initial assessment)
Yang perlu diperhatikan dalam penilaian awal adalah:
a. Dengerous (Aman Diri, Aman Pasien, Aman Lingkungan) sebelum penangan
terhadap pasian pastikan ketiga hal ini agar tidak menimbulkan kerugian bagi
diri sendiri dan bagi pasien itu sendiri
b. Respon (tindakan yg dilakuan untuk mengecek kondisi pasien)
c. Alert : tindakan dimana kita melihat kondisi pasien, pasien masih sadar atau
tidak (dengan cara menepuk punggung korban)
d. Verbal : tindakan yg dilakukan untuk memeriksa kondisi pasien dengan suara
(dengan menanyakan nama, waktu)
e. Pain : tindakan yg dilakuakn dengan cara melalukan rangsang nyeri (GCS bisa
dinilai disini)
f. Unrespon : saat semua tindakan sudah dilakukan pasien tidak ada respon sama
sekali yg perlu penangan segera
g. Call For HELP (setelah tindakan dangerous dan respon sudah dilakukan ada
baiknya kita untuk mencari bantuan dengan meminta tolong tim code Blue jika
tersedia dirs. Dan diharapkan saat meminta bantuan agar memberitahukan
kondisi pasien dan alat yg harus dibawa.
2. Primary survey
Primary survey meliputi A, B,C,D,E,F,G,H
a. Air way ( Control Cervikal)
Yang perlu diperhatikan pada airway adalah mengontrol servikal,maka pasien
trauma wajib dipasang colar neck dan head immobilisasi, pada setiap pasien
pada kasus trauma harus selalu disangkakan sebagai sebagai pasien fracture
servikal, sampai nanti dilakukan penkajian terhadap pasien dan tidak ditemukan
tanda2 facture servikal. Yang perlu diperhatian adalah bunyi suara
1) Gurgling/ cairan : tindakan yg dilakukan adalah suction / log roll ( catt: pada
pasien dengan susp fracture cranii suction tidak boleh dilakukan ada kontra
indikasinya)
2) Snoring / pangkal lidah jatuh : tindakan yg dilakukan manual, OPHA,NPA.
3) Stidor /anatomis : tindakan yg dilakukan adalah intubasi ( kontra indikasi
pemasangan pada pasien odema laring)
b. Breathing ( control ventilasi)
Yang perlu diperhatikan pada breathing adalah mengontrol pernapasan
( melihat dinding dada mengembang , mengecek saturasi oksigen pasien untuk
menentukan berapa persen oksigen yg diberikan dengan ( NK, NRM,RM)
disini jga dilakukan pemeriksaan IAPP ( inspeksi, Auskultasi , perkusi ,
palpasi) untuk mengetahui adanya
1) Tension pneumothorax
2) Open pneumothorax
3) Massive pneumothorax
4) Fail chest
5) Tamponade jantung
c. Circulation ( control Perdarahan )
Yang diperhatikan pada circulation adalah control perdarahan ,saat ditemukan
perdarahn ataupun fracture segera laukan stop perdarahan dan fiksasi pada
daerah fracture untuk menghindari terjadinya syock, jika terjadi syock, segera
lakukan tindakan rehidrasi cairan ( pasang infus iv line 2 jalur : cairan
kristaloid. 1-2 liter , jika suhu > 39 loading cairan)
d. Disability
Lakukan tindakan untuk mengitung GCS pasien. Cek tanda2 Literisasi
( meliputi pupil, dan tonus otot/ kekuatan otot)
e. Exposure
Tindakan yg dilakukan untuk pemeriksaan dari ujung kepala sampai ujung
kaki, dengan membuka semua pakaian pasien dan mengganti dengan selimut,
untuk memeriksa bagian belakang dilakukan tindakan rog roll.
f. Foley cateter
Setelah dilakukan pemeriksaaan A- E perlu dipertimbangkan pemasangan
cateter untuk menghitung balance cairan dan dan harus diperhatikan kontra
indikasinya ( rupture uretra)
g. Gastric Tube
Disini juga perlu dilakukan pemasangan NGT untuk mencegah terjadinya
distensi lambung, mencegas aspirasi, dan pemberian nutrisi)
h. Heart Monitor
Lakukan tindakan ekg pada pasien untuk melihat gambaran jantung pasien

3. Secodary survey
a. Lakukan pemeriksaan head to toe
b. Periksa setiap lubang (hidung, telinga, mulit, anus)
c. TTV
d. Anamnesa dengan KOMPAK (Keluhan, Obat, Makanan,Penyakit, Alergi,
kejadian )
e. Pemeriksaan penunjang ( meliputi laboratorium dan rongent)
f. Rujuk : rujuk pasien bila tidak dapat ditangani dan beritahukan peeriksaan yg
sudah dilakukan dari penilaian awal,primary survey , secondary survey)
IV. Henti Jantung / Henti Napas
Henti jantung adalah berhentinya sirkulasi peredaran darah, karna kegagalan jantung
untuk melakukan kontraksi secara efektif, keadaan tersebut bisa disebabkan oleh
penyakit primer dari jantung atau penyakit skunder non jantung.
Henti napas adalah berhentinya pernapasan spontan disebabkan karena gangguan
jalan napasbaik parsial maupun total atau karena gangguan dipusat pernapasan.
Henti napas dan henti jantung adalah dua hal yg berkaitan sehingga
penatalaksanaannya tidak bisa dipisahkan.
1. Penyebab henti napas
a. Sumbatan jalan napas ( benda asing,termasuk darah dan muntahan, edema
laring, atau bronkus akibat trauma langsung wajah atau tenggorokan, spasme
laring atau bronkus baik akibat radang atau trauma, tumor).
b. Gangguan paru ( infeksi, aspirasi, edema paru, kontusio paru,keadaaan tertentu
yang menyebabkan ronnga paru tertekan olehbenda asing seperti
pneumotorax,hemototorax, efusi pleura)
c. Gangguan Neuromuskular
2. Penyebab henti jantung
Henti jantung dapat disebabkan penyebab primer atau skunder. Penyebab henti
jantung:
a. Gagal jantung
b. Tamponade jantung
c. Miokarditis
d. Kardiomiopati hipertrofi
e. Fibrilasi ventrikel

3. Gambaran henti jantung dapat berupa:


a. Fibrilasi Ventrikel/ ventricular fibrillation ( VF)
b. Takikardi Ventrikel tanpa nadi / pulseless Venticular tachycardia( VT)
c. Pulseless electrical activity ( PEA)
d. Asystole
4. Tatalaksana henti jantung
Untuk mengatasi henti jantung, diperlukan integrasi dari tindakan Bantuan Hidup
Dasar (BHD), Bantuaa Hidup Jantung Lanjut ( BHJL) serta perawatan Pasca
Henti jantung.Dasar keberhasilan BHD adalah RJP yang berkualitas dan defibrilasi
segera pada kasus VF /VT yang disaksikan ,RJP dan Defibrilasi segera, akan
meningkatkan survival korban.
Algoritme tatalaksana henti jantung yg baru menekankan pentingnya RJP yang
berkualitas.interupsi terhadap RJP harus sesingkat mungkin dan hanya dilakukan
untuk menilai irama, melakukan defibrilasi.
Selama alat bantu jalan napas belum terpasang RJP dilakukan dalan siklus 30 kali
kompresi dan 2 kali ventilasi. Kecepatan kompersi sedikitnya 100x/menit dan
maksimal 120x/ menit. Setelah alat bantu napas terpasang (ETT terpasang) RJP
dilakukan dengan melakukan kompresi tidak terputus dengan kecepatan 100-
120x/menit. Penolong yang memberikan bventilasi memberikan napas bantuan 1
napas 6 detik (10x/ menit) dan harus hati tidak memberikan Ventilasi berlebihan.
Kapan henti jantung diberhentikan
a. Terdapat tanda2 kematian irreversible
b. Asistol menetap sampai 10 menit
c. Henti jantung tidak disaksikan penolong
d. Permintaan keluarga ( DNR)
e. Penolong kelalahan

Ditemukan pasien tidak sadar datang ke IGD atau


ditemukan pasien tidak sadar di tempat umum

ALGORITME CARDIAC ARREST

CEK RESPON
Dengan menepuk bahu pasien bila tidak ada respon. Segera panggil bantuan.

PANGGIL BANTUAN
Saat ditempat umum minta tolong kepada penolong yang lain untuk segera menghubungi
ambulan dan siapkan alat AED
Saat di IGD minta bantuan team dan teriak ada pasien henti napas dan henti jantung, tolong
ambilkan troley emergency dan ambil alat defibrilator atau panggil team Code Blue

CEK NADI KAROTIS


Cek dalam waktu kurang dari 10 detik

CEK NADI KAROTIS


Cek dalam waktu kurang dari 10 detik

Bila nadi tidak teraba dan Bila pasien tidak bernapas (APNEA) dan
pasien tidak bernapas nadi teraba di karotis

Lakukan 1 Ventilasi tiap 5 – 6 detik, target 10 – 12


Mulai Kompresi dan x/menit & Lakukan Cek Nadi Tiap 2 Menit
Ventilasi (30 : 2)
Mulai Kompresi dan
Ventilasi (30 : 2)

Saat team dan bantuan datang, Leader segera memasang monitor lalu beri instruksi
Stop Kompresi, Lihat Monitor dan Baca Irama EKG

Bila Hasilnya Ventrikel Fibrilasi (VF) atau Bila Hasilnya Asistol / Pulseless
Electrical Activity (PEA)
Ventrikel Takhikardi (VT) Tanpa Nadi

LAKUKAN SHOCK KE-1 Bila Hasilnya Asistol yakinkan


Leader Beri Instruksi kepada anggota Team untuk bahwa itu adalah TRUE ASISTOL,
melanjutkan kompresi dan ventilasi. dengan cara mengecek:
Leader mengambil tindakan ambil pegangan Defib, Cek Elektroda yang terpasang,
Note: Pasien Hanya Diberikan Bantuan Ventilasi
Beri Jelly, Charging (Pada alat Defib Monofasik beri
oleh Penolong apakah ada yang terlepas atau
Daya 360 joule bila alat Defib Bifasik beri daya 200 tidak
Joule) Tempelkan pada elekroda Right Arm (RA) dan Cek Tiap Lead di Monitor
Left Leg (LL). Cek Amplitudo di Monitor
Instuksi Selanjutnya dari leader kepada team = STOP Bila PEA, cek nadi karotis, bila
CPR, I am Clear, You Clear, Everybody Clear, Lihat tidak teraba dan pasien benar henti
Monitor. napas dan henti jantung.
Bila hasil bacaan EKG monitor masih VF / VT Lakukan
Shock 1.
Bila hasil bacaan EKG monitor menjadi Asistol / PEA Lakukan Kompresi dan Ventilasi

Batalkan Shock, Buang Energi Defib di Udara. + Pasang Infus + Beri Epineprine
1 mg (IV), Lalu Masukan Nacl
0,9% 20 ml, Elevasi Tangan +
Pasang Intubasi
Setelah SHOCK 1 diberikan Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5
Lanjut RJP / CPR + Pasang Infus siklus tanpa melihat monitor
Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5
siklus tanpa melihat monitor
Setelah CPR selama 5 siklus / 2 menit

Setelah CPR selama 5 siklus / 2 menit Leader beri instruksi:

Leader beri instruksi: Stop Kompresi, Tukar Posisi, Lihat

Stop Kompresi, Tukar Posisi, Lihat Monitor, Baca Irama EKG di Monitor.

Monitor, Baca Irama EKG di Monitor.

Bila Hasilnya masih Asistol / PEA, cek


ulang nadi karotis
Bila Pasien Masih VF / VT, Siapkan
Defib dan BERIKAN SHOCK KE- 2
Lakukan Kompresi dan Ventilasi
Setelah SHOCK 2 diberikan
Bila pasien sudah terintubasi,
Lanjut RJP / CPR + Beri Epineprine 1 mg
Leader Beri instruksi:
(IV), Lalu Masukan Nacl 0,9% 20 ml,
Kompresi terus-menerus selama 2
Elevasi Tangan + Pasang Intubasi
menit, beri 1 Ventilasi Tiap 5 – 6
Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5 siklus
detik, frekuensi napas ± 10 – 12
tanpa melihat monitor
x/menit.
Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5
Setelah CPR selama 5 siklus / 2 menit siklus tanpa melihat monitor
Leader beri instruksi:
Stop Kompresi, Tukar Posisi, Lihat Setelah CPR selama 5 siklus / 2 menit
Monitor, Baca Irama EKG di Monitor. Leader beri instruksi:
Stop Kompresi, Tukar Posisi, Lihat
Monitor, Baca Irama EKG di Monitor.
Bila Pasien Masih VF / VT, Siapkan
Defib dan BERIKAN SHOCK KE- 3

Bila Hasilnya masih Asistol / PEA, cek


ulang nadi karotis
Setelah SHOCK 3 diberikan
Lanjut RJP / CPR Selama 2 Menit (5 siklus)
secara terus-menerus + Beri Amiodarone 300 mg
Lakukan Kompresi dan Ventilasi +
dalam Dextrose 5 % sebanyak 20 cc (IV bolus
Beri Epineprine 1 mg (IV), Lalu
cepat), Elevasi Tangan
Masukan Nacl 0,9% 20 ml, Elevasi
Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5 siklus tanpa
Tangan
melihat monitor.
Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5
Bila pasien sudah terintubasi, Leader Beri
siklus tanpa melihat monitor
instruksi:
Kompresi terus-menerus selama 2 menit, beri 1
Ventilasi Tiap 5 – 6 detik. Setelah CPR selama 5 siklus / 2 menit
Leader beri instruksi:

Setelah CPR selama 5 siklus / 2 menit Stop Kompresi, Tukar Posisi, Lihat

Leader beri instruksi: Monitor, Baca Irama EKG di Monitor.

Stop Kompresi, Tukar Posisi, Lihat


Monitor, Baca Irama EKG di Monitor.
Bila Hasilnya masih Asistol / PEA, cek
ulang nadi karotis
Bila Pasien Masih VF / VT, Siapkan
Defib dan BERIKAN SHOCK KE- 4

Lakukan Kompresi dan Ventilasi


Kompresi terus-menerus selama 2
menit, beri 1 Ventilasi Tiap 5 – 6
detik, ± 10 – 12 x/menit.
Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5
siklus tanpa melihat monitor
Setelah SHOCK 4 diberikan Setelah CPR selama 5 siklus / 2 menit
Lanjut RJP / CPR Selama 2 Menit (5 siklus) + Beri Leader beri instruksi:
Epineprine 1 mg (IV), Lalu Masukan Nacl 0,9% 20 ml, Stop Kompresi, Tukar Posisi, Lihat
Elevasi Tangan Monitor, Baca Irama EKG di Monitor.
Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5 siklus tanpa melihat
monitor. Kompresi terus-menerus selama 2 menit, beri 1
Ventilasi Tiap 5 – 6 detik.
Bila Hasilnya masih Asistol / PEA, cek
ulang nadi karotis
Setelah CPR selama 5 siklus / 2 menit
Leader beri instruksi:
Stop Kompresi, Tukar Posisi, Lihat
Lakukan Kompresi dan Ventilasi +
Monitor, Baca Irama EKG di Monitor.
Beri Epineprine 1 mg (IV), Lalu
Masukan Nacl 0,9% 20 ml, Elevasi
Tangan
Bila Pasien Masih VF / VT, Siapkan
Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5
Defib dan BERIKAN SHOCK KE- 5
siklus tanpa melihat monitor

Setelah CPR selama 5 siklus / 2 menit


Setelah SHOCK 5 diberikan
Leader beri instruksi:
Lanjut RJP / CPR Selama 2 Menit (5 siklus) + Beri
Stop Kompresi, Tukar Posisi, Lihat
Amiodarone 150 mg dalam Dextrose 5 % sebanyak 20 cc
Monitor, Baca Irama EKG di Monitor.
(IV bolus cepat), Elevasi Tangan Lakukan CPR Selama 2
menit atau 5 siklus tanpa melihat monitor. Kompresi terus-
menerus selama 2 menit, beri 1 Ventilasi Tiap 5 – 6 detik. Bila Hasilnya masih Asistol / PEA, cek
ulang nadi karotis
Setelah CPR selama 5 siklus / 2 menit
Leader beri instruksi:
Stop Kompresi, Tukar Posisi, Lihat Lakukan Kompresi dan Ventilasi
Monitor, Baca Irama EKG di Monitor. Kompresi terus-menerus selama 2
menit, beri 1 Ventilasi Tiap 5 – 6
detik, ± 10 – 12 x/menit.
Bila Pasien Masih VF / VT, Siapkan
Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5
Defib dan BERIKAN SHOCK KE- 6
siklus tanpa melihat monitor

Setelah SHOCK 6 diberikan Lakukan terus-


Lanjut RJP / CPR Selama 2 Menit (5 siklus) + Beri Epineprine 1 mg (IV), menerus, Jika asistol
Lalu Masukan Nacl 0,9% 20 ml, Elevasi Tangan menetap selama lebih
Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5 siklus tanpa melihat monitor. Kompresi dari 10 menit, STOP
terus-menerus selama 2 menit, beri 1 Ventilasi Tiap 5 – 6 detik. CPR / RJP. Note:
Pemberian Epineprin
selang-seling karena
Epi bertahan dalam
darah selama 3 menit.
Setelah CPR selama 5 siklus / 2 menit
Leader beri instruksi:
Stop Kompresi, Tukar Posisi, Lihat
Monitor, Baca Irama EKG di Monitor.

Bila Pasien Masih VF / VT, Siapkan


Defib dan BERIKAN SHOCK KE- 7

Setelah SHOCK 7 diberikan


Lanjut RJP / CPR Selama 2 Menit (5 siklus)
Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5 siklus tanpa melihat
monitor. Kompresi terus-menerus selama 2 menit, beri 1
Ventilasi Tiap 5 – 6 detik.

Setelah CPR selama 5 siklus / 2 menit


Leader beri instruksi:
Stop Kompresi, Tukar Posisi, Lihat
Monitor, Baca Irama EKG di Monitor.

Bila Pasien Masih VF / VT, Siapkan


Defib dan BERIKAN SHOCK KE- 8

Setelah SHOCK 8 diberikan


Lanjut RJP / CPR Selama 2 Menit (5 siklus) ) + Beri
Epineprine 1 mg (IV), Lalu Masukan Nacl 0,9% 20 ml,
Elevasi Tangan
Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5 siklus tanpa melihat
monitor. Kompresi terus-menerus selama 2 menit, beri 1
Ventilasi Tiap 5 – 6 detik.

Setelah CPR selama 5 siklus / 2 menit


Leader beri instruksi:
Stop Kompresi, Tukar Posisi, Lihat
Monitor, Baca Irama EKG di Monitor.

Bila Pasien Masih VF / VT, Siapkan


Defib dan BERIKAN SHOCK KE- 9
Setelah SHOCK 9 diberikan
Lanjut RJP / CPR Selama 2 Menit (5 siklus)
Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5 siklus tanpa melihat
monitor. Kompresi terus-menerus selama 2 menit, beri 1
Ventilasi Tiap 5 – 6 detik.

Setelah CPR selama 5 siklus / 2 menit


Leader beri instruksi:
Stop Kompresi, Tukar Posisi, Lihat
Monitor, Baca Irama EKG di Monitor.

Bila Pasien Masih VF / VT, Siapkan Defib


dan BERIKAN SHOCK KE- 10

Setelah SHOCK 10 diberikan


Lanjut RJP / CPR Selama 2 Menit (5 siklus) ) + Beri
Epineprine 1 mg (IV), Lalu Masukan Nacl 0,9% 20 ml,
Elevasi Tangan
Lakukan CPR Selama 2 menit atau 5 siklus tanpa melihat
monitor. Kompresi terus-menerus selama 2 menit, beri 1
Ventilasi Tiap 5 – 6 detik.

Lakukan Tindakan CPR Terus-menerus Sampai Dengan adanya indikasi STOP


RJP:
Pasien berespon / ROSC
Adanya tanda-tanda kematian ireversible / menetap seperti reflek pupil adanya
midriasis maksimal, reflek kornea, reflek muntah, mata boneka, reflek nystagtigmus
Permintaan Keluarga (Isi Form DNR)
Asistol lebih dari 10 menit
TINDAKAN YANG DILAKUKAN APABILA
PASIEN MENGALAMI ROSC (PULIH NADI)

Bila pasien mengalami pulih nadi Maka yang harus diperhatikan dan dilakukan adalah
mengecek nadi tiap 2 Menit.
Jika Nadi masih teraba lakukan Re-Evaluasi ABCD.
Isi dari RE-EVALUASI ABCD
1. A = AIRWAY (Jalan Napas)
Lihat dan Cek Saturasi pasien, Jika saturasi menurun cek apakah ada hambatan jalan
napas seperti
a. Goorgling adanya obstruksi atau cairan. Jika hal ini terjadi lakukan Suction.
b. Snooring adanya lidah pasien yang jatuh ke belakang. Jika terjadi hal ini lakukan
pemasangan OPA / NPA
c. Stridor. Jika hal ini terjadi pada pasien segera lakukan intubasi.
2. B = BREATHING
Lihat apakah pulihnya nadi diikuti dengan adanya pulihnya napas, cek apakah ada
napas spontan. Lihat dengan carA Look, Fell dan Listen. Frekuensi normal 10 – 12
x/menit.
3. C = CIRCULATION
Hemodinamik dalam batas normal, capillary refill < 2 detik, ada sianosis atau tidak,
cek urine dan output.
4. D = DISABILITY
CEK 5 H DAN 5 T
a. Isi 5 H
a) Hipovolemia = Hb, Ht
b) Hipoksia = Saturasi
c) Hidrogen Ion = AGD
d) Hipo / Hiperkalemia = Elektrolit
e) Hipotermia = Suhu
b. Isi 5 T
a) Tension Pneumothorax
b) Temponade Jantung
c) Toxin
d) Trombosis Pulmonary
e) Trombosis Coronanry

KESIMPULAN

I. Yang Dapat diterapkan di Rsud Kalideres


1. Perawat mampu melakukan pertolongan pertama saat menemukan pasien dengan
henti napas dan henti jantung
2. Perawat mampu berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat saat pasien
henti napas dan henti jantung
3. Dari segi alat sudah memadai untuk menolong pasien yang mengalami henti
napas dan henti jantung

II. Yang Tidak Dapat Di terapkan di Rsud Kalideres


1. Untuk pasien trauma, belum ada gips dan bidai untuk penanganan tahap awal
2. Belum adanya oksigen central untuk menghubungkan oksigen ke ventilator
3. Belum ada dokter penanggung jawab anastesi yang stndby

III. SARAN
Setelah penulis menguraikan dan menyimpulkan, selanjutnya penulis menyampaikan
saran yang ditujukan ke RSUD Kalideres, sebagai berikut:
1. Adanya pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi seluruh karyawan RSUD
Kalideres
2. Adanya sosialisasi pemakaian alat AED bagi Tenaga Medis dan Tenaga Non
Medis seperti Cleaning service dan Security
3. Dibentuknya team Code Blue untuk menangani pasien yang tiba-tiba ditemukan
dalam kondisi henti napas dan henti jantung
4. Adanya pelatihan dan workshop bagi perawat dalam penanganan pasien henti
napas dan henti jantung baik belajar kompresi yang baik dan benar, pemberian
ventilasi, pemasangan alat intubasi, dan penyetinggan alat ventilator
5. Pelatihan BTCLS dilakukan secara berkala bagi seluruh perawat di RSUD
Kalideres

Mengetahui Jakarta, Desember 2017


Kasie Keperawatan dan Penunjang Medis Peserta Pelatihan
RSUD KALIDERES Eka Ardiansyah
Yulyanti Komalasari
Kristne Avelina
Asniyar
(drg. Rully Dewi Anggraeni, MM) Nita Nurmiati
NIP: 196909082000032005

Mengetahui
Direktur
RSUD KALIDERES

(dr. Fify Mulyani, MARS)


NIP: 196904112002122003

Anda mungkin juga menyukai