Anda di halaman 1dari 44

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2018


UNIVERSITAS PATTIMURA

SELULITIS

oleh:
Fauzi Mahmud

Pembimbing:
dr. Novriyani Masuku, Sp.KK
Pendahuluan

Selulitis adalah radang

 yang lebih ditujukan pada inflamasi jaringan


subkutan

 yang disebabkan oleh infeksi bakteri,

 ditandai dengan eritema, nyeri, indurasi, dan


fluktuasi.
• Dalam beberapa kasus  epidermis mengalami
pembentukan bulla atau nekrosis.

• Selulitis biasanya muncul di tempat lesi


pendahulunya,  ulkus, luka akibat trauma, bekas
operasi, atau kateter perkutaneus.
• Gambaran klinis Selulitis berupa eritema, bengkak
dan nyeri.

• Eritema dapat muncul dan menyebar dengan


cepat, dengan batas tidak jelas.

• Gejala sistemik berupa demam, menggigil, dan


malaise.
• Pada selulitis yang berat

 dapat muncul bula

 dan menjadi nekrosis kulit

• Kaki adalah daerah yang paling umum, dan di sini


biasanya ada luka, ulkus, atau lesi inflamasi
termasuk infeksi jamur interdigital atau bakteri.
Flucloxacillin memberikan efek bakterisidal

 pada streptokokus serta stafilokokus, dan untuk


alasan ini

 telah disarankan sebagai monoterapi oral

 pada pasien tanpa toksisitas sistemik atau co-


morbiditas pada dosis 500 mg empat kali sehari.
Untuk infeksi streptokokus,

 penisilin adalah pengobatan pilihan,

 diberikan benzilpenisilin 600-1200 mg

 6 jam secara intravena


Kasus

Seorang laki-laki berusia 66 tahun

 dikonsul dari ruang Interna Laki-laki

 pada tanggal 1 Februari 2018

 dengan keluhan bengkak kemerahan disertai nyeri

 pada tungkai kiri


Autoanamnesis

• Keluhan ini dialami sejak 1 minggu yang lalu.

• 1 bulan sebelumnya pasien menginjak paku  dan luka


sudah hampir sembuh.

• 3 minggu kemudian muncul nyeri di tungkai disertai


bengkak.

• Bengkak kemudian bertambah besar  sampai seluruh


tungkai bawah.
• Pada tanggal 30/1/2018

 pasien datang ke UGD RSUD Dr. M. Haulussy

 dengan keluhan utama diatas,

• Ditemukan pasien juga mengalami demam dan


memiliki tekanan darah yang tinggi,

• Pasien dikonsulkan dan dirawat di ruang Interna Laki-


laki
• Pada tanggal 1/2/2018 bagian Penyakit Dalam
mengkonsulkan pasien ini ke bagian Penyakit
Kulit dan Kelamin.
• Pasien mengaku pernah minum obat Amoxicilin

 beberapa kali

 hanya selama beberapa hari.

• Riwayat anggota keluarga lain yang sakit seperti


ini tidak ada.
Pemeriksaan Fisik

Status generalis:

• Kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang,


gizi cukup. TD: 140/90 Nadi: 92 x/menit P:
20x/menit, Suhu: 37,5 oC
• Kepala: Bentuk normosefal, konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-)

• Mulut: Sianosis (-), tonsil (T1/T1) hiperemis (-)

• Leher dan aksila: Tidak ada pembesaran kelenjar


getah bening
• Toraks: Jantung dan paru dalam batas normal

• Abdomen: Hepar dan lien tidak teraba, tidak ada


nyeri tekan

• Ekstremitas: Akral hangat, edema, eritema, teraba


hangat, nyeri tekan, Regio Cruris Sinistra.
Status dermatovenereologis:

• Lokasi: Regio Cruris Sinistra

• Efloresensi: Edema difus, eritema, batas tidak jelas

• Ukuran: Plakat
Diagnosis Banding

1. Selulitis

2. Erysipelas
Diagnosis Sementara

• Selulitis + Hipertensi grade I


Penatalaksanaan

• Pemeriksaan: Darah rutin dan kimia, rdt Malaria

• Konsultasi ke Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin

• Terapi: Kompres tungkai kirI, Ivfd RL 20 tpm, Inj.Cefotaxime 1


gr /8 jam/iv, Drip Metronidazole 500 mg /8jam/iv, Drip
Paracetamol 1 gr/ 8 jam/iv, Amlodipin 1 x 10 mg tab
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin

Hemoglobin 12,4 g/dl


Hematokrit 34,8 %
Eritrosit 3,70 x 106/mm3
Leukosit. 7,6 x 103/mm3
LED -
Hitung Jenis
Neutrofil 73,8 %
Limfosit 19,6%
Monosit 5,5%
Eosinofil 0,7%
Basofil 0,4%
• Darah Kimia: SGOT.38 u/L; SGPT.26 u/l; Ureum.19 mg/dl;
Kreatinin.0,9 mg/dl; Kolesterol Total.146 mg/dl; Bilirubin Total.1,3
mg/dl; Albumin.3,0 mg/dl; Glukosa puasa.105 mg/dl; Glukosa
sewaktu.154 mg/dl

• Malaria.(-)
Hasil Konsultasi

Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin (1/2/2018)

• Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang, diagnosis mengarah kepada
Selulitis. Tekanan darah sudah dapat dikendalikan
dengan obat oral. Rawat bersama, pasien dipindahkan
ke Ruang Penyakit Kulit dan Kelamin.
Diagnosis

• Selulitis Regio Cruris Sinistra


Pengamatan Selanjutnya
Tanggal 2 Februari 2018 (Hari perawatan ke-3)

SO Terapi

Keluhan: Bengkak sedikit -Tirah baring parsial


berkurang, kemerahan sangat -ivfd RL 20 gtt
berkurang, nyeri belum berkurang. -Inj.Cefotaxime 1 gr/ 8 jam/iv
Status dermatologis -Drip.Metronidazol 500 mg/ 8
Lokasi: Tungkai kiri jam/iv
Efloresensi: Edema, eritema -Inj.Omeprazole 40 mg/ 24 jam/iv
-Metilprednisolon tab 8 mg (3 x 2)
-Paracetamol 500 mg tab (kp)
-Amlodipin 1 x 10 mg tab
-Kompres tungkai kiri dengan NaCl
0,9% selama 1 jam (pagi dan sore)
-Elevasi tungkai kiri 30°
Tanggal 3 Februari 2018 (Hari perawatan ke-4)

SO Terapi

Keluhan: Bengkak sangat -Tirah baring parsial


berkurang, kemerahan menghilang, -ivfd RL 20 gtt
nyeri sedikit berkurang. -Inj.Cefotaxime 1 gr/ 8 jam/iv
Status dermatologis -Drip.Metronidazol 500 mg/ 8
Lokasi: Tungkai kiri jam/iv
Efloresensi: Edema -Stop Inj.Omeprazole, ganti dengan
Ranitidin 2 x 150 mg tab
-Metilprednisolon tab 8 mg (3 x 1)
-Amlodipin 1 x 10 mg tab
-Kompres tungkai kiri dengan NaCl
0,9% selama 1 jam (pagi dan sore)
-Elevasi tungkai kiri 30°
Tanggal 4 Februari 2018 (Hari perawatan ke-5)

SO Terapi

Keluhan: Bengkak hampir --Aff infus


menghilang, nyeri cukup -Stop Inj.Cefotaxime
berkurang. -Stop Drip.Metronidazol
Status dermatologis -Ranitidin 2 x 150 mg tab
Lokasi: Tungkai kiri -Metilprednisolon 8 mg tab (2x1)
Efloresensi: Edema -Amlodipin 1 x 10 mg tab
-Pasien diizinkan pulang dan
rawat jalan
Diskusi

• Diagnosis Selulitis ditegakkan berdasarkan


anamanesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang.
Dari hasil anamnesis  dan pemeriksaan fisis 
diketahui bahwa penderita seorang pria berusia 66
tahun dengan keluhan utama bengkak kemerahan
yang teraba hangat disertai nyeri pada tungkai
bawah kiri

 dialami sejak satu minggu yang lalu.


Menurut kepustakaan,

• Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada


perempuan,

• Dapat terjadi di semua usia,

 tersering pada usia di bawah 3 tahun dan usia


dekade keempat dan kelima,

 terjadi peningkatan resiko selulitis seiring


meningkatnya usia.
• Insidensi pada ekstremitas masih menduduki
peringkat pertama.

• penyakit ini didahului trauma, karena itu


biasanya tempat predileksinya di tungkai bawah.
• Kelainan kulit berupa infiltrat yang difus di
subkutan dengan tanda-tanda radang, yaitu
edema, eritema dengan batas tidak jelas, dan
nyeri.
• Etiologi dari Selulitis adalah bakteri Streptococcus
B Hemoliyicus yang dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit lain, seperti faringitis, erysipelas,
demam nifas, scarlet fever, necrotizing fasciitis,
toxic shock syndrome, septikemia.
Streptococcus β hemolyticus Grup A
 seseorang yang terinfeksi bakteri atau carrier

 batuk atau bersin (droplet infection)


 masuk ke membran mukosa orang lain
• Diagnosis banding pada kasus ini adalah
Erisepelas,

• Disebabkan juga oleh Streptococcus,

• Gejala utamanya berupa eritema berwarna merah


cerah, berbatas tegas,

• disertai gejala konstitusi,

 yaitu demam dan malaise.


Erysipelas Selulitis
Pada pasien ini, diberikan inj.Cefotaxime 1 gr /8 jam/iv,
drip Metronidazole 500 mg /8jam/iv, Metilprednisolon 8
mg 3 x 2 tab, inj.Omeprazole 40 mg/24 jam/iv diganti
dengan Ranitidin 2 x 150 mg tab, Amlodipin 1 x 10 gr,
Kompres NaCl 0,9% 2 x 1 jam (pagi/sore), Elevasi tungkai
300
Untuk pengobatan Sellulitis,
• Flucloxacillin memberikan efek bakterisidal pada
streptokokus serta stafilokokus,
• Disarankan sebagai monoterapi oral
 pada pasien tanpa toksisitas sistemik atau co-morbiditas
• Dengan dosis 500 mg empat kali sehari.
Pada pasien yang dirawat di Rumh sakit,

 flucloxacillin dengan benzilpenisilin secara


intravena
• Benzilpenisilin 600-1200 mg 6 jam secara intravena
pada kasus yang lebih parah.

• Dalam kasus alergi penisilin,

 dianjurkan klaritromisin 500 mg dua kali sehari

 atau klindamisin 600 mg 8 jam intravena.


SSTI streptokokus berat,

 atau SSTI yang dipersulit oleh komorbiditas seperti


diabetes,

 harus diobati dengan penisilin G intravena dosis


tinggi G (1-2 juta unit setiap 4-6 jam).
• Prognosis Quo ad Vitam: bonam,

• Quo ad Fungsionam: dubia ad bonam,

• Quo ad Sanationam: dubia,

• Quo ad Kosmetikam: dubia ad bonam.


• Prognosis umumnya baik, bergantung pada
kecepatan penanganan dan kemungkinan
komplikasi yang dapat terjadi.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai