1 7 Harry Firman PDF
1 7 Harry Firman PDF
Harry Firman
Departemen Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Setiabudi No. 229 Bandung (40154), Telp. 022-2001108
email: harry.firman@hotmail.com
Abstrak. Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) melahirkan tantangan baru bagi bangsa
Indonesia, yakni perlunya meningkatkan daya saing bangsa. Upaya strategis diperlukan untuk
meningkatkan daya saing produk dan tenaga kerja Indonesia yang ditopang oleh kualitas pendidikan,
termasuk pendidikan kimia. Untuk itu inovasi pendidikan kimia ke depan perlu berkontribusi pada
pengembangan kemampuan berinovasi dan memecahkan masalah, yang ditopang oleh pemahaman
yang mendalam terhadap pengetahuan kimia dan aplikasinya, serta soft-skills kreativitas, inisiatif,
kerjasama, dan komunikasi. Inovasi-inovasi dalam pembelajaran kimia di masa lampau belum cukup
memadai untuk mengembangkan SDM yang menopang daya saing ekonomi bangsa. Konsep
pendidikan STEM (science-technology-engineering-mathematics) yang sedang berkembang negara-
negara maju saat kini dapat menjadi ‘framework’ baru bagi inovasi pembelajaran kimia di Indonesia
dalam era persaingan bebas. Pendidikan STEM mengintegrasikan pemahaman sains (termasuk
kimia), pemikiran saintifik, keterampilan matematika, dan teknologi yang ada, dengan kemampuan
melakukan proses desain rekayasa (engineering design process). Implementasi pembelajaran kimia
berbasis STEM menjadikan lulusan persekolahan terlatih menggunakan pengetahuan kimia yang
dimilikinya untuk mengkreasi produk inovatif yang mampu memecahkan masalah-masalah terkait
kimia di masyarakat.
Kata kunci: Pendidikan STEM, kimia, daya saing ekonomi bangsa, masyarakat ekonomi ASEAN.
Abstract. Implementation of the ASEAN economic community has raised national competitiveness as
a new challenge for Indonesian nation. A strategic effort is needed to strengthen competitiveness of
Indonesian products and human resources those are supported by educational quality services,
including chemistry education. Therefore innovations in chemical education in Indonesia need to
contribute to the development of innovative and problem solving abilities of students supported by in-
depth understanding on chemistry basic knowledge and its application, as well as soft skills of
creativity, initiative, team work, and communication. Previous innovations in teaching chemistry are
not appropriate to develop human resource quality that will be able to support national economic
competitiveness. The STEM (science-technology-engineering-mathematics) education which is being
developed and utilized many developed countries nowadays can be adopted as new framework for
innovating chemical education in Indonesia in the era of free-trade. STEM education integrates
student’s scientific knowledge and skills, mathematical tools and technology with the ability to do
engineering design processes. The implementation of STEM education in chemical education context
will make high school graduates well trained in using scientific knowledge they have to create
innovative products that solve chemistry related problems in society.
.
Keywords: STEM education, chemistry, national competitiveness, ASEAN economic community.
A-1
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
A-2
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
menengah, Pendidikan STEM bertujuan Statistika Tenaga Kerja AS pada tahun 2011
mengembangkan peserta didik yang melek menguraikan bahwa di lingkup global pada
STEM (Bybee, 2013:5), yang mempunyai: satu dekade mendatang struktur lapangan
pekerjaan STEM akan meningkat sebesar
(1) pengetahuan, sikap, dan keterampilan
17%, sedangkan lapangan pekerjaan non-
untuk mengidentifikasi pertanyaan dan
STEM hanya meningkat 10 % (Kompas 12
masalah dalam situasi kehidupannya,
Juli 2015).
menjelaskan fenomena alam, mendesain,
Dalam menghadapi era persaingan
serta menarik kesimpulan berdasar bukti
global, Indonesia pun perlu menyiapkan
mengenai isu-isu terkait STEM;
sumberdaya manusia yang handal dalam
(2) memahami karakteristik fitur-fitur disiplin disiplin-disiplin STEM secara kualitas dan
STEM sebagai bentuk-bentuk mencukupi secara kuantitas. Sebagaimana
pengetahuan, penyelidikan, serta desain dirilis dalam Surat Kabar Kompas (Juli 2015)
yang digagas manusia; Indonesia mengalami kendala kesenjangan
(3) kesadaran bagaimana disiplin-disiplin antara kebutuhan dan ketersediaan SDM.
STEM membentuk lingkungan material, Merujuk data Badan Pusat Statistik 2010,
intelektual dan kultural, sumber daya manusia Indonesia masih
didominasi tenaga kera kurang terampil
(4) mau terlibat dalam kajian isu-isu terkait (sebanyak 88 juta), dan diprediksi 2020 akan
STEM (misalnya efisiensi energi, kualitas ada 50% kekurangan tenaga kerja untuk
lingkungan, keterbatasan sumberdaya mengisi lowongan jabatan di struktur lapangan
alam) sebagai warga negara yang kerja. Namun, jalan untuk mengatasi persoalan
konstruktif, peduli, serta reflektif dengan ini bukanlah perkara mudah, sebab tanpa
menggunakan gagasan-gagasan sains, upaya mengembangkan kemampuan dasar,
teknologi, enjiniring dan matematika. soft skills (kolaborasi, komunikasi, kreativitas,
Pendidikan STEM memberikan peluang pemecahan masalah), dan nilai-nilai prasyarat
bagi guru untuk memperlihatkan kepada memasuki profesi STEM pada jenjang
peserta didik betapa konsep, prinsip, dan pendidikan dasar dan menengah, sukar untuk
teknik dari sains, teknologi, enjiniring, dan mengharapkan generasi muda yang
matematika digunakan secara terintegrasi bermotivasi dan siap menekuni bidang-bidang
dalam pengembangan produk, proses, dan STEM.
sistem yang digunakan dalam kehidupan Kurikulum 2013 yang baru saja
sehari-hari mereka. Oleh karenanya, Reeve diluncurkan tidak akan dapat mengatasi
(2013) mengadopsi definisi pendidikan STEM permasalahan kualitas dan kuantitas
sebagai pendekatan interdisiplin pada sumberdaya manusia Indonesia yang berdaya
pembelajaran, yang di dalamnya peserta didik siang global, jika tidak secara sistematik
menggunakan sains, teknologi, enjiniring, dan menyiapkan mereka mengembangkan
matematika dalam konteks nyata yang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
mengkoneksikan antara sekolah, dunia kerja, dipersyaratkan dunia kerja Abad ke-21,
dan dunia global, sehingga mengembangkan sebagaimana diwujudkan dalam Pendidikan
literasi STEM yang memampukan peserta STEM. Untuk mengatasi hal tersebut
didik bersaing dalam era ekonomi baru yang Pendidikan dengan pendekatan STEM bisa
berbasis pengetahuan. menjadi kunci bagi menciptakan generasi
penerus bangsa yang mampu bersaing di
URGENSI DAN KELAYAKAN kancah global. Oleh sebab itu, Pendidikan
PENDIDIKAN STEM DI INDONESIA STEM perlu menjadi kerangka-rujukan bagi
proses pendidikan di Indonesia ke depan.
Dewasa ini Pendidikan STEM diadopsi Sebagaimana dinyatakan dalam
oleh banyak negara sebagai cetak-biru inovasi Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013
pendidikan pendidikan, sehingga muncul Jenjang Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
sebagai gerakan global untuk menjembatani Tsanawiyah (Kemdikbud, 2013), bahwa
kesenjangan antara kebutuhan dan kurikulum 2013 bertujuan untuk
ketersediaan keahlian yang diperlukan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
pembangunan ekonomi di Abad ke-21. Biro memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
A-3
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
dan warga negara yang beriman, produktif, satu atau dua dari disiplin-disiplin STEM.
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu Cara ketiga adalah mengintegrasikan satu ke
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, dalam tiga disiplin STEM, misalnya konten
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. enjiniring diintegrasikan ke dalam mata
Dinyatakan pula dalam dokumen tersebut pelajaran kimia, teknologi, dan matematika.
bahwa salah satu pola pikir baru yang Cara yang lebih komprehensif adalah melebur
digunakan sebagai dasar pengembangan keempat-empat disiplin STEM dan
Kurikulum 2013 adalah pola pembelajaran mengajarkannya sebagai mata pelajaran
ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) terintegrasi, misalnya konten teknologi,
menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan enjiniring dan matematika dalam sains,
jamak (multidiscipline). Rumusan tujuan dan sehingga guru sains mengintegrasikan T, E,
pola pikir dalam pengembangan Kurikulum dan M ke dalam S.
2013 yang dikemukakan tersebut Dalam konteks pendidikan dasar dan
mengisyaratkan bahwa Kurikulum 2013 menengah umum di banyak negara, termasuk
memberikan ruang bagi pengembangan dan Indonesia, hanya mata-mata pelajaran sains
implementasi pendidikan STEM dalam dan matematika yang menjadi bagian dari
konteks implementasi Kurikulum 2013, yang kurikulum konvensional, sementara mata
mengutamakan integrasi S, T, E dan M secara pelajaran teknologi dan enjiniring hanya
multi- dan trans-disiplin serta pengembangan bagian minor atau bahkan tidak ada dalam
pemikiran kritis, kreativitas, inovasi, dan kurikulum. Oleh sebab itu Pendidikan STEM
kemampuan memecahkan masalah. lebih terpumpu pada sains dan matematika.
Dalam kaitan ini Bybee (2013)
PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS mengkonseptualisasi suatu kontinum
PENDIDIKAN STEM keterpaduan STEM yang terdiri atas sembilan
pola keterpaduan, mulai dari disiplin S-T-E-M
Salah satu karakteristik Pendidikan
sebagai “silo” (mata pelajaran berdiri sendiri)
STEM adalah mengintegrasikan sains
hingga STEM sebagai mata pelajaran
(termasuk kimia), teknonogi, enjiniring, dan
transdisiplin. Pengintegrasian yang lebih
matematika dalam memecahkan masalah
mendalam ke dalam bentuk mata pelajaran
nyata. Namun demikian, terdapat beragam
transdisiplin memerlukan restrukturisasi
cara digunakan dalam praktik untuk
kurikulum secara menyeluruh, sehingga relatif
mengintegrasikan disiplin-disiplin STEM, dan
sukar dilaksanakan dalam konteks struktur
pola dan derajad keterpaduannya bergantung
kurikulum konvensional di Indonesia. Salah
pada banyak faktor (Roberts, 2012). Jika mata
satu pola intergasi yang mungkin dilaksanakan
pelajaran sains, teknologi, enjiniring, dan
tanpa merestrukturisasi kurikulum pendidikan
matematika diajarkan sebagai mata-mata
dasar dan menengah di Indonesia adalah
pelajaran yang terpisah satu sama lain dan
menginkorporasikan konten enjiniring,
tidak terintegrasi (disebut sebagai “silo”),
teknologi, dan matematika dalam
keadaan ini lebih tepat digambarkan sebagai
pembelajaran sains (termasuk kimia) berbasis
S-T-E-M daripada STEM (Dugger, n.d). Cara
pendidikan STEM, sebagaimana diilustrasikan
kedua adalah mengajarkan masing-masing
dalam Gambar 1.
disiplin STEM dengan lebih berfokus pada
KIMIA
T E M
A-4
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
Pola integrasi secara penuh relatif lebih Sesuai dengan krakteristik implementasi
mudah dilakukan pada jenjang sekolah dasar, pendidikan STEM, penilaian hasil belajar
ketika peserta didik diajar oleh seorang guru dalam konteks pembelajaran kimia berbasis
kelas. Sementara itu, bentuk “embedded STEM perlu lebih menitikberatkan asesmen
STEM” lebih tepat dilakukan pada jenjang otentik, khususnya asesmen kinerja
sekolah menengah. Pendidikan STEM (performance assessment). Pembelajaran
terwujud dalam situasi tertentu ketika kimia berbasis pendidikan STEM menuntut
pembelajaran sains (termasuk kimia) atau pergeseran metode penilaian, dari penilaian
matematika melibatkan akitivitas pemecahan konvensional yang bertumpu pada ujian
masalah otentik dalam konteks sosial, kultural, dengan tes ke arah penilaian otentik yang
dan fungsional (Roberts, 2012). Sains bertumpu pada penilaian kinerja. Penilaian
(termasuk kimia) dan matematika dipandang kinerja dengan menggunakan rubrik yang
tepat untuk menjadi kendaraan untuk terancang baik perlu dilakukan guru, teman,
membawa Pendidikan STEM, sebab kedua serta peserta didik sendiri terhadap kinerja
mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran peserta didik selama aktivitas belajar serta
pokok dalam pendidikan dasar dan menengah, produk hasil kerja kolaboratif untuk
dan menjadi landasan bagi peserta didik untuk mengungkap ketercapaian standar hasil
memasuki karir dalam disiplin-disiplin STEM, pembelajaran.
yang dipandang fundamental bagi inovasi Pengalaman belajar kimia berbasis
teknologi dan produktivitas ekonomi. pendidikan STEM diharapkan sekaligus dapat
mengembangkan pemahaman peserta didik
FITUR PEMBELAJARAN KIMIA terhadap konten kimia, kemampuan inovasi
BERBASIS PENDIDIKAN STEM dan pemecahan masalah, soft skills (antara lain
komunikasi, kerjasama, kepemimpinan).
Dalam kaitan dengan implementasi
Dampak lebih lanjut dari pembelajaran kimia
pendidikan STEM, Bybee (2013) menyatakan
berbais STEM adalah meningkatknya minat
bahwa dalam pembelajaran STEM, peserta
dan motivasi peserta didik untuk melanjutkan
didik pada jenjang pendidikan menengah perlu
studi dan berkarir dalam bidang profesi iptek,
ditantang untuk melakukan tugas-tugas
sebagaimana dibutuhkan negara saat ini dan di
rekayasa otentik sebagai komplemen dari
masa datang.
pembelajaran sains melalui kegiatan-kegiatan
proyek yang mengintegrasikan sains (termasuk
LITBANG PEMBELAJARAN KIMIA
kimia), enjiniring, teknologi, dan matematika.
BERBASIS STEM
Pendidikan kimia berbasis STEM
menuntut pergeseran moda proses Pengembangan literasi STEM bukan
pembelajaran dari moda konvensional yang perkara mudah. Paling sedikit diperlukan satu
berpusat pada guru (teacher centered) yang dekade untuk mengembangkan pendidikan
mengandalkan transfer pengetahuan ke arah STEM di suatu Negara (Bybee, 2010). Dua
moda pembelajaran berpusat pada peserta tahun pertama diperlukan untuk menginisiasi
didik (student centered) yang mengandalkan reformasi pendidikan STEM dengan tujuan
keaktifan, hands-on, dan kolaborasi peserta mendesain, mengembangkan, dan
didik. Pembelajaran kimia berbasis STEM mengimplementasikan model-model unit
perlu dilaksanakan dalam unit-unit pembelajaran STEM. Enam tahun selanjutnya
pembelajaran berbasis masalah (problem untuk memasukan pendidikan STEM ke dalam
based learning), yang di dalamnya peserta kurikulum. Dua tahun berikutnya diperlukan
didik ditantang secara kritis, kreatif, dan untuk memberlanjutkan reformasi STEM,
inovatif untuk memecahkan masalah nyata, yakni membangun kapasitas sekolah dalam
yang melibatkan kegiatan kelompok (tim) melakukan peningkatan berkelanjutan program
secara kolaboratif. Pembelajaran kimia pendidikan STEM.
berbasis STEM dalam kelas didesain untuk Fase awal pengembangan pembelajaran
memberi peluang bagi peserta didik untuk kimia berbasis pendidikan STEM menuntut
mengaplikasikan pengetahuan akademik partisipasi komunitas pendidikan kimia
dalam dunia nyata. (mahasiswa, guru dan dosen), khususnya
untuk berinovasi mendesain model-model unit
A-5
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
A-6
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
A-7