Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional V 2019

Peran Pendidikan dalam Konservasi dan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan


ISBN 978-602-5699-83-2; PUBLIKASI ONLINE 5 MARET 2020

Penerapan STEM Pada Pembelajaran


IPA Materi Bioteknologi
Rimtha Zalsalina Perangin Angin
Program Studi Pendidikan Biologi Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRAK
Pendekatan STEM merupakan pendekatan modern yang
mengintegrasikan aspek-aspek STEM guna menciptakan
peserta didik yang mampu menyelesaikan masalah yang
Penulis koresponden terjadi di kehidupan abad 21. Pendekatan STEM dapat
Rimtha Zalsalina Perangin Angin membentuk peserta didik menjadi sumber daya manusia
Program Studi Pendidikan Biologi yang mampu berpikir kritis dan kreatif, sistematis dan
Pascasarjana, Universitas
logis sehingga mampu memenuhi standar sumber daya
Muhammadiyah Malang
manusia abad 21 serta mampu menghadapi tantangan
Email: global yang semakin kompleks.Tujuan penulisan paper ini
rimtha.zalsalina77@gmail.com adalah memaparkan konsep STEM dan penerapam
pendekatan STEM pada pembelajaran IPA dala materi
Kata Kunci: bioteknologi, di jenjang sekolah menengah pertama.
Pendekatan STEM Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah
Konsep STEM kajian literatur dengan menyeleksi beberapa artikel dan
Implementasidalam pembalajaran jurnal mengenai pendekatan STEM dam penerapannya
IPA dalam jenjang pendidikan menengah pertama. Selain itu
dilakukan kajian kompetensi dasar kurikulum 2013 pada
jenjang sekolah menengah pertama yang dapat
diintegrasikan dalam pendekatan STEM. Hasil kajian
menunjukkan bahwa beberapa kompetensi dasar pada
jenjang sekolah menengah pertama dalam pembelajaran
IPA dapat diintegrasikan dengan pendekatan STEM
berupa aktifitas pembiasaan pendekatan STEM di dalam
kelas dan pemberian projek kepada peserta didik. Dengan
demikian pengimplementasian pendekatan STEM pada
jenjang sekolah menengah pertama dalam pembelajaran
IPA dapat dilakukan di Indonesia dalam rangka
mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten
dalam menghadapi tantangan abad 21.

Copyright © 2020 Universitas Muhammadiyah Malang

PENDAHULUAN adalah mengedukasi peserta didik agar


Abad 21 merupakan abad yang menjadi lulusan yang berkualitas tinggi
menjadi landasan utama berbagai aspek dan memenuhi syarat serta menjadi
kehidupan manusia modern. masyarakat yang bertanggung jawab
Perkembangan abad 21 ditandai dengan dalam memenuhi semua sektor kebutuhan
dimanfaatkannya teknologi, komunikasi manusia, dengan mengajukan kualifikasi
dan informasi yang diaplikasikan ke yang relevan termasuk pelatihan
dalam kehidupan sehari-hari. profesional yang mengkombinasikan
Bergantungnya segala aspek kehidupan pengetahuan dan kemampuan tingkat-
terhadap teknologi masa kini tinggi, menggunakan ilmu dan
menyebabkan adanya perubahan pengetahuannya secara berkelanjutan
kualifikasi serta kompetensi tenaga kerja khususnya untuk kebutuhan masyarakat
yang semakin kompetitif. (Daryanto & dimasa mendatang.
Karim, 2017) Di berbagai negara, terdapat
Pada World Conference on Higher peningkatan kebutuhan kualifikasi
Education yang dilaksanakan oleh sumber daya manusia untuk mendorong
UNESCO (1998), salah satu misi inovasi dan penemuan yang diperlukan
pendidikan tinggi yang dideklarasikan dalam pertumbuhan ekonomi dan

300
Angin et al. / Seminar Nasional V 2019 Hal. 300-307

perbaikan kualitas hidup pada abad penilaian tingkat internasional yang


21(TIMMS, 2015). Untuk meningkatkan mengukur tingkat kemampuan dan
interkoneksi yang terjadi pada abad 21, keterampilan peserta didik dalam
tenaga kerja dengan kemampuan sains menghadapi masalah dunia nyata yaitu
dan engineering sangat diperlukan. PISA (Programme for International
Beberapa negara telah menerapkan Student Assessment). PISA bertujuan
pendidikan berbasis sains dan untuk menyediakan indikator keefektifan
engineering yang menghasilkan lulusan dan kesetaraan system pendidikan,
yang berkualitas dalam bidang tersebut standar pendidikan untuk perbandingan
dan meningkatkan kualitas sumber daya internasional dan memonitor
manusia dalam bidang sains dan perkembangan pendidikan (PISA 2015).
engineering (OECD, 2012). Kemampuan Dalam program ini, terdapat 72 negara
sains dan engineering sudah menjadi hal yang ikut berpartisipasi. Pada tahun 2006,
yang umum di beberapa negara terutama Indonesia berada pada peringkat ke-50
di Asia. Secara total, jumlah universitas dari 57 negara peserta (OECD, 2007).
untuk S1 dalam bidang sains dan Kemudian, pada tahun 2009, Indonesia
engineering sebanyak 6,4 juta. Hampir berada pada peringkat ke-60 dari 65
setengah dari jumlah ini berada di china negara peserta (OECD, 2010). Indonesia
(23%) dan india (23%) sedangkan (21%) merupakan salah satu negara dengan
berada di negara Uni Eropa dan (9%) di pencapaian skor terendah, peringkat 63
US (Natonal Science Board, 2016). dari 72 negara yang berpartisipasi pada
Pemahaman peserta didik tahun 2016 (OECD 2016). Hal ini
mengenai sains harus dibangun melalui menunjukkan kualitas pendidikan
jenjang pendidikan sehingga pada saat Indonesia yang masih rendah
dewasa, mereka dapat mengambil dibandingkan dengan negara lain. Jika hal
keputusan yang berhubungan dengan ini terus terjadi akan berdampak pada
berbagai macam isu dan dapat mengatasi rendahnya kualitas lulusan yang
isu-isu tersebut secara saintifik. Untuk dihasilkan. Goenawan Susanto, Presiden
memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan Direktur IBM Indonesia, mengatakan
suatu usaha untuk mempersiapkan bahwa jika dilihat dari kualitas lulusan
peserta didik dengan proporsi signifikan lokal masih banyak yang belum
pada bidang-bidang sains teknologi yang memenuhi standar perusahaan sehingga
sekarang ini banyak diperlukan (TIMMS, perusahaan cenderung memilih lulusan
2015). Berdasarkan TIMSS Science global yang memiliki kemampuan dan
Framework (2015) peserta didik dituntut keahlian lebih baik dalam bidang
untuk mahir dalam praktik di bidang sains teknologi. Lulusan yang memiliki
agar dapat mengembangkan pemahaman kompetensi STEM dinilai lebih terampil
mengenai bagaimana sebuah usaha ilmiah dan memiliki kemampuan yang tinggi
dilakukan. Praktik ini mencakup dalam menyelesaikan masalah. Dengan
keterampilan yang diperoleh dari keahlian STEM, tenaga kerja lebih cekatan
kehidupan sehari-hari dan dari dalam menyelesaikan pekerjaannya
pembelajaran di kelas yang dilakukan (Khalidi, 2017)
secara sistematis. Praktik ini sangat Jumlah dan kualitas lulusan
penting bagi semua disiplin sains. Dalam Indonesia yang memiliki kompetensi
hal ini, Indonesia dituntut wajib STEM masih sedikit, namun permintaan
berpartisipasi dalam menghasilkan tenaga kerja abad 21 yang berkualitas
sumber daya manusia yang mampu dalam bidang STEM diperlukan dalam
bersaing di abad 21. Untuk dapat jumlah yang besar. Untuk memenuhi
mencapai tuntutan dunia tersebut standar pendidikan abad 21 dan persiapan
diperlukan upaya yang besar untuk dunia kerja global dapat dilakukan inovasi
memperbaiki sumber daya manusia di dalam bidang pendidikan salah satunya
Indonesia khususnya melalui bidang dengan pengintegrasian pendekatan
pendidikan. STEM dalam pembelajaran.
Sejak tahun 2000, Indonesia telah Pengintegrasian dan implementasi
ikut berpartisipasi dalam program pendekatan STEM dalam kurikulum di

301
Angin et al. / Seminar Nasional V 2019 Hal. 300-307

Indonesia bukan merupakan hal yang Beberapa peneliti di atas


mudah, menuntut kreativitas dan mendefinisikan STEM sebagai suatu
kecakapan pendidik untuk memadukan pendekatan yang mengaitkan dan
proses pembelajaran berdasarkan mengintegrasikan beberapa subjek STEM
kurikulum dengan mengintegrasikan dan guna menciptakan pembelajaran yang
mengimplementasikan aspek-aspek STEM berbasis permasalahan kehidupan sehari-
sehingga hasil pembelajaran dapat hari. Dengan demikian pembelajaran
menciptakan peserta didik yang siap dengan pendekatan STEM dapat melatih
menghadapi dunia kerja di abad 21, yaitu peserta didik untuk menerapkan ilmu
peserta didik yang memiliki kemampuan yang dipelajari di sekolah dengan
dan kecakapan dalam menyelesaikan fenomena yang terjadi dalam dunia nyata.
masalah sehari-hari yang tidak lepas dari Pendekatan STEM yang
penggunaan teknologi dan inovasi. diimplementasikan di sekolah dapat
Dengan demikian banyak pihak yang membuat peserta didik mengetahui bahwa
harus bekerja keras dalam usaha pendidikan yang mereka tempuh sangat
memperbaiki kualitas pendidikan di penting serta bermanfaat dalam
Indonesia. menyelesaikan masalah dan situasi di
Tulisan ini mencoba untuk dunia nyata sekarang ini (Bank, 2009).
memaparkan beberapa hal menyangkut Melalui proses pemecahan masalah
STEM di Indonesia yaitu bagaimana berbasis desain peserta didik diharapkan
konsep dan pengertian STEM serta dapat mengatasi situasi dunia nyata
implementasi pendekatan STEM dalam (William, 2011). Integrasi subjek STEM
pembelajaran IPA di jenjang sekolah akan lebih efektif jika menggunakan
menengah pertama. Tulisan ini bertujuan pendekatan yang strategis dalam
untuk menambah wawasan mengenai implementasinya sehingga dapat
konsep dan pengertian STEM serta membuat peserta didik belajar lebih
memberikan gambaran dan rancangan relevan, merangsang munculnya
implementasi STEM dalam pembelajaran pengalaman bermakna, mendorong
IPA di jenjang sekolah menengah peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi
pertama.Selain daripada itu penulis dan memecahkan masalah serta
membahas mengenai STEM sebagai meningkatkan retensi (Stohlmann et al
pendekatan yang dapat mengintegrasikan 2012). Membangun pendekatan strategis
aspek-aspek STEM seperti Science, untuk mengintegrasikan konsep STEM
Technology, Engineering dan Mathematic memerlukan pemahaman konseptual dan
. dasar yang kuat mengenai bagaimana
Konsep dan Pengertian STEM peserta didik belajar dan
STEM adalah akronim dari Science mengimplementasikan STEM (Kelley &
Technology Engineering Matemathic. knowles 2016). Kelley & Knowles (2016)
Moore dkk (2014) menyatakan bahwa menyarankan untuk tidak
STEM merupakan suatu pendekatan dan mengintegrasikan semua subjek STEM
upaya dalam menggabungkan beberapa dalam satu pelajaran karena hal tersebut
atau keempat subjek STEM menjadi satu dapat menyulitkan pendidik. Setidaknya
pelajaran yang didasarkan pada hubungan ada dua subjek STEM yang dapat
antarsubjek dan masalah dunia nyata. diintegrasikan dalam satu pembelajaran.
Kelley & Knowles (2016) mendefinisikan Pendidik dituntut memiliki pemahaman
STEM sebagai pendekatan untuk yang kuat mengenai hubungan
mengajarkan dua atau lebih subjek STEM antarsubjek STEM.
yang terkait dengan praktik secara Dalam konteks pembelajaran,
autentik sehingga dapat meningkatkan STEM memiliki 3 aspek, yaitu STEM
minat belajar peserta didik. Sanders sebagai bidang kajian pembelajaran,
(2009) menjelaskan bahwa STEM STEM sebagai paket pelajaran dan STEM
merupakan suatu pendekatan yang sebagai pendekatan R&D (Kementrian
mengeksplorasi dua atau lebih subjek Pendidikan Malaysia, 2016). Dalam
STEM serta satu atau lebih mata pelajaran tulisan ini hanya akan dibahas mengenai
yang ada di sekolah. STEM sebagai pendekatan R&D

302
Angin et al. / Seminar Nasional V 2019 Hal. 300-307

Pendekatan pendidikan STEM Seperti diketahui bahwa subjek


Dalam penerapannya, tiga macam STEM terdiri dari Sains, Teknologi,
pendekatan STEM dipraktikan di berbagai Engineering dan Matematika. Ketika
tempat. Perbedaan antara ketiga pendidik mempertimbangkan untuk
pendekatan STEM tersebut terletak pada mengintegrasikan konten STEM, desain
tingkat isi STEM yang digunakan di dalam engineering dapat diposisikan menjadi
pembelajaran. Pendekatan-pendekatan kerangka dalam pembelajaran.
tersebut meliputi pendekatan Silo STEM, 1. Desain Engineering
pendekatan STEM tertanam(Embeded) Penggunaan desain engineering
dan pendekatan STEM terintegrasi. Pada sebagai katalisator dalam pembelajaran
pendekata Silo STEM peserta didik tidak STEM merupakan hal yang penting untuk
diberi kesempatan untuk mengeksplorasi membawa keempat subjek STEM pada
pengetahuan dengan caranya sendiri platform yang sama. Sifat desain
melainkan diajarkan mengenai apa yang engineering memberi peluang bagi
harus diketahui saja peserta didik dengan pendekatan yang
(Morrison,2006).Pendekatan Silo STEM sistematis untuk menyelesaikan masalah
dapat meningkatkan pengetahuan peserta yang terjadi secara alamiah pada semua
didik yang dapat dievaluasi (Morrison, subjek STEM(Kelley & Knowles 2016).
2006). Hal ini bertujuan untuk Desain engineering memberi kesempatan
menghasilkan peserta didik yang kepada peserta didik untuk mencari titik
mempunyai kompetensi dalam menguasai temu dan membangun koneksi antara
pengetahuan di satu bidang tertentu. Pada subjek STEM yang telah diidentifikasikan
pendekatan Silo STEM tidak ada integrasi sebagai kunci untuk integrasi masing-
antarmata pelajaran sehingga peserta masing subjek (Frykholm & Glasson
didik dapat gagal dalam memahami 2005).
integrasi antara subjek STEM dalam Elemen analitis dari proses desain
menyelesaikan masalah di dunia nyata engineering memungkinkan peserta didik
(Breiner, Harkness, Johnson, & Koehler, untuk menggunakan matematika dan
2012). inkuiri sains untuk menciptakan dan
Pada pendekatan STEM tertanam melakukan eksperimen yang akan
(Embedded ) pengetahuan mengenai menginformasikan peserta didik tentang
domain mata pelajaran diperoleh melalui fungsi dan solusi kinerja perancangan
penekanan pada permasalahan dunia potensial sebelum pada akhirnya prototipe
nyata dengan teknik penyelesaian masalah akhir dibangun . Pendekatan desain
(Chen, 2001) . Namun materi kajian pada engineering ini memungkinkan peserta
pendekatan ini tidak masuk dalam didik untuk membangun pengalaman
evaluasi. Pendekatan STEM terintegrasi mereka sendiri dan memberi kesempatan
berbeda dari pendekatan STEM lainnya. untuk membangun kecakapan sains dan
Pada pendekatan ini mata pelajaran tidak pengetahuan matematika melalui analisis
diajarkan secara sendiri-sendiri desain dan inkuiri sains (Kelley & Knowles
melainkan saling terintegrasi satu sama 2016). Dalam praktiknya, desain
lain. Integrasi subjek STEM menuntut engineering dan inkuiri sains terjadi
peserta didik untuk menghubungkan melalui proses yang rumit (Purzer et al.
berbagai subjek STEM yang berbeda. 2015). Selain itu, desain engineering dan
Pengintegrasian mata pelajaran tersebut inkuiri sain menekankan pada
dimulai dengan identifikasi masalah nyata pembelajaran yang aktif dalam artian
yang terjadi di lingkungan peserta didik peserta didik melakukan suatu aktivitas
dengan menggunakan pemikiran tingkat yang bermakna (Purzer et al. 2015).
tinggi dan kemampuan pemecahan Namun tidak semua isi pembelajaran
masalah sehingga dapat diambil dapat menggunakan desain engineering
kesimpulan sebagai upaya penyelesaikan dan inkuiri sains. Beberpapa materi
masalah tersebut (Wang dkk., 2011). pembelajaran yang mengandung teori-
STEM sebagai pendekatan dalam teori tidak dapat dilakukan dengan desain
pembelajaran berbasis instruksi.
2. Inkuiri sains (Scientific Inquiry)

303
Angin et al. / Seminar Nasional V 2019 Hal. 300-307

Kunci pemahaman yang didik menyelesaikan tugas matematika


sesungguhnya ialah dengan mempelajari namun juga mengapa perlu belajar
sains dalam konteks yang relevan serta matematika. Peserta didik ingin tahu pula
mampu mentransfer pengetahuan ilmiah bagaimana matematika relevan terhadap
ke dalam situasi yang nyata. Pendekatan kehidupan mereka. Pada implementasi
inkuiri sains berbasis instruksi menuntut STEM dalam pembelajaran, aspek
pendidik untuk mendorong dan memberi matematika sangat diperlukan terutama
contoh mengenai kemampuan inkuiri dalam hal evaluasi. Analisis matematika
sains serta membangun rasa ingin tahu yang terdapat dalam implementasi STEM
peserta didik, keterbukaan terhadap ditujukan untuk mengevaluasi desain
gagasan baru dan skeptisisme yang yang tersedia. Hal ini memberikan alasan
menjadi ciri sains (National Research yang diperlukan peserta didik untuk
Council,1996). belajar matematika dan melihat
Inkuiri sains mempersiapkan hubungannya antara apa yang dipelajari
peserta didik untuk berpikir dan bertindak di sekolah dan apa yang diperlukan dalam
layaknya seorang ilmuan sejati, keterampilan karir di bidang STEM
mengajukan pertanyaan, berhipotesis dan (Burghardt dan Hacker,2004)
melakukan investigasi menggunakan Implementasi STEM dalam
praktik yang sesuai dengan standar sains. Pembelajaran IPA di SMP
Pada implementasinya, peserta didik Di Indonesia, pedoman
dituntut tidak hanya melibatkan hands-on penyelenggaraan khusus mengenai
activity, namun minds-on activity pun pendidikan dan pendekatan STEM belum
harus berdampingan dalam kegiatan inti tersedia. Namun sudah ada beberapa
pembelajaran (National Research instansi pendidikan yang
Council,1996). Dalam hal ini peserta didik mengaplikasikannya dalam sistem
dituntut tidak hanya bekerja berdasarkan pendidikan, salah satunya adalah
prosedur yang ada, namun diharapkan Sampoerna School System. Hal ini yang
dapat merancang sendiri prosedur apa membuat sistem pendidikan mereka
dan bagaimana prosedur tersebut harus berbeda dengan kurikulum yang dipakai
dilakukan agar diperoleh hasil yang oleh sekolah-sekolah umum lain.
maksimal dari suatu pembelajaran. Sekarang ini, Indonesia disibukkan
3. Literasi Teknologi dengan kurikulum terbaru yaitu kuriklum
Mitcham (1994) memandang 2013 yang direvisi tahun 2017. Terdapat
teknologi sebagai proses dengan aktivitas beberapa perbedaan dengan kurikulum
yang meliputi merancang, membuat dan sebelumnya dimana kurikulum ini lebih
menggunakan teknologi. Mitcham (1994) menonjolkan berpikir kritis, berpikir
mengidentifikasi empat cara berbeda tingkat tinggi, berpikir kreatif,
dalam memahami teknologi diantaranya kemampuan menyelesaikan masalah,
teknologi sebagai objek, pengetahuan, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
aktivitas dan kemauan. Teknologi dan literasi. Dalam kurikulum terbaru
berkaitan langsung dengan keperluan yang diimplementasikan di Indonesia saat
manusia serta ekonomi, sosial, aspek ini banyak aspek yang memungkinkan
budaya atau aspek lingkungan yang implementasi STEM masuk ke dalamnya.
diperoleh dari proses pemecahan masalah Dalam pendekatan STEM, peserta didik
dan pengembangan produk baru (Barak dituntut untuk senantiasa aktif di dalam
dkk ,2012). Pendekatan STEM harus kelas, baik hands-on activity maupun
memberi kesempatan kepada peserta minds-on activity. Penggunaan teknologi
didik untuk memandang teknologi sebagai dan informasi senantiasa diperlukan
wahana perubahan yang baik dan positif. dalam pengaplikasiannya. Kemandirian
4. Berpikir matematika. belajar dan pembelajaran berbasis isu-isu
Williams (2007) berpendapat terkini yang terjadi di masyarakat menjadi
bahwa pada pembelajaran kontekstual hal yang wajib dalam pengimplementasian
dapat memberikan makna pada STEM. Pendekatan STEM sejalan dengan
matematika karena peserta didik ingin prinsip-prinsip penyusunan RPP pada
mengetahui tidak hanya bagaimana peseta revisi kurikulum 2013 edisi tahun 2017.

304
Angin et al. / Seminar Nasional V 2019 Hal. 300-307

Pada prinsip perencanaan, pembelajaran peserta didik dapat belajar berdasarkan


berpusat pada peserta didik. Pembelajaran permasalahan yang terjadi sehari-hari
dirancang sedemikian rupa agar peserta dengan menggunakan lebih dari satu
didik dapat mengeksplorasi dirinya dan subjek STEM sehingga terjadi
mengeluarkan ide dan opininya mengenai pembelajaran bermakna. Selain itu,
materi pembelajaran. Prinsip lainnya pengintegrasian subjek STEM dapat
yaitu berorientasi kekinian, dimana guru dilakukan dengan memadukan sains dan
sebagai fasilitator wajib “melek teknologi”, engineering meskipun subjek engineering
senantiasa meng update dan tidak terbingkai dalam kompetensi dasar
mengupgrade pengetahuan di bidang tertentu dalam kurikulum.
keahliannya sehingga dapat memotivasi Untuk menerapkan pendekatan
peserta didik untuk terus berinovasi STEM dalam pembelajaran IPA di sekolah
(Kemendikbud, 2017). Terdapat kerangka menengah pertama, pendidik dapat
konseptual pendekatan STEM pada membuat rancangan pembelajaran
masing-masing jenjang pendidikan. Pada dengan mengintegrasikan kompetensi
jenjang pendidikan dini, dasar pada mata pelajaran yang berbeda.
pengimplementasian pendekatan STEM Seperti pada salah satu contoh yang
hanya sebatas memunculkan dan dirancang oleh penulis pada pembelajaran
merangsang rasa keingintahuan peserta IPA kelas delapan materi cahaya dan
didik melalui kegiatan-kegiatan yang sifatnya. Kompetensi dasar pada materi
menunjang proses tersebut. Pada jenjang cahaya ialah 4.12 Menyajikan hasil
sekolah dasar, kegiatan-kegiatan percobaan tentang pembentukan
investigasi dan eksplorasi Selanjutnya, bayangan pada cermin dan lensa. Penulis
pada tingkat pendidikan dasar, peserta mengintegrasikan kompetensi dasar
didik terpapar pada hal-hal mendasar tersebut dengan kompetensi dasar
tentang pengetahuan STEM dan matematika 4.10 menyelesaikan masalah
mengaitkan pengetahuan mereka dengan yang berkaitan dengan hubungan
situasi kehidupan sehari-hari melalui antarsudut sebagai akibat dari dua garis
kegiatan investigasi dan eksplorasi. sejajar yang dipotong oleh garis
Selanjutnya, pada jenjang sekolah transversal. Selain itu, implementasi
menengah pertama, potensi peserta didik pendekatan STEM dapat dilakukan tanpa
digali dengan memberikan pembinaan memadukan kompetensi dasar dari dua
dan pengembangan kemampuan di bidang mata pelajaran melainkan hanya
STEM melalui kegiatan analisa isu lokal mengambil kompetensi dasar dari satu
dan global dalam menyelesaikan masalah. mata pelajaran, selanjutnya dipadukan
Sedangkan pada jenjang pendidikan dengan subjek stem lainnya, kemudian
menengah atas, pendidikan STEM aktifitas pembelajaran dirancang untuk
memfokuskan pada penguatan dan menyasar subjek STEM lainnya. Tabel 1
pengayaan kemampuan di bidang STEM menggambarkan contoh kombinasi
melalui kegiatan memaparkan konsep pengintegrasian kompetensi dasar dengan
STEM pada tingkat yang lebih tinggi sasaran aktifitas yang dapat dilakukan
(KementrianPendidikan Malaysia bagian
Kurikulum, 2016). KESIMPULAN
Berdasarkan analisis kompetensi Pendekatan STEM merupakan
dasar pada kurikulum 2013, subjek IPA pendekatan yang saling mengaitkan dan
(sains) dan Matematika dapat mengintegrasikan subjek STEM guna
diintegrasikan dalam pembelajaran di menciptakan pembelajaran yang berbasis
Indonesia khususnya pada jenjang sekolah permasalahan kehidupan sehari-hari
menengah pertama. Pengintegrasian sehingga dapat melatih peserta didik
pendekatan STEM pada kedua subjek dalam menerapkan ilmu yang dipelajari di
tersebut berpatokan pada kompetensi sekolah dengan fenomena yang terjadi
dasar masing-masing subjek sehingga dalam dunia nyata. Dalam implementasi
dalam satu pembelajaran akan tercapai pendekatan STEM pada jenjang sekolah
dua kompetensi dasar sekaligus. Hal ini menengah pertama dapat dilakukan
dapat mengefisiensi waktu. Selain itu

305
Angin et al. / Seminar Nasional V 2019 Hal. 300-307

melalui penugasan yang memerlukan School of Education Boston


kajian terlebih dahulu pada kompetensi College.
dasar yang hendak dicapai peserta didik Illinois Valley Community College .
sehingga dalam kombinasi integrasi (2011).STEM Activities for
subjek STEM dapat selaras dengan Middle School Student : Special
kurikulum yang berlaku di Indonesia. Focus On Girl.Oglesby: Illinois
Oleh karena itu, pengimplementasian Valley Community College.
pendekatan STEM pada jenjang sekolah Kelley, T.R. &J.Geoff.K.(2016). A
menengah pertama dalam pembelajaran conceptual for integrated STEM
IPA dapat dilakukan di Indonesia dalam education. International Journal
rangka mempersiapkan sumber daya of STEM Education, 3(11):1-11.
manusia yang kompeten dalam Kementerian Pendidikan
menghadapi tantangan abad 21. Malaysia.(2015).Panduan
Pelaksanaan Sains, Teknologi,
DAFTAR PUSTAKA Kejuruteraan dan Matematik
Banks, F. (2009). Technological literacy (STEM) dalam Pengajaran dan
in a developing world context: The Pembelajaran. Malaysia:
case of Bangladesh.In PATT-22: Kementerian Pendidikan
‘Pupils Attitude Towards Technology’ Malaysia Bahagian Pembangunan
Conference, p. 24-38, August Kurikulum.
2009,Delft, The Netherlands. Kementerian Pendidikan dan
Barak, M. (2012). Teaching engineering Kebudayaan .(2017). Panduan
and technology: cognitive, knowledge Penyusunan Rencana Pelaksanaan
and problemsolving taxonomies. Pembelajaran Sekolah Menengah
Journal of Engineering, Design, and Pertama. Direktorat Jenderal
Technology, 11(3), 316–333. Pendidikan Dasar dan Menengah
Breiner, J., Harkness, S., Johnson, C., & dan Direktorat Pembinaan Sekolah
Koehler, C. (2012). What is STEM? A Menengah Pertama.
discussion about conceptions of Khalidi,F. (2017). Sampoerna School
STEM in education and partnerships. System Menjawab
School Science and Mathematics, KelangkaanTenaga Kerja IT.
112(1), 3-11. (https://swa.co.id/swa/capital-
Chen, M. (2001). A potential limitation market/corporate-
of embedded-teaching for formal action/sampoerna-school-system
learning. InJ. menjawab-kelangkaan-tenaga-
Moore & K. Stenning (Eds.). Proceedings kerja).selain).diakses tanggal 5
of the Twenty-Third Annual september 2017
Conference of the Cognitive Mitcham, C. (1994). Thinking through
Science Society. Edinburgh, Technology: The Path between
Scotland: Lawrence Erlbaum Engineering and Philosophy.
Associates,Inc. Chicago: University of Chicago
Daryanto & Karim.S. (2017) Press.
Pembelajaran abad Moore,T.,Stohlmann, M., Wang, H., Tank,
21.Yogyakarta: Gava Media.731 K., Glancy, A., & Roehrig, G. (2014).
Frykholm, J., & Glasson, G. (2005). Implementation and integration of
Connecting science and engineering in K-12 STEM
mathematics instruction: education. In
pedagogical context knowledge S. Purzer, J. Strobel, & M. Cardella
for teachers. School Science and (Eds.).Engineering in Pre-College
Mathematics, 105(3), 127–141. Settings: Synthesizing Research,
Jones, L.R.,Gerald, W.,& Victoria, Policy, and Practices. West
A.S.(2015). TIMSS Science Lafayette: Purdue University Press.
Framework 2015. US: Lynch OECD. (2010).PISA 2009 Results: What
Students Know and Can Do.
StudentPerformance Inreading,

306
Angin et al. / Seminar Nasional V 2019 Hal. 300-307

Mathematics, and Science (Volume


1). Paris: OECD.
OECD. (2015). Education in Indonesia:
Rising to the Challenge. Paris:
OECD Publishing. OECD.(2016).
PISA result in focus 2015.Paris:
OECD Publishing.
Purzer, S., Goldstein, M., Adams, R., Xie,
C., & Nourian, S. (2015). An
exploratory study of informed
engineering design behaviors
associated with scientific
explanations. International
Journal of STEM Education,
2(9), 1–12
Sanders, M. (2009). STEM, STEM
education, STEMmania. The
Technology Teacher, 68(4), 20–
26.
UNESCO.(1998). Higher education in the
twenty-first century vision and
action.Paris:UNESCO.
Wang, H., Moore, T., Roehrig, G., & Park,
M. (2011). STEM integration:
Teacher perceptionsand
practice. Journal of Pre-College
Engineering Education
Research, 1(2), 1-13.
Williams, J. (2011). STEM education:
Proceed with caution. Design
and Technology
Education,16(1), 26-35.

307

Anda mungkin juga menyukai