Anda di halaman 1dari 16

MAKNA DAN TANTANGAN PENERAPAN

PANCASILA

MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK PANCASILA


SESI 20

Oleh :

Kelompok 1
Allissa Putri P (20180101276)
Angelica Viona (20170102128)
Bonifasius Yulian Firmansyah (20180101002)
Tegar Mulya Aji R (20180101268)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2019

1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Pancasila ............................................................................................................. 5
2.2 Makna Pancasila ................................................................................................................... 5
2.3 Tantangan Penerapan Pancasila ......................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 15
3.1. Kesimpulan .......................................................................................................................... 15
3.2. Saran .................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada Era globalisasi dan modernisasi seperti sekarang ini tentu tantangan-tantangan
yang akan dihadapi Bangsa Indonesia akan semakin kompleks dan beragam, mulai dari
tantangan yang muncul dari dalam yaitu semakin rentannya terjadi disintegrasi dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia serta tantangan-tantangan dari luar yaitu arus modern dan
westerisasi yang menggerus budaya serta menjadikan lunturnya nilai-nilai luhur bangsa
serta jati diri nasional.
Seperti halanya tantangan yang dihadapi bangsa di era ini adalah bagaiman
mempertahankan kesatuan dan keutuhan wilayah teritori Negara, yang mana mulai
maraknya gerakan-gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari kesatuan Indonesia
yang nantinya menimbulkan disintegrasi bangsa. Serta ditambah lagi kurangnya komitmen
dan implementasi untuk mengamalkan nilai pancasila yang menjadi pedoman dasar dalam
berbangsa dan bernegara.
Demikian halnya tantangan yang muncul dari dalam juga terdapat tantangan yang
datangnya dari luar, seperti Era globalisai sekarang ini yang membawa budaya barat atau
yang disebut westernisasi berduyun-duyun masuk menggerogoti budaya asli masyarakat
Indonesia yang mana memunculkan perilaku-perilaku yang tidak cinta lagi terhadap
budaya sendiri yaitu budaya asli yang secara turun-temurun telah diwariskan oleh para
leluhur.
Maka dari itu untuk mengatasi tantangan-tantangan dari luar maupun dari dalam perlu
diadakannya pengkajian kembali nilai-nilai yang ada dalam pancasila serta setidaknya ada
dua hal fundamental yang harus dilakukan, Pertama, penanaman kembali kesadaran bangsa
tentang eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa. Penanaman kesadaran tentang
keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa mengandung pemahaman tentang adanya
suatu proses pembangunan kembali kesadaran akan Pancasila sebagai identitas nasional.
Upaya ini memiliki makna strategis manakala realitas menunjukkan bahwa dalam batas-
batas tertentu telah terjadi proses pemudaran kesadaran tentang keberadaan Pancasila
sebagai ideologi bangsa. Salah satu langkah terbaik untuk mendekatkan kembali atau

3
membumikan kembali Pancasila ke tengah rakyat Indonesia tidak lain adalah melalui
pembangunan kesadaran sejarah. Kedua, perlu adanya kekonsistenan dari seluruh elemen
bangsa, khususnya para pemimpin negeri ini untuk menjadikan Pancasila sebagai pedoman
dalam berpikir dan bertindak. Jangan sampai Pancasila ini hanya sekadar wacana di atas
mulut saja yang disampaikan secara berbusa-busa hingga menjadi basi sementara di
lapangan penuh dengan perilaku hipokrit. Dengan demikian, penghayatan dan pengamalan
sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sudah merupakan suatu kesadarn moral
bagi tetap tegaknya Pancasila sebagai ideologi bangsa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penerapan yang dilakukan agar kita dapat memaknai Pancasila?
2. Apa yang menjadi tantangan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila?

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pancasila

Pancasila sebagai dasar Negara yang autentik termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Inti
esensi nilai-nilai pancasila tersebut yaitu, ketuhanan,kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan sosial. Bangsa Indonesia semestinya telah dapat mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Sebagaimana yang dicitacitakaan, tetapi dalam kenyataannya belum
sesuai dengan harapan. Hal tersebut merupakan tantangan bagi generasi muda, khususnya
mahasiswa sebagai kaum intelektual, untuk berpartisipasi berjuang mewujudkan tujuan Negara
bedasarkan pancasila. Agar partisipasi mahasiswa di masa yang akan datang efektif, maka
perlu perluasan dan pendalaman wawasan akademik mengenai dasar Negara melalu mata
kuliah pendidikan pancasila.

Pancasila sebagai ideologi merupakan seperangkat sistem yang diyakini setiap warga Negara
dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa, bernegara. Mahasiswa tentu mengetahui bahwa
setiap sistem keyakinan itu terbentuk melalui suatu proses yang panjang karena ideologi
melibatkan beberapa sumber, seperti : kebudayaan, agama, dan pemikiran para tokoh.

2.2 Makna Pancasila

Pancasila tidak hanya sebagai dasar negara tetapi juga sebagai nilai - nilai yang dapat
dihidupi oleh masyarakat Indonesia.Setiap sila - sila yang terkandung dalam Pancasila,masing
- masing memiliki makna sendiri dan dapat diterapkan di kehidupan sehari - hari sesuai yang
terkandung dalam makna tersebut

1. Nilai Pancasila Ke 1

Pancasila ke -1 adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa” dimana terkandung suatu


nilai religius sebagai berikut :

- Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai suatu pencipta segala
hal dimana sifat – sifat yang sempurna serta suci-Nya seperti Maha Kuasa, Maha
Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Perkasa dan lainnya.
- Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yaitu menjalankan semua perintah-
NYA serta menjauhi larangan – larangannya. Dalam memanfaatkan semua potensi
yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah kita sebagai manusia harus
menyadari, jika setiap benda dan makhluk yang ada di sekeliling manusia ialah

5
amanat Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik – baiknya, harus dirawat supaya
tidak rusak dan harus memperhatikan kepentingan orang lain serta makhluk Tuhan
yang lainnya.

Berikut penerapan sila ke-1 dalam kehidupan sehari – harinya :

a. Percaya serta Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama serta
kepercayaan masing – masing.
b. Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan para
penganut kepercayaan walaupun berbeda-beda.
c. Saling menghormati kebebasan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan
agama serta kepercayaan masing – masing.
d. Jangan memaksakan suatu agama atau kepercayaan terhadap orang lain.
e. Mempunyai sikap toleransi antar umat beragama lain.
f. Tidak bersikap rasis terhadap pemeluk agama yang berbeda kepercayaan.
g. Menyayangi binatang, merawat tumbuh – tumbuhan, serta selalu menjaga
kebersihan dan lainnya.
2. Nilai Pancasila Ke 2

Sila ke 2 adalah “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab” dimana terkandung


nilai – nilai perikemanusiaan yang harus diperhatikan serta diterapkan dalam kehidupan
sehari – hari karena kita adalah makhluk sosial. Pada hal ini adalah sebagai berikut :

- Pengakuan atas suatu harkat dan martabat manusia dengan segala hak serta
kewajiban asasi yang dimiliki tiap orang.
- Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia, mulai dari diri sendiri, alam sekitar
bahkan terhadap Tuhan utamanya.
- Manusia merupakan makhluk beradab ataupun berbudaya yang mempunyai daya
cipta, rasa, karsa serta keyakinan masing – masing yang telah dijelaskan
sebelumnya.

Penerapan pada sila ke 2 dalam kehidupan sehari – hari :

a. Mengadakan atau melaksanakan pengendalian tingkat polusi udara supaya


udara yang dihirup bisa tetap terjaga dan nyaman
b. Menjaga kelestarian tumbuh – tumbuhan yang ada disekitar lingkungan

6
c. Mengadakan gerakan penghijauan dilingkungan tertentu khususnya tempat
tinggal dan lainnya.
d. Mengakui persamaan derajat, hak, serta kewajiban antara sesama manusia.
e. Saling mencintai dan menghormati sesama manusia.
f. Tidak bertindak semena – mena terhadap orang lain.
g. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
h. Berani dalam membela kebenaran serta keadilan.

Nilai-nilai pada sila ke-2 ini mendapat penjabaran didalam Undang-Undang No.
23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam Pasal 5 ayat (1) – (3); Pasal 6 ayat (1 dan 2)
dan Pasal 7 ayat (1 dan 2).

Dan dalam Pasal 5 ayat (1) diberitakan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat; dalam ayat (2) dikatakan, bahwa setiap
orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran
dalam pengelolaan lingkungan hidup;

Dalam ayat (3) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam
rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

3. Nilai Pancasila Ke 3

Didalam sila ke-3 “Persatuan Indonesia” dimana terkandung nilai persatuan


bangsa, artinya dalam hal – hal yang berkaitan dengan persatuan bangsa wajib
diperhatikan aspek – aspek sebagai berikut :

- Persatuan Indonesia merupakan persatuan bangsa dimana seseorang mendiami


wilayah Indonesia serta wajib berpartisipasi membela dan menjunjung tinggi (
patriotisme );
- Pengakuan terhadap kebhinneka tunggal ika an suku bangsa ( etnis ) dan
kebudayaan bangsa lain ( berbeda-beda tetapi satu jiwa ) yang memberikan suatu
arah didalam pembinaan atau pergerakan kesatuan bangsa;
- Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia ( jiwa nasionalisme ).

7
Dibawah ini penerapan pada sila ke-3 dalam kehidupan sehari hari, yaitu :

a. Melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu diperhatikan didalam
pengambilan kebijaksanaan atau pengendalian pembangunan lingkungan di daerah atau
sekitar
b. Mengembangkan tata nilai tradisional melalui pendidikan ataupun latihan serta
penerangan dan penyuluhan yang mendorong manusia untuk melindungi sumber daya
dan lingkungannya.
c. Menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan bangsa atau negara diatas
kepentingan pribadi ataupun golongan.
d. Rela berkorban demi kepentingan bangsa.
e. Cinta tanah air dan bangsa atau negara.
f. Bangga sebagai persatuan bangsa Indonesia dan bertanah air di Indonesia.
g. Memajukan sosialisasi dan kesatuan bangsa yang ber-bhineka tunggal ika.
h. Bangga menggunakan bahasa persatuan dalam kehidupan sehari – hari yaitu bahasa
Indonesia.
4. Nilai Pancasila Ke 4

Dalam sila ke-4 “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan


Dalam Permusyawaratan Perwakilan” dimana terkandung nilai – nilai kerakyatan.

Pada hal ini terdapat beberapa hal yang harus dicermati, yaitu :

- Kedaulatan negara berada di tangan rakyat

Pimpinan kerakyatan merupakan hikmat kebijaksanaan yang dilandasi oleh akal sehat

- Manusia di Indonesia sebagai warga negara serta warga masyarakat memiliki


kedudukan, hak serta kewajiban yang sama;
- Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat dilaksanakan
bersifat kekeluargaan.
- Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan kesadaran akan
tanggung jawab para pengambil keputusan didalam pengelolaan lingkungan hidup
tersebut;
- Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan kesadaran akan
hak serta tanggung jawab masyarakatnya didalam pengelolaan lingkungan hidup
tersebut;

8
- Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan kemitraan
usaha.
- Tidak memaksakan kehendak orang lain
5. Nilai Pancasila Ke 5

Dan yang terakhir sila ke-5 yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia” dimana terkandung nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Pada hal ini
perlu diperhatikan beberapa aspek berikut ini, antara lain :

- Perlakuan yang adil di berbagai bidang kehidupan terutama pada bidang politik,
ekonomi dan sosial budaya
- Perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
- Keseimbangan antara hak dan kewajiban seseorang, serta menghormati hak milik
orang lain
- Cita – cita masyarakat yang adil dan makmur serta merata material spiritual bagi
seluruh rakyat Indonesia
- Cinta akan kemajuan dan pelaksanaan pembangunan demi kemajuan negara.

2.3 Tantangan Penerapan Pancasila

1. Globalisasi merupakan tantangan bagi Pancasila

Globalisasi merupakan intensifikasi hubungan sosial secara mendunia sehingga


menghubungkan antara kejadian yang terjadi dilokasi yang satu dengan yang lainnya
jadi sudah sangat jelas menyebabkan terjadinya perubahan pada keduanya. Jelas itu
merupakan tantangan bagi Pancasila karna kita sedang dihadapkan pada perkembangan
dunia yang sangat cepat dan mendasar serta berpacunya pembangunan bangsa-bangsa.

Contoh bahwa globalisasi merupakan tantangan bagi Pancasila ialah:

a. Banyak perebutan usaha-usaha pengaruh dari berbagai Negara dengan


banyaknya penanaman berupa penyusupan ideologi kepada Negara lain.
b. Kontak budaya tidak terelakkan akibat komunikasi yang semakin lancar dan
terjadilah refitalisasi nilai budaya yang menjadikan munculnya sinkritisme
budaya yang sifatnya transnasional.
c. Pola Komunikasi yang tidak beretika

9
d. Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri
sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai
terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus,
sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam sejak lama dalam hati
sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja Sistem politik yang berkembang saat
ini sangat gandrung dengan faham liberalisme dan semakin menjauh dari sistem
politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan diwujudkan rakyat
dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai
kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan
dengan boleh berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau
mengganggu hak orang lain.

2. Pancasila dan Agama


Sejak dahulu negara ini sudah dibentuk dari perbedaan suku, ras, dan
agama,bahkan dalam sejarah Pancasila mencatat adanya perbedaan kelompok
nasionalis islami dan nasional sekuler untuk menentukan arah pandangan negara
Indonesia. Perdebatan ini kembali muncul pada saat awal reformasi tahun 1998-2002
dimana fraksi PPP dan PBB menginginkan negara Indonesia menjadi negara yang
berdasarkan agama. Meskipun demikian sampai saat ini Pancasila dan UUD 1945 tetap
kokoh sebagai dasar negara Indonesia. Saat ini isu pergantian dasar negara melalui
parlemen tidak lagi didengar namun beberapa gejala tentang adanya keinginan
kelompok masyarakat untuk mengubah dasar negara mulai muncul seperti misalnya
adanya isu negara agama atau ormas yang tidak berdasarkan Pancasila. Menurut
Santoso mencatat bahwa pada umumnya ada tiga macam yang melatarbelakangi
munculnya kelompok ini adalah: pertama, adanya ketidakpuasan akan kinerja
pemerintah selama ini sehingga muncul ide untuk membuat ideologi atau visi dan misi
yang berbeda dengan yang ada sebelumnya. Kedua ketidakpuasan terhadap kondisi
ekonomi, politik, sehingga mereka ingin membuat suatu peraturan sendiri dan mengatur
kehidupannya sendiri, ketiga, pemahaman terhadap keyakinan tertentu dan cenderung
mengarah pada paham berbeda, bahkan separatis sehingga merusak tatanan nilai dan
moral yang ada serta menimbulkan disintegrasi. Mengganti atau mengubah dasar
negara berlandaskan agama, tentu menghadirkan kekuatiran umat beragama lainnya
seperti Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Mereka berharap adanya
10
jaminan perlindungan agar diperlakukan sama dan setara akan hak-haknya sebagai
warga negara. Tidak heran jika kelompok minoritas menolak keberadaan negara
berlandaskan agama karena merasa akan adanya dugaan perlakuan diskriminasi hak.
Dalam kondisi semacam ini, negara yang mengambil peranan penting dalam penegakan
ideologi Pancasila. Namun tidak hanya itu, perbaikan di berbagai sektor harus
dilaksanakan seperti pemerataan ekonomi dan pembangunan inFrastruktur. Pluralitas
ini di satu pihak dapat merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan
bangsa, namun di lain pihak juga merupakan sumber potensial bagi munculnya
berbagai konflik yang mengarah pada disintegrasi bangsa. Potensi disintegrasi bangsa
yang terus mengancam sebenarnya telah terjawab pada nilai-nilai Pancasila yang
memuat pandangan kompleksitas, heterogenitas atau pluralitas yang memang disadari
sejak awal kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan. Pemasalahan yang muncul
sebenarnya ada dua, pertama adanya keinginan untuk mengganti dasar negara karena
ketidakpuasaan terhadap produk hukum yang tidak menyelesaikan persoalan seperti
korupsi, kolosi, dll. Kedua bahwa adanya anggapan bahwa negara memiliki mayoritas
agama terbesar di dunia sehingga terlihat aneh ketika tidak berlandaskan agama.
Persolan ini tidak akan muncul ketika memahami konsep tentang akar nasionalisme
Indonesia yang sejak awal justru didasarkan pada tekad yang menekankan pada
pentingnya citacita bersama. Kesadaran semacam itu jelas terlihat pada semboyan
Bhinneka Tunggal Ika yang menekankan pada pentingnya cita-cita yang sama dan
sekaligus kemajemukan sebagai perekat kebangsaan. Pada prinsipnya etika ini
meneguhkan pentingnya komitmen negara untuk memberi ruang bagi kemajemukan
pada satu pihak dan pada pihak lain tercapainya cita-cita kemakmuran dan keadilan
sebagai wujud dari tujuan nasionalisme Indonesia. Pancasila tidak pernah menggeser
keberadaan konsep mayoritas maupun minoritas, atau konsep perbedaan atau
heterogenitas dan pluralisme tetapi hadir sebagai sebuah konsep ideologi yang dapat
diterima dan untuk kepentingan bersama menuju Indonesia satu sebagaimana tujuan
pada sila ketiga “ Persatuan Indonesia”. Dalam implementasinya Indonesia telah
memberikan hak-hak istimewa kepada beberapa daerah seperti Aceh dan Yogyakarta
serta otonomi daerah bagi kabupaten. Begitu pula dengan adanya pengakuat terhadap
keanekaragaman suku, ras agama, golongan. Kedua bahwa Pancasila dalam sila kelima
telah meletakkan salah satu tujuan terbentuknya negara Indonesia yakni hadir untuk
menciptakan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Artinya Pancasila
menentang keras konsep ketidakadilan yang dirasakan masyarakat, tinggal peran
11
pemerintah sebagai vasilitor dan eksekutor untuk mewujudkan keadilan dan
kemakmuran tersebut.
3. Pancasila dan Politik (Berita Hoax dan Politik Identitas)
Tahun 2019 merupakan tahun politik, tahun dengan metode pemilihan serentak
yakni pemilihan Presiden, calon DPD. DPR, DPRD Tk.1 dan DPRD Tk.2. Peristiwa ini
tentu memakan tenaga, waktu dan pikiran, terlebih dengan banyaknya berita politik
yang mengarah politik identitas yang dapat memecah bangsa. Hal yang serupa juga
terjadi pada saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017 dimana isu agama
sangat kental mewarnai proses politik yang terjadi.6 Dalam pemilihan presiden 2019
diwarnai oleh dua kubu. hinaan, negatif campaing, black campaign, dikotomi
kelompok, isu suku, ras, agama, dll menjadi perbincangan yang mengerikan. Ruang
publik yang semakin luas dengan kemajuan teknologi membuat segala isu tidak lagi
terkontrol hanya untuk mengait simpati masyarakat. Dan yang paling aneh mereka yang
melontarkan isu provokasi bersumber akun-akun palsu di facebook. Tujuan dari berita
Hoax atau berita bohong:
a. Berita Hoax bertujuan untuk melakukan provokasi massa untuk
kepentingan politik tertentu
b. Memecah belah masyarakat dan bangsa untuk tidak percaya pada sistem
politik yang berjalan
b. Membangkitkan isu SARA yang bertujuan mengembangkan opini
c. Membentuk polarisasi pada masyarakat
d. Tujuan ekonomi yang mengarah pada penipuan
e. Penguatan politik identitas. Demokrasi dengan sistem informasi kebablasan
menyebabkan masyarakat bingung untuk membedakan mana informasi benar
dan salah.
Dampak yang lebih luas mengarah pada menciptakan interpretasi buruk dan
menimbulkan disintegrasi di masyarakat. Jika persoalan ini dibiarkan maka masyarakat
akan terarah untuk tidak percaya pada sistem pemilu atau bahkan ketidakpercayaan
pada pemerintah. Tidak di napikan bahwa dapat terjadi kekacauan, anarkisme dan
agitasi. Meskipun dalam Pasal 69 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 telah
menyebutkan dengan jelas larangan dalam kampanye seperti menghasut, memfitnah,
mengadu domba partai politik, perseorangan dan atau kelompok masyarakat. Regulasi
belum menjadikan kelompok pembuat hoax takut dan khawatir, karena setiap informasi
mereka kemas dengan baik seolah tidak terjadi suatu rekayasa informasi. Pemerintah
12
akan lebih rentang untuk mendapat masalah justru oleh berita bohong atau tidak benar.
Pemerintah justru akan kehabisan waktu hanya untuk melakukan verifikasi atas semua
berita tidak benar. Oleh karena itu ada beberapa langkah yang perlu diambil dalam
mengurangi berita hoax :
a. Meningkatkan peran lembaga pendidikan seperti sekolah dan
universitas. Peningkatan pendidikan membentuk masyarakat yang
semakin cerdas dan kritis terhadap pemberitaan tidak benar.
Pengembangan ilmu pengetahuan merupakan senjata utama untuk
generasi muda agar lebih bijak dalam melakukan filterisasi informasi
yang beredar di masyarakat.
b. Literasi informasi untuk mendidik masyarakat agar selektif dan cerdas
dalam menerima maupun menyebarkan informasi.
c. Pembinaan keluarga, suka atau tidak suka pengawasan keluarga
terhadap penggunaan teknologi cukup efektif mengingat pengguna
media sosial lebih banyak pada usia sekolah baik SD maupun perguruan
tinggi
d. Penegakan hukum dan sosialisasi hukum, penegakan hukum terus
digalangkan pemerintah namun memang sulit untuk mengatasi banyak
akun-akun palsu terus bertambah. Di sisi lain perlu regulasi yang
menimbulkan efek jerah.
e. Pembatasan media sosial, hal ini bisa dilakukan pemerintah jika
dianggap perlu. Namun hal terus menuai pro dan contra oleh karena
fungsi media sosial juga mempunyai dampak positif bagi sebagian orang
misal untuk berdagang.

Upaya pencegahan hoax tentu harus dibarengi dengan kesadaran para elit politik
untuk tidak mengambil kesempatan dengan berita yang mungkin saja menguntungkan
kelompoknya atau kubunya. Elit politik berfungsi sebagai aktor berada pada garda
terdepan sebagai pengontrol dan memberikan pendidikan politik pada masyarakat.
Maraknya berita hoax juga tidak terlepas dari penguatan politik identitas. Mengacu
pada sejarah Pancasila, dapat mengambil makna bahwa masalah politik identitas yang
kemudian bermuara pada perubahan dasar negara harusnya tidak lagi jadi perdebatan.
Pancasila merupakan simbol pemersatu bangsa yang sekira terbentuk dari unsur
keTuhanan, budaya dan kultur masyarakat Indonesia. Pancasila hadir untuk menjamin

13
hak-hak setiap manusia di dalamnya diperlakukan sama dan setara yang juga tertuang
dalam UUD 1945. Maka dari itu Pancasila harus mampu menjadi ideologi terbuka
ideologi yang dapat menjawab tantangan masa kini. Tokoh politik, tokoh agama, tokoh
adat, dan tokoh masyarakat harus memandang Pancasila sebagai common interest yang
sekira menjadi alat pemersatu bangsa. Tantangan Pancasila tentu akan terus mengalami
dinamika dari dalam negeri sendiri sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Sekarang
tugas masyarakat dan terlebih khusus pada tenaga pendidik dari tingkat SD hingga
perguruan tinggi termaksud sekolah berbasis agama harus mampu memateraikan
Pancasila dalam akal dan sanubari. Permasalahan yang ditemukan bahwa sekolah
hanyalah menjadikan Pancasila sebagai hafalan tanpa memberikan gambaran makna
dan bagaimana Pancasila di implenmentasikan. Anak sekolah maupun mahasiswa
hanya melihat pendidikan Pancasila sebagai suatu mata pelajaran/kuliah yang pada
akhir hanya kompetisi mencari nilai. Padahal Pancasila punya makna yang lebih luas
dari sekedar nilai mata pelajaran yakni makna pemersatu dan kandungan citacita
negara.

14
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Pancasila merupakan dasar negara yang lahir dari konsensus para Founding Fathers
bangsa ini. Pancasila kemudian dijadikan sebagai dasar negara dan ideologi negara. Namun
Pancasila terus mengalami tantangan dan rorongan dalam berbagai isu, mulai dari adanya
gerakan mengganti dasar negara menjadi dasar negara agama, perkembangan hoax (berita
bohong) hingga mengarah pada politik identitas berbasis agama. Meskipun demikian Pancasila
adalah ideologi pemersatu dimana hak-hak tiap manusia sama di hadapan negara. Nilai-nilai
luhur dari sila-sila Pancasila dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah, yang mewakili
kepribadian bangsa Indonesia. Akan tetapi dewasa ini penerapan atau implementasi nilai-nilai
Pancasila sudah mulai luntur, yang diakibatkan semakin pesatnya arus globalisasi dan
sebagainya. Sebenarnya akan dapa tercipta kehidupan masyarakat Indonesia yang baik apabila
nilai-nilai Pancasila tersebut diamalkan sebgan baik pula. Apabila salah satu sila Pancasila
diterapkan, maka nilai dari sila yang lain akan terlaksana juga karena antar sila yang satu
dengan sila yang lain dalam Pancasila memiliki keterkaitan yang kuat. Pancasila dapat
berfungsi sebagai filter untuk menyaring pengaruh buruk dari luar agar tidak masuk kedalam
masyaraka Indonesia. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah penanaman nilai-nilai
Pancasila sejak dini, bisa melalui keluarga dan masyarakat, ataupun melalui pelajaran PKn dan
kuliah Pendidikan Pancasila.

3.2.Saran
Hendaknya kemauan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila secara baik
ditumbuhkan dalam diri pribadi manusia Indonesia, ditanamkan dalam jiwa pemuda Indonesia,
lalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menjadi insan yang pancasilais.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://rumusrumus.com/nilai-nilai-pancasila/

https://www.kompasiana.com/dionisiusfarrellian/5c00118f6ddcae28480fb204/penerapan-
pancasila-dalam-kehidupan-sehari-hari?page=all

16

Anda mungkin juga menyukai