Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam rangka mendukung operasional pengawasan sumber daya kelautan


dan perikanan, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2004 tentang Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 45 Tahun 2009, bahwa Pemerintah wajib menyediakan sarana
pengawasan. Salah satu bentuk sarana pengawasan dimaksud adalah kapal
pengawas perikanan. Dalam grand design kebutuhan kapal pengawas
perikanan, diketahui jumlah kapal yang diperlukan sekurang-kurangnya
sebanyak 55 unit berbagai ukuran atau Kelas kapal.

Sampai dengan disusunnya buku ini, terdapat 34 kapal pengawas perikanan


berbagai Kelas dan mayoritas sudah berusia di atas 15 tahun, sehingga perlu
peremajaan dengan melakukan pengadaan kapal baru. Berkaitan hal tersebut,
dengan masih kurangnya jumlah kapal pengawas perikanan, maka kegiatan
pengadaan masih akan terus berlangsung. Untuk itu diperlukan pedoman umum
pengadaan Dalam Peraturan Direktur Jenderal Jenderal ini adalah pedoman
yang mengatur standar dan kriteria dalam mengadakan kapal pengawas
perikanan guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang transparan dan
akuntabel.

B. LANDASAN PENYUSUNAN

1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, sebagaimana


telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 6);
3. Peraturan Presiden Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 7/PERMEN-KP/2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 317);
5. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 110 Tahun
2016 Tentang Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal;
6. Peraturan Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan Nomor PER.90/DJ-PSDKP/2014, tentang Klasifikasi dan
Penandaan Kapal Pengawas Perikanan di Lingkungan Direktorat Jenderal
PSDKP.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud disusunnya pedoman ini adalah sebagai pedoman, standar dan


kriteria dalam mengadakan kapal pengawas perikanan yang transparan dan
akuntabel.
2. Tujuan disusunnya pedoman ini adalah tersedianya kapal pengawas
perikanan yang handal untuk mendukung operasi pengawasan sumber daya
kelautan dan perikanan.

D. PENGERTIAN

1. Spesifikasi teknis adalah suatu uraian atau ketentuan-ketentuan yang disusun


secara lengkap dan jelas mengenai suatu barang, metode atau hasil akhir
pekerjaan yang dapat diadakan oleh pihak lain sehingga dapat memenuhi
keinginan pemilik.
2. Kapal Pengawas Perikanan adalah kapal pemerintah yang diberi tanda
tertentu untuk melakukan pengawasan dan penegakan hukum di bidang
kelautan dan perikanan.
3. Mesin Induk (Main Engine) adalah mesin khusus peruntukan di laut (marine
use) yang digunakan sebagai sumber utama tenaga untuk memutar baling-
baling (propeller) untuk menggerakkan kapal.
4. Baling-baling (propeller) adalah sebuah alat yang dimana merubah torsi/daya
putar mesin menjadi daya dorong kapal.
5. Steering gear adalah peralatan yang digunakan untuk menggerakan bilah
kemudi dan tongkat kemudi yang disambungkan dengan sistem hidrolis ke
kemudi kapal di ruang kemudi (wheelhouse).
6. Batang kemudi (rudder stock) adalah batang yang berfungsi untuk
menghubungkan steering gear dengan bilah kemudi
7. Bilah kemudi (rudder blade) adalah bagian dari kapal berbentuk foil berfungsi
untuk mengarahkan kapal.
8. Genset utama (Main Genset) adalah perangkat yang terdiri dari pembangkit
listrik (generator) dengan mesin penggerak peruntukan di laut (marine use)
yang disusun menjadi satu kesatuan untuk menghasilkan tenaga listrik
dengan besaran tertentu dan digunakan sebagai sumber listrik utama di kapal
pada saat berlayar.
9. Genset darurat (Emergency genset) adalah perangkat yang terdiri dari
pembangkit listrik (generator) dengan mesin penggerak peruntukan di laut
(marine use) yang disusun menjadi satu kesatuan untuk menghasilkan tenaga
listrik dengan besaran tertentu dan digunakan sebagai sumber listrik di kapal
pada saat keadaan darurat saja dan diletakkan di luar kamar mesin.
10. Genset labuh (Harbour genset) adalah perangkat yang terdiri dari pembangkit
listrik (generator) dengan mesin penggerak peruntukan di laut (marine use)
yang disusun menjadi satu kesatuan untuk menghasilkan tenaga listrik
dengan besaran tertentu dan digunakan sebagai sumber listrik di kapal pada
saat kapal sandar (mooring).
11. Poros baling-baling (shaft) adalah bagian dari penggerak kapal yang
mentransmisikan putaran dari mesin induk ke baling-baling.
12. Lambung (Hull) adalah badan dari kapal. Lambung kapal menyediakan daya
apung yang mencegah kapal dari tenggelam.
13. Bangunan atas (Superstucture) adalah konstruksi di atas main deck yang
berfungsi untuk penempatan ruangan-ruangan akomodasi dan ruangan
lainnya.
14. Tiang agung adalah tiang utama kapal yang berfungsi untuk penempatan
radar dan sensor peralatan navigasi lainnya yang bertempat di atas ruang
kemudi (wheelhouse).
15. Tahap Desain, tahap ini untuk memperoleh kebutuhan pembangunan berupa
konsep desain dan kegiatan perencanaan detil (detail desain).
16. Tahap Konstruksi adalah tahap pembangunan fisik/konstruksi dengan
mengacu pada Detail Desain yang telah dibuat serta, jadwal waktu yang telah
disusun (kurva S).
17. Resistance test adalah pengujian model kapal yang dilaksanakan di towing
tank yang berguna untuk mengetahui tahanan total dan performa dari
lambung kapak.
18. Seakeeping – manouvering test adalah model kapal yang dilaksanakan di
towing tank yang berguna untuk mengetahui performa kapal pada saat
melakukan manuver dan kemampuan kapal pada saat berlayar pada sea
state yang ditentukan/kelaik lautan.
19. Propulsion test adalah pengujian terhadap propeller yang berfungsi untuk
mengetahui performa optimum dari model tersebut.
20. Pre Construction Meeting adalah pertemuan yang diselanggarakan oleh Commented [kgk1]: Juklak pre constr meeting kemenpu

pemilik pekerjaan yang dihadiri unsur-unsur yang terkait dengan pelaksanaan


kegiatan untuk menyatukan pengertian terhadap seluruh dokumen kontrak
dan membuat kesepakatan terhadap hal-hal penting yang belum terdapat
dalam dokumen kontrak maupun kemungkinan-kemungkinan kendala yang
akan terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan.
21. Workshop dan Docking Yard adalah tempat yang berada di darat maupun di
perairan, digunakan untuk melakukan proses pembangunan kapal ataupun
proses perbaikan dan perawatan kapal.
22. Konsultan Pengawas adalah pihak ketiga bisa berupa badan usaha atau
perorangan yang ditunjuk oleh pemilik pekerjaan untuk melakukan
pengawasan pekerjaan pembangunan.
23. Klasfikasi kapal adalah aktifitas yang bertujuan untuk mengkatagorikan kapal
ke dalam suatu kelas-kelas tertentu.
24. Badan klasfikasi kapal adalah badan Hukum dalam bidang jasa yang
berusaha untuk mengkatagorikan kapal dalam kelas, baik yang sedang
dibangun, sudah dibangun atau yang sedang beroperasi dalam hal yang
berkaitan dengan konstruksi badan kapal, mesin kapal, termasuk mesin bantu
(genset).
25. Pemilik pekerjaan orang atau badan yang memiliki proyek dan memberikan
pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa
dan membayar biaya pekerjaan tersebut.
26. Marine inspector adalah pejabat pemeriksa keselamatan kapal dengan
kualifikasi Asisten Marine Inspector yang telah dikukuhkan oleh Direktur
Jenderal yang berhak menerbitkan sertipikat.

E. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pedoman ini meliputi :


1. Perencanaan; Commented [kgk2]: Di dalamnya terdapat HPS

2. Pelaksanaan Pembangunan
3. Pengawasan Pembangunan;
4. Pemeriksaan Hasil Pembangunan; dan
5. Pengujian.

F. KLASIFIKASI KAPAL PENGAWAS PERIKANAN


1. Kelas A adalah Kapal pengawas perikanan Perikanan dengan ukuran
panjang lebih dari 50 (lima puluh) meter;
2. Kelas B adalah Kapal pengawas perikanan Perikanan dengan ukuran
panjang lebih dari 40 (empat puluh) meter sampai dengan 50 (lima puluh)
meter;
3. Kelas C adalah Kapal pengawas perikanan Perikanan dengan ukuran
panjang lebih dari 30 (tiga puluh) meter sampai dengan 40 (empat puluh)
meter;
4. Kelas D adalah Kapal pengawas perikanan Perikanan dengan ukuran
panjang lebih dari 20 (dua puluh) meter sampai dengan 30 (tiga puluh) meter;
5. Kelas E adalah Kapal pengawas perikanan Perikanan dengan ukuran
panjang lebih dari 15 (lima belas) meter sampai dengan 20 (dua puluh)
meter; dan
6. Kelas F adalah Kapal pengawas perikanan Perikanan dengan jenis
speedboat berukuran panjang lebih dari atau sama dengan 6 (enam) meter
sampai dengan 16 (enam belas) meter.
BAB II
PEMBAHASAN

A. UMUM

Untuk melaksanakan pengadaan kapal pengawas, terdapat tahapan-


tahapan yaitu perencanaan,

B. PERENCANAAN

Perencanaan pengadaan kapal pengawas perikanan terdiri dari:


1. Penyusunan Kebutuhan Pemilik (Owner Requierement)
Kebutuhan pemilik (Owner Requierement - OR) disusun oleh tim teknis yang
ditunjuk oleh Menteri Kelautan dan Perikanan atau Direktur Jenderal
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Penyusunan OR
mengacu pada daerah operasi dan pola operasi yaitu patroli atau pengejaran
(intercept). OR yang telah disusun ditindaklanjuti dengan penyusunan detail
engineering design (DED).
2. Penyusunan detail engineering design (DED)
Penyusunan DED dilaksanakan oleh Perencana Desain yang dipilih melalui
proses pengadaan barang dan jasa sesuai Peraturan Perundangan. Saat
mengerjakan DED, Perencana Desain harus berdiskusi dengan pemilik
pekerjaan serta menerima saran dan memberi saran pada pemilik pekerjaan.
Penyusunan DED sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Desain kapal
Desain kapal sekurang-kurangnya menghasilkan :
1) Basic Design
a) General arrangement;
b) Lines plan and offset table;
c) Hydrostatic curve and table;
d) Damage stability report;
e) Speed power prediction;
f) Capacity plan;
g) Freeboard calculation;
h) Tonnage measurement;
i) Deadweight calculation;
j) Scantling calculation.
2) Numerical Model Test
a) Speed-power prediction;
b) Sea keeping analysis;
c) Maneuvering simulations according to IMO resolution A.751.
3) Hull Construction
a) Mid ship section;
b) Construction profile and deck plans;
c) Shell expansion;
d) Main frame construction (per frame section);
e) Engine room including engine foundation;
f) Welding detail and procedure (weld table);
g) Accommodation construction;
h) Wheel house construction;
i) Bulwark construction;
j) Mast construction.
4) Hull Outfitting & Deck Machinery:
a) Safety plan (fire plan, structural fire plan, escape plan, safety
equipment);
b) Arrangement of steering gear;
c) Arrangement of manhole, hatch and bollard;
d) Hydraulic diagram of steering gear;
e) Rudder stock and detail;
f) Rudder blade construction;
g) Mooring arrangement;
h) Arrangement and detail of steel door;
i) Calculation of anode;
j) Calculation of equipment Number;
k) Calculation of CO2 room;
5) Machinery Outfitting, Shafting & Propeller, Piping Diagram:
a) Propeller drawing;
b) Shafting arrangement and detail;
c) Engine room arrangement;
d) Air conditioning and ventilation system;
e) Fire, GS and deck wash system;
f) Bilge, OWS and sludge system;
g) Sea water cooling system;
h) Exhaust gas system;
i) compressed air system;
j) Lubricating oil system;
k) Fuel oil system;
l) Ballast system;
m) Scupper system;
n) Sea and fresh water sanitary system;
o) Sewage system;
p) Sounding, filling and air pipe system;
q) Provision store system;
r) List of spare part and tool for machinery part (disediakan oleh
engine maker).
6) Electric & Electronic Outfitting:
a) Electric power balance;
b) One line diagram of electric system;
c) Arrangement of electric equipment;
d) Arrangement of nav-com equipment;
e) Arrangement electronic equipment in wheel house.
7) 3D Modelling Exterior:
a) Arrangement of insulation plan (jadi satu dengan safety plan);
b) 3D design drawing exterior.

b. Spesifikasi teknis
Spesifikasi teknis sekurang kurangnya memuat:
1) ukuran utama kapal;
2) desain lambung dan konstruksi;
3) material;
4) pembagian ruangan;
5) permesinan dan sistem propulsi;
6) kelistrikan; dan
7) perlengkapan kapal.

c. Enginering estimate
Enginering estimate (EE) disusun Perencana Desain untuk menentukan
perkiraan harga kapal. EE wajib dilengkapi dengan data dukung analisis
kebutuhan material dan harga satuan. Penentuan perkiraan harga kapal
sekurang-kurangnya terdiri dari :
1) Material bangunan kapal;
2) perlengkapan akomodasi;
3) permesinan dan kelistrikan;
4) peralatan navigasi dan komunikasi;
5) peralatan keselamatan;
6) peralatan tambat labuh;
7) tenaga kerja
8) sertifikasi dan survey;
9) pengujian laboratorium;
10) asuransi pembangunan;
11) familiarisasi;
12) inclining test;
13) commisioning;
14) sea trial;
15) pengurusan dokumen kapal.

d. Analisis waktu pekerjaan


Analisis waktu pekerjaan merupakan perhitungan waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pengadaan kapal. Analisis waktu pekerjaan
dituangkan dalam bentuk diagram batang dan kurva S.

e. Kebutuhan peralatan dan perlengkapan pekerjaan


Kebutuhan peralatan dan perlengkapan pekerjaan digunakan sesuai
dangan kapal yang akan dibangun.

3. Pengujian model kapal


Desain kapal yang sudah dibuat selanjutnya dilakukan pengujian dengan
dibuatkan model kapal. Pengujian dilakukan di laboratorium dengan macam
pengujian antara lain 1) resistance, 2) sea keeping-manoeuvering dan 3)
propulsion. Pengujian model kapal digunakan untuk mengetahui kapal yang
akan dibuat apakah sesuai dengan yang diharapkan.

C. PENGADAAN KAPAL
Pengadaan kapal pengawas perikanan dilakukan setelah tahap perencanaan
selesai. Desain kapal dapat dijadikan bahan atau data tambahan dokumen lelang
pengadaan sesuai peraturan yang berlaku. Pengadaan dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa berdasarkan kontrak dan diawasi oleh konsultan pengawas yang
dipilih melalui proses pengadaan barang dan jasa sesuai Peraturan Perundang-
undangan.

D. PENGAWASAN PENGADAAN
Pengawasan pengadaan kapal pengawas perikanan dapat mengikutsertakan tim
teknis dan/atau surveyor class yang ditunjuk oleh badan klasifikasi kapal.
Keikutsertaan tim teknis dilaksanakan dalam hal memastikan kesesuaian
kebutuhan pemilik (Owner Requirement). Sedangkan keikutsertaan surveyor
class dilaksanakan dalam hal bilamana kapal pengawas perikanan didaftarkan
dalam klas kapal.

E. PELAKSANAAN PENGADAAN
Tahapan pelaksanaan pembangunan kapal pengawas perikanan terdiri dari:
1. pre-contruction meeting
Pre-contruction meeting dilakukan sebelum pelaksanaan pembangunan kapal
pengawas perikanan dimulai untuk memberikan penjelasan kepada penyedia
jasa secara detail. Dihadiri oleh Pemilik Pekerjaan, Tim Teknis, Perencana
Desain, Konsultan Pengawas dan Penyedia Jasa. Hasil pre-contruction
meeting dituangkan dalam Berita Acara.
2. pengadaan
Tahap pengadaan terdiri dari :
a. Keel Laying
Keel laying merupakan proses seremonial pembangunan kapal dengan
meletakkan lunas kapal yang menjadi awal penentuan usia kapal.
Pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam berita acara dan dilengkapi
dokumentasi pada masing-masing kegiatan
b. Fabrikasi
Fabrikasi merupakan proses identifikasi material, marking, cutting, forming
raw material hingga menjadi part-part kapal sesuai dengan gambar kerja.
c. Sub Assembly/ Assembly
Sub Assembly/ Assembly merupakan merupakan proses penggabungan
komponen-komponen dari bengkel fabrikasi menjadi blok-blok kecil
hingga menjadi sebuah blok.
d. Erection
Erection merupakan proses penggabungan antar block structure sampai
menjadi bentuk badan kapal. Selama berlangsung kegiatan disaksikan
oleh konsultan pengawas, perwakilan dari pabrikan peralatan dan/atau
surveyor class. Keikutsertaan surveyor class dilaksanakan dalam hal bila
mana kapal pengawas perikanan didaftarkan dalam klas kapal.
e. Outfitting
Out Fitting merupakan proses pemasangan perlengakapan kapal.
f. Painting
Painting merupakan proses pengecatan lambung kapal baik bagian
bawah air dan atas air serta bangunan atas. Painting harus sesuai
prosedur dari pabrikan cat dan diawasi oleh painting advisor dari pabrikan
cat.
g. Testing
Testing merupakan proses pengujian terhadap lambung kapal dan semua
peralatan. Dilaksanakan oleh penyedia jasa pembangunan kapal dan
disaksikan oleh konsultan pengawas, perwakilan dari pabrikan peralatan
dan/atau surveyor class. Keikutsertaan surveyor class dilaksanakan
dalam hal bila mana kapal pengawas perikanan didaftarkan dalam klas
kapal.
h. Launching
Launching merupakan proses penurunan kapal dari landasan peluncuran
ke dalam air. dilakukan setelah proses pembangunan kapal paling sedikit:
1) Lambung kapal dan bangunan atas kapal telah terpasang;
2) Permesinan kapal telah terpasang;
3) Kelistrikan kapal telah terpasang;
4) Sistem perpipaan telah terpasang;
5) Poros dan propeller telah terpasang;
6) Telah lulus uji kebocoran;
Uji kebocoran dilakukan terhadap tangka-tangki, sistem perpipaan,
jendela, pintu, dan lambung kapal oleh penyedia jasa pembangunan
kapal dan disaksikan oleh konsultan pengawas dan/atau surveyor
class. Keikutsertaan surveyor class dilaksanakan dalam hal bila mana
kapal pengawas perikanan didaftarkan dalam klas kapal.
7) Telah dilakaukan pengecatan.
i. inclining test
Inclining test dilaksanakan terhadap kapal pengawas perikanan yang telah
di-launching untuk mengetahui secara cermat berat dan titik berat kapal
kosong. Dilaksanakan oleh penyedia jasa pembangunan kapal dan
disaksikan oleh konsultan pengawas dan/atau surveyor class.
Keikutsertaan surveyor class dilaksanakan dalam hal bila mana kapal
pengawas perikanan didaftarkan dalam klas kapal.
j. commissioning;
Commissioning merupakan serangkaian kegiatan pemeriksaan dan
pengujian instalasi peralatan yang terpasang pada kapal. Dilakukan
dengan tujuan untuk memastikan seluruh fungsi operasional kapal telah
berfungsi dengan baik. Commissioning dilakukan antara lain terhadap:
1) Permesinan kapal;
2) Kelistrikan kapal;
3) Sistem perpipaan;
4) Peralatan navigasi dan komunikasi; dan
5) Sistem alarm.
k. familiarisasi;
Familiarisasi merupakan pengenalan terhadap kondisi kapal dan pelatihan
pengoperasian kapal beserta seluruh peralatannya yang diikuti oleh awak
kapal pengawas yang akan ditugaskan pada kapal tersebut.
l. sea trial.
Sea trial merupakan pengujian kapal baru untuk mengetahui performa
keseluruhan kapal. Dilaksanakan oleh penyedia jasa pembangunan kapal
dan diikuti oleh konsultan pengawas, pemilik pekerjaan, marine inspector,
lembaga negara terkait perkapalan, perwakilan dari pabrikan peralatan
dan/atau surveyor class. Keikutsertaan surveyor class dilaksanakan
dalam hal bila mana kapal pengawas perikanan didaftarkan dalam klas
kapal.

Dalam hal hasil sea trial menunjukan bahwa performa keseluruhan kapal
belum sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam
OR/DED/spesifikasi teknis, maka penyedia jasa pembangunan kapal
wajib melakukan penyempurnaan dan melaksanakan sea trial ulang. Sea
trial dinyatakan cukup apabila performa keseluruhan kapal telah sesuai
dengan spesifikasi teknis.

Pelaksanaan launching, Inclining test, commissioning, familiarisasi dan sea trial


dilaksanakan dengan mengacu pada peraturan Badan Klasifikasi Kapal dan
dituangkan dalam berita acara serta dilengkapi dokumentasi pada masing-
masing kegiatan.

F. PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN


Pemeriksaan Hasil Pekerjaan dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk pemilik
pekerjaan. Pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan Peraturan perundang-
undangan yang mengatur Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

G. PELAPORAN DAN DOKUMENTASI


1. Pelaporan
Laporan yang harus dibuat oleh Konsultan Pengawas ditujukan kepada
pemilik pekerjaan terdiri dari:
a. Laporan mingguan;
Laporan mingguan pekerjaan berisi laporan kegiatan pengerjaan oleh
pelaksana pekerjaan yang berisi uraian pekerjaan, dokumentasi,
kemajuan pekerjaan dan analisis serta saran jika terjadi permasalahan
serta laporan hasil uji. Laporan mingguan disampaikan secara tertulis atau
melalui surel (email).
b. Laporan bulanan;
Laporan bulanan adalah laporan kegiatan pengerjaan oleh pelaksana
pekerjaan yang berisi uraian pekerjaan, dokumentasi, kemajuan
pekerjaan dan analisis serta saran jika terjadi serta laporan hasil uji
permasalahan. Laporan bulanan harus dicetak dan dikirimkan kepada
pemilik pekerjaan tiap bulannya.
c. Laporan Akhir.

Penyusunan laporan dilengkapi dengan:


a. Invetarisasi gambar, bukti pembayaran pembelian material dan peralatan
yang dilakukan oleh pelaksana pekerjaan dan laporan survey dari klas jika
menggunakan klas.
b. Laporan kemajuan pekerjaan yang disertai dengan bukti-bukti dan
dokumentasi terkait kemajuan pekerjaan
c. Laporan invetarisasi perlangkapan dan peralatan yang telah terpasang
maupun yang belum terpasang;
d. laporan temuan jika terjadi deviasi dari kemajuan pekerjaan maupun mutu
dari pekerjaan disertai dengan saran untuk pemilik pekerjaan;
e. laporan pengujian;
f. dokumentasi foto semua kegiatan pembangunan kapal.

2. Dokumen Kapal
Pada akhir pekerjaan, penyedia pembangunan kapal harus menyerahkan
dokumen penyelesaian pekerjaan yang sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. gambar-gambar terkait dengan kapal yang dibangun
b. Sertifikat Pembangunan Kapal (Builder Certificate)
c. Sertifikat klas sementara dan permanen (jika kapal klas)
Sertifikat klas diadakan jika dalam hal kapal pengawas perikanan
didaftarkan dalam klas kapal.
d. Surat ukur kapal permanen (Undang Undang No.17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran)
e. Tanda panggilan kapal (Call Sign)
f. Rekomendasi Ijin Stasiun Radio Kapal Laut
g. Ijin Stasiun radio kapal laut
h. IMO Number
i. Compass Adjustment
j. Surat Kebangsaan( Model E )
k. Sertifikat Keselamatan Radio Kapal Barang ( GMDSS)
l. Sertifikat Kesempurnaan dan Garis Muat sementara ( SOLAS )
m. Sertifikat Keselamatan Konstruksi Kapal Kapal Barang Sementara
(SOLAS)
n. Sertifikat Keselamatan Perlengkapan Kapal Barang Sementara (SOLAS)
o. Sertifikat Internasional Pencegahan pencemaran oleh Minyak
p. Deratting Exemption Certificate
1) Buku Kesehatan
2) Port Heal Clearance
3) Certificate of Medicines Medical Store and Appliances
4) Ship sanitary Certificate
q. Sertifkat Life Raft
r. Sertifikat Pemadam
s. Sertifikat CO2 System
t. Surat Ijin Berlayar
u. Laporan pemeriksaan Kapal
1) Buku laporan pemeriksaan Konstruksi dan perlengkapan Kapal
Barang (Solas)
2) Buku laporan pemeriksaan Marpol
3) Buku Laporan Pemeriksaan Peralatan Radio ( GMDSS )
v. Buku Kapal
1) Buku Catatan Minyak
2) Buku Pencegahan
3) Buku Catatan harian Mesin
4) Buku Catatan harian Deck
5) Buku Jurnal harian Radio GMDSS
w. Gross Akte kapal
x. Sertifikat Keselamatan (Undang Undang No.17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran)
y. Pas kapal

Khusus untuk dokumen penyelesaian pekerjaan bagi kapal Kelas F terdiri


dari:
a. gambar-gambar terkait dengan kapal yang dibangun
b. Sertifikat Pembangunan Kapal (Builder Certificate)
BAB III
PENUTUP

Demikian pedoman ini dibuat untuk dapat digunakan dalam rangka pengadaan kapal
pengawas perikanan.

Anda mungkin juga menyukai