Anda di halaman 1dari 13

TUGAS IKH

MENGGUNAKAN KRITERIA UNTUK PERLINDUNGAN

TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

Rusa Bawean (Axis kuhlii)

Oleh :

1. Alfajri Suryo A.
2. Anggi Fajri Yohana
3. Arum Budi Utami
4. Dio Dewanata
5. Firman Nuralam S.
6. Rizky Ovanda D.S.

SMK Kehutanan Negeri Kadipaten


2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Rusa Bawean (Axis kuhli) merupakan spesies asli (endemik) Pulau Bawean,
Jawa Timur. Habitatnya tersebar di pulau seluas 180 kilometer persegi itu. Di
antara hewan jenis rusa atau menjangan lainnya, rusa bawean tergolong bertubuh
kecil.

Ukuran tubuh yang mungil itu menjadikan rusa bawean lincah dan dikenal
sebagai pelari ulung terutama saat hewan itu akan disergap mangsa. Selain tubuh
yang mungil, ada ciri fisik khas lainnya yang melekat pada rusa bawean, yakni
memiliki ekor dengan panjang berkisar 20 sentimeter yang berwarna cokelat dan
keputihan pada bagian lipatan dalam. Ciri khas lainnya ialah bulu tubuh
didominasi warna cokelat pendek kecuali bagian leher dan sekitar mata berwarna
putih terang. Warna bulu di sekitar mulut lebih terang dibandingkan dengan muka.
Bulu pada rusa bawean yang masih kanak-kanak berbeda dengan rusa dewasa.
Anak rusa bawean memiliki bulu yang bertotol-totol, namun seiring
bertambahnya umur “noktah” itu akan hilang dengan sendirinya.

Posisi tubuh rusa bawean terkesan menunduk seperti kijang. Penyebabnya,


bahu bagian depan rusa bawean lebih rendah dibandingkan dengan bahu bagian
belakang. Sebagaimana golongan rusa, ranggah atau tanduk pada rusa bawean
hanya dimiliki oleh rusa jantan. Ranggah itu tumbuh saat rusa berusia delapan
bulan.

Pada awalnya, ranggah berupa tonjolan yang berada di samping dahi lalu
tumbuh memanjang lengkap bercabang tiga pada usia 20 sampai 30 bulan.
Ranggah rusa tidak langsung menjadi tanduk tetap tetapi sebelumnya mengalami
proses patah tanggal untuk digantikan dengan tanduk baru. Ketika rusa bawean
menginjak umur tujuh tahun, ranggah yang tadinya masih dalam proses pergantian
kemudian akan menetap dan tidak lagi patah tanggal.
Jenis rusa ini termasuk langka dan telah di klasifikasikan oleh IUCN sebagai
salah satu spesies terancam punah. Tak banyak diperkirakan jumlah populasinya
hanya kisaran 300 ekor yang ada di alam bebas. Hidupnya biasa membentuk
kelompok kecil yang mana terdiri dari Rusa Betina dan anaknya ataupun Jantan
yang ikut dengan betina untuk kawin. Rusa Bawean termasuk salah satu hewan
nokturnal, dimana mereka aktif untuk mencari makan pada malam hari.Rusa
Bawean merupakan kategori yang kritis atau mengalami resiko kepunahan yang
sangat tinggi maka dari itu populasi Rusa Bawean harus dilestarikan kembali
supaya tidak mengurangi keanekaragaman hayati di Indonesia.

B. Tujuan

1. Rusa Bawean untuk melengkapi keanekaragaman hayati di Indonesia.


2. Mencegah kepunahan Rusa Bawean.
3. Habitatnya tidak rusak maupun dirusak.
4. Mengenal species dengan tujuan perlindungan.
II. HASIL IDENTIFIKASI LITERATUR

A. Ciri Morfologi

Morfologi Rusa Bawean (Axis Kuhlii) sebagai berikut :

1. Tinggi badan 60 – 70 cm
2. Panjang badan 105 – 115 cm
3. Berat badan ± 50 Kg
4. Panjang ekor berkisar 20 cm berwarna coklat dan keputihan dilipatan
bagian dalamnya.
5. Ciri istimewa lainnya adalah adanya gigi taring pada rahang bawahnya.
6. Bulunya berwarna coklat pendek, kecuali pada bagian leher.
7. Sekitar mata berwarna putih terang
8. Di sekitar mulut berwarna sedikit terang disbanding muka yang
dipisahkan oleh garis kehitaman
9. Bahu depan lebih rendah dari pada bagian belakang sehingga terkesan
merunduk seperti kijang
10. Pada anak rusa sering terdapat totol-totol yang ada dalam waktu singkat
dan setelahitu menghilang.
11. Rusa jantan memiliki tanduk yang bercabang tiga dan tumbuh mencapai
25 hingga 47cm. Tanduk tersebut berfungsi untuk memenangkan betina
pada waktu musim kawin.
12. Rusa Bawean mempunyai masa kehamilan antara 225-230 hari dan
melahirkan satu anak tunggal (jarang terjadi kelahiran kembar).
Kebanyakan kelahiran terjadi antara bulan Februari hingga Juni.

B. Populasi
Sejak pertama kali rusa Bawean ditemukan oleh para peneliti, tidak pernah
dilaporkan secara rinci keadaan populasi di habitat aslinya. Catatan tertua yang
membahas secara selintas tentang keadaan populasi rusa Bawean ini adalah dari
hasil publikasi tahun 1953. Dilaporakan bahwa ketika tahun 1928 dilakukan
exspedisi penelitian tentang rusa ini dihabitat aslinya, para peneliti tidak dapat
menemukan sekor rusapun di lapangan, terkecuali beberapa ranggah yang telah
luluh yang dibawa oleh masyarakat setempat. Hal ini setidaknya menggambarkan
keadaan populasi rusa yang memang mungkin rendah, disamping kemungkinan
karena perilakunya yang lebih menyukai daerah bersemak dan bersembunyi.
Namun hal ini (komunikasi peribadi) menyatakan bahwa semasa jaman kakeknya
(era 1040an) dan dirinya (era 1960an) para pemburu lokal dalam setiap aktifitas
perburuannya selalu berhasil untuk mendapatkan seekor rusa untuk setiap
pemburu. Dalam suatu kelompok pemburu adalah antara satu hingga tiga orang.
Sistem penangkapan adalah dengan cara pemasangan jerat leher atau lubang
perangkap
Walau tidak pernah dikemukakan keadaan populasi rusa yang ada dimasa
lampau. Bahwa kelestarian rusa Bawean mulai terusik sekitar tahun 1948, ketika
terjadi kelaparan. Rakyat yang biasanya berlayar dan memancing dilaut , dengan
aktifitas berburu dan berladang sebagai kegiatan sambilan. Akhirnya mengubah
sikap hidupnya menjadi pemburu guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu
diduga bahwa gangguan terberat pada habitat rusa Bawean sebenarnya mulai
terjadi sekitar tahun 1934 karena proses deforestrasi dengan penanaman pohon jati
(Tectona garandis), yang kemudian disusul dengan penurunan populasi.
Gangguan terhadap habitat asli ini terulang kembali sekitar tahun 1960 an ketika
terjadi penebangan pohon hutan, yang tersisa untuk ditanami pohon jati. Satu-
satunya survey yang paling intensif yang pernah dilakukan guna untuk
mengetahui keadaan populasi rusa Bawean adalah survey yang dilakukan dari
bulan September 1977 sampai Mei 1979. Dari laporan tersebut dilaporkan bahwa
populasi rusa Bawean pada saat itu berkisar antara 200-400 ekor. Dari hasil
survey tersebut pula pada akhirnya beberapa daerah di Pulau Bawean dijadikan
kawasan lindung catatan resmi dalam IUCN saat ini masih menggunakan data
tahun 1979 yang menyatakan bahwa dihabitat aslinya jumlah rusa Bawean
diperkirakan mencapai 400 ekor dan dalam penangkaran berjumlah 102 ekor yang
berada dikebun binatang Surabaya dan Singapura. Penurunan populasi di alam
bebas yang terjadi sejak dahulu hingga sekarang adalah sebagi akibat penurunan
habitat, perburuan dan anjing liar.

C. Habitat
Habitat merupakan tempat hidup populasi satwa liar untuk dapat
berkembang baik dengan optimal (Djuwantoko, 1986). Habitat yang ideal bagi
satwa adalah yang mencakup kebutukan biologis dan ekolologis satwa yang
bersangkutan. Artinya habitat satwa dapat memenuhi kebutuhan biologis satwa (
makan, minum, berlindung ,bermain, berkembang biak ) dan dapat memenuhi
kebutuhan ekologis dalam ekosistem.
Pulau Bawean sebagi habitat asli dari rusa Bawean, terletak 150 km
sebelah utara Surabaya, dikawasan Laut Jawa. Luas total Pulau Bawean sekitar
190 km² dengan daerah yang bergunung (400-646 m dpl) berada di sekitar barat
dan tengah pulau. Musim kemarau berlangsung mulai bulan Agustus hingga
November dan dilanjutkan dengan musim penghujan dengan disertai angin Berat
yang kencang pada awal musim penghujan.
Bentangan pegunungan yang ada mempunyai kelerengan antara 5%-75%,
namun sejak tahun 1934 banyak areal pegunungan yang vegetasinya berganti
dengan pohon jati. Daerah inilah yang menjadi sisa habitat asli rusa Bawean.

D. Persebaran Satwa
Rusa Bawean, yang merupakan satu diantara 4 jenis (spesies) Rusa
yang dimiliki Indonesia ini termasuk satwa endemic, yakni asli dari daerah
Bawean, Gresik Jawa Timur. Persebarannya sekitar daerah tropis.

E. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Upaordo : Ruminantia
Famili : Cervidae
Upafamili : Cervinae
Genus : Axis
Spesies : A. kuhlii

F. Fisiologi
Diyakini bahwa rusa Bawean tidak memiliki masa musim kawin yang
tetap. Dari hasil penelitian masa kelahiran anak rusa Bawean adalah di bulan
Februari hinnga Juni, dengan masa perkawianan antara bulan Juli hingga
November.
G. Perilaku Kawin
Musim kawin terjadi di bukan Juli sampai November, pada saat musim
kemarau sedang berlangsung. Masa bunting 7-8 bulan dan diharapkan anak rusa
akan lahir dimusim hujan yaitu sekitar Feburuari sampai Juni. Pada saat ini
tumbuh-tumbuhan bertunas sehingga akan tersedia cukup makanan bagi anak dan
induk yang melahirkan.
Untuk memperebutkan betina didahului dengan perkelahian diantara
pejantan-pejatan. Bekas gosokan tanduk pada batang-batang pohon merupakan
petunjuk bagi rusa betina akan adanya sang jantan. Sedangkan rusa betina sendiri
mengeluarkan cairan dari celah-celah jarinya dengan mengandalkan
penciumannya.

H. Perilaku Harian Di Hutan


Kegiatan hidup rusa Bawean terutama berlangsung pada malam hari
(nocturnal). Rusa Bawean aktif berkelana mulai pukul 17.00 sampai pukul 21.00
dan mulai menurunkan aktifitasnya pada pukul 02.00 dini hari sampai pukul 05.00
pagi. Pada siang hari rusa Bawean biasanya menghabiskan waktu untuk
beristirahat.
I. Jenis-Jenis Makanan Rusa Bawean Di Penangkaran Batu Gebang

Nama lokal :

1. Daun Anjhujhu
2. Tale Caceng
3. Daun Gundang
4. Daun Nangka
5. Daun Kenyang-kenyang
6. Daun Gheddhung
7. Rumput Gajah
8. Rumput Ladang
9. Tale Atta
10. Daun ampelas
11. Daun lambese
12. Daun andudur
13. Daun pelle
14. Daun ampere
15. Rumput lending-ledingan
16. Daun kangkung tajhin
17. Rumput lapeddhung
18. Daun kacang
19. Buah nangka
20. Buah gheddheng
21. Buah pellem dan masih banyak jenis daun,rumput, dan buah-buahan
lainnya.
III. ANCAMAN DAN PERLINDUNGAN

A. Ancaman
1. Ancaman terbesar tentu datang dari perburuan yang marak. Biasanya rusa
bawean diambil tanduk, kulit serta dagingnya untuk keperluan komersial.
2. Hewan ini persebarannya terbatas (endemik).

B. Perlindungan
1. Kategori CITES
Spesies Rusa Bawean ini juga terdaftar pada CITES sebagai appendix I.
2. Kategori IUCN
Oleh IUCN Redlist, Rusa Bawean, yang merupakan satu diantara 4 jenis
(spesies) Rusa yang dimiliki Indonesia ini, dikategorikan dalam “Kritis”
(CR; Critiscally Endangered) atau “sangat terancam kepunahan”.
3. Peraturan Perundangan
Rusa Bawean (Axis kuhli) termasuk satwa liar yang dilindungi undang-
undang, sebagaimana tertuang dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999, dan
ada kententuan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 bahwa:
a. Barangsiapa dengan Sengaja menangkap, melukai, membunuh,
menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan
memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; (Pasal
21 ayat (2) huruf a), diancam dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));
b. Barang Siapa Dengan Sengaja menyimpan, memiliki, memelihara,
mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam
keadaan mati (Pasal 21 ayat (2) huruf b), diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));
c. Dengan Sengaja memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit,
tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-
barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya
dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar
Indonesia; (Pasal 21 ayat (2) huruf d), diancam dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));

4. Penangkaran Rusa Bawean


Dengan kondisi populasi Rusa Bawean yang kian terancam punah, maka
dibuatlah sebuah tempat penangkaran khusus rusa bawean yang ada di Pulau
Bawean, tepatnya berada di Beto Gebang Pudakit Barat, Kecamatan
Sangkapura. Lokasi penangkaran ini memiliki jarak 10 km dari Sangkapura,
dimana waktu tempuh yang diperlukan hanya 30 menit. Untuk bisa ke lokasi,
kita bisa memakai kendaraan roda dua layaknya sepeda motor atau juga bisa
membawa mobil. Kondisi jalanya sudah lumayan bagus, akan tetapi hanya
sebatas ke desa terdekat.
Penangkaran ini memiliki luas 4 hektare dan berada tepat di kaki Gunung
Gadung dan juga berbatasan dengan hutan konservasi Bawean. Lokasi
penangkaran ini sangat berpotensial untuk dijadikan tempat wisata khususnya
di bidang wisata pendidikan, penelitan dan ekowisata.
IV. DATA GAMBAR

Saat Rusa Bawean menuju perkawinan

Berkumpulnya Rusa Bawean di habitatnya


Saat Rusa Bawean bersembunyi di antara
rerumputan

Saat Rusa Bawean mencoba mendengar


ancaman predator
Saat Rusa Bawean mencari makan

Saat Rusa Bawean makan di sebuah


penangkaran

V. DAFTAR PUSTAKA

http://animallabel.wordpress.com/2012/05/09/rusa-sambar-merupakan-rusa-
terbesar-di-indonesia/

http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/08/rusa-bawean-axis-kuhli.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Rusa_bawean

http://www.satwa.net/612/mengenal-rusa-bawean.html

Anda mungkin juga menyukai