Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

3.2 PERKANDANGAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kandang kolektif (80x80x40 cm),
kandang individu (30x40x45 cm), penutup kandang, wadah pakan dan minum, bolam lampu (Setiawan,
dkk 2013)

Lantai kandang yang umum dipakai untuk beternak puyuh adalah lantai kandang rapat dan
renggang. Beberapa keuntungan dari kandang renggang yaitu: lantai kandang ini menyebabkan sirkulasi
udara lancar dan mengurangi kontak antara puyuh dengan kotoran. Beberapa keuntungan dari lantai
kandang rapat yaitu: pijakan kaki yang lebih nyaman, gerakan ternak lebih leluasa. Selain itu, lantai
kandang rapat juga mempunyai beberapa kelebihan. Salah satu kelebihan lantai kandang rapat adalah
kesehatan kaki puyuh lebih terjaga karena tidak langsung mengenai lantai yang keras sehingga puyuh
akan terasa lebih nyaman dan terhindar dari stres. Namun lantai ini juga memiliki kekurangan. Apabila
pengelolaan lantai kandang rapat tidak terlalu baik akan menimbulkan efek bagi suhu dan kelembaban
kandang, sehingga menimbulkan efek pula bagi pertumbuhan, produksi dan perkembangan puyuh.
Selain itu penggunaan lantai kandang rapat menyebabkan puyuh terlalu leluasa bergerak sehingga
energi yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan dan produksi habis terpakai untuk pergerakan
sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi terhambat (Achmanu,dkk 2011)

Cahaya merupakan salah satu factor eksternal yangdapat memacu pertumbuhan dan
mengendalikan berbagai proses biologis dalam tubuh unggas. Dalam penelitiannya menyimpulkan
bahwa pemberian cahaya menggunakan LED (Light Emitting Diode) selama 14 jam dalam sehari yaitu
dari jam 17.00-07.00 dengan cahaya monokromatik berwarna biru dengan intensitas 15 dan 25 lux
dapat meningkatkan bobot telur, produksi telur henday, dan jumlah telur. (Ardiyanto dan Nurfiana
2015)

Kotoran puyuh juga bisa bernilai ekonomi dengan menjadikan kotoran tersebut menjadi pupuk
kandang/pupuk kompos. Cara mengumpulkan kotoran puyuh juga mudah karena kotoran dapat
ditampung dengan menggunakan papan penampung kotoran yang diletakkan dibawah lantai kandang
terutama untuk kandang sistem sangkar bertingkat. (Subekti dan Dewi,2013)

tua dan berat rata-rata 140-150gm dikacaukan dengan menggunakan penampilan luar dan
warna bulu puting, puting jantan kusam oranye kekuningan gelap warna, sedangkan burung puyuh
betina biasanya lebih besar dan memiliki warna yang lebih terang puting yang ditaburi kecil bercak
hitam. Burung dibagi menjadi 2 kelompok menurut sistem perumahan, kelompok pertama memiliki 96
burung yang ditransfer ke baterai berkembang biak dan dibagi menjadi 8 sama subkelompok (masing-
masing 12 burung), 4 subkelompok (48 burung) memiliki 4 jantan hingga 8 betina dengan kawin rasio 1
jantan: 2 betina, sedangkan lainnya 4 subkelompok (48 burung) memiliki 3 jantan hingga 9 betina
dengan rasio kawin 1 jantan dan 3 betina Setiap subkelompok ditempatkan di a kandang terpisah
(panjang 60 cm × lebar 50 cm × 25 cm di depan dan 20 cm di belakang kandang). Kelompok kedua
memiliki 209 burung dipindahkan ke lantai pena (panjang 200 cm x lebar 150 cm x tinggi 300 cm) dan
dibagi menjadi 2 subkelompok. Subkelompok pertama memiliki 35 jantan hingga 70 betina dengan
kawin rasio 1 laki-laki: 2 perempuan, sedangkan yang kedua (Karousa, et al. 2015)
PEMBAHASAN

Dalam system perkandangan terdapat dua jenis yaitu kolektif dan individu dengan masing –
masing ukuran yang berbeda. Hal ini sesuai dengan Setiawan,dkk (2013) bahwa Alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain kandang kolektif (80x80x40 cm), kandang individu (30x40x45
cm), penutup kandang, wadah pakan dan minum, bolam lampu.

Di dalam kandang puyuh biasanya memiliki lantai renggang dan rapat yang memiliki kelebihan
dan kekurangan masing – masing. Hal ini sesuai dengan Achmanu,dkk (2011) bahwa Lantai kandang
yang umum dipakai untuk beternak puyuh adalah lantai kandang rapat dan renggang. Beberapa
keuntungan dari kandang renggang yaitu: lantai kandang ini menyebabkan sirkulasi udara lancar dan
mengurangi kontak antara puyuh dengan kotoran. Beberapa keuntungan dari lantai kandang rapat
yaitu: pijakan kaki yang lebih nyaman, gerakan ternak lebih leluasa. Selain itu, lantai kandang rapat juga
mempunyai beberapa kelebihan. Salah satu kelebihan lantai kandang rapat adalah kesehatan kaki puyuh
lebih terjaga karena tidak langsung mengenai lantai yang keras sehingga puyuh akan terasa lebih
nyaman dan terhindar dari stres. Namun lantai ini juga memiliki kekurangan. Apabila pengelolaan lantai
kandang rapat tidak terlalu baik akan menimbulkan efek bagi suhu dan kelembaban kandang, sehingga
menimbulkan efek pula bagi pertumbuhan, produksi dan perkembangan puyuh. Selain itu penggunaan
lantai kandang rapat menyebabkan puyuh terlalu leluasa bergerak sehingga energi yang seharusnya
digunakan untuk pertumbuhan dan produksi habis terpakai untuk pergerakan sehingga pertumbuhan
dan produksi menjadi terhambat

Salah satu faktor eksternal yang cukup penting yaitu intesitas cahaya yang terdapat dalam
kandang akan berpengaruh terhadap performa burung puyuh di dalamnya. Hal ini sesuai dengan
Ardiyanto dan Nurfiana (2015) Cahaya merupakan salah satu factor eksternal yangdapat memacu
pertumbuhan dan mengendalikan berbagai proses biologis dalam tubuh unggas. Dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa pemberian cahaya menggunakan LED (Light Emitting Diode) selama 14 jam dalam
sehari yaitu dari jam 17.00-07.00 dengan cahaya monokromatik berwarna biru dengan intensitas 15 dan
25 lux dapat meningkatkan bobot telur, produksi telur henday, dan jumlah telur.

Untuk menjaga sanitasi kandang puyuh agar tetap terjaga dari penyakit dilakukan penampungan
kotoran yang menjadi sumber penyakit. Hal ini sesuai dengan Subekti dan Dewi (2013) Kotoran puyuh
juga bisa bernilai ekonomi dengan menjadikan kotoran tersebut menjadi pupuk kandang/ pupuk
kompos. Cara mengumpulkan kotoran puyuh juga mudah karena kotoran dapat ditampung dengan
menggunakan papan penampung kotoran yang diletakkan dibawah lantai kandang terutama untuk
kandang sistem sangkar bertingkat.

Pengelompokan jenis kelamin akan mempengaruhi produksi ternak teersebut. Hal ini sesuai
dengan Karousa, et al (2015) tua dan berat rata-rata 140-150gm dikacaukan dengan menggunakan
penampilan luar dan warna bulu puting, puting jantan kusam oranye kekuningan gelap warna,
sedangkan burung puyuh betina biasanya lebih besar dan memiliki warna yang lebih terang puting yang
ditaburi kecil bercak hitam. Burung dibagi menjadi 2 kelompok menurut sistem perumahan, kelompok
pertama memiliki 96 burung yang ditransfer ke baterai berkembang biak dan dibagi menjadi 8 sama
subkelompok (masing-masing 12 burung), 4 subkelompok (48 burung) memiliki 4 jantan hingga 8 betina
dengan kawin rasio 1 jantan: 2 betina, sedangkan lainnya 4 subkelompok (48 burung) memiliki 3 jantan
hingga 9 betina dengan rasio kawin 1 jantan dan 3 betina Setiap subkelompok ditempatkan di a kandang
terpisah (panjang 60 cm × lebar 50 cm × 25 cm di depan dan 20 cm di belakang kandang). Kelompok
kedua memiliki 209 burung dipindahkan ke lantai pena (panjang 200 cm x lebar 150 cm x tinggi 300 cm)
dan dibagi menjadi 2 subkelompok. Subkelompok pertama memiliki 35 jantan hingga 70 betina dengan
kawin rasio 1 laki-laki: 2 perempuan, sedangkan yang kedua
DAFTAR PUSTAKA

Achmanu, Muharlien, dan Salaby.2011. Pengaruh Lantai Kandang (Rapat dan Renggang) dan Imbangan
Jantan-Betina Terhadap Konsumsi Pakan, Bobot Telur, Konversi Pakan dan Tebal Kerabang pada
Burung Puyuh. Jurnal Ternak Tropika Vol. 12(2): 1-14

Ardiyanto dan Nurfiana.2015. Sistem Kontrol Intensitas Cahaya pada Kandang Puyuh Bebasis Arduino
Uno. Jurnal Informatika, Vol. 15(1):1-9

Karousa, M.M., Souad A. Ahmed, Elaithy, S.M. and Eman A. 2015. Effect of Housing System and Sex Ratio
of Quails on Egg Production, Fertility and Hatchability. BENHA VETERINARY MEDICAL JOURNAL.
Vol. 28(2):241‐247

Setiawan, E., Koen, P., dan Siti, M M.2013. Pengaruh Pemberian Vitamin A, B12, C dan Kombinasi
Ketiganya Melalui Drinking Water Terhadap Panjang dan Bobot Tulang Femur, Tibia dan
Tarsometatarsus Puyuh (Coturnix coturnix japonica L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol.
21(1):36-44

Subekti, E dan Dewi, H. 2013. Budidaya Puyuh (COTURNIX COTURNIX JAPONICA ) Di Pekarangan Sebagai
Sumber Protein Hewani dan Penambah Income Keluarga. MEDIAGRO. Vol. 9(1):1-10

Anda mungkin juga menyukai