Anda di halaman 1dari 3

Acara 2

Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan bahwa perkandangan yang ada di FPP dengan luas 7 – 8
ha sudah baik. Menurut Simamora, dkk. (2015) yang menyatakan bahwa persyaratan umum
kandanguntuk sapi perah yaitu sirkulasi udara dan sinar matahari yang cukup,
lantaikandang yang selalu kering, tempat pakan yang lebar dan tempat air yang selalutersedia airnya
sepanjang hari. Kandang sapi perah menghadap utara dengan kepala sapi menghadap timur dan
barat, penempatan kandang sudah baik karena mendapatkan sinar matahari cukup.Hal ini sesuai
dengan pendapat Nugroho (2016) yang menyatakan bahwa kandang yang menghadap timur ke
barat merupakan kandang yang baik agar kandangterkena cahaya matahari serta sirkulasi udara
yang baik. Berdasarkan pengamatan,ternak ditempatkan pada kandang secara tail to tail, dengan
metode tersebut memiliki banyak keuntungan yaitu memudahkan dalam sanitasi kebersihan.

Lantai kandang sapi perah menggunakan semen dan agak miring yang berfungsi untuk
mempermudah dalam sanitasi. Lantai kandang ternak yang baik yaitulantai kandang yang terbuat
dari semen dan dilengkapi dengan karpet. Penggunaan karpet padalantai dalam kandang masing-
masing ternak sapi perah berfungsi agar feses yang jatuh tidak terlalu menyebar dan memberikan
gesekan kaki ternak dengan lantaiyang licin. Dinding yang digunakan dalam kandang sapi perah
menggunakan bahandasar tembok semen agar kandang lebih kuat dan kokoh.  atau beton memiliki
konstruksi yang kuat dan kokoh sehingga tidak akan mudah
roboh. Kepadatan ternak dalam kandang sudah baik dimana kandang diisi sebanyak 12 ekor ternak.

Untuk fisiologis lingkungan ternak diperoleh hasil dengan Rata rata Suhu lingkungan luar dan dalam
pada kandang sapi perah selama 3 hari yaitu sebesar 28,02 C dan 28,5 C. serta rata rata Kelembaban
luar dan dalam pada kandang sapi perah selama 3 hari yaitu sebesar 75,5% dan 57,3%. Rata-rata
suhu dan kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kondisi lingkungan yang tidak
nyaman bagi ternak sehingga dapat menurunkan produksi ternak. Menurut Jaenudin et al. (2018)
yang menyatakan bahwa zona kenyamanan temperatur untuk sapi perah berkisar pada suhu
antara 5oC sampai25oC. Bila suhu diatas 25 C dapat mengganggu sistem fisiologis tubuh dan
kinerja reproduksi sapi perah. Untuk kelembaban udara yang normal berkisar sekitar 50-60%.
Apabila terjadinya Peningkatan kelembaban akan menyebabkan pengeluaran panas melalui
saluran pernapasan semakin sulit.

Rata rata Nilai THI pada kandang sapi perah selama 3 hari yaitu sebesar 84. Menurut pendapat
Novianti dkk. (2013) THI sapi perah yang ideal bagi ternak sapi perah yaitu barada di bawah
72. Nilai THI yang tinggimenyebabkan terjadinya respon fisiologis pada tubuh ternak dan
penurunanproduktivitas pada sapi perah.

Rata rata Suhu rektal pada ke 5 sapi perah selama 2 hari yaitu sebesar 38,46. Suhu rektal ternak sapi
perah ini masih dalam kondisi normal. Menurut Bouk e al. (2022) yang menyatakan bahwa nilai
rataan suhu tubuh sapi FH yang normal adalah 38,0-39,0oC. Suhu rektal yang normal pada
ternak sapi perah ini menandakan bahwatubuhnya dapat bertahan dengan suhu lingkungan
sekitarnya.

Rata rata denyut nadi pada ke 5 sapi perah selama 2 hari yaitu sebesar 70,8. Frekuensi denyut nadi
ternak sapi perah ini berada pada kondisi yang normal. Menurut Bouk e al. (2022) yang menyatakan
bahwa Kisaranpulsusnormal pada sapi FHadalah 60-70 (kali permenit). Faktor yang dapat
mempengaruhi yaitu suhu dan kelembaban lingkungan kandang

Rata rata frekuensi nafas pada ke 5 sapi perah selama 2 hari yaitu sebesar 47. Menurut Bouk e al.
(2022) yang menyatakan bahwa Kisaran rata-rata frekuensi respirasi normal ternak sapi perah
berkisar antara 27-40 kali/menit. Hasil yang diperoleh
tergolong tinggi karena adanya faktor suhu dan kelembaban lingkungan yang dapat
mempengaruhi peningkatan frekuensi pernapasan. Menurut Mariana dkk. (2016) bahwa kondisi
lingkungan meliputi ketinggian tempat,makroklimat dan kondisi mikroklimat yang terdiri atas
temperatur lingkungan,kelembaban relatif, kecepatan angin dan radiasi sinar matahari dalam
kandangyang akan mempengaruhi respon fisiologis ternak.

nilai HTC dengan perhitungan  Index Rhoad    pada sapi perah yaitu sebesar 94. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa sapi tidak dalam keadaan baik. hasil tersebut tidak begitu baik karena sedikit
menjauh dari 100. Menurut Pambudi (2017) yang menyatakan bahwa nilai Index Rhoad ternak yang
mendekati atau melebihi nilai tertinggi atau 100 maka daya tahan ternak terhadap panas termasuk
baik apabila jauh lebih rendah dari 100 maka daya tahan ternak terhadap panas tidak baik.
sedangkan nilai perhitungan index benezra yaitu sebesar 3,1. Hasil tersebut tidak baik dikarenakan
ternak tidak dapat menahan cekaman panas di kandang. Menurut Setiawan et al. (2021) yang
menyatakan bahwa apabila nilai indeks benezra melebihi 2 atau dibawah 2 maka dapat dikatakan
daya tahan tubuh ternak rendah. Jika ternak dalam kondisi stress panas dapat mempengaruhi
pertumbuhan, adanya perbedaan fisiologis dan tingkah laku ternak

limbah yang ada di kandang sapi perah yaitu limbah cair (urin dan air sisa pembersihan kandang),
limbah padat(feses), limbah sisa pakan dan limbah wadah vaksin, suntikan dan sisa alatkesehatan.
Hal ini sesuai pendapat Adityawarman dkk. (2015) yang menyatakan bahwa limbah peternakan yang
dihasilkan oleh aktivitas peternakan seperti sapi perah yaitu feses, urin, sisa pakan serta air dari
pembersihan ternak dan kandangakan menimbulkan pencemaran yang memicu protes dari warga
sekitar. Hal ini ditambahkan oleh Linggotu dkk. (2016) menyatakan bahwa kotoran ternak biladiolah
dengan cara yang lebih baik akan bernilai ekonomi tinggi seperti halnya pemanfaatan kotoran
tersebut sebagai pembuat bahan biogas, pupuk padat dan pupuk cair. Limbah yang telah diolah yaitu
limbah padat (feses) yang dijadikan
sebagai biogas dan limbah sisa pakan ternak yang dijadikan sebagai pupuk kompos.Kompos
merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik
hewanmaupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai. Kompos pada proses pembuat
annya dapat dibagi menjadi dua macam cara membuat kompos,yaitu melalui proses secara aerob (m
emerlukan udara) dan anaerob (tidak memerlukan udara).

Adityawarman, A. C., Salundik dan Lucia. 2015. Pengolahan limbah ternak sapisecara sederhana di
Desa Pattalassang Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. J.Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
Peternakan. 3 (3): 171 – 177

Bouk G., Citrawati G. A. K., Sikone H. Y. 2022. Performa Produksi Sapi Perah (Friesian Holstein) Pada
DaerahLahan Kering Di Kecamatan Raimanuk Kabupaten Belu. J. Ilmiah Fillia Cendekia. 7 (1):
26-32.

Jaenudin D., Amin A. A, Setiadi M. A., Sumarno H., Rahayu S. 2018. Hubungan Temperatur,
Kelembaban,danManajemenPemeliharaan terhadap Efisiensi Reproduksi Sapi Perah di
Kabupaten Bogor. J. ACTA VETERINARIA INDONESIANA. 6 (1): 16-23.

Linggotu, L. O., U. Paputungan dan B. Polii. 2016. Pengelolaan limbah kotoranternak dalam upaya
pencegahan pencemaran lingkungan di KotaKotamobagu. J. Zoo. 36 (1): 226 – 237.
Mariana, E., D. N. Hadi dan N. Q. Agustin. 2016. Respon fisiologis dan kualitassusu sapi perah
frisian holstein pada musim kemarau panjang di datarantinggi. J. Agripet. 16(2): 131-139.

Novianti, J., B. P. Purwanto dan A. Atabani. 2013. Respon fisiologis dan produksisusu sapi perah fh
pada pemberian rumput gajah (Pennisetum purpureum)dengan ukuran pemotongan yang
berbeda. J. Ilmu Produksi dan TeknologiPeternakan. 1 (3): 138 – 146.

Nugroho, S. A. 2016. Evaluasi Sistem Perkandangan dan Manajemen Pemerahan Sapi Peranakan
Friesian Holstein terhadap Tingkat Kejadian Mastitis diKelompok Tani Ternak Subur Makmur.
Fakultas Pertanian UniversitasSebelas Maret, Surakarta. (Skripsi).

Pambudi, R. A. 2017. Perbandingan Denyut Nadi, Frekuensi Napas Dan Suhu Rektal Anak Kambing
Lokal Pra-Sapih Pada  Tipe Kelahiran Tunggal Dan Kembar. Fakultas Peternakan dan Pertanian.
Universitas Diponegoro. Semarang (Skripsi)

Setiawan, A.A., Erwanto., Hartono. M., Qisthon. A. 2021. Pengaruh manipulasi iklim kandang melalui
pengkabutan terhadap respon fisiologis dan ketahanan panas kambing sapera dan peranakan
ettawa. J. Riset dan Inovasi Peternakan. 5 (1): 64-69.

Simamora, T., A. M. Fuah, A. Atabany dan Burhanuddin. 2015. Evaluasi aspekteknis peternakan
sapi perah rakyat di kabupaten karo sumatera utara. J.Ilmu Produksi dan Hasil Teknologi
Peternakan. 3(1): 52 – 58

Anda mungkin juga menyukai