Anda di halaman 1dari 39

Praktikum Acara 1

Pengenalan Ternak
Perah dan Anatomi
Ambing
TIM ASISTEN LABORATORIUM TERNAK POTONG DAN PERAH
DIVISI TERNAK PERAH
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
PERATURAN PRAKTIKUM

1. Hadir maksimal 5 menit sebelum praktikum dimulai.


2. Wajib menyalakan kamera selama kegiatan praktikum.
3. Menggunakan pakaian sopan dan rapih.
4. Dilarang makan dan minum selama praktikum berlangsung
5. Dilarang meninggalkan praktikum terkecuali telah mendapat izin
asisten jaga.
6. Dilarang menyalakan microphone sebelum dipersilahkan asisten.
7. Wajib menghubungi asisten paling lambat H-1 apabila tidak
mengikuti praktikum karena alasan tertentu
Materi dan Metode Praktikum
● Video Pembelajaran
● Buku Praktikum
● Alat tulis
Kegiatan Praktikum :
- Presensi (5 menit)
- Penjelasan materi pengenalan ternak perah dan anatomi ambing (50 menit)
- Penayangan video (10 menit)
- Diskusi (25 menit)
- Laporan individu
PENGENALAN BANGSA TERNAK PERAH

Bangsa ternak perah merupakan ternak ruminansia yang


dibudidayakan untuk tujuan produksi susu seperti sapi, kambing, dan
kerbau. Susu yang dihasilkan oleh ternak perah melebihi kebutuhan
anaknya sehingga kelebihan tersebut menjadi produk hasil
peternakan. Bangsa sapi perah yang ada di Indonesia berasal dari
daerah subtropis dan tropis. Sapi yang terkenal dan banyak di
budidayakan terdapat 5 bangsa yaitu Friesian Holstein, Brown Swiss,
Ayrshire, Guernsey dan Jersey. Kondisi yang ideal bagi bangsa sapi
ini yaitu pada temperature -1 - 15,6 derajat celcius.
Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Ungulata (Binatang Berkuku)

Taksonomi Sapi Sub-Ordo : Artiodactyla (Ujung kaki datar)

Family : Bovidae (Ruminansia dengan tanduk


Perah berlubang)

Sub-Family : Bovinae

Genus : Bos

Sub-Genera : S. G. Taurina : B. Taurus dan B. Indicus


(Sapi Berpunuk)
S. G. Bibovina : B. Gaurus (gaur), B. frontalis
(gayal) dan B. Sondaicus (Banteng)
FRIESIAN HOLSTEIN (FH)
➔ Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan
bangsa sapi yang berasal dari Belanda
provinsi Friesland.
➔ Sapi FH memiliki ciri-ciri tubuh berwarna
putih dengan bercak hitam, bentuk kepala
yang panjang, ekor dan persendian siku
serta lutut berwarna putih, kepla panjang,
tanduk berbentuk baji yang mengarah ke
depan dan sedikit membengkok
kebelakang.
➔ Rata-rata produksi susu di Indonesia
sekitar 10 liter.
➔ Sapi FH betina mempunyai karakteristik
tenang dan jinak yang dapat dikawinkan
mulai umur 15 bulan dan berat badan
sudah mencapai 362-385 kg.
BROWN SWISS
➔ Sapi perah brown swiss dikembangkan di
daerah pegunungan Switzerland (Swiss).
➔ Memiliki ciri-ciri warna yang bervariasi
mulai dari coklat muda sampai coklat gelap,
ukuran badannya besar, lemaknya
berwarna putih, ukurannya paling besar
dan lemaknya berwarna putih
➔ Berat sapi betina dewasa mencapai 544-
635 kg
➔ Sapi brown swiss betina mempunyai
karakteristik tenang dan jinak yang dapat
dikawinkan mulai umur 15 bulan apabila
berat badan sudah mencapai 357-374 kg.
GUERNSEY
➔ Sapi perah Guernsey berasal dari pulau
Guernsey (Inggris) yang terkenal karena
padang rumputnya bagus
➔ Sapi Guernsey memiliki ciri-ciri tubuh
berwarna variasi dari kuning terang sampai
hampir merah dengan tanda putih pada
daki, kaki, rambut kipas ekor dan lipatan
pada dan perut
➔ Bobot badan betina dewasa mencapai
363-589 kg
➔ Sapi Guernsey betina mempunyai
karakteristik peka, aktif, tidak mudah
terganggu yang dapat dikawinkan mulai
umur 15 bulan dan berat badan sudah
mencapai 283-306 kg.
AYRSHIRE
➔ Sapi Perah Ayrshire merupakan bangsa
sapi yang berasal dari Country (Shire) di
daerah Ayr Skotlandia.
➔ Memiliki ciri-ciri tubuh berwarna merah dan
putih sampai warna mahoni dan warna
merahnya amat terang atau hampir hitam,
tanduk panjang mengarah ke atas, leher
lebih pendek dibanding yang lainnya.
➔ Bobot ayshire betina dewasa rata-rata
sekitar 567 kg.
➔ Sapi Ayshire betina mempunyai
karakteristik sangat aktif, kurang tenang,
peka dengan keadaan sekitar.
JERSEY
➔ Sapi perah Jersey berasal dari pulau
Jersey (Inggris). Sapi Jersey
dikembangkan untuk menghasilkan lemak
susu mentega karena kandungan lemak
susu lebih tinggi daripada sapi perah
lainnya
➔ Sapi Jersey memiliki ciri-ciri tubuh
berwarna kuning terang sampai hitam dan
ada pula yang berwarna merah dan merah
tua.
➔ Bobot badan betina dewasa mencapai
362-498 kg, meskipun kecil, ambingnya
besar dan bagus
➔ Sapi Jersey betina mempunyai
karakteristik sangat peka dan kurang
tenang, tetapi tahan terhadap panas
Ambing

Ambing merupakan karakteristik utama pada semua mamalia dan berasal


dari kelenjar kulit yang tertutup bulu kecuali pada putingnya. Ambing seekor
sapi terbagi menjadi 4 kuartir. Setiap kuartir terdiri dari 1 puting.
Perbandingan kapasitas ambing bagian depan dan belakang adalah 40 : 60.
Organ Eksterior Ambing

Membran Vine

Outer wall

Medial Suspensory Ligament Puting

Lateral Suspensory ligament


Organ Interior Ambing

Teat cistern

Teat meatus

Streak canal

Alveolus

Alveoli Lobulus Lobus Annular Fold


Gland Cistern
Milk Ductus
Fungsi Bagian Ambing
Eksterior Interior
- Medial Suspensory Ligament : Jaringan ikat - Alveolus : bagian interior ambing paling kecil
yang bersifat elastis yang memisahkan yang didalamnya terdapat sel mioepitel,
kuartir kanan dan kiri lumen dan sel sekretori susu untuk
menghasilkan susu
- Membran Vine : Selaput tipis yang
memisahkan kuartir depan dan belakang - Alveoli : kumpulan dari alveolus

- Lateral suspensory ligament : Jaringan ikat - Lobulus : kumpulan dari alveoli


yang bersifat kaku berfungsi menyokong
ambing - Lobus : lobus yang berkumpul lali dibungkus
selaput tipis
- Outer wall : Bagian ambing terluar untuk
menjaga bagian dalam ambing dari gesekan - Milk ductus : saluran air susu yang
dan bakteri dari lingkungan menghubungkan lobus ke gland cistern

- Putting : Tempat jalan keluarnya susu saat - Gland cistern : tempat penampungan susu
proses pemerahan sementara

- Annular fold : memiliki otot springter untuk


menahan susu serta jalan terbuka tertutup
susu
Fungsi Bagian Ambing
Interior

- Teat cistern : saluran pembawa susu


yang menghubungkan gland cistern
dan teat meatus

- Teat meatus : saluran tempat


keluarnya susu

- Streak canal : Lubang tempat


keluarnya susu dan berfungsi
mencegah masuknya mikroba
Praktikum Acara 2
Biosintesis Susu
TIM ASISTEN LABORATORIUM TERNAK POTONG DAN PERAH
DIVISI TERNAK PERAH
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
PERATURAN PRAKTIKUM
1. Hadir maksimal 5 menit sebelum praktikum dimulai.

2. Wajib menyalakan kamera selama kegiatan praktikum.

3. Menggunakan pakaian sopan dan rapih.

4. Dilarang makan dan minum selama praktikum berlangsung

5. Dilarang meninggalkan praktikum terkecuali telah mendapat izin asisten jaga.

6. Dilarang menyalakan microphone sebelum dipersilahkan asisten.

7. Wajib menghubungi asisten paling lambat H-1 apabila tidak mengikuti praktikum karena alasan tertentu
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

• Video Pembelajaran
• Buku Praktikum
• Alat tulis
Kegiatan Praktikum :
-Presensi (5 menit)
-Penjelasan materi pengenalan ternak perah dan anatomi ambing (50 menit)
-Penayangan video (10 menit)
-Diskusi (25 menit)
-Laporan individu
BIOSINTESIS SUSU

Komponen susu utama yaitu laktosa,


lemak dan protein disintes oleh sel
sekretoris kelenjar ambing dari berbagai
nutrien yang diserap oleh kelenjar
ambing sebagai prekursor komponen
susu yaitu :
1. Glukosa : sebagai prekursor laktosa
susu
2. Asam amino : sebagai prekursor
protein (casein) susu
3. Asam lemak (asetat, β-hidroksi
butirat, NEFA) : sebagai prekursor
lemak susu
SINTESIS LAKTOSA SUSU
SINTESIS LEMAK SUSU
SINTESIS PROTEIN SUSU
SEKRESI VITAMIN, MINERAL DAN AIR

Kandungan lain dalam susu selain glukosa, protein dan lemak adalah
vitamin, mineral dan air. Beda halnya dengan 3 zat sebelumnya vitamin,
mineral dan air tidak mengalami proses sintesis. Vitamin, mineral dan
air akan berdifusi dari darah masuk ke dalam lumen susu. Susu
mengandung beberapa mineral seperti Ca, P, Cl, K, Na dan Mg.
TERIMA KASIH
Praktikum Acara 3
Siklus Produksi Sapi Perah, Fisiologi
Lingkungan, Fisiologi Ternak
TIM ASISTEN LABORATORIUM TERNAK POTONG DAN PERAH
DIVISI TERNAK PERAH
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
PERATURAN PRAKTIKUM
1. Hadir maksimal 5 menit sebelum praktikum dimulai.
2. Wajib menyalakan kamera selama kegiatan praktikum.
1. Menggunakan pakaian sopan dan rapih.
2. Dilarang makan dan minum selama praktikum berlangsung
3. Dilarang meninggalkan praktikum terkecuali telah mendapat izin asisten jaga.
4. Dilarang menyalakan microphone sebelum dipersilahkan asisten.
5. Wajib menghubungi asisten paling lambat H-1 apabila tidak mengikuti
praktikum karena alasan tertentu
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
• Video Pembelajaran
• Buku Praktikum
• Alat tulis
Kegiatan Praktikum :
- Presensi (5 menit)
- Penjelasan materi siklus produksi sapi perah, fisiologi ternak, fisiologi
lingkungan (50 menit)
- Penayangan video (10 menit)
- Diskusi (25 menit)
- Laporan individu
PEMELIHARAAN SAPI PERAH
SECARA UMUM
Perawatan sapi perah meliputi:
1. Perawatan anak sapi (pedet) sejak lahir sampai sapih
2. Perawatan pedet setelah disapih sampai umur satu tahun
3. Perwatan sapi dara (umur satu tahun) sampai beranak
4. Perawatan sapi induk laktasi
5. Cara merawat sapi induk kering

A. Perawatan anak sapi atau pedet


Tingkat kematian pedet sejak lahir sampai umur 3 bulan mencapai 20%,
sehingga diperlukan perawatan sejak didalam kandungan. Pedet yang baru lahir diberikan
kolostrum yang bertujuan untuk membentuk antibody.
Kolostrum merupakan susu yang dihasilkan sapi setelah melahirkan sampai sekitar 5-6
hari dan mengandung antibody (immunoglobin).
B. Perawatan sapi dara (umur satu tahun sampai beranak)
Asupan pakan yang berkualitas mempengaruhi pertumbuhan dan dewasa
kelamin ternak. Sapi yang diberi hijauan berkualitas mengalami birahi pertama sekitar 9-14
bulan. Tanda-tanda birahi pada ternak yaitu: Alat kelamin merah, bengkak, dan
mengeluarkan lender dari alat kelamin, ternak terlihat gelisah, sering menaiki temannya,
tidak nafsu makan

Target IB dilakukan pada umur 14 bulan atau 15 bulan dengan berat mencapai 800-850 lb
(375 kg) untuk sapi FH dan 575-625 lb (270 kg) untuk sapi Jersey.
• Pemberian pakan beberapa bulan menjelang melahirkan
Menjelang melahirkan pemberian konsentrat ditingkatkan dan disesuaikan
dengan kualitas hijauan yang diberikan untuk menjaga kebuntingan.
• Pemberian pakan beberapa minggu sebelum melahirkan
Challenge feeding atau lead feeding merupakan penambahan pemberian
konsentrat pada 2-3 minggu sebelum melahirkan.
C. Perawatan sapi perah induk laktasi
Sapi setelah melahirkan pada awal laktasi (menghasilkan susu) produksi susu
meningkat puncak (peak) produksi susu dicapai pada hari 30-60 atau minggu ke 3-6 atau
bulan I-II .
Sapi perah dalam satu masa laktasi (10 bulan = 305 hari) memiliki 3 periode laktasi yaitu:
Periode awal laktasi
Periode laktasi tengah
Periode laktasi akhir
Kebutuhan nutrisi sapi perah bergantung pada fase laktasi dan sangat beragam yang
dikategorikan kedalam 5 fase:
• Fase 1
Early Lactation : 0-70 DIM (Day In Milk), pada fase ini menunjukkan produksi susu yang
terteinggi (peak milk production)
• Fase 2
Mid Lactation : 70 -200 DIM pada fase ini konsumsi bahan kering mencapai puncak tertinggi
(peak DM feed intake)
• Fase 3
Late Lactation : 200-305 DIM pada fase ini roduksi susu sudah mulai menurun dan persiapan
untuk proses kering kandang.
• Fase 4
Dry Priod : 60hari ( -14 hari sebelum kelahiran (calving))
• Fase 5
Transition Period : 14 hari sebelum kelahiran
FISIOLOGIS TERNAK
Kondisi fisiologis ternak dapat digunakan untuk mengetahui kesehatan seekor
ternak. Kondisi fisiologis lingkungan dapat mempengaruhi kondisi fisiologis ternak yang
ditunjukkan dalam upaya melakukan thermoregulasi yang dapat digunakan
mengindikasikan kondisi kenyamanan serta kesehatan ternak. Kondisi Fisiologis ternak
meliputi :

A. Suhu Rektal
Suhu tubuh dipengaruhi oleh lingkungan, jenis kelamin, dan kondisi ternak. Kisaran tubuh
normal pada sapi adalah 38,5°C – 39,6°C dengan suhu kritis 40°C.
B. Frekuensi Denyut Nadi
Denyut nadi sapi normal sekitar 50-60 kali per menit. Hewan yang sakit atau stres akan
meningkat denyut jantungnya untuk sementara waktu.
C. Frekuensi Pernafasan
Frekuensi pernafasan bervariasi, tergantung dari jenis sapi pada umumnya. Rata-rata
pernafasan sapi normal adalah 19 kali per menit. Frekuensi pernafasan dipengaruhi oleh:
ukuran tubuh, umur, aktifitas ternak, kebuntingan, Lingkungan, dan aktifitas pencernaan
terutama pada rumen.
PENGUKURAN KONDISI FISOIOLOGIS TERNAK
1. Mengukur frekuensi pernafasan dengan cara mengamati gerakan tulang rusuk ternak
dari kejauhan selama 1 menit (pengamatan harus dilakukan sebelum pengamatan
yang lainnya).
2. Mengukur temperatur tubuh dengan memasukkan termometer klinis ke dalam
rektum sapi selama 1 menit kemudian melihat angka yang ditunjukkan oleh
termometer.
3. Mengukur denyut nadi dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan
menggunakan tangan yang diletakkan dipangkal ekor dan merasakan denyut nadi sapi
selama 1 menit, kedua dengan menggunakan stetoskop yang ditempelkan pada dada
bagian kiri (di antara kaki kiri depan dan dada)
4. Menghitung jumlah frekuensi urinasi dan defikasi. Catat waktu pengeluarannya
selama 24 jam. (variable tambahan)
5. Menghitung konsumsi air minum dengan cara menghitung volume setiap air minum
yang diberikan kepada ternak. Catat waktu pemberiannya selama 24 jam. (variable
tambahan)
FISIOLOGIS LINGKUNGAN
Fisiologis lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
produktivitas ternak sapi perah kaitannya dengan ternak dalam suatu ekosistem, respon
ternak terhadap lingkungan yang meliputi zoning temperatur, produksi dan pengaturan
panas tubuh, pengaruh lingkungan terhadap ternak baik langsung maupun tidak langsung.
Beberapa pengaruh dari lingkungan dapat menurunkan kualitas genetik dan
produktivitasnya sehingga kualitas dari ternak tidak dapat muncul secara maksimal.
Faktor yang mempengaruhi :
• Suhu Udara
• Kelembaban Udara
• Radiasi Matahari
• Kecepatan Angin
Sapi Perah FH dapat memberikan produktivitas yang maksimal pada :
Suhu Lingkungan : 18,3°C
Kelembaban Udara : 55%

Dampak dari pengaruh lingkungan pada ternak perah yang terkena cekaman panas, yaitu :
1) penurunan nafsu makan;
2) peningkatan konsumsi minum;
3) penurunan metabolisme dan peningkatan katabolisme;
4) peningkatan pelepasan panas melalui penguapan;
5) penurunan konsentrasi hormon dalam darah;
6) peningkatan temperatur tubuh, respirasi dan denyut jantung
7) perubahan tingkah laku dan
8) meningkatnya intensitas berteduh sapi.
A. Suhu udara
Suhu udara merupakan sebuah ukuran dari intensitas panas yang biasanya
ditunjukkan dalam satuan derajat panas. Suhu lingkungan dibedakan menjadi 2, yaitu suhu
dalam kandang dan luar kandang.
Suhu Dalam Kandang : Letakkan thermometer di dalam kandang dan jangan sampai
terkena cahaya matahari secara langsung.
Suhu Luar Kandang : Letakkan thermometer di luar kandang dan usahakan terkena
cahaya matahari langsung.
Alat yang digunakan : Thermometer Digital
B. Kelembaban udara
Kelembaban merupakan konsentrasi uap air di udara.
Kelembaban Tinggi : dapat mengurangi atau menurunkan jumlah panas akibat
penguapan.
Penguapan : cara untuk mengurangi panas tubuh.
Kelembaban tinggi = Penguapan Rendah = Keringat Tidak Dapat Dikeluarkan = Ternak
Mengalami Cekaman Panas.
Alat yang digunakan : Hygrometer / Thermohygrometer
C. Temperature Humidity Index (THI)
Kombinasi suhu dan kelembaban udara biasa dinyatakan dalam bentuk Indeks suhu dan
kelembaban udara atau Temperature Humidity Index (THI). THI digunakan untuk
mengetahui adanya cekaman panas karena keadaan lingkungan yang tidak nyaman
(discomfort). Nilai THI dihitung dengan rumus.
THI = T (°F) - 0.55 * (100- RH%) / 100 *(T-58)
T : Suhu
RH : Kelembaban
Tabel 3. Indeks Suhu dan Kelembaban Relatif untuk Sapi Perah
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai