Anda di halaman 1dari 13

Praktikum ke-5 Hari/tanggal : Selasa, 25 Februari 2020

Dosen : Drh. Tetty Barunawati S. M.Si

Asisten Dosen : Nadya Aulia Putri, Amd

SANITASI HEWAN LAB (KELINCI)

Disusun Oleh Kelompok 2 (P2):

1. Baskaradya Elmo Mahardian (J3P119014)

2. Ivan Taufiq (J3P119031)

3. Ellysca Octaviani (J3P219081)

4. Sabila Intandya Mangayu (J3P219098)

5. Syifaa Nur Khalifah (J3P219102)

6. Walfi Adharik (J3P219104)

PARAMEDIK VETERINER

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pemeliharaan hewan lab sebagai hewan uji coba merupakan suatu tahapan
yang penting dalam uji in vivo agar hewan lab yang digunakan dapat hidup dengan
layak dan dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya pada manusia. Selain itu
sanitasi kandang hewan lab juga penting agar hewan lab yang digunakan tetap
berada dalam keadaan sehat, sehingga pengaruh penyakit lain pada hewan lab tidak
mengganggu pengamatan efek senyawa yang diujikan pada hewan lab tesebut.
Botol minum dicuci dan diganti setiap hari. Ruangan kandang harus disanitasi
setelah perlakuan. Selain itu pemberian pakan harus diatur agar pakan tidak
mengotori kandang.

Hewan-hewan yang digunakan sebagai model penelitian dibagi menjadi dua


kategori kelompok hewan kecil dan kelompok hewan besar yang memerlukan
persetujuan komite etik hewan lokal. Kelompok hewan kecil yaitu mencit, tikus,
marmot, kelinci (hewan terbesar di kelompok ini), sedangkan kelompok kategori
hewan besar yaitu anjing, kambing, dan primate (Wang et al, 1998).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari sanitasi kandang hewan lab adalah memberikan


peningkatan sistem untuk hewan laboratorium seperti menghilangkan atau
meminimalkan bakteri transfer ke manusia yang bekerja dengan hewan kecil dan
meningkatkan efisiensi laboratorium pekerja, agar mengurangi biaya tenaga kerja.
BAB II
METODE

2.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu sapu, pelan, ember, lap dan
pengki. Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu air dan desinfektan.

2.2 Cara kerja

Pertama, ruang dikosongkan terlebih dahulu dengan dikeluarkannya burung


dan kelinci. Alas kandang kelinci dan burung diambil dan kotoran dibuang ditempat
yang sudah disediakan. Sisa-sisa kotoran dilantai disapu dan dibuang menggunakan
pengki. Lalu, ember diisi dengan air dan desinfektan secukupnya untuk dipel hingga
besih dan kering kembali. Kandang, tempat minum dan tempat makan dikosongkan
dan dibersihkan menggunakan air. Kandang disiram menggunakan desinfektan dan
dibilas dengan air kembali. Kemudian, kandang, tempat minum dan tempat makan
yang sudah dibersihkan dilap hingga kering. Setelah itu, burung dan kelinci
dimasukan kedalam kandang. Tempat minum dan tempat makan yang sudah kering
diisi kembali dan dimasukan kekandang. Terakhir, kandang kelinci dan burung
diletakkan kembali kedalam ruangan.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil yang didapatkan dari pengamatan lokasi hewan laboratorium seperti


kelinci dan burung dara adalah sebagai berikut. Kandang yang berfungsi untuk
melindungi kelinci dan burung dara dari pengaruh luar seperti terjangkit penyakit.
Memang tidak ada standar baku dalam membuat kandang kelinci. Intinya adalah
agar kelinci dan burung dara tersebut merasa nyaman tinggal didalamnya sehingga
akan menampilkan produksi terbaiknya.

Dari data hasil pengamatan, kandang yang dipakai adalah kandang besi lipat
dengan ukuran 40cm x 29cm x 29cm, masing-masing untuk panjang, lebar dan
tinggi serta dilengkapi tempat kotoran yang mudah untuk dibersihkan. Dalam
literature disebutkan Kandang yang dianjurkan untuk memelihara kelinci adalah
kandang sistem baterai. Dengan kandang sistem ini juga dapat dibuat bersusun atau
bertingkat dengan dilengkapi semacam laci dari seng untuk menampung kotoran
kelinci yang ada ditingkat atas. Bahan kandang adalah kawat/strimin.

3.2 Pembahasan

Hewan laboratorium adalah fasilitas penelitian di mana para ilmuwan


melakukan penelitian pada hewan untuk membuat penemuan tentang kesehatan
manusia dan hewan. Laboratorium dapat menampung berbagai hewan untuk
penelitian, termasuk tikus, tikus, kelinci, primata, anjing, dan banyak lagi. Hewan
laboratorium di laboratorium disimpan di dalam vivarium, yang merupakan
lingkungan terkendali yang dimaksudkan untuk menampung dan memelihara
makhluk hidup untuk observasi dan penelitian. Laboratorium hewan ada untuk
keperluan penelitian hewan dan sebagai tempat untuk membiakkan hewan baru
untuk digunakan dalam pengujian laboratorium di masa depan (Horn et al, 2012).

Pengujian di laboratorium hewan telah memberi manfaat bagi masyarakat


dalam berbagai cara. Hewan di laboratorium biasanya digunakan untuk menguji
efektivitas obat-obatan, perawatan kesehatan, peralatan medis dan vaksin untuk
manusia dan hewan. Mereka juga secara teratur digunakan untuk menguji kesehatan
dan keamanan lingkungan dari produk yang biasa digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Produk-produk ini dapat mencakup kosmetik, produk pembersih,
semprotan pertanian, bahan tambahan makanan dan banyak lagi.

Hewan laboratorium dikelola oleh para ilmuwan dengan gelar penelitian


tingkat tinggi mereka bertugas melakukan eksperimen dengan hewan lab. Para
ilmuwan dibantu oleh teknisi laboratorium hewan yang memiliki pengalaman
menangani peralatan laboratorium dan memelihara laboratorium dengan baik. Di
laboratorium hewan, ada juga staf khusus yang bertugas merawat hewan lab yang
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Staf ini dapat termasuk dokter hewan,
yang bertanggung jawab untuk mengawasi kesehatan dan kesejahteraan hewan;
asisten dokter hewan, yang membantu dokter hewan; dan teknisi perawatan hewan,
yang mengawasi dan memelihara peralatan yang terkait langsung dengan perawatan
hewan (Born, 1991)

Ketika hewan kecil disimpan di dalam kandang di mana hewan tidak


bersentuhan dengan tempat tidur, tetapi sebaliknya bertempat di atas jala kawat atau
lantai berlubang, kotoran hewan jatuh melalui lantai dan masuk ke tandu nampan
di bawah sangkar yang bisa dilepas untuk dibersihkan agar kandang tetap higenis
dan estetika. Mengontrol bau dan bakteri, cairan cenderung tumpah dan tumpah
keluar dari baki saat baki dikeluarkan dari kandang Upaya yang dapat dilakukan
dengan cara ditambahkan serutan kayu atau koran yang dapat menyerap atau
menangguhkan limbah cair, menghilangkan bau cairan dan padatan, dan mudah
dibuang ketika kotor (Pearce et al, 2012).

Meskipun bahan itu menyerap cairan dan kotoran tetapi ukuran dan
bentuknya cukup besar dan berantakan, dan seringkali merupakan api hazard dalam
pembakaran limbah. Pembuangan sampah yang terlarut sering menjadi bentuk yang
cukup besar (menggumpal), kotor sering kali tidak sempurna tergantung kadar air
yang berada pada urin dan feses hewan laboratorium. Terkadang feses dan urin
menempel pada baki penampung sehingga sulit untuk dibersihkan maka untuk
mencegah hal itu terjadi, setiap rangkaian baki biasanya dicuci secara terpisah,
fasilitas jarak jauh, sementara baki bersih dari set kedua adalah dipasang di
kandang. Pastikan konfigurasi kandang hewan menyediakan baki untuk sampah
terus menerus memanjang di bawah deretan kandang individual, dan dalam
beberapa kasus baki penerima pupuk miring untuk memungkinkan penumpukan
kandang dan pisau scraper mekanik disediakan untuk mendorong kotoran ke ujung
baki. Pengaturan lain memberikan cutoff alat pengikis sakelar batas untuk
membersihkan baki (Pearce et al, 2012).

Hewan laboratorium yang digunakan untuk praktikum sanitasi kandang


yaitu kelinci. Kelinci adalah mamalia kecil dalam keluarga Leporidae dari ordo
Lagomorpha yang ditemukan di beberapa bagian dunia. Habitat mereka termasuk
padang rumput, kayu, hutan, dan tanah rumput. Meskipun struktur makro dan mikro
tulang kelinci tidak sama dengan tulang manusia, kelinci biasanya digunakan untuk
menyaring bahan implan sebelum diuji pada model hewan yang lebih besar. Di
antara berbagai galur, galur kelinci putih Selandia Baru umumnya digunakan untuk
kegiatan penelitian. Strain ini kurang agresif di alam dan memiliki lebih sedikit
masalah kesehatan dibandingkan dengan breeds seperti mencit dan hewan kecil
lainnya (Appleby et al, 2011).

Sanitasi kandang kelinci dilakukan agar kelinci tetap merasa nyaman


sehingga pertumbuhannya tidak tergganggu untuk itu kondisi kandang harus tetap
bersih. Sanitasi yang dlakukan adalah dengan mencuci kandang besi, baki dan
ruangan. Ruang dan lingkungan yang dibutuhkan hewan laboratorium adalah luas
lantai ± 20 m2 berbentuk segiempat siku-siku, dengan tinggi 2,5-3,0 m. Ruang ini
memberi kemudahan pemeliharaan lingkungan, pengawasan hewan dan tidak
mengganggu hewan yang dipiara di dalamnya. Faktor lingkungan Suhu,
kelembaban relatif, kualitas udara harus dipertahankan stabil. Harus diperhitungkan
daya tampung maksimal ruang. Suhu kelembapan relatif bagi mencit 18-260C, tikus
18-260C, kelinci 16-260C. Ventilasi ruang mampu mengalirkan udara 15-20 kali
setiap menit. Penerangan bisa diatur terang gelap 12 jam bergantian. Hewan harus
terhindar dari suara bising baik yang terdengar ataupun tidak (ultrasonik).
Persyaratan kandang kelinci bisa dipelihara secara individual atau kelompok.
Sebaiknya kandang dibuat dari logam tahan karat, logam divalganisasi atau plastic
(Agustina K, 2020).

Kebutuhan pakan dan air minum untuk hewan laboratorium harus


diperhatikan harus sesuai dengan jenis hewannya yaitu g/hewan/hari. Mencit 3-4,
tikus 15-20, dan kelinci 30-300(40g/kg bb) termasuk hewan briding, hewan muda
atau hewan yang lebih tua. Pakan bengan bentuk pelet sering digunakan daripada
tepung untuk mengurangi perubahan komposisi dan diperlukan untuk membuat aus
gigi. Pakan sebaiknya disimpan pada suhu 15-160C dan dihabiskan paling lama 4-
6 minggu. Air minum Air minum tersedia tanpa dibatasi dan dapat diberikan dalam
botol dengan pipa yang dilengkapi ”klep” peluru bulat yang terletak di ujung pipa
untuk mencegah pertumbuhan kuman, air minum dapat diasamkan atau dikhlorisasi
(Agustina K, 2020).

Alas tidur dan kebersihan kandang Alas tidur Alas tidur harus dapat
menyerap kebasahan dan bau dengan baik, serta bebas dari bahan kimia pencemar.
Meskipun alas tidur harus bersifat higroskopis, tetapi tidak boleh sampai
menimbulkan dehidrasi terutama pada anak mencit/tikus. Alas tidur harus lunak,
tidak tajam, murah, mudah diganti, dan dapat digunakan untuk sarang. Bahan-
bahan alas tidur yang bermanfaat misalnya kayu pasahan, sekam, tongkol jagung
yang digerus. Kandang, rak kandang, botol, dan alat lain harus dibersihkan paling
sedikit sekali seminggu. Alas tidur harus diganti kurang lebih dua kali seminggu
Pembersihan dan disinfeksi peralatan kandang kelinci yang dapat bekerja dengan
baik misalnya Na hipochlorid 0,1 ℅, larutan etanol 25 ℅, larutan Na hidroksida 30
mM 12, larutan glutaraldehid 0,01 ℅ (Agustina K, 2020).
Pada dasarnya semua hewan vertebrata, termasuk unggas, memiliki
morfologi tubuh yang sama, namun memiliki beberapa perbedaan yang
dipengaruhi oleh adaptasi hewan tersebut terhadap habitat dan perilaku
hidupnya di alam (Gale, 2003).

Burung Merpati termasuk hewan bertulang belakang dan berdarah panas.


Suhu tubuhnya sekitar 41° C, bentuk tubuhnya sesuai untuk kehidupan udara
maupun darat karena memiliki sayap yang panjang untuk terbang dan kaki yang
sesuai untuk berjalan dan bertengger tanpa kesulitan. Lehernya panjang dan
fleksibel, kepala besar sehingga memberikan kapasitas bagi otak yang besar,
tubuhnya kompak, kaku dan bagian vitalnya terlindung dengan baik dari
serangan musuh . Salah satu ciri yang membedakan burung merpati dengan
unggas lainnya karena burung merpati dapat menghasilkan crop milk (Levi,
1945)

Djanah dan Sulistyani (1986) menyatakan, bahwa apabila pemeliharaan


burung merpati dilakukan secara intensif, maka pemeliharaan yang awalnya hanya
bersifat hobi dapat diubah dan ditingkatkan menjadi hobi menguntungkan yang
dapat menambah penghasilan. Pada burung merpati juga terdapat bulu halus yang
tampak mengkilap seperti sutra, bila dipegang akan terasa licin dan halus seperti
kapas. Apabila dilihat sepintas seolah-olah bulu ini berminyak dan apabila disiram
air sulit menempel (Sutejo, 1998).

Kebersihan kandang harus selalu diperhatikan, karena kandang yang kotor


dapat menjadi sumber bibit penyakit. Burung merpati hendaknya dimandikan
minimal satu minggu sekali untuk menjaga kebersihan bulu agar tampak bersih,
mengkilap, rapih serta bebas dari serangan penyakit atau kutu. Pengenalan kandang
dilakukan sedini mungkin, dimulai sejak merpati belajar terbang. Kegagalan dalam
pengenalan kandang sangat merugikan, karena resikonya adalah kematian bagi
burung merpati (Soeseno, 2003). Sanitasi sangat diperlukan dalam pemeliharaan
hewan unggas terutama burung merpati, karena unggas relatif cepat dalam
membuang kotoran sehingga perlu dibersihkan agar tidak menjadi bibit penyakit.
Suhu ideal bagi kandang merpati yaitu sekitar 40,1°C – 42,5°C, Suhu tubuh burung
merpati setinggi 104,0°F – 108,5°F menunjukkan betapa cepat kerja metabolisme
tubuh mereka. Suhu tubuh yang tinggi seperti itu, yang dapat membunuh makhluk
darat, justru sangat penting bagi burung untuk bertahan hidup dengan meningkatkan
penggunaan energi, dan, karena itu pula, kekuatannya.kandang merpati yang baik
seharusnya terkena sinar matahari dan cukup tinggi dari permukaan lantai atau
tanah. Membuat kandang pada prinsipnya ada 2 macam kandang merpati, yaitu
kandang pasangan tunggal (single pair) dan kandang pasangan ganda (multiple
pair). Sbelum memelihara burung merpati, alangkah baiknya kita pelajari
karakteristik dan perilaku untuk dapat memilih pejantan dan indukan merpati yang
unggul supaya menghasilkan keturunan yang unggul pula (Pigeon, 2002).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa, kegiatan sanitasi


kandang hewan lab kelinci dapat menghilangkan atau meminimalkan bakteri
transfer ke manusia yang bekerja dengan hewan kecil dan meningkatkan efisiensi
laboratorium pekerja, agar mengurangi biaya tenaga kerja.

4.2 Saran

Dalam kegiatan sanitasi seharusnya memakai APD yang lengkap seperti


wearpack, gloves, masker dan lain-lain agar lebih terjaga dan terhindar dari bakteri
dan penyakit zoonosis. Serta kerjasama tim sangat dibutuhkan agar lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina K. 2020. Animal Welfare. Bali (ID). Universitas Udayana


Appleby MC, Mench JA, Olson IAS, Hughes BO. 2011. Animal Welfare 2 Ed.
CABI Int.

Broom, D.M. (1991). "Animal welfare: concepts and measurement". Journal of


AnimalScience. 69 (10): 4167–75.
Djanah, D. & Sulistyani. 1986. Beternak Merpati. CV Simplex, Jakarta.
Duncan, I.J.H. (1996). "Animal welfare defined in terms of feelings". Acta
Agriculturae Scandinavica, Section A. 27: 29–35.

Gale, H. 2003. Avian Flight. http://www.novelguide.com/a/discover/ grze.08.

Gutzwiller, S.C. 2010. Postcranial Skleletal Pneumaticity, Bone Structure, and


Foraging Style in Two Clades of Neogmath Birds. Thesis. The Honors Tutorial
College, Ohio University. Ohio.

Horn, Mandy & Hudson, Shanice & Bostrom, Linda & Cooper, Dale. (2012).
Effects of Cage Density, Sanitation Frequency, and Bedding Type on Animal
Wellbeing and Health and Cage Environment in Mice and Rats. Journal of
the American Association for Laboratory Animal Science : JAALAS. 51.
781-8.

Levi, W M. 1945 The pigeon Columbia, sumster S. C


Pearce AI, Richards RG, Milz S, Schneider E, Pearce SG Eur Cell Mater. 2007 Mar
2 Animal models for implant biomaterial research in bone: a review.;
13(2):1-10. Wang X, Mabrey JD, Agrawal CM Biomed Mater Eng. An
interspecies comparison of bone fracture properties 1998; 8(1):1-9

Pigeon. 2002. Pigeon Facts. http//www.pleasebekind.com/pigeon.html. Diakses


tanggal 4 Maret 2015

Soeseno, A. 2003. Memelihara dan Beternak Burung Merpati. PT Penebar


Swadaya. Jakarta

Sutejo. 1998. Merpati Tinggi. PT Penebar Swadaya. Jakarta


LAMPIRAN

Gambar a). Kandang burung merpati

Gambar b). Kandang kelinci

Anda mungkin juga menyukai