Anda di halaman 1dari 4

TRAUMA URETRA

B. DEFINISI
Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat trauma dan kebanyakan
disertai fraktur tulang panggul, khususnya os pubis (simpiolisis).
C. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
a) Etiologi
Adanya trauma pada perut bagian bawah, panggul, genetalia eksterna maupun perineum.
Cedera eksternal
- Fraktur pelvis : rupture uretra pars membranasea.
- Trauma selangkangan : ruptur uretra pars bulbosa.
- Iatrogenik : pemasangan kateter folley yang salah.
- Persalinan lama.
- Ruptur yang spontan
b) Klasifikasi
Ruptur uretra dibagi menjadi 2 macam:
1. Ruptur uretra anterior :
Paling sering pada bulbosa disebut Straddle Injury, dimana robekan uretra terjadi antara ramus
inferior os pubis dan benda yang menyebabkannya. Terdapat daerah memar atau hematoma
pada penis dan scrotum (kemungkinan ekstravasasi urine Penyebab tersering : straddle injury
( cedera selangkangan )
Jenis kerusakan :
o Kontusio dinding uretra.
o Ruptur parsial.
o Ruptur total.
2. Ruptur uretra posterior :
- Paling sering pada membranacea.
- Ruptur utertra pars prostato-membranasea
- Terdapat tanda patah tulang pelvis.
- Terbanyak disebabkan oleh fraktur tulang pelvis.
- Robeknya ligamen pubo-prostatikum.
- Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jejas, hematom dan nyeri
tekan.
- Bila disertai ruptur kandung kemih bisa ditemukan tanda rangsangan peritoneum.
Klasifikasi rupture uretra menurut Collapinto & Mc Collum :
1. Stretching/teregang. Tidak ada ekstrvasasi.
2. Uretra putus diatas prostato membranasea. Diafragma urogenital utuh. Ekstravasasi
terbatas pada diafragma urogenital.
3. Uretra posterior, diafragma uretra, dan uretra pars bulbosa proksimal rusak, ekstravasasi
sampai perineum.
RUPTUR URETRA TOTAL
• Penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi ruda paksa.
• Nyeri perut bagian bawah dan daerah supra pubic.
• Pada perabaan mungkin dijumpai kandung kemih yang penuh

D. PATOFISIOLOGI
Ruptur uretra sering terjadi bila seorang penderita patah tulang panggul karena jatuh atau
kecelakaan lalu lintas. Ruptur uretra dibagi menjadi 2 yaitu ; rupture uretra posterior dan anterior.
Ruptur uretran posterior hampir selalu disertai fraktur pelvis. Akibat fraktur tulang pelvis terjadi
robekan pars membranaseae karena prostat dan uretra prostatika tertarik ke cranial bersama
fragmen fraktur. Sedangkan uretra membranaseae terikat di diafragma urogenital. Ruptur uretra
posterior dapat terjadi total atau inkomplit. Pada rupture total, uretra terpisah seluruhnya dan
ligamentum puboprostatikum robek, sehingga buli-buli dan prostat terlepas ke cranial.
Rupture uretra anterior atau cedera uretra bulbosa terjadi akibat jatuh terduduk atau terkangkang
sehingga uretra terjepit antara objek yang keras seperti batu, kayu atau palang sepeda dengan
tulang simpisis. Cedera uretra anterior selain oleh cedera kangkang juga dapat di sebabkan oleh
instrumentasi urologic seperti pemasangan kateter, businasi dan bedah endoskopi. Akibatnya
dapat terjadi kontusio dan laserasi uretra karena straddle injury yang berat dan menyebabkan
robeknya uretra dan terjadi ekstravasasi urine yang biasa meluas ke skrotum, sepanjang penis
dan ke dinding abdomen yang bila tidak ditangani dengan baik terjadi infeksi atau sepsis.
E. MANIFESTASI KLINIS
a) Perdarahan per-uretra post trauma.
b) Retensi urine.
c) Merupakan kontraindikasi pemasangan kateter.
Lebih khusus: Pada Posterior dan Anterior :
Pada Posterior
• Perdarahan per uretra
• Retensi urine.
• Pemeriksaan Rektal Tuse : Floating Prostat.
• Ureterografi: ekstravasasi kontras dan adanya fraktur pelvis.

Pada Anterior:
• Perdarahan per-uretra/ hematuri.
• Sleeve Hematom/butterfly hematom.
• Kadang terjadiretensi urine.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologik
Tampak adanya defek uretra anterior daerah bulbus dengan ekstravasasi bahan kontras
uretografi retrograd.
G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi dini setelah rekonstruksi uretra
• Infeksi
• Hematoma
• Abses periuretral
• Fistel uretrokutan
• Epididimitis
2. Komplikasi lanjut
• Striktura uretra
• Khusus pada ruptur uretra posterior dapat timbul :
- Impotensi
- Inkontinensia
H. PENATALAKSANAAN
1) Pada ruptur anterior
a) Pada ruptur anterior yang partial cukup dengan memasang kateter dan melakukan drainase
bila ada.
b) ruptur yang total hendaknya sedapat mungkin dilakukan penyambungan dengan membuat
end-to-end, anastomosis dan suprapubic cystostomy.
c) Kontusio : observasi, 4-6 bulan kemudian dilakukan uretrografi ulang.
d) sistosomi, 2 minggu kemudian dilakukan uretrogram dan striktura sache jika timbul stiktura
uretra.
e) Debridement dan insisi hematom untuk mencegah infeksi.

2) Pada ruptur uretra posterior


a) Pada rupture yang total suprapubic cystostomy 6-8 minggu.
b) Pada ruptur uretra posterior yang partial cukup dengan memasang douwer kateter.
c) Operasi uretroplasti 3 bulan pasca ruptur.
Daftar Pustaka

Mowschenson , Ilmu Bedah Untuk Pemula , Edisi 2 , Bina Rupa aksara , 1983
JakartaHidayat Samsu , Ilmu Bedah , Edisi revisi, EGC , 1998 , JakartaDepkes RI

Anda mungkin juga menyukai