Anda di halaman 1dari 5

Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004

UPAYA PENGEMBANGAN
USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)
Oleh : Dr. Ir. Mohammad Jafar Hafsah
Abstrak

U
saha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam
pertumbuhan eknomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam
pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara
kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang
mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.
Pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah
maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi
lainnya. Kebijakan pemerintah kedepan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh
dan berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam
memberdayakan UKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling
menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusianya.
Pengembangan UKM kedepan, perlu menggabungkan keunggulan lokal (lingkungan
internal) dan peluang pasar global, yang disinergikan dengan era otonomi daerah dan
pasar bebas.Perlu berpikir dalam skala global dan bertindak lokal (think globaly and
act locally) dalam mengambil kebijakan yang terkait dengan pengembangan UKM.

Pendahuluan 2003 disajikan dalam tabel 1.


Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kendati demikian, kondisi UKM tetap
mempunyai peran yang cukup besar rawan karena keberpihakan bank yang
dalam pembangunan ekonomi nasional, rendah, pasar bebas yang mulai dibuka,
hal ini terlihat dari kontribusinya terhadap serta terbatasnya kebijakan yang
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mendukung sektor usaha kecil.
yang terus meningkat setiap tahunnya. Sedangkan kontribusi usaha yang
Berdasarkan hasil survei dan perhitungan berskala besar pada Tahun 1997 hanya
Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi 37,29 persen dan pada Tahun 2002 turun
UKM terhadap PDB (tanpa migas) pada lagi menjadi 36,11 persen.
Tahun 1997 tercatat sebesar 62,71 persen Jumlah unit UKM dalam 3 (tiga) tahun
dan pada Tahun 2002 kontribusinya terakhir juga mengalami peningkatan rata-
meningkat menjadi 63,89 persen. rata sebesar 9,5 persen tiap tahunnya.
Perbandingan komposisi PDB menurut Pada Tahun 2002 tercatat sebanyak 38,7
kelompok usaha pada Tahun 1997 dan juta dan pada Tahun 2004 sebanyak 42,4

40
Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004

Tabel 1. Perbandingan Komposisi PDB Menurut Kelompok Usaha pada Tahun 1997
dan 2003.

No. Skala Usaha 1997 2003 Pertumbuhan

1. Usaha Mikro & Kecil 171.048 183.125 + 7,06%


(40,45%) (41,11%)
2. Usaha Menengah 78.542 75.975 - 3,25%
(17,41%) (16,61%)
3. Usaha Besar 183.673 185.352 +0,91 %
(42,17%) (45,28%)
433.245 444.453 + 2,59%
(100%) (100%)

Sumber : BPS dan Kementerian Koperasi & UKM (diolah)

juta unit usaha. Peningkatan jumlah unit bangannya. Pengembangan UKM melalui
usaha ini juga diikuti dengan kenaikan pendekatan pemberdayaan usaha, perlu
jumlah tenaga kerja disektor UKM. Pada memperhatikan aspek sosial dan budaya di
Tahun 2004 jumlah pekerja di sektor UKM masing-masing daerah, mengingat usaha
tercatat hampir 80 juta orang, dari jumlah kecil dan menengah pada umumnya tumbuh
tersebut sebanyak 70,3 juta diantaranya dari masyarakat secara langsung.
bekerja disektor usaha kecil dan sisanya Disamping itu upaya pengembangan
disektor usaha menengah. UKM dengan mensinergikannya dengan
Disadari akan begitu besarnya peran industri besar melalui pola kemitraan, juga
UKM dalam perekonomian nasional, akan memperkuat struktur ekonomi baik
maupun dalam penyerapan tenaga kerja nasional maupun daerah. Partisipasi pihak
dan pemerataan distribusi hasil-hasil terkait atau stakeholders perlu terus
pembangunan, maka pemerintah melalui ditumbuhkembangkan lainnya agar UKM
undang-undang No 5 tahun 1999, memberi betul-betul mampu berkiprah lebih besar
batasan terhadap UKM yaitu untuk usaha lagi dalam perekonomian nasional.
kecil adalah usaha yang :
a. memiliki kekayaan (aset) bersih 200 Permasalahan
juta, tidak termasuk tanah dan Pada umumnya permasalahan yang
bangunan tempat usaha, dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah
b. Hasil penjualan tahunan (omzet) (UKM), antara lain meliputi :
paling banyak 1 milyar,
c. Milik warga Indonesia, A. Faktor Internal
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan 1. Kurangnya Permodalan
anak perusahaan atau cabang Permodalan merupakan faktor utama
perusahaan yang diperlukan untuk mengembangkan
Dengan batasan tersebut, maka suatu unit usaha. Kurangnya permodalan
diharapkan peranan pemerintah maupun UKM, oleh karena pada umumnya usaha
masyarakat perlu memberikan perhatian kecil dan menengah merupakan usaha
yang besar untuk mendorong pengem- perorangan atau perusahaan yang sifatnya

41
Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004

tertutup, yang mengandalkan pada modal menumbuhkembangkan Usaha Kecil dan


dari si pemilik yang jumlahnya sangat Menengah (UKM), meskipun dari tahun ke
terbatas, sedangkan modal pinjaman dari tahun terus disempurnakan, namun
bank atau lembaga keuangan lainnya sulit dirasakan belum sepenuhnya kondusif.
diperoleh, karena persyaratan secara ad- Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya
ministratif dan teknis yang diminta oleh persaingan yang kurang sehat antara
bank tidak dapat dipenuhi. pengusaha-pengusaha kecil dengan
pengusaha-pengusaha besar.
2. Sumber Daya Manusia (SDM) yang
Terbatas 2. Terbatasnya Sarana dan Prasarana
Sebagian besar usaha kecil tumbuh Usaha
secara tradisional dan merupakan usaha Kurangnya informasi yang berhu-
keluarga yang turun temurun. bungan dengan kemajuan ilmu penge-
Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari tahuan dan teknologi, menyebabkan
segi pendidikan formal maupun sarana dan prasarana yang mereka miliki
pengetahuan dan keterampilannya sangat juga tidak cepat berkembang dan kurang
berpengaruh terhadap manajemen mendukung kemajuan usahanya
pengelolaan usahanya, sehingga usaha sebagaimana yang diharapkan.
tersebut sulit untuk berkembang dengan
optimal. Disamping itu dengan 3. Implikasi Otonomi Daerah
keterbatasan SDM-nya, unit usaha Dengan berlakunya Undang-undang
tersebut relatif sulit untuk mengadopsi No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
perkembangan teknologi baru untuk Daerah, kewenangan daerah mempunyai
meningkatkan daya saing produk yang otonomi untuk mengatur dan mengurus
dihasilkannya. masyarakat setempat. Perubahan sistem
ini akan mengalami implikasi terhadap
3. Lemahnya Jaringan Usaha dan pelaku bisnis kecil dan menengah berupa
Kemampuan Penetrasi Pasar pungutan-pungutan baru yang dikenakan
Usaha kecil yang pada umumnya pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
merupakan unit usaha keluarga, Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka
mempunyai jaringan usaha yang sangat akan menurunkan daya saing Usaha Kecil
terbatas dan kemampuan penetrasi pasar dan Menengah (UKM).
yang rendah, oleh karena produk yang Disamping itu semangat kedaerahan
dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan yang berlebihan, kadang menciptakan
mempunyai kualitas yang kurang kondisi yang kurang menarik bagi
kompetitif. Berbeda dengan usaha besar pengusaha luar daerah untuk
yang telah mempunyai jaringan yang mengembangkan usahanya di daerah
sudah solid serta didukung dengan tersebut.
teknologi yang dapat menjangkau
internasional dan promosi yang baik. 4. Implikasi Perdagangan Bebas
Sebagaimana diketahui bahwa AFTA
B. Faktor Eksternal yang mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC
1. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Tahun 2020 yang berimplikasi luas
Kondusif terhadap usaha kecil dan menengah untuk
Kebijaksanaan Pemerintah untuk bersaing dalam perdagangan bebas.

42
Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004

Dalam hal ini, mau tidak mau Usaha hanaan prosedur perijinan usaha,
Kecil dan Menengah (UKM) dituntut untuk keringanan pajak dan sebagainya.
melakukan proses produksi dengan
produktif dan efisien, serta dapat 2. Bantuan Permodalan
menghasilkan produk yang sesuai dengan Pemerintah perlu memperluas skim
frekuensi pasar global dengan standar kredit khusus dengan syarat-syarat yang
kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), tidak memberatkan bagi UKM, untuk
isu lingkungan (ISO 14.000) dan isu Hak membantu peningkatan permodalannya,
Asasi Manusia (HAM) serta isu baik itu melalui sektor jasa finansial for-
ketenagakerjaan. mal, sektor jasa finansial informal, skema
Isu ini sering digunakan secara tidak penjaminan, leasing dan dana modal
fair oleh negara maju sebagai hambatan ventura.
(Non Tariff Barrier for Trade). Untuk itu Pembiayaan untuk Usaha Kecil dan
maka diharapkan UKM perlu Menengah(UKM) sebaiknya menggunakan
mempersiapkan agar mampu bersaing baik Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang
secara keunggulan komparatif maupun ada, maupun non bank. Lembaga
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Keuangan Mikro bank antara Lain: BRI unit
Desa dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
5. Sifat Produk Dengan Lifetime Pendek Sampai saat ini BRI memiliki sekitar 4.000
Sebagian besar produk industri kecil unit yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari
memiliki ciri atau karakteristik sebagai kedua LKM ini sudah tercatat sebanyak
produk-produk fasion dan kerajinan dengan 8.500 unit yang melayani UKM. Untuk itu
lifetime yang pendek. perlu mendorong pengembangan LKM .
Yang harus dilakukan sekarang ini
6. Terbatasnya Akses Pasar adalah bagaimana mendorong
Terbatasnya akses pasar akan pengembangan LKM ini berjalan dengan
menyebabkan produk yang dihasilkan baik, karena selama ini LKM non koperasi
tidak dapat dipasarkan secara kompetitif memilki kesulitan dalam legitimasi
baik di pasar nasional maupun operasionalnya.
internasional.
3. Perlindungan Usaha
Upaya untuk Pengembangan UKM Jenis-jenis usaha tertentu, terutama
Pengembangan Usaha Kecil dan jenis usaha tradisional yang merupakan
Menengah (UKM) pada hakekatnya usaha golongan ekonomi lemah, harus
merupakan tanggungjawab bersama mendapatkan perlindungan dari
antara pemerintah dan masyarakat. pemerintah, baik itu melalui undang-
Dengan mencermati permasalahan yang undang maupun peraturan pemerintah
dihadapi oleh UKM, maka kedepan perlu yang bermuara kepada saling
diupayakan hal-hal sebagai berikut : menguntungkan (win-win solution).

1. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif 4. Pengembangan Kemitraan


Pemerintah perlu mengupayakan Perlu dikembangkan kemitraan yang
terciptanya iklim yang kondusif antara lain saling membantu antara UKM, atau
dengan mengusahakan ketenteraman dan antara UKM dengan pengusaha besar di
keamanan berusaha serta penyeder- dalam negeri maupun di luar negeri, untuk

43
Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004

menghindarkan terjadinya monopoli dalam mengatasi permasalahan baik internal


usaha. Disamping itu juga untuk maupun eksternal yang dihadapi oleh
memperluas pangsa pasar dan UKM.
pengelolaan bisnis yang lebih efisien.
Dengan demikian UKM akan 7. Memantapkan Asosiasi
mempunyai kekuatan dalam bersaing Asosiasi yang telah ada perlu
dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari diperkuat, untuk meningkatkan perannya
dalam maupun luar negeri. antara lain dalam pengembangan jaringan
informasi usaha yang sangat dibutuhkan
5. Pelatihan untuk pengembangan usaha bagi
Pemerintah perlu meningkatkan anggotanya.
pelatihan bagi UKM baik dalam aspek
kewiraswastaan, manajemen, adminis- 8. Mengembangkan Promosi
trasi dan pengetahuan serta keteram- Guna lebih mempercepat proses
pilannya dalam pengembangan kemitraan antara UKM dengan usaha
usahanya. Disamping itu juga perlu besar diperlukan media khusus dalam
diberi kesempatan untuk menerapkan upaya mempromosikan produk-produk
hasil pelatihan di lapangan untuk yang dihasilkan. Disamping itu perlu juga
mempraktekkan teori melalui diadakan talk show antara asosiasi dengan
pengembangan kemitraan rintisan. mitra usahanya.

6. Membentuk Lembaga Khusus 9. Mengembangkan Kerjasama yang


Perlu dibangun suatu lembaga yang Setara
khusus bertanggung jawab dalam Perlu adanya kerjasama atau
mengkoordinasikan semua kegiatan koordinasi yang serasi antara pemerintah
yang berkaitan dengan upaya penum- dengan dunia usaha (UKM) untuk
buhkembangan UKM dan juga berfungsi menginventarisir berbagai isu-isu mutakhir
untuk mencari solusi dalam rangka yang terkait dengan perkembangan usaha.

DAFTAR PUSTAKA

Ariawati, Ria Ratna. 2004. Usaha Kecil dan Kesempatan Kerja. Fakultas Ekonomi,
UNIKOM. Jakarta.

Dipta, I. Wayan. 2004. Membangun Jaringan Usaha Bagi Usaha Kecil dan Menengah.
Jakarta.

Pangabean, Riana. 2004. Membangun Paradigma Baru Dalam Mengembangkan UKM.


Jakarta.

Iwantono, Sutrisno. 2004. Pemikiran Tentang Arah Kebijakan Pemerintah Dalam


Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta.

Taufiq, Muhammad. 2004. Strategi Pengembangan UKM Pada Era Otonomi Daerah
dan Perdagangan Bebas. Jakarta.

44

Anda mungkin juga menyukai