1. TUJUAN PRAKTIKUM
b) Mahasiswa mampu memahami cara kerja dan gejala yang ditimbulkan oleh obat-obat
golongan SSO (kolinergik dan antikolinergik)
2. DASAR TEORI
Pseudoephedrine PO 60 mg q4-6h
hydrochloride
Ritodrine PO, IV PO : 10 mg q2h; IV : 50-350 mcg/menit
Salmeterol xinafoate Inhalasi 2 aerosol inhalasi (42 mcg) bid
Terbutaline sulfate PO, Inhalasi, SC PO : 2.5-5 mg tid; Inhalasi : 2 inhalasi
q4-6h; SC: 0.25 mg q15-30 menit
ditingkatkan hingga 0.5 mg dalam 4h
1. Spuit 1 ml 2 buah
2. Sonde oral mencit 1 buah
3. Papan datar bulat 1 buah
4. Beakerglass 50 ml 1 buah
5. Sudip 1 buah
6. Labu takar 10 ml 1 buah
7. Pipet volume 2 buah
8. Kawat traksi 1buah
9. Senter untuk pengamatan pupil 1 buah
B. Bahan :
= 0,16 mg
x = 0,053 mg
x = 0,8 ml
Larutan stok 10 ml
3. Atropin sulfat inj (antikolinergik) ampul
Atropin sulfat im 0.4 mg
=0.0014 mg
= ml = 0,1 ml
LEMBAR KERJA PENGAMATAN
Keingintahuan yg
berlebihan, keadaan tidak Stimulasi SSP x x
tenang
Gosokan/belaian kaki
depan pada muka/ badan Stimulasi SSP x
berlebihan
Depresi SSP
Ketakutan relaksasi x x
muskular
Menggeliat Reaksi x x
muskular
Berdasarkan percobaan yang dilakukan di dapatkan hasil mencit yang diberikan obat atropin
sulfat menunjukan gejala seperti gangguan koordinasi gerakan, keingintahuan yang berlebihan,
keadaan tidak tenang, berjalan, berlari/meloncat, defekasi yang kerap, bulu badan berdiri,
kehilangan daya mencengkram,ekor berdiri,gosokan/belaian kaki depan pada muka/badan
berlebihan, peningkatan aliran darah pada pembuluh darah perifer pada telinga dan ekor,
kewaspadaan meningkat,ketakutan,pengeluaran air mata,menggeliat, kecepatan pernafasan menjadi
meningkat, respon kaget meningkat. Dari gejela-gejala tersebut dapat dilihat aktivitas obat
antikolinergik. Kemudian mencit yang diberikan obat Pilokarpin menunjukan gejala agresif dengan
kata lain menjadi berkeingintahuan yang berlebihan, keadaan tidak tenang adanya gosokan/belaian
kaki depan pada muka/badan berlebihan,peningkatan aliran darah pada pembuluh darah perifer pada
telinga dan ekor,kewaspadaan meningkat, pelebaran pupil mata, adanya respon menggeliat,
kecepatan pernafasan menjadi meningkat, serta pengurangan reaksiatas jepitan pada ekor dari gejala
tersebut dapat dilihat aktivitas obat kolinergik. Dan yang terakhir yaitu mencit yang telah diberikan
propranolol menunjukan gejala seperti bulu badan berdiri, ekor berdiri ,sikap tubuh tertentu yang
dapat dipertahankan selamanya ,ketakutan,kecepatan pernafasan menjadi meningkat ,tenang, diam,
aktivasi berkurang serta gemetar. Dari gejala-gejala tersebut dapat dilihat adanya aktivitas obat
antiadrenergic.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a. Obat adrenergic adalah obat yang bekerja pada saraf simpatik, mirip dengan adrenalin,
norepineprin dan epineprin. Obat kolinergik bekerja pada parasimpatik, mirip dengan
asetilkolin.
b. Obat adrenergic bekerja dengan meningkatkan kerja saraf simpatik sedangkan antiadrenergic
bekerja menghambat simpatik. Obat kolinergik memicu system saraf parasimpatik,
sedangkan antikolinergik menghambat system saraf parasimpatik.
EVALUASI
1. Apa saja perbedaan obat-obat adrenergik, antiadrenergik, kolinergik dan antikolinergik?
Jawab:
Perbedaan yang terdapat pada obat-obat adrenergik, antiadrenergik, kolinergik dan antikolinergik
terletak pada efek yang ditimbulkan dari obat tersebut ketika bereaksi. Dikatakan obat adrenergik
atau simpatomimetik karena efek obatnya menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas
susunan saraf simpatis sedangkan obat-obat antiadrenergik atau simpatolitik yaitu obat yang
menghambat timbulnya efek akibat aktivitas saraf simpatis. Kemudian untuk kolinergik atau
obat-obat parasimpatomimetik efeknya yang dihasilkan menyerupai efek yang ditimbulkan oleh
aktivitas susunan saraf parasimpatis serta obat-obat antikolinergik atau parasimpatolitik
menghambat timbulnya efek akibat aktivitas saraf parasimpatis (Mardjono, 2009).
Daftar pustaka :
Mardjono, Mahar. 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: UI Press.
2. Gejala apa saja yang dihasilkan oleh obat adrenergik,antiadrenergik, kolinergik, dan
antikolinergik?
Jawab:
Gejala yang ditimbulkan oleh obat-obatan ini dapat berupa depresi mental, peningkatan berat
badan, kemerahan karna aliran darahnya, kongesti nasal atau gangguan napas yang berat, depresi
mental yang berat, peningkatan tonus dan motilitas saluran cerna seperti diare (Mutchler, 1991).
Daftar pustaka :
Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi Kelima. Bandung: ITB Press
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P.O. and Knoben, J.E., 1993, Handbook of Clinical Drug Data, 281, Drug
Intelligence Publication : Hamilton
BPOM. 2015. Pusat Informasi Obat Nasional. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
Hoffman BB, Adrenoceptor-Activating and Other Sympatomimetic Drugs in Basic and Clinical
Pharmacology, 9th ed. 2004. McGraw-Hill, San Francisco, pp.122- 159
Indijah, Sujati Woro dan Purnama Fajri. 2016. Farmakologi. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Indra, Imai. 2012. Aktivitas Otonom. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol.12 No 3. Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Nugroho. Agung Endro, 2012, Farmakologi : Obat-obat penting dalam pembelajaran ilmu
farmasi dan dunia kesehatan, Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Rao, P. R., Reddya, M. N., Ramakrishna, S., danDiwana, P. V., 2003, Comparative in Vivo
Evaluation of Propranolol Hydrochloride After Oral and Transdermal
Administration in Rabbits, Eur. J. Pharm. Biopharm., 56(1): 81 –85.
Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja.2007. Obat – obat penting. Jakarta : PT Elex Media
komputindo
PERCOBAAN I B
OBAT ANTIDEPRESAN PADA MENCIT
(SSP)
1. TUJUAN
Mengetahui gejala depresi alami pada hewan mencit
Mengamati respon immobilitas atau aktivitas motorik mencit terhadap obat-obat
antidepresan pada berbagai metode
Memahami tentang mekanisme kerja, efek farmakologik, kegunaan klinis dan efek
samping obat antidepresan
Mampu memberikan kesimpulan dan menginterpretasikan data-data pengujian atas dasar
mekanisme kerja obat dalam tubuh
2. DASAR TEORI
Tabel 1. Lini Pertama Obat Kecemasan
Tipe Kecemasan Benzodiazepin SSRIs Lainnya
Alprazolam Escitalopram oxalate Buspirone
hydrochlorid
Diazepam
Lorazepam
Oxazepam
Alprazolam Paroxetine
Panic Disorder Clonazepam Sertraline hydrochloride
Lorazepam
Obsessive Citalopram hydrobromide
Compulsive Escitalopram oxalate
Disorder Fluoxetine hydrochloride
Fluvoxamine maleate
Paroxetine
Sertraline hydrochloride
Post-Traumatic Paroxetine
Stress Disorder Sertraline hydrochloride
Intermediate-acting
Amobarbital PO Penenang : 30–50 mg b.i.d. -t.i.d. Hipnotik :
65–200 mg (maks: 500 mg/hari)
Kerja Panjang
Mephobarbital PO Penenang : 32–100 mg t.i.d.
Phenobarbital PO Penenang : 30–120 mg/hari
Benzodiazepine
Alprazolam PO 0.25–2 mg t.i.d.
Chlordiazepoxide PO 5–25 mg t.i.d.-q.i.d.
Clonazepam PO 1–2 mg/hari dalam dosis terbagi (maks : 4
mg/ hari)
Special Anxiolytic
Buspirone PO 7.5–15 mg dalam dosis terbagi (maks : 60
hydrochloride mg/hari)
Tabel 3. Antipsikotik
Nama Generik Rute Dosis
Agen Konvensional
Chlorpromazine hydrochloride PO, IM, IV, 50–400 mg/day
PR
(suppository)
Obat-obat antidepresan (fenobarbital tablet, diazepam 2 mg tablet, haloperidol tablet)
masing-masing 2 tablet untuk 1 kelas praktikum. Suspensi dibuat sehari sebelum
praktikum.
Suspensi Na CMC 0,5%
ALAT (per kelompok kecil)
Platform (papan datar) 1
kawat traksi 1
hole board (papan berlubang) 1
spuit injeksi 1
Sonde oral mencit 1
Vial 10 ml atau beakerglass 50 ml untuk wadah sediaan 4
Kotak kaca 1
4. CARA KERJA
Mencit diinduksi depresi menggunakan suara bising
Mencit dibagi dua kelompok yaitu kelompok uji & kelompok kontrol.
1. Uji efek antidepresan metode hole board (papan berlubang)
Mencit 1 (kontrol) diberi air suling atau larutan pensuspensi peroral. Mencit 2 (uji)
diberi suspensi yang mengandung bahan obat. Mula kerja diperkirakan 15 – 30 menit.
Setelah itu, mencit diletakkan di tengah-tengah permukaan hole board. Selanjutnya
dihitung jumlah jengukan kepala mencit ke dalam lubang sampai batas ujung daun
telinga.
Durasi pengamatan 15 menit sampai dengan 1 jam atau bergantung pada mula kerja
dan durasi aksi obat yang digunakan sebagai bahan uji.
Untuk analisa interpretasi data hasil uji disini adalah hasil jengukan mencit pada
jangka waktu 15 – 60 menit pada mencit kontrol dan uji. Apabila jumlah jengukan
pada kelompok uji lebih besar secara bermakna dibandingkan dengan kelompok
kontrol maka bahan uji atau bahan obat memiliki efektivitas terhadap aktivitas
motorik.
Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis (cara analisis sama dengan metode
holeboard)
3. Uji efek antidepresan metode traksi
Traksi adalah suatu metode regangan atau tarikan otot. Pada eksperimen ini dilakukan
peregangan otot anggota gerak hewan (mencit). Kekuatan daya peregangan otot disini
merupakan manifestasi dari aktivitas motorik, sedangkan aktivitas motorik dijadikan
parameter pada eksperimen metode ini.
Persiapan hewan uji, bahan uji, pengumpulan dan cara analisa data pada metode ini
menggunakan prinsip yang sama dengan 2 metode diatas. Perbedaan pada alat yang
digunakan yaitu alat traksi.
Data yang dicatat adalah durasi saat mencit diletakkan pada kawat traksi hingga jatuh.
Hewan yang diberi antidepresan pada umumnya memiliki efek traksi yang lebih lama
secara signifikan, apabila dibandingkan dengan mencit normal tanpa obat.
5. PERHITUNGAN DOSIS
Dosis setiap obat disetarakan dengan dosis manusia. Konversi dosis dari manusia ke
mencit adalah 0.0026.
1. Dosis diazepam
Konversi Dosis =
= 10 mg x 0,0026 x
= 0,04 mg
Larutan Stok =
= 0,8 mg
X= 35,36 mg
X= 0,035 gram
Jadi diazepam yang harus ditimbang untuk membuat 10 ml larutan stok adalah 0,035 gram.
2. Dosis haloperidol
Seekor mencit dengan berat 29,8gram akan diberikan Haloperidol dengan dosis 50 mg secara
oral. Tentukan:
a. Berapa dosis Haloperidol yang diberikan pada mencit?
b. Berapa mg yang ditimbang untuk membuat larutan stok sebanyak 10 mL?
c. Berapa dosis timbang setara tablet?
Jawab:
a. Dosis Haloperidol =
= 0,9 mg
=3,8 mg
c. dosis timbang setara tablet
=161,3mg
1 31,8 NaCMC 48 3 5 3 6 5 4
2 31,8 Diazepam 8 13 21 23 20 23 4
3 28,8 Haloperidol - - - - - - -
PEMBAHASAN
Percobaan yang telah dilakukan pada tanggal 4 November 2019 berjudul obat
antidepresan pada mencit (SSP). Dengan tujuan untuk Mengetahui gejala depresi alami pada
hewan mencit, Mengamati respon immobilitas atau aktivitas motorik mencit terhadap obatobat
antidepresan pada berbagai metode, Memahami tentang mekanisme kerja, efek farmakologik,
kegunaan klinis dan efek samping obat antidepresan.
Sistem Saraf Pusat (SSP) merupakan salah satu bagian dari sistem saraf, yang terdiri dari
otak dan sumsum tulang belakang. SSP berfungsi untuk mengkoordinasi segala aktivitas tubuh
manusia. (Nugroho, 2014). Susunan saraf pusat (SSP) terdiri dari otak (ensefalon) dan medula
spinalis, yang merupakan pusat kontrol seluruh aktifitas tubuh. Bagian fungsional pada susunan
saraf pusat adalah neuron akson sebagai penghubung dan transmisi elektrik antar neuron, serta
dikelilingi oleh sel glia yang menunjang secara mekanik dan metabolik (Bahrudin, 2013). Sistem
saraf pusat sangat peka dengan efek obat- obatan sehingga sebagian besar obat yang diberikan
dalam dosis besar dapat menimbulkan efek berlebih terhadap sistem saraf pusat. Kemampuan
obat untuk menembus sawar darah otak hanya ditentukan oleh adanya kelarutan bentuk non-ion
dalam lemak. Obat yang seluruhnya atau sebagian dalam bentuk ion ketika dalam keadaan
normal tidak dapat menuju otak. Obat-obat yang bekerja mempengaruhi sistem saraf pusat dibagi
menjadi dua yaitu depresansia SSP dan stimulansia SSP. Depresansia SSP memiliki mekanisme
kerja secara spesifik pada satu atau lebih pusat otak. Jenis obat ini adalah golongan sedative-
hipnotik dan golongan analgesik. Obat golongan sedatif-hipnotik merupakan obat yang
menyebabkan depresi ringan sampai terjadi efek tidur, yang termasuk golongan obat ini adalah
etanol, barbiturate, dan benzodiazepam. Sedangkan golongan analgesic merupakan obat yang
berefek pada penghilangan rasa nyeri atau analgesic. SSP adalah obat yang meningkatkan
aktivitas otak dan spinal cord yang digunakan untuk menghambat efek golongan depresansia
SSP, yang termasuk obat golongan ini adalah ephedrine dan amphetamine (Syamsuddin,2011).
Dalam percobaan ini obat yang digunakan pertama yaitu Diazepam. Obat diazepam
bekerja sebagai derivat dari benzodiazepine secara selektif pada reseptor asam gama -
aminobutirat A (GABAA) yang memerantarai penghambatan transmisi sinaptik yang cepat
melalui susunan saraf pusat (SSP), diazepam secara spesifik terikat pada tempat ikatan alosterik
dan meningkatkan afinitas GABA pada reseptornya sehingga menyebabkan peningkatan
frekuensi pembukaan kanal klorida. Dosis oral: ansietas 2 mg 3 kali/hari, dinaikkan bila perlu
sampai 15-30 mg/hari dalam dosis terbagi. Untuk LANSIA atau debil dosis setengahnya.
Insomnia yang disertai ansietas 5-15 mg sebelum tidur. Injeksi intramuskular atau injeksi
intravena lambat (kedalam vena yang besar dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit) untuk
ansietas akut berat, pengendalian serangan panik akut, dan putus alkohol akut: 10 mg diulangi
bila perlu setelah tidak kurang dari 4 jam. Infus intravena lihat 4.8.1. Dengan melalui Rektal
sebagai larutan untuk ansietas akut dan agitasi: 10 mg (lansia 5 mg) diulang setelah lima menit
bila perlu. Untuk ansietas apabila pemberian oral tidak dapat dilakukan obat diberikan melalui
rektum sebagai supositoria: 10-30 mg (dosis lebih tinggi terbagi). Memiliki Indikasi pemakaian
jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan pada putus alkohol akut, status
epileptikus, kejang demam, spasme otot (BPOM, 2015).
Kemudian obat kedua yang digunakan yaitu obat haloperidol. Obat ini merupakan obat
antipsikotik yang termasuk dalam kelas butirofenon. Haloperidol termasuk dalam antipsikotik
yang bersifat D2 antagonis yang sangat poten, serta efektif memblok reseptor di sistem limbik
otak, dopaminergik diblokir pada jalur nigrostriatal sehingga memicu terjadinya efek samping
berupa sindrom ekstrapiramidal dan gangguan gerak yang lebih dominan terjadi (Yulianty et al,
2017). Haloperidol juga termasuk golongan potensi rendah untuk mengatasi penderita dengan
gejala gaduh, gelisah, hiperaktif, dan sulit tidur. Haloperidol berfungsi untuk menenangkan
keadaan mania pasien psikosis (Zahnia dan Sumekar, 2016). Dosis haloperidol secara per oral
untuk Psikosis Skizofrenia dan Maniayaitu 0,5-5 mg 2-3 kali / hari. Dosis maksimal yaitu 30 mg
/ hari. Dosis secara IM untuk Psychoses; Skizofrenia yaitu 2-10 mg, dosis berikutnya diberikan
setiap 60 menit sampai gejalanya terkontrol, diberikan dengan interval dosis 4-8 jam. Dosis
maksimal 18 mg / hari. Haloperidol mudah diserap dari saluran pencernaan. Ketersediaan
hayatinya sekitar 60-70% jika diberikan secara oral. Waktu yang dibutuhkan untuk memuncak
konsentrasi plasma yaitu 2-6 jam (oral) dan 20 menit (IM). Distribusi pada haloperidol yaitu
melintasi penghalang darah-otak dan memasuki ASI. Ikatan protein plasma pada haloperidol
sekitar 92%. Haloperidol Secara luas dimetabolisme di hati melalui dealkilasi oksidatif dan
akhirnya terkonjugasi dengan glisin. Haloperidol diekskresi melalui urin (30%, 1% sebagai obat
tidak berubah). Waktu paruh eliminasi yaitu sekitar 12-38 jam (oral) (MIMS, 2018).
Dalam percobaan kali ini dilakukan 3 metode. Yang pertama yaitu metode papan
berlubang, metode papan datar, dan metode traksi. Prosedur pertama yang dilakukan adalah
mula-mula dibuat larutan Kontrol NaCMC 0.5% dalam 50 mL Pembuatan Larutan Kontrol
NaCMC digunakan sebagai kontrol negatif yaitu berfungsi sebagai pembanding yang
menunjukkan reaksi hasil negatif atau tidak adanyaa efek obat sso dan ssp karena mencit tidak
menghasilkan data sesuai teori, seharusnya mencit mengalami gejala stress dan hiperaktif
berlebih dengan ditandai jengukan kepala kedalam lubang namun hal tersebut tidak terjadi. Hal
ini dapat dibebabkan karena pada saat perlakuan mencit awal tidak dilakukan perangsangan
stress pada mencit. Adapun karakteristik NaCMC serbuk atau butiran, putih atau putih kuning
gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau, mudah mendispersi dalam air, membentuk
koloidal. Mempunyai kelarutan yang mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloid,
tidak larut dalam etanol, eter, dan pelarut organic lain (Depkes RI, 1979). Dalam praktikum ini
dibuat larutan kontrol menggunakan NaCMC 0,5 % dalam 50 mL didapatkan hasil yang
ditimbang 0,25 gram kemudian dipanaskan 50 mL aquades di atas penangas. Di masukkan 50mL
aquades panas ke dalam mortir lalu taburkan NaCMC diatasnya tunggu hingga mengembang
kemudian gerus hingga homogeny, tuangkan ke dalam gelas kimia. Sebelum dioralkan mencit
yang digunakan ditimbang terlebih dahulu didapatkan berat mencit sebesar 31,8 gram. Lalu
dioralkan mencit dengan larutan kontrol yang telah dibuat sebanyak 0,5 ml. setelah dioralkan
dibiarkan mencit selama 15 menit untuk menunggu kerja efek larutan yang dioralkan. Adapun
tujuan pemberian larutan kontrol NaCMC secara oral yaitu untuk memudahkan dalam proses
pemberian, proses reabsobsi lebih lambat dan panjang sehingga dapat diamati secara seksama,
kemudian untuk menghindari pemberian yang menyebabkan nyeri agar hewan uji tidak
memberikan respon palsu atas pemberian larutan kontrol yang dapat disebabkan karena hewan
uji menjadi agresif dan stress karna perlakuan yang dapat menyakiti hewan uji serta menghindari
kerusakan jaringan kulit dan jaringan organ dalam dari hewan uji.
Metode yang kedua yaitu metode papan datar yang dilakukan dengan menggunakan
bahan obat diazepam tablet. Dengan cara mula-mula disiapkan hewan uji dan dikelompokkan
menjadi dua yaitu kelompok control dan kelompok uji dan disiapkan pula larutan yang telah
dibuat, kemudian mencit kelompok uji diberikan larutan obat yang telah disiapkan, control tidak
dilakukan pada saat ini karena telah dilakukan bersamaan dengan kontrol haloperidol.
Selanjutnya bahan obat dioralkan ke mencit sebanyak 0.5 ml . Mula kerja diperkirakan 15-30
menit, setelah dioralkan mencit diletakkan di papan berlubang dan hitung jumlah jengukan
kepala mencit ketepi platform tersebut smpai batas ujung telinga. Durasi pengamatan yaitu 15 -
60menit atau bergantung pada mula kerja obat dan durasi aksi obat yang digunakan sebagai
bahan uji. Untuk analisa interpretasi data hasil uji disini adalah hasil jengukan mencit pada
jangka waktu 15- 60 menit pada mencit kontrol dan uji. Pengujian menggunakan traksi hanya
dilakukan dengan control NaCMC 0,5 %.
Kemudian metode yang terakhir yaitu metode papan berlubang yang dilakukan dengan
cara. Mula-mula disiapkan hewan uji larutan yang telah dibuat, kemudian mencit uji diberikan
larutan obat yang telah disiapkan, control tidak dilakukan pada saat ini karena telah dilakukan
bersamaan dengan kontrol diazepam. Selanjutnya bahan obat dioralkan ke mencit sebanyak 0.5
ml . Mula kerja diperkirakan 15-30 menit, stelah dioralkan mencit diletakkan di papan berlubang
dan hitung jumlah jegukan kepala mencit kedalam lubang tersebut smpai batas ujung telinga.
Durasi pengamatan yaitu 15-60menit atau bergantung pada mula kerja obat dan durasi aksi obat
yang digunakan sebagai bahan uji. Untuk analisa interpretasi data hasil uji disini adalah hasil
jegukan mencit pada jangka waktu 15-60 menit pada mencit kontrol dan uji.
Mencit yang diberikan diazepam pada metode platform menunjukkan bahwa mencit
mengalami jengukan awal pada detik ke 8, kemudian pada menit ke 5 pertama terdapat 13 kali
jengukan, pada menit ke 10 terjadi 21 kali jengukan, pada menit ke 15 terjadi 23 jengukan, pada
menit ke 20 terdapat 20 kali jengukan, menit ke 25 terjadi 23 kali jengukan, pada menit ke 30
terjadi 4 kali jengukan. Dari hasil didapatkan diketahui bahwa obat yang diberikan pada mencit
memberikan efek terapi yang tidak diinginkan. Seharusnya setelah pemberian obat, mencit
terlihat sangat tenang tanpa melakukan pergerakan apapun termasuk melakukan jengukan
kedalam platform. Menurut teori, semakin banyak jumlah jengukan kepala mencit maka
menandakan mencit tersebut semakin depresi. Hal ini dikarenakan efek dari diazepam yang
menyebabkan mencit tersebut menjadi lebih tenang, berkurangnya kecemasan sehingga tidak
melakukan jengukan kepala ke dalam lubang pada platform dan melakukan aktivitas motorik
lainnya. Sehingga dapat disimpulkan obat yang diinduksikan pada saat praktikum tidak
memberikan efek yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh kesalahan praktikan ketika
mengoralkan obat pada mencit.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Gejala depresi alami yang dialami tikus ditandai dengan tikus sangat agresif, dapat
menggigit, serta dapat meningkatkan aktivitas motorik dengan dilihat banyaknya
gerakan pada platform.
2. Dari metode hole board dapat dilihat tikus yang diberikan antidepresan lebih sedikit
menjenguk kepala ke dalam lubang, pada metode platform yang sama juga ditemuka,
tikus lebih sedikit menjenguk ke pinggir-pinggir papan platform. Pada traksi mencit yang
menggunakan antidepresan lebih lama bergantung pada traksi.
3. Mekanisme kerja dari Haloperidol memiliki mekanisme yaitu memblok reseptor
dopaminergik D1 dan D2 yang terdapat di postsinaptik mesolimbik otak. Diazepam
memiliki mekanisme yaitu Diazepam bekerja sebagai agonis reseptor benzodiazepin
dan dapat berikatan kuat dengan reseptor tersebut.
4. Mekanisme kerja dari diazepam yaitu diazepam sebagai derivat dari benzodiazepine
bekerja secara selektif pada reseptor asam gama - aminobutirat A (GABAA) yang
memerantarai penghambatan transmisi sinaptik yang cepat melalui susunan saraf pusat
(SSP), diazepam secara spesifik terikat pada tempat ikatan alosterik dan meningkatkan
afinitas GABA pada reseptornya sehingga terjadi peningkatan frekuensi pembukaan
kanal klorida
PERTANYAAN
1. Gejala klinis depresi apa yang ditunjukkan oleh mencit pada percobaan
ini ? Jawab:
Pada percobaan ini, gejala klinis depresi yang ditunjukkan oleh tikus yaitu behavioral despair
dan anhedonia, ditandai dengan perilaku tikus yang menunjukkan rendahnya motivasi dan usaha
tikus pada uji traksi. Dan anxiety/kecemasan pada tikus, ditandai dengan banyaknya jumlah
tengokan tikus pada uji hole board & platform. Gejala ini juga dapat ditandai dengan
tikus yang menghindar dari tempat terang, yang merupakan gejala
klinis depresi/kecemasan pada hewan coba. (Mycek, 2001)
Daftar Pustaka:
Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya Medika.
2. Jelaskan kegunaan klinis dan efek samping obat antidepresan pada percobaan
ini ? Jawab:
Yang pertama yaitu obat haloperidol, bermanfaat untuk mengatasi gejala psikosis pada gangguan
mental, seperti skizofenia, dan mengatsi gejala syndrome Tourette. Efek sampingnya yaitu
gangguan siklus menstruasi, keinginan untuk terus bergerak, sulit tidur, sakit kepala.(MIMS, 20).
Yang kedua yaitu obat diazepam, bermanfaat untuk mengobati kecemasan, gejala putus alkohol,
dan kejang. Obat ini juga digunakan untuk melemaskan kejang otot dan sebagai obat penenang
menjelang prosedur medis. Dengan efek sampingnya yaitu, mengantuk, kelemahan otot, ataksia,
reaksi paradoksikal dalam agresi, gangguan mental, amnesia, ketergantungan, depresi
pernapasan, kepala terasa ringan hari berikutnya, bingung. Kadang-kadang terjadi: nyeri kepala,
vertigo, hipotensi, perubahan salivasi, gangguan saluran cerna, ruam, gangguan
penglihatan, perubahan libido, retensi urin, dilaporkan juga kelainan darah dan
sakit kuning, pada injeksi intravena terjadi: nyeri, tromboflebitis dan jarang
apneu atau hipotensi (PIONAS,2015).
Daftar Pustaka:
BPOM. 2015. Pusat Informasi Obat Nasional. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
BPOM. 2015. Pusat Informasi Obat Nasional. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Nugroho, Taufan,dkk. 2014. Buku ajar asuhan kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Syamsuddin. 2011. Buku Ajar farmakoterapi kardiovaskular dan renal. Jakarta : Medika pp.
Zahnia, S., dan Sumekar, D.W. 2016. Kajian epidemologis Skizofrenia. Vol 5. No.4.