Anda di halaman 1dari 7

PENENTUAN KADAR EKSTRAKTIF KAYU TERLARUT SODIUM

HYDROXIDE 1 PERSEN
Halyzahyani Harahap

Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Jambi

Jalan Raya Jambi – Muara Bulian KM. 15 Mendalo Darat Kode Pos 36361, Indonesia

E-Mail: halyzahyani98@gmail.com

Abstrack

Water is often referred to as a universal solvent because it dissolves chemicals. Water is in


a dynamic equilibrium between the liquid and solid phases under standard pressure and
temperature. In the form of ions, water can be described as a hydrogen ion (H +) associated
(bound) with a hydroxide ion (OH-). This chemical is an important solvent, which has the
ability to dissolve many other chemicals. One of them is water can also be used to dissolve
extractive substances by using NaOH solvent.

NaOH is a type of caustic metal base. Formed from basic oxides Sodium oxide is
dissolved in water. Sodium hydroxide forms a strong alkaline solution when dissolved in
water. NaOH is very soluble in water and releases heat when dissolved, because the
dissolution process in water reacts exothermicly. Sodium hydroxide also dissolves into
ethanol and methanol, although the solubility of NaOH in both of these liquids is smaller
than the solubility of KOH. And this sodium hydroxide cannot be dissolved in diethyl ether
and other non-polar solvents.

Keywords :Water and NaOH Solution.

Abstrak

Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan zat kimia. Air berada
dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat dibawah tekanan dan tenperatur
standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang
berasosiasi (berikatan) dengan sebuoah ion hidroksida (OH-). Zat kimia ini merupakan suatu
pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya.
Salah satunya air juga bisa berperan untuk melarutkan zat ekstraktif dengan menggunakan
pelarut NaOH.
NaOH ini adalah sejenis basa logam kaustik. Yang terbentuk dari oksida basa Natrium
oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat saat di
larutkan ke dalam air. NaOH ini sangat larut dalam air dan melepaskan panas ketika di
larutkan, di karenakan pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis. Natrim
hidroksida juga larut ke dalam etanol dan metanol, meskipun kelarutan NaOH dalam kedua
cairan ini lebih kecil dari pada kelarutan KOH. Dan Natrium hidroksida ini tidak bisa di
larutkan pada dietil eter dan pelarut non polar lainnya.

Kata Kunci : Air, Larutan NaOH.

PENDAHULUAN

Selain selulosa,hemiselulosa,dan lignin komponen lainnya yang terdapat dalam kayu


adalah substansi yang biasa di sebut zat ekstraktif. Zat ekstraktif biasanya berada di dalam
pori-pori dan dinding sel tanaman berkayu dalam jumlah yang sedikit. Zat ekstraktif tersebut
semuanya bisa larut dalam pelarut kimia, hal ini disebabkan karna adanya struktur lain dalam
zat ekstraktif tersebut mineral atau getah yang mempunyai drajat kondensasi yang tinggi. Zat
ekstraktif yang umumnya mempunyai gugus alkhol dan berikatan dengan lignin, kadang
dapat di ekstraksi dengan pelarut netral. (Achmadi,1990).

Adapun pelarut yang di gunakan dalam praktikum kali ini adalah Sodium Hdyroxide
(NaOH) 1%. NaOH ini adalah sejenis basa logam kaustik. Yang terbentuk dari oksida basa
Natrium oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang
kuat saat di larutkan ke dalam air. NaOH ini sangat larut dalam air dan melepaskan panas
ketika di larutkan, di karenakan pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara
eksotermis. Natrim hidroksida juga larut ke dalam etanol dan metanol, meskipun kelarutan
NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil dari pada kelarutan KOH. Dan Natrium hidroksida
ini tidak bisa di larutkan pada dietil eter dan pelarut non polar lainnya.

Larutan alkalin (NaOH) akan mudah melarutkan zat ekstraktif yang letaknya jauh di
dalam batang hal ini di sebabkan larutan basa yang heterogen mampu menyusup lebih dalam
ke jaringan kayu, sehingga terjadi peristiwa pengembangan (swelling) dan bahan yang
terdapat dalam jaringan kayu akan mudah di larutkan. NaOH juga mampu melarutkan
sebagian besar hemiselulosa khususnya rantai cabangnya baik dari pentosa, heksosa maupun
asam organik. (Browing,1967).
METODELOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 10 oktober 2019 – 12 oktober 2019 dan
di mulai pada jam 13.00 WIB – selesai, yang bertempatkan di Lab Teknologi Hasil Hutan
Universitas Jambi.

Alat dan Bahan

- Alat
Labu elenmeyer, Gelas beaker, Kertas saring, Corong, Oven, Aluminium foil, Alat tulis,
Water bath, desikator, Timbangan analitik, dan Camera.
- Bahan
Serbuk kayu 40-60 mesh, NaOH 1%, dan Aquadesth (Air panas).

Prosedur Kerja
1. Timbang wadah almunium berbentuk kotak.
2. Masukkan serbuk 40-60 mesh pada kotak aluminium kutan lebih 2±0,1 g.
3. Oven serbuk dan wadah aluminium pada oven 103±2º C, selama 1 jam.
4. Masukkan sample kedalam desikator ±10 menit dan timbang beratnya.
5. Masukkan serbuk kedalam beaker glass dan tambahkan 100±1 mL NaOH 1%.
6. Letakkan beaker glass yang berisi sample pada water bath pada suhu 97-100º C dan
pastikan bagian NaOH 1% dalam beaker glass terendam air pada water bath.
7. Tutup bagian atas beaker glass dengan kaca atau aluminium dan aduk selama 5 detik pada
selang 10, 15, dan 25 menit.
8. Setelah 60 menit tuangkan larutan dari beaker glass pada kertas saring di corong.
9. Bilas dengan 100 mL Aquadesth panas, kemudian bilas dengan asam asetat 10% sebanyak
25 mL dan biarkan selama 1 menit. Ulangi lagi sekali (tambahkan asam asetat 10%
sebanyak 25 mL dan biarkan selama 1 menit).
10. Setelah itu bilas dengan Aquadesth panas sampai bebas asam di tandai dengan tetesan air
dari kertas saring pada lakmus biru tidak berubah warna atau lakmus merah berubah
menjadi biru.

Rumus perhitungan kelarutan ekstrak kayu terlarut NaOH 1%

S= [(A-B)/A]X100

Dimana ,

A= Berat Kering Tanpa Air (g).

B= Berat Kering Sample Setelah Ekstraksi NaOH 1% (g).


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil :
Adapun hasil praktikum dari setiap masing-masing sample kayu yaitu kayu Pinus (Pinus
merkusii), kayu Cemara (Casuarinaceae), kayu Tembesu (Fagraea fragrans), kayu Mahoni
(Swietenia mahagoni), dan kayu Akasia (Acacia mangium), yang telah di persiapkan dan di
uji sebelumnya menggunakan metode Pelarutan menggunakan sodium hydroxide (NaOH)
1% adalah sebagai berikut :

Kelarutan
Jenis Kayu
NaOH 1%
Tembesu 17,78%
Mahoni 11,66%
Akasia 12,02%
Cemara 10,00%
Pinus 5,55%
11,40%

Pembahasan :

Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan zat kimia. Air berada
dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat dibawah tekanan dan tenperatur
standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang
berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Zat kimia ini merupakan suatu
pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya.
Salah satunya air juga bisa bereran untuk melarutkan zat ekstraktif dengan menggunakan
pelarut NaOH.

NaOH ini adalah sejenis basa logam kaustik. Yang terbentuk dari oksida basa Natrium
oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat saat di
larutkan ke dalam air. NaOH ini sangat larut dalam air dan melepaskan panas ketika di
larutkan, di karenakan pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis.
Natrium hidroksida juga larut ke dalam etanol dan metanol, meskipun kelarutan NaOH dalam
kedua cairan ini lebih kecil dari pada kelarutan KOH. Dan Natrium hidroksida ini tidak bisa
di larutkan pada dietil eter dan pelarut non polar lainnya.

Dari hasil tabel yang sudah di dapatkan pada kayu Pinus (Pinus merkusii), kayu Cemara
(Casuarinaceae), kayu Tembesu (Fagraea fragrans), kayu Mahoni (Swietenia mahagoni),
dan kayu Akasia (Acacia mangium) menggunakan metode pelarutan NaOH 1% tersebut
menunjukkan hasil yang berbeda-beda, hal ini dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Kelarutan NaOH 1%
20.00%
17.78%
18.00%
16.00%
14.00% 12.02%
11.66%
12.00% 10.00% Kelarutan NaOH 1%
10.00%
8.00%
5.55%
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
Tembesu Mahoni Akasia Cemara Pinus

Dari grafik tersebut dapat kita lihat pada kayu Tembesu (Fagraea fragrans) mempunyai
kelarutan NaOH berjumlahkan 17,78%, kayu Mahoni (Swietenia mahagoni) dengan
kelarutan NaOH berjumlahkan 11,66%, kayu Akasia (Acacia mangium) dengan kelarutan
NaOH berjumlahkan 12,02%, kayu Cemara (Casuarinaceae) dengan kelarutan NaOH
berjumlahkan 10,00%, dan kayu Pinus (Pinus merkusii) terdapat kelarutan NaOH yaitu
dengan jumlah 5,55%, dengan rata-rata seluruh kayu yaitu 11,40%.

Dan dapat kita bandingkan juga pada setiap sample kayu, kayu Tembesu lah yang memiliki
kelarutan NaOH 1% yang paling tinggi di bandingkan kayu-kayu lainnya, dan pada kayu
Pinus memiliki kelarutan NaOH 1% yang paling terendah di bandingkan dengan kayu-kayu
lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. kayu Tembesu (Fagraea fragrans) mempunyai kelarutan NaOH berjumlahkan 17,78%,


kayu Mahoni (Swietenia mahagoni) dengan kelarutan NaOH berjumlahkan 11,66%, kayu
Akasia (Acacia mangium) dengan kelarutan NaOH berjumlahkan 12,02%, kayu Cemara
(Casuarinaceae) dengan kelarutan NaOH berjumlahkan 10,00%, dan kayu Pinus (Pinus
merkusii) terdapat kelarutan NaOH yaitu dengan jumlah 5,55%, dengan rata-rata seluruh
kayu yaitu 11,40%.
2. Dan dapat kita bandingkan juga pada setiap sample kayu, kayu Tembesu lah yang
memiliki kelarutan NaOH 1% yang paling tinggi di bandingkan kayu-kayu lainnya, dan
pada kayu Pinus memiliki kelarutan NaOH 1% yang paling terendah di bandingkan
dengan kayu-kayu lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi,S.S. 1990.KimiaKayu. Pusat antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor.
Brown HP, Panshin AJ and Forsaith CC. 1952.Text Book Of WoodTechnology. Vol. 2.
Mc.Graw Hill. New York.
Fengel D and Wegener G. 1995.Kayu. Kimia dan UltraStruktur, Reaksi-reaksi. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Haygreen JG and Bowyer JL. 1996.Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar.
Terjemahan: Hendrikusumo SA. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai