1. Bilangan Biner
Sistem bilangan yang saat ini dipakai yaitu sistem bilangan desimal atau denary,
memakai digit 0 sampai 9. Sistem ini memiliki sepuluh digit berbeda (0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, dan 9) dan dikatakan memiliki suatu radix atau basis 10.
Sistem bilangan biner hanya memiliki radix 2 dan hanya memakai digit 0 dan 1.
Jadi bilangan desimal yang ekivalen dengan bilangan biner 1101,1 adalah:
1
8 4 0 1 , sama dengan 13,5
2
Dengan demikian, 1101,1 2 = 13,510 dimana subskrip 2 dan 10 menyatakan sistem
bilangan biner dan desimal.
Contoh 1:
Konversikan 11011 2 ke bilangan desimal.
Contoh 2:
Konversikan 0,1011 2 ke bentuk pecahan desimal
0,10112 = 1 × 2 -1 + 0 × 2 -2 + 1 × 2 -3 + 1 × 2 -4
Contoh 3:
Konversikan 101,01012 ke bentuk bilangan desimal.
101,01012 1 2 2 0 21 1 20 0 2 1 1 2 2 0 2 3 1 2 4
4 0 1 0 0,25 0 0,0625
5,312510
Latihan:
Pada soal berikut, nomer 1 sampai 4 konversikan bilangan biner tersebut menjadi
bilangan desimal.
1. (a) 110 (b) 1011 (c) 1110 (d) 1001
2. (a) 10101 (b) 11001 (c) 101101 (d) 110011
3. (a) 0,1101 (b) 0,11001 (c) 0,00111 (d) 0,01011
4. (a) 11010,11 (b) 10111,011 (c) 110101,0111 (d) 11010101,10111
Hasil yang diperoleh dituliskan dengan digit teratas dari sisa dinyatakan sebagai bit
kurang signifikan (bit singkatan dari binary digit dan bit kurang signifikan terletak di
paling kanan). Bit bawah dari sisa merupakan bit paling signifikan, yaitu bit di
sebelah kiri.
Sehingga: 39 10 = 100111 2
Bagian pecahan dari suatu bilangan desimal dapat dikonversi ke suatu bilangan biner
dengan cara dikalikan dengan 2 secara berulang, sebagaimana ditunjukan untuk
pecahan 0,625 seperti berikut:
Contoh 4:
Konversikan 47 10 ke bilangan biner.
Bilangan tersebut kita bagi dengan 2 dan dicatat sisanya, memberikan:
Jadi: 47 10 = 101111 2
Contoh 5:
Konversikan 0,40625 10 ke bilangan biner.
Dari penjelasan di atas, secara berulang kita kalikan dengan 2, maka
Contoh 6:
Latihan:
Cobalah selesaikan soal berikut, untuk soal 1 sampai 4, konversikan bilangan desimal
menjadi bilangan biner:
1. (a) 5 (b) 15 (c) 19 (d) 29
2. (a) 31 (b) 42 (c) 57 (d) 63
3. (a) 0,25 (b) 0,21875 (c) 0,28125 (d) 0,59357
4. (a) 47,40625 (b) 30,8125 (c) 53,90625 ( d) 61,65625
4 8 3 3 8 2 1 81 7 8 0
menjadi : 4 512 3 64 1 8 7 1 atau 225510
Suatu bilangan desimal integer dapat dikonversi ke suatu bilangan oktal yang sesuai
dengan cara membagi berulang dengan 8 dan mencatat sisanya untuk setiap tahapan,
sebagaimana ditunjukan untuk 493 10 berikut:
Bentuk pecahan suatu bilangan desimal dapat dikonversi ke suatu bilangan oktal
dengan cara mengalikan secara berulang dengan angka 8, sebagaimana ditunjukan
untuk pecahan 0,4375 10 berikut:
Untuk pecahan, bit paling signifikan yaitu integer paling atas yang diperoleh dengan
perkalian pecahan desimal dengan angka 8, sehingga:
0,437510 = 0,348
Kode biner natural untuk digit 0 sampai 7 ditunjukan pada Tabel 1, dan suatu
bilangan oktal dapat dikonversi ke bilangan biner dengan menuliskan ke bawah tiga
bit yang sesuai dengan digit oktal.
Sehingga, 437 8 = 100 011 111 2 dan 26,35 8 = 010 110, 011 101 2
Pecahan oktal ini kemudian dikonversi ke bilangan biner (lihat Tabel 1):
Kelompokan bilangan biner dalam tiga digit mulai dari tanda koma biner,
memberikan:
011 110 011,100 010 2
Dengan memakai tabel 1 maka dapat dikonversi bilangan biner ini ke bentuk oktal
dan memberikan: 363,42 8 dan
363,42 8 3 8 2 6 81 3 8 0 4 8 1 2 8 2
192 48 3 0,5 0,03125
243,53125 10
Soal Latihan:
5. Bilangan Heksadesimal
Kompleksitas komputer memerlukan sistem bilangan dengan orde lebih tinggi, seperti
oktal (basis 8) dan heksadesimal (basis 16) yang merupakan bentuk perluasan dari
sistem biner. Sistem bilangan heksadesimal memiliki radix 16 dan memakai 16 digit
berikut:
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E dan F
‘A’ menyatakan angka 10 dalam sistem desimal, B menyatakan 11, C menyatakan 12,
dan seterusnya.
Sebagai contoh: 1A 16 = 1 × 16 1 + A × 16 0
= 1 × 16 1 + 10 × 1 = 16 + 10 = 26
Maka: 1A16 = 2610
dan 1BF16 = 1 x 16 2 + B x 16 1 + F x 16 0
= 1 x 16 2 + 11 x 161 + 15 x 16 0
= 256 + 176 + 15 = 44710
Tabel 2 membandingkan antara bilangan desimal, biner, oktal dan heksadesimal dan
menunjukan , misalnya:
2310 = 101112 = 27 8 = 17 16
Contoh 11:
Konversikan bilangan heksadesimal berikut ke bentuk desimal ekivalensinya:
(a) 7A 16 (b) 3F 16
Jadi: 7A 16 = 122 10
Jadi: 3F 16 = 63 10
Contoh 12:
Konversikan bilangan heksadesimal berikut ke bentuk desimal ekivalensinya:
(a) C916 (b) BD 16
Jadi BD 16 = 18910
Contoh 13:
Konversikan 1A4E 16 ke bilangan desimal.
1A4E16 1 163 A 16 2 4 161 E 160
1 163 10 16 2 4 161 14 160
1 4096 10 256 4 16 14 1
4096 2560 64 14 6734
Contoh 15:
Konversikan bilangan desimal berikut ke bentuk heksadesimal ekivalennya: (a) 162 10
(b)239 10
(a) Kelompokan bit dalam empat digit dari sisi kanan, memberi: 0101 0110
dan beri tanda simbol heksadesimal untuk setiap kelompok: D 6
(dari Tabel 2)
Dengan demikian, 11010110 2 = D616
(b) Kelompokan bit dalam empat digit dari sisi kanan, memberi: 0110 0111
dan beri tanda simbol heksadesimal untuk setiap kelompok: 6 7
(dari Tabel 2)
Dengan demikian, 11001112 = 67 16
Contoh 17:
Konversikan bilangan biner berikut ke bentuk heksadesimal ekivalennya:
(a) 11001111 2 (b) 110011110 2
(a) Kelompokan bit dalam empat digit dari sisi kanan, memberi: 1100 1111
Dan beri tanda simbol heksadesimal untuk setiap kelompok: C F
( dari Tabel 2)
(b) Kelompokan bit dalam empat digit dari sisi kanan, memberi: 0001 1001
1110
Dan beri tanda simbol heksadesimal untuk setiap kelompok: 1 9 E
(dari Tabel 2)
Dengan demikian, 110011110 2 = 19E16
Contoh 18:
Konversikan bilangan heksadesimal berikut ke bentuk ekivalen biner:
(a) 3F16 (b) A6 16
Contoh 19:
Konversikan bilangan heksadesimal berikut ke bentuk ekivalen biner:
(a) 7B 16 (b) 17D 16
1. E7 16 2. 2C 16 3. 98 16 4. 2F1 16
5. 54 10 6. 200 10 7. 91 10 8. 238 10
Pada soal nomer 9 sampai 12, konversikan bilangan biner ke bentuk ekivalen
heksadesimalnya:
John Bird, 2005, Basic Engineering Mathematics, Chapter-5, 4th ed, Elsevier Science
Publisher, Oxford, pp. 30-33,