Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN AKTUALISASI

PENERAPAN PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN ANAK


BERDASAR TINGKAT USIA DI RUANG KEMUNING 2 BEDAH ANAK
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Oleh :
Grispenjas Sumartono Mahira Putra R. A., S.Kep., Ns.
NIP. 199206142019021001

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN III


BALAI PELATIHAN KESEHATAN CIKARANG
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKTUALISASI

Disusun Oleh:

Grispenjas Sumartono Mahira Putra R. A., S.Kep., Ns.


NIP. 199206142019021001

Telah diseminarkan pada tanggal 27 Agustus 2019


di Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang

Coach Mentor

Alfred Ariyanto, S.Si., Apt., Fatrisia Madina, S.Kp., MM.


M.Si.
NIP. 19771216200604100 NIP. 196303091988032003

Penguji

Verawaty Lenny M., S.KM.,


M.KM.
NIP. 197706112005012001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
ridho-Nya, sehingga dapat menyelesaikan rancangan aktualisasi dengan judul
“Penerapan Pelaksanaan Terapi Bermain Anak Berdasar Tingkat Usia di Ruang
Kemuning 2 Bedah Anak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka penulis tidak akan
dapat menyelesaikan rencana aktualisasi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan rencana aktualisasi ini. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1. Ibu Fatrisia Madina, S.Kp., MM. selaku mentor dari RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung yang senantiasa membimbing.
2. Bapak Alfred Ariyanto, S.Si., Apt., M.Si. selaku coach yang senantiasa
memberikan ilmu, arahan, masukan, dan bimbingan selama proses
penyusunan rancangan aktualisasi ini.
3. Bapak Drs. Suherman, M.Kes. selaku Kepala Bapelkes Cikarang yang
telah mengizinkan kami mengikuti pelatihan di tempat ini.
4. Orang tua yang mendoakan dan mendukung.
5. Istri yang menyemangati setiap langkah dan selalu mendoakan.
6. Saudara-saudara yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada
penulis.
7. Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan rencana aktualisasi.
Sebuah pengakuan akademik yang nyata bahwa susunan rencana aktualisasi
ini masih mengandung kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis menampung
koreksi dan kritik serta saran untuk dikaji dalam penyempurnaan rencana
rancangan aktualisasi ini.
Cikarang, Agustus 2019
Penulis

Grispenjas Sumartono M. P. R. A., S.Kep., Ns.

iii
DAFTAR ISI

Sampul Dalam ............................................................................................... i


Lembar Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Daftar Isi......................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................... 4
C. Ruang Lingkup ............................................................................. 4
D. Manfaat.......................................................................................... 4

BAB 2 GAMBARAN ORGANISASI


A. Profil RSUP Dr. Hasan Sadikin .................................................... 4
B. Tugas dan Fungsi Pokok RSUP Dr. Hasan Sadikin ...................... 8
C. Visi dan Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin ........................................ 9
D. Tata Nilai RSUP Dr. Hasan Sadikin ............................................ 9
E. Motto RSUP Dr. Hasan Sadikin .................................................... 9
F. Struktur Organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin ............................... 10
G. Profil Peserta ................................................................................. 11
H. Nilai Dasar Profesi ASN ............................................................... 12
I. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI...................................... 14

BAB 3 RANCANGAN AKTUALISASI


A. Identifikasi Isu ............................................................................... 17
B. Penapisan Isu ................................................................................. 19
C. Latar Belakang Pemilihan Isu ...................................................... 21
D. Analisa Isu ..................................................................................... 23
E. Gagasan Pemecahan Isu ............................................................... 25
F. Rencana Kegiatan Rancangan Aktualisasi .................................... 26
G. Rencana Pelaksanaan Rancangan Aktualisasi............................... 30

BAB 4 AKTUALISASI
A. Capaian Aktualisasi ...................................................................... 32

BAB 5 PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................... 50
B. Saran ............................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 52

LAMPIRAN… .............................................................................................. 53

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Aktualisasi ini diajukan oleh

Nama : Grispenjas Sumartono Mahira Putra R.A


NIP : 199214062019021001
Jabatan : Perawat Ahli Pertama
Instansi : RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung
Judul : Penerapan Pelaksanaan Terapi Bermain Berdasarkan
Tingkat Usia Anak di Ruang Kemuning 2 Bedah Anak Rsup
Dr. Hasan Sadikin Bandung

Laporan aktualisasi ini telah disetujui untuk diujikan dalam seminar laporan aktualisasi
Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III Kementerian Kesehatan RI.

Dewan Penguji

Coach : Alfred Ariyanto, S. Si.Apt, M.Si (……………………..)


NIP. 197712162006041001

Mentor : Fatrisia Madina, S.Kp., MM. (……………………..)

NIP. 196303091988032003

Penguji : Verawaty Lenny, SKM., MKM (……………………..)


NIP. 197706112005012001

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) merupakan modal penting
dalam penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik. Dalam rangka mencapai cita-
cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu
dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional, netral, dan
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme,
serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN,
pengelolaan sistem manajemen kepegawaian mulai bergeser, khususnya pada
perubahan dan perbaikan culture set, mindset, kompetensi, profesionalisme, dan
etos kerja ASN. Untuk mencapai hal tersebut, perlu dilakukan penanaman nilai-
nilai dasar profesi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan pola baru. Lembaga
administrasi negara sebagai pusat pengembangan inovasi pemerintahan
mengeluarkan kebijakan pola baru yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
mengacu kepada Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor
22 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS
Golongan II dan Golongan III.
Pelatihan dasar (Latsar) ini diharapkan dapat membentuk kemampuan ASN
dalam bersikap dan bertindak profesional dalam mengelola tantangan dan masalah
keragaman sosial kultural dengan menggunakan perspektif manajemen ASN, whole
of government, dan pelayanan publik yang didasari nilai-nilai dasar PNS
berdasarkan kedudukan dan peran PNS dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) pada setiap pelaksanaan tugas jabatannya sebagai pelayan masyarakat.

1
Perawat merupakan salah satu profesi yang ada dalam formasi jabatan pegawai
negeri sipil. Perawat bertugas melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif
secara bio-psiko-sosio-spiritual sehingga peran perawat selain menjadi care giver,
juga berperan sebagai edukator.
Pelatihan dasar CPNS menuntut setiap peserta untuk dapat mengaktualisasikan
materi pembelajaran nilai-nilai dasar PNS, yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi (ANEKA) serta tiga substansi materi
pembelajaran tambahan, yaitu manajemen ASN, pelayanan publik, dan whole of
government. Setiap peserta pelatihan juga dituntut untuk mampu
mengaktualisasikan substansi materi pembelajaran yang telah dipelajari tersebut
melalui proses pembiasaan diri dalam pembelajaran agenda habituasi, yang
termasuk di dalamnya kegiatan aktualisasi. Melalui kegiatan aktualisasi ini
diharapkan dapat membentuk kemampuan peserta pelatihan dasar dalam
menerjemahkan teori ke dalam praktik, mengubah konsep menjadi konstruk, dan
mengaplikasikan gagasan menjadi sebuah kegiatan yang dapat diterapkan dalam
pelaksanaan aktualisasi setiap peserta pelatihan dasar di satuan kerja masing-
masing.
Rancangan kegiatan aktualisasi ini bersumber dari sasaran kerja pegawai
(SKP), penugasan khusus dari atasan, atau kegiatan lain yang mendapat persetujuan
dari atasan langsung dan atau kombinasi di antara ketiganya. Kegiatan yang akan
dilakukan bersumber dari teridentifikasinya suatu kondisi yang terjadi di
lingkungan kerja sebagai isu yang harus dipecahkan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN ANEKA (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi) dalam
melaksanakan tugas di lingkungan kerja, yaitu RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi isu-isu yang ada di unit dan lingkungan kerja.
b. Mampu menganalisis pemecahan isu yang ada agar dapat diselesaikan.

2
c. Mampu merancang kegiatan dan alternatif untuk pemecahan isu yang
diprioritaskan dengan mengimplementasikan nilai ANEKA.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup rancangan aktualisasi ini meliputi kegiatan perawat ahli di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung selaku calon PNS di
lingkungan Kementerian Kesehatan dengan menerapkan nilai-nilai dasar PNS,
yaitu Akuntabilitas, Nasonalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi
(ANEKA), manajemen ASN, whole of government, dan pelayanan publik yang
bersumber dari SKP dan atau penugasan atasan dan program yang menjadi inovasi.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya mengenai nilai-nilai dasar
yang harus dimiliki setiap aparatur sipil negara, yaitu ANEKA (Akuntabilitas,
Nasonalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi), dan dapat
mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut dalam pekerjaan sehari-hari di unit
kerja.
2. Bagi Institusi
Memberikan bahan masukan dan usulan untuk melakukan perbaikan ke arah
yang lebih baik, khususnya tentang aktualisasi nilai-nilai ANEKA
(Akuntabilitas, Nasonalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
Korupsi).

3
BAB II
GAMBARAN ORGANISASI

A. Profil RSUP Dr. Hasan Sadikin


Pada tahun 1920, rumah sakit ini dibangun dengan kapasitas 300 tempat tidur
oleh pemerintah Belanda dan selesai tahun 1923. Pada tanggal 15 Oktober 1923
diresmikan dan diberi nama Met Algemeene Bandoengsche Ziekenhui. Lima tahun
kemudian, tepatnya tanggal 30 April 1927, namanya berubah menjadi Gemeente
Ziekenhuis Juliana. Tenaga dokter pada waktu itu hanya ada enam dokter
berkebangsaan Beanda dan dua orang dokter berkebangsaan Indonesia, yaitu dr.
Tjokro Hadidjojo dan dr. Djundjunan Setiakusumah.
Pada tahun 1942, pecah Perang Pasifik dan rumah sakit ini oleh Belanda
dijadikan rumah sakit militer yang pengelolaannya diselenggarakan oleh Dinas
Kesehatan Militer. Kemudian, masih di tahun 1942 bala tentara Jepang menduduki
Pulau Jawa, fasilitas rumah sakit dijadikan rumah sakit militer Jepang dan diberi
nama menjadi Rigukun Byoin sampai tahun 1945. Setelah Jepang menyerah kepada
sekutu, pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia, namun rumah sakit masih tetap dikuasai oleh Belanda
sebagai rumah sakit militer di bawah pimpinan W.J. Van Thiel.
Pada tahun 1948, fungsi rumah sakit diubah kembali dan diperuntukan bagi
kalangan umum. Dalam perkembangan selanjutnya, rumah sakit masuk ke dalam
naungan Kotapraja Bandung dan diberi nama Rumah Sakit Rantja Badak (RSRB),
sesuai dengan sebutan nama kampung lokasi berdirinya rumah sakit ini, yaitu
Rantja Badak. Pimpinan masih tetap oleh W. J. Van Thiel sampai tahun 1949.
Setelah itu, rumah sakit dipimpin oleh Dr. Paryono Suriodipuro sampai tahun 1953.
Pada tahun 1954, oleh Menteri Kesehatan, RSRB ditetapkan menjadi RS Provinsi
dan langsung di bawah Departemen Kesehatan. Pada tahun 1956, RSRB ditetapkan
menjadi Rumah Sakit Umum Pusat dengan kapasitas perawatan meningkat menjadi
600 tempat tidur. Pada tanggal 8 Oktober 1967, RSRB berganti nama menjadi
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin sebagai penghormatan terhadap almarhum direktur
rumah sakit yang meninggal dunia pada tanggal 16 Juli 1967 sewaktu masih

4
menjabat sebagai direktur dan dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
(UNPAD).
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, RSHS mengembangkan berbagai
fasilitas (sarana, prasarana, dan alat) sesuai dengan master plan pengembangan
RSHS sebagai Teaching Hospital Master Plan RSHS yang mendukung fungsi
RSHS sebagai RS Pendidikan, pertama kali dirancang pada tahun 1972, yang
kemudian dikaji ulang dan dikembangkan menjadi Master Plan RSHS tahun 1982.
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan dan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan peningkatan cakupan, jangkauan, dan mutu
pelayanan rumah sakit, melalui soft loan dari OECF/JBIC (Jepang), tersusun
Master Plan RSHS tahun 1995 sebagai model RS Pendidikan di Indonesia dengan
filosofi integral pelayanan medis dan pendidikan kedokteran untuk peningkatan
kualitas hidup manusia. Realisasi tahap pertama dan Master Plan tersebut adalah
pembangunan gedung gawat darurat dan bedah sentral (Emergency Unit – Central
Operating Theatre (EU-COT) termasuk ruang rawat intensif yang diselesaikan
pada tahun 2001, dilengkapi dengan fasilitas peralatan medik yang canggih pada
masanya. Dari efisiensi biaya pembangunan tersebut, sekaligus dapat dibangun
gedung rawat inap khusus (kelas VIP), berkapasitas 75 tempat tidur yang kemudian
diberi nama Paviliun Parahyangan.
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dibangun pada tahun 1920 dan
diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama “Het Algemeene
Bandoengsche Ziekenhuijs“. Pada tanggal 30 April 1927 namanya diubah menjadi
“Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana” dengan kapasitas 300 tempat tidur. Selama
penjajahan Jepang, rumah sakit ini dijadikan rumah sakit militer. Setelah Indonesia
merdeka, dikelola oleh pemerintah daerah, yang dikenal oleh masyarakat Jawa
Barat dengan nama Rumah Sakit Ranca Badak. Pada tahun 1954 Rumah Sakit
Ranca Badak ditetapkan menjadi rumah sakit provinsi dan berada di bawah
pengawasan Departemen Kesehatan. Selanjutnya, pada tahun 1956 dijadikan rumah
sakit umum dengan kapasitas 600 tempat tidur, bersamaan dengan didirikannya
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Sejak itu pula Rumah Sakit Ranca
Badak digunakan sebagai tempat pendidikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas

5
Padjadjaran dan merupakan awal kerja sama antara Rumah Sakit Ranca Badak
dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Pada tanggal 8 Oktober 1967
nama Rumah Sakit Ranca Badak diubah menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Hasan Sadikin (RSHS) yang berfungsi sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan bertanggung jawab langsung
kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik. Pada tahun 1992-1997, RSHS
ditetapkan menjadi unit swadana. Keluarnya Undang-Undang Nomor 20 tahun
1997 tentang PNBP yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 124 tahun 1997 menyebabkan status RSHS berubah menjadi
Rumah Sakit Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang harus
menyetorkan seluruh pendapatan ke kas negara.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 119 tanggal 12
Desember 2000, status RSHS secara yuridis berubah menjadi perusahaan jawatan
(Perjan). Kebijakan tersebut merupakan salah satu langkah strategis pemerintah
dalam memberikan kewenangan otonomi yang lebih luas kepada unit-unit
pelayanan tertentu untuk menyelenggarakan manajemennya secara mandiri,
sehingga diharapkan mampu merespon kebutuhan masyarakat secara tepat, cepat,
dan fleksibel. Tahun 2002 yang merupakan awal efektif sebagai Perjan, RSHS telah
mencapai kinerja yang baik dibandingkan dengan tahun 2001, dan tahun 2004
diprognosakan akan mencapai kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun
sebelumnya.
Tahun-tahun berikutnya adalah tahun di mana RSHS semakin berkembang. Di
tengah pertumbuhannya ini, RSHS ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan
Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nomor
HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman Penetapan RS Rujukan Nasional,
mengampu tujuh RS Regional di Jawa barat dan beberapa RS di luar provinsi Jawa
Barat. Data terakhir menunjukkan, RSHS memiliki 944 tempat tidur, 3000
karyawan dengan 395 dokter spesialis dan subspesialis, dan enam layanan unggulan
terdiri atas Pelayanan Jantung Terpadu, Pelayanan Onkologi, Pelayanan Infeksi,
Bedah Minimal Invasif, Kedokteran Nuklir, dan Transplantasi Ginjal. Fungsi,

6
Klasifikasi dan Susunan Organisasi BP4, maka tugas pokok dan fungsi BP4 tidak
hanya mengobati tuberkulosis tetapi juga penyakit paru lainnya.
Untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi RS, khususnya terkait sistem
keuangan ICW, Departemen Kesehatan mengarahkan pengelolaan RS pemerintah
selaku Unit Pelaksana Teknisnya, menjadi unit swadana. Pada status sebagai Unit
Swadana, periode 1992-1993, dimungkinkan bagi pengelola rumah sakit untuk
menggali berbagai potensi pendapatan disertai fleksibilitas pengelolaannya,
sehingga RSHS mulai mengembangkan Kerja Sama Operasional (KSO) dalam
pelayanan obat. Terbitnya Undang-undang Nomor 20 tahun 1997, pada tahun 1998
status RSHS menjadi unit Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP),
seluruh pendapatan RS harus disetorkan ke negara dalam waktu 24 jam. Kondisi
tersebut dirasakan sangat menghambat kelancaran operasional, antara lain
tersendatnya penyediaan reagensia laboratorium yang diperparah dengan naiknya
kurs dollar Amerika secara tajam, sehingga menyebabkan pelayanan Laboratorium
Patologi Klinik hampir kolaps. Salah satu jalan keluar untuk mengatasinya adalah
dengan mengembangkan KSO laboratorium pada tahun 1998.
Pada periode selanjutnya, keterbatasan pemerintah dalam pembiayaan
pelayanan rumah sakit yang semakin menurun, sedangkan rumah sakit dituntut
untuk meningkatkan mutu pelayanannya, pemerintah mengubah paradigmanya
lebih berperan sebagai katalis dengan melepaskan bidang-bidang yang dapat
dikerjakan oleh rumah sakit (steering rather than rowing). Untuk itu dikeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 119/2000 yang menetapkan RSHS sebagai
Perusahaan Jawatan (Perjan). Dengan otonomi dan fleksibilitas yang lebih luas
dalam pengelolaan rumah sakit, kinerja RSHS dirasakan semakin membaik. Status
Perjan rumah sakit terkendala dengan perundang-undangan yang baru, sehingga
sejak tahun 2005 RSHS bersama 12 rumah sakit lainnya, berubah status menjadi
unit yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-
BLU).

7
B. Tugas dan Fungsi Pokok RSUP Dr. Hasan Sadikin
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1673/MENKES/PER/XII/2005 tanggal 27 Desember 2005 tentang organisasi dan
Tata Kerja RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, RSHS merupakan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI. RSHS dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Direktur Utama.
RSHS dikategorikan sebagai Rumah Sakit Tipe A dan berfungsi sebagai rumah
sakit pendidikan dan rujukan puncak untuk provinsi Jawa Barat. RSHS juga
berfungsi sebagai pusat unggulan nasional (National Centre of Excellence) dalam
bidang Kedokteran Nuklir dan ditetapkan sebagai satu-satunya penyelenggara
Pendidikan Spesialis Kedokteran Nuklir di Indonesia.
1. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, RSHS menyelenggarakan beberapa
fungsi berikut ini.
a. Pelayanan medik dan penunjang medik
b. Pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan
c. Pelayanan rujukan
d. Pelayanan umum dan operasional penunjang non medik
e. Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit
f. Pelayanan Administrasi Dan Keuangan
g. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan serta pengembangan sumber
daya manusia penelitian dan pengembangan.
2. Tugas Pokok
RSUP Dr. Hasan Sadikin mempunyai tugas menyelenggarakan upaya
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan
berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan, pendidikan, dan penelitian serta upaya lainnya
sesuai kebutuhan.

8
C. Visi dan Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin
1. Visi
Menjadi institusi kesehatan yang unggul dan transformatif dalam
meningkatkan status kesehatan masyarakat (transformative leader in health
care).
2. Misi
Untuk mewujudkan visi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tersebut
dirumuskan misi yang merupakan langkah-langkah dalam pencapaian visi,
yakni sebagai berikut.
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan prima yang
terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian.
b. Melakukan transformasi dalam mewujudkan status kesehatan masyarakat
yang lebih baik.
D. Tata Nilai RSUP Dr. Hasan Sadikin
Tata nilai yang dipilih untuk mengawal penerapan misi dan visi RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung adalah “Pamingpin Pituin” yaitu:
1. Kepemimpinan
2. Profesional
3. Inovatif
4. Tulus
5. Unggul
6. Integritas
E. Motto RSUP Dr. Hasan Sadikin
“Kesehatan Anda Menjadi Prioritas Kami”

9
F. Struktur Organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin

10
G. Profil Peserta
Peserta bernama lengkap Grispenjas Sumartono Mahira Putra Rizki Akbar,
S.Kep., Ns., lahir di Sumenep, 14 Juni 1992. Pendidikan terakhir dari peserta adalah
Ners dari jurusan Pendidikan Ners di Universitas Airlangga Surabaya. Status
perkawinan sudah menikah. Saat ini peserta terdaftar sebagai Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) di Lingkungan Kementerian Kesehatan RI pada satuan kerja RSUP
Dr. Hasan Sadikin sejak 15 Januari 2019 sesuai SK dan mulai bekerja sejak 1
Februari 2019 dengan formasi sebagai perawat ahli pertama. Saat ini sedang
bertugas sebagai perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Bedah Anak Kemuning
2.
Bertugas sebagai perawat ahli di RSUP Dr. Hasan Sadikin, peserta memiliki
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yang merupakan acuan dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya, yakni sebagai berikut.
1. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada masyarakat.
2. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
3. Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu.
4. Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu dalam rangka
melakukan upaya promotif.
5. Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu dalam rangka
melakukan upaya promotif.
6. Melakukan case finding/deteksi dini/penemuan kasus baru pada individu.
7. Melakukan pendidikan kesehatan pada individu, keluarga, kelompok,
masyarakat.
8. Melakukan manajemen inkontinen urine.
9. Melakukan manajemen inkontinen faecal.
10. Melakukan upaya membuat pasien istirahat tidur.
11. Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan.
12. Memfasilitasi pasien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual.
13. Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (paliative care).
14. Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman.

11
15. Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai meninggal.
16. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu.
17. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan.
18. Menyusun laporan pelaksanaan tugas.
H. Nilai Dasar Profesi ASN
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas merupakan prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap
level atau unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Fungsi utama
akuntabilitas publik yaitu:
a. Untuk menyediakan kontrol demokratis dengan membangun suatu sistem
yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih luas (termasuk
masyarakat, pihak swasta, legislatif, yudikatif, dan di lingkungan
pemerintah itu sendiri baik di tingkat kementerian, lembaga, maupun
daerah).
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional).
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Dilihat dari fungsi-fungsi akuntabilitas tersebut, menjadi hal yang mutlak jika
akuntabilitas ada dalam sebuah framework. Terdapat beberapa langkah yang harus
dilakukan dalam menciptakan framework yang akuntabel yaitu:
a. Menentukan tujuan yang ingin dicapai tanggung jawab yang harus
dilakukan.
b. Melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai
tujuan.
c. Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai.
d. Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai.
e. Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau feedback.

12
Di samping itu, untuk menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel
diperlukan nilai-nilai kepemimpinan, transparansi, integritas, tanggung jawab
(responsibilitas), keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi.
2. Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya.
Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.
Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme. Sedang dalam arti luas,
nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Berdasarkan pasal 10 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, fungsi ASN adalah
sebagai berikut:
a. ASN sebagai pelaksana kebijakan publik.
b. ASN sebagai pelayan publik.
c. ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
3. Etika publik
Pelayanan publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi
teknis dan kepemimpinan, namun juga kompetensi etika. Oleh karena itu, perlu
dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa memiliki kompetensi etika,
pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli, dan bahkan seringkali
diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah yang tidak beruntung.
Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai
kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.
Etika publik merupakan ilmu pengetahuan tentang perbuatan manusia yang
dapat dinilai baik atau buruk dengan memperlihatkan amal perbuatan selama masih
bisa dicerna akal. Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah
laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan
tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional
tertentu. Kode etik adalah rumusan eksplisit tentang kaidah-kaidah atau norma yang
harus ditaati secara sukarela oleh para pegawai di dalam organisasi publik.

13
4. Komitmen mutu
Komitmen mutu berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi. Efektivitas
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efisiensi merupakan tingkat
ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan, sehingga tidak terjadi pemborosan sumber daya, penyalahgunaan
alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang keluar alur.
Karakteristik ideal dari tindakan yang efektif dan efisien di antaranya
penghematan, ketercapaian target secara tepat sesuai dengan yang direncanakan,
pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat, serta terciptanya kepuasan
semua pihak. Konsekuensi dari penyelenggaraan kerja yang tidak efektif dan tidak
efisien adalah ketidaktercapaian target kerja, ketidakpuasan banyak pihak,
menurunkan kredibilitas instansi tempat bekerja di mata masyarakat, bahkan akan
menimbulkan kerugian secara finansial.
5. Anti korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin, yaitu corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan, dan kebusukan. Selaras dengan kata asalnya, korupsi sering dikatakan
sebagai kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah karena dampaknya yang
luar biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup, pribadi, keluarga,
masyarakat, dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi
dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang.
Menurut UU Nomor 31 Tahun 1999 dan UU Nomor 20 Tahun 2001, terdapat tujuh
kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari kerugian keuangan negara, suap-
menyuap, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, benturan
kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi.
I. Kedudukan dan Peran ASN Dalam NKRI
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN
yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Berdasarkan jenisnya, pegawai

14
ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Keja (PPPK). Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta
harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Untuk
menjalankan kedudukannya tersebut, maka pegawai ASN berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat pemersatu bangsa.
2. Pelayanan publik
Berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayann Publik, dijelaskan
bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
3. Whole of government (WOG)
Whole of government adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik.
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapa WOG menjadi penting dan
tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Pertama
adalah adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam mewujudkan
integrasi kebijakan, program pembangunan, dan pelayanan agar tercipta
penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik. Selain itu, perkembangan
teknologi informasi, situasi, dan dinamika kebijakan lebih kompleks juga
mendorong pentingnya WOG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai
penyelenggara kebijakan dan layanan publik. Praktik WOG dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
a. Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang
dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable. Salah satu alternatifnya
adalah mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati jumlah
yang ideal untuk sebuah koordinasi.

15
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementerian.
c. Membentuk gugus tugas
Bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar struktur formal,
yang sifatnya tidak permanen.
d. Koalisi sosial
Bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar sektor atau lembaga tanpa
perlu membentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi

16
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

A. Identifikasi Isu
Identifikasi isu dilakukan dengan melihat hal-hal yang tidak sesuai kondisi
dalam Sasaran Kerja Pegawai (SKP). Hal yang tidak sesuai dalam SKP dapat
berpotensi menjadi suatu masalah. Berikut penjelasan setiap butir SKP.
Tabel 3.1 Penjelasan Butir SKP
Kegiatan Tugas Pokok Kondisi yang
No. Kondisi Saat Ini
Jabatan Diharapkan
Melakukan pengkajian
1. keperawatan dasar pada Tidak ada data Tidak ada data
masyarakat.
Melakukan pengkajian
keperawatan lanjutan pada Sudah Dilaksanakan
2.
individu, keluarga, dilaksanakan sesuai SOP
kelompok, dan masyarakat.
Merumuskan diagnosa Sudah Dilaksanakan
3.
keperawatan pada individu. dilaksanakan sesuai SOP
Melakukan stimulasi Dilaksanakan
Sudah dilakukan
tumbuh kembang pada sesuai tingkat usia
4. dengan optimal
individu dalam rangka tumbuh kembang
pada pasien anak
melakukan upaya promotif. anak
Belum
Memfasilitasi adaptasi Adanya jadwal
dilakukankan terapi
dalam hospitalisasi pada bermain anak
5. bermain anak di
individu dalam rangka berdasar tingkat
Ruang Kemuning 2
melakukan upaya promotif. usia
Bedah Anak
Melakukan case inding /
deteksi dini / penemuan Sudah Dilaksanakan
6.
kasus baru pada individu. dilaksanakan sesuai SOP

17
Kegiatan Tugas Pokok Kondisi yang
No. Kondisi Saat Ini
Jabatan Diharapkan
Belum dilakukan
dengan optimal
Dilaksanakan
Melakukan pendidikan cuci tangan,
sosialisasi
kesehatan pada individu, prosedur
7. kesehatan di
keluarga, kelompok, pemberian nutrisi
Ruang Kemuning
masyarakat. melalui NGT,
2 Bedah Anak
terapi bermain
anak
Melakukan manajemen Sudah Dilaksanakan
8.
inkontinen urine. dilaksanakan sesuai SOP
Melakukan manajemen Sudah Dilaksanakan
9.
inkontinen faecal. dilaksanakan sesuai SOP
Melakukan upaya membuat Sudah Dilaksanakan
10.
pasien istirahat tidur. dilaksanakan sesuai SOP
Melakukan komunikasi Sudah Dilaksanakan
teurapeutik dalam dilaksanakan sesuai panduan
11.
pemberian asuhan secara optimal. perawatan pasien
keperawanan. anak
Memfasilitasi pasien dalam
Sudah Dilaksanakan
12. pemenuhan kebutuhan
dilaksanakan sesuai SOP
spiritual.
Melakukan pendampingan Sudah Dilaksanakan
13.
pada pasien menjelang ajal. dilaksanakan sesuai SOP
Sudah
Dilaksanakan
dilaksanakan,
Memfasilitasi suasana pemasangan tanda
namun belum
14. lingkungan yang tenang dan risiko jatuh, bed
mengoptimalkan
aman. plang pada tempat
risiko jatuh, karena
tidur pasien
pada bulan Juli

18
Kegiatan Tugas Pokok Kondisi yang
No. Kondisi Saat Ini
Jabatan Diharapkan
terdapat pasien
jatuh
Memberikan perawatan pada
Sudah Dilaksanakan
15. pasien menjelang ajal
dilaksanakan sesuai SOP
sampai meninggal.
Melakukan evaluasi
Sudah Dilaksanakan
16. tindakan keperawatan pada
dilaksanakan sesuai SOP
individu.
Melakukan dokumentasi Sudah Dilaksanakan
17.
asuhan keperawanan. dilaksanakan sesuai SOP
Penyusunan
Menyusun laporan Sudah
18. laporan
pelaksanaan tugas. dilaksanakan
dioptimalkan
Berdasarkan dampak dari setiap SKP di atas dan dengan metode environmental
scanning, ditemukan isu-isu di antaranya sebagai berikut.
1. Belum optimalnya pemasangan tanda resiko jatuh di Ruang Perawatan
Bedah Anak Kemuning 2A.
2. Belum optimalnya pencegahan infeksi melalui pendidikan kesehatan cuci
tangan di Ruang Perawatan Bedah Anak Kemuning 2A.
3. Belum terlaksananya terapi bermain anak berdasar tingkat usia di Ruang
Perawatan Bedah Anak Kemuning 2A.
4. Belum optimalnya edukasi pemberian nutrisi melalui nasogastric tube di
Ruang Perawatan Bedah Anak Kemuning 2A.
B. Penapisan Isu
Isu-isu yang muncul perlu dilakukan penapisan dengan penetapan kriteria isu.
Teknik yang dilakukan yaitu menentukan apakah isu tersebut memenuhi kriteria
AKPL (Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan Kelayakan) atau tidak. Aktual
artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam
masyarakat. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang
banyak. Problematik artinya isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks,

19
sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara komprehensif. Kelayakan artinya
isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya.
Tabel 3.2 Penapisan Isu Berdasarkan AKPL
No. Isu A K P L HASIL
Belum optimalnya pemasangan
tanda resiko jatuh di Ruang
1. + + + + +
Perawatan Bedah Anak Kemuning
2A
Belum optimalnya pencegahan
infeksi melalui pendidikan
2. kesehatan cuci tangan di Ruang + + + + +
Perawatan Bedah Anak Kemuning
2A.
Belum terlaksananya terapi bermain
anak berdasar tingkat usia di Ruang
3. + + + + +
Perawatan Bedah Anak Kemuning
2A.
Belum optimalnya edukasi
pemberian nutrisi melalui
4. nasogastric tube di Ruang - + + - -
Perawatan Bedah Anak Kemuning
2A.

Dari keempat isu tersebut, dilakukan penapisan kembali dengan menggunakan


metode USG (urgency, seriousness, growth). Urgency adalah seberapa mendesak
isu harus dibahas, dianalisa, dan ditindaklanjuti. Seriousness adalah seberapa serius
suatu isu harus dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth adalah
seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak segera ditangani.

20
Tabel 3.3 Penapisan Isu Berdasarkan USG

Kriteria USG
No Identifikasi Isu Total Ranking
U S G

Belum optimalnya
pemasangan tanda resiko
1. 4 3 3 10 3
jatuh di Ruang Perawatan
Bedah Anak Kemuning 2A.
Belum optimalnya
pencegahan infeksi melalui
2. pendidikan kesehatan cuci 4 4 3 11 2
tangan di Ruang Perawatan
Bedah Anak Kemuning 2A.
Belum terlaksananya terapi
bermain anak berdasar
3. tingkat usia di Ruang 4 4 4 12 1
Perawatan Bedah Anak
Kemuning 2A.
Keterangan: skala 1 - 5 (1 = sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 = sangat
besar).

C. Latar Belakang Pemilihan Isu


Anak yang dirawat di rumah sakit sering mengalami reaksi hospitalisasi dalam
bentuk anak rewel atau menangis, tidak mau didekati oleh petugas kesehatan,
ketakutan, tampak cemas, tidak kooperatif, bahkan tamper tantrum. Penyebab
penurunan mood antara lain perubahan status kesehatan dan lingkungan yang jauh
dari rutinitasnya sehari-hari serta keterbatasan koping mekanisme anak dalam
memecahkan masalah. Perpisahan dengan rutinitas sehari-hari bagi anak menjadi
faktor penting penyebab munculnya reaksi negatif hospitalisasi. Menurut Ball dan
Bindler (2003), anak yang dirawat di rumah sakit berada pada lingkungan asing
yang tidak diketahuinya, dikelilingi orang-orang asing, peralatan, dan
pemandangan sekitar menakutkan sehingga menimbulkan reaksi hospitalisasi.
Reaksi hospitalisasi pada anak diasumsikan dapat diminimalisir dengan keberadaan

21
lingkungan yang terapeutik. Lingkungan terapeutik yang diharapkan dapat
meminimalkan reaksi hospitalisasi negatif diantaranya penataan ruang, restrain
terapeutik, sikap dan komunikasi perawat terapeutik, permainan terapeutik, seni,
dan terapi musik (Nesbit & Tabatt-Haussmann, 2008; Ghazali & Abbas, 2012).
Teori lingkungan terapeutik meliputi psikologi lingkungan (efek psikososial
dari lingkungan), psychoneuroimmunology (efek lingkungan terhadap sistem
immune), neuroscience (bagaimana pemikiran arsitektur atau desain ruang dibuat
menarik). Desain lingkungan yang terapeutik diperlukan untuk pasien di
lingkungan rumah sakit. Ruang rawat anak perlu desain ruang menarik. Desain
ruang rawat anak yang menarik diharapkan memberikan kesenangan tersendiri
sehingga anak menjadi tidak cemas selama hospitalisasi. Terapi bermain anak
merupakan cara yang dapat menurunkan kecemasan pada anak saat mendapatkan
perawatan, selainn itu terapi anak dapat sebagai proses distraksi pengalihan yang
baik terhadap rangsang nyeri yang dialaminya.
Ruang Kemuning 2A Bedah Anak merupakan ruangan rawat inap anak dengan
jumlah kapasitas 40 tempat tidur. Dalam kurun waktu tiga bulan terakhir Mei, Juni,
dan Juli 2019 persentase pasien di Ruang Kemuning 2A Bedah Anak yaitu pasien
bedah syaraf 40%, bedah orthopedi 30%, bedah anak 20%, bedah umum 5%, dan
bedah THT-KL 5%. Ruang Kemuning 2A Bedah Anak menerima 95% pasien
dengan BPJS, sedangkan lainnya menggunakan asuransi swasta, kontraktor, dan
umum. Lingkup garapan dari keperawatan di Ruang Kemuning 2A Bedah Anak
dalam bidang pelayanan adalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia berdasarkan
fokus telaahan yang meliputi segala gangguan atau hambatan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia yang terjadi akibat perubahan fisiologi pada saat pre dan
post operasi.
Ruang Kemuning 2A Bedah Anak pada bulan Juli mendapatkan fasilitas
ruangan berupa tempat bermain anak. Hasil observasi oleh penulis, selama satu
bulan di Ruang Kemuning 2A, belum ada jadwal terapi anak dan kegiatan bermain
anak berdasarkan tingkat usia. Pasien pada ruangan bedah anak merupakan pasien-
pasien pre operasi dan proses pemulihan perawatan post operasi di mana peran
perawat sebagai edukator dan fasilitator dalam mengurangi ansietas dan
meringankan nyeri yang dirasakan pasien.

22
Terapi bermain merupakan kegiatan terapi yang diberikan dan digunakan anak
untuk menghadapi ketakutan, kecemasan, dan mengenal lingkungan, belajar
mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan staf rumah sakit (Homeyer,
2008). Dampak hosptalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan sering
disertai stres berlebihan, maka anak anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa
takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stres.

D. Analisa Isu
Setelah melakukan identifikasi terhadap prioritas isu yang akan diselesaikan,
maka digunakan diagram fishbone atau diagram tulang ikan. Diagram tersebut
digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah. Berikut
merupakan analisa prioritas masalah dengan diagram fishbone.

23
MATERIAL MAN
(Petugas)
Beban kerja
perawat tinggi

Belum ada alat Kurang


bermain sesuai koordinasi
tingkat usia
Kurang
pengetahuan
Tidak ada video Belum terlaksana
dan leaflet Kurang penerapan terapi
sosialisasi bermain anak
berdasarkan tingkat
usia
Kurang
edukasi
Belum
terlaksana
jenis Belum ada
permainan jadwal
yang ada di terapi
ruangan bermain

METODE ENVIRONMENT

24
E. Gagasan Pemecahan Isu
Unit Kerja : Ruang Kemuning 2A RSUP Dr. Hasan Sadikin
Pemecahan Isu :
1. Melakukan identifikasi tingkat usia anak melului proses pengkajian
keperawatan.
2. Sosialisasi edukasi terapi bermain anak berdasar tingkat usia.
3. Membuat program bermain yang terjadwal.
4. Pembuatan media video dan leaflet terapi bermain.
5. Evaluasi dan laporan.

25
F. Rencana Kegiatan Rancangan Aktualisasi
Tabel 3.4 Kegiatan Rancangan Aktualisasi

Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap Penguatan Nilai


No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output
Mata Pelatihan Visi-Misi Rumah Sakit Organisasi

1. Menyampaikan ide Membuat janji untuk Mendapatkan waktu Akuntabilitas: Sesuai dengan visi Nilai Pamingpin Pituin :
gagasan terkait bertemu dengan kepala dan tempat untuk menunjukkan sikap rumah sakit, yaitu  Nilai inovatif yaitu
rencana kegiatan ruangan dan mentor bertemu integritas dan kejujuran menjadi institusi adanya keinginan
terapi bermain dan dalam menyampaikan ide kesehatan yang unggul untuk menghasilkan
menganalisa gagasan. dan transformatif dalam suatu yang baru dan
kelompok tingkat usia meningkatkan status senantiasa melakukan
pasien anak yang Menyampaikan Mendapatkan Etika publik: kesehatan masyarakat perbaikan
dirawat. rencana kegiatan dukungan dari kepala menunjukkan kepedulian dan misi rumah sakit,  Nilai integritas yaitu
ruangan dan mentor pada kepala ruangan dan yaitu melakukan dengan kejujuran,
mentor, menghargai transformasi dalam amanah dan
komunikasi yang terjalin. mewujudkan status menjungjung etika
Melakukan pengkajian Mendapatkan data Komitmen mutu: kesehatan masyarakat yang tinggi
kelompok usia anak mendapakan data yang lebih baik.
kelompok usia pasien
anak secara efektif dalam
meningkatkan mutu
pelayanan.
2. Sosialisasi penerapan Melakukan kontrak Mengedarkan Nasionalisme: Sesuai dengan visi rumah Nilai Pamingpin Pituin:
pelaksanaan terapi waktu dengan perawat undangan secara mengedarkan undangan sakit, yaitu menjadi  Nilai profesional yaitu
bermain anak berdasar ruangan dan keluarga tulisan dan lisan menunjukkan institusi kesehatan yang berorientasi pada
tingkat usia kepada pasien musyawarah untuk unggul dan transformatif pencapaian kinerja
perawat ruangan dan mufakat dan kebersamaan. dalam meningkatkan melalui perjalan
keluarga pasien status kesehatan kemitraan.
Mencari sumber Terbuatnya materi Komitmen mutu: masyarakat dan misi  Nilai inovatif yaitu
literatur untuk di satuan acara penyusunan materi rumah sakit, yaitu adanya keinginan
sosialisasikan penyuluhan (SAP) dilakukan dengan melakukan transformasi

26
menerapkan efektivitas dalam mewujudkan untuk menghasilkan
dan efisiensi dalam rangka status kesehatan suatu yang baru dan
peningkatan mutu untuk masyarakat yang lebih senantiasa melakukan
pelayanan. baik. perbaikan secara
Membuat power point Terbuatnya materi Anti korupsi: Selain itu, mendukung berkesinambungan
materi sosialiasi dalam power point tidak menyisipkan misi dalam upaya  Nilai integritas yaitu
kepentingan pribadi atau menyelenggarakan dengan kejujuran,
golongan dalam pelayanan kesehatan amanah dan
penyusunan power point paripurna dan prima menjunjung etika.
dan menghindari adanya dengan meminimalisir
konflik kepentingan. dampak hospitalisasi
Melakukan Sosialiasasi Akuntabilitas: pada anak
pemaparan/presentasi terlaksana menunjukkan sikap
sosialiasasi penerapan integritas dan kejujuran
terapi bermain dalam menyampaikan ide
gagasan.
Membuat catatan Tersusun notulensi Komitmen mutu:
notulensi kegiatan dan kegiatan sosialisasi penyusunan materi
masukan dari kepala dilakukan dengan
ruangan maupun menerapkan efektivitas
perawat ruangan. dan efisiensi dalam rangka
peningkatan mutu untuk
pelayanan.
3. Membuat program Mengajukan program Adanya izin dari Akuntabilitas: Sesuai dengan visi Nilai Pamingpin Pituin :
bermain berdasarkan bermain berdasarkan kepala ruangan dan menunjukkan sikap rumah sakit, yaitu Tulus, Profesional,
kelompok usia anak kelompok usia anak mentor terkait jadwal integritas, dan tanggung menjadi institusi Inovatif, dan Integritas.
kepada kepala ruangan terapi bermain jawab kesehatan yang unggul Pembuatan media
Membuat jadwal terapi Terdapat jadwal Komitmen mutu: dan transformatif dalam informasi sesuai
bermain berdasar terapi bermain yang memberikan media meningkatkan status literatur terbaru,
tingkat usia anak dapat dilihat oleh sosialisasi yang mudah kesehatan masyarakat kompetensi dan
perawa dan keluarga diterima oleh rekan dan misi rumah sakit, diperkuat nilai ANEKA,
pasien perawat dan masyarakat yaitu melakukan selalu mengikuti
Mempublikasikan Tersedia di sosial Anti korupsi: transformasi dalam perkembangan
jadwal terapi bermain media (youtube) mewujudkan status keilmuan

27
diperlukan nilai – nilai kesehatan masyarakat keperawatan dan
anti korupsi, yaitu peduli yang lebih baik. Selain mengedepankan
dan tanggung jawab itu, mendukung misi perkembangan terbaru
dalam memberikan dalam upaya dalam upaya
informasi menyelenggarakan meminimalisir dampak
pelayanan kesehatan hospitalisasi pada anak
paripurna dan prima
dengan meminimalisir
dampak hospitalisasi
pada anak
4. Pembuatan media Mengajukan izin Mendapat izin dan Komitmen mutu: Sesuai dengan visi Nilai Pamingpin Pituin :
informasi video dan pembuatan dan saran dari kepala dapat menjamin kebaruan rumah sakit yakni Kepemimpinan,
leaflet konsultasi konten video ruangan informasi intervensi menjadi institusi Inovatif dan Unggul:
dan leaflet keperawatan yang kesehatan yang unggul diharapkan menjadi
mendukung pelayanan dan transformatif dalam sarana update keilmuan
keperawatan berkualitas meningkatkan status antar perawat sebagai
Mengajukan izin Mendapatkan Anti korupsi: kesehatan masyarakat. upaya untuk
publikasi ke promkes masukan dan izin diperlukannya nilai – nilai Serta mendukung misi meningkatkan
RSHS dalam publikasi ke anti korupsi, yaitu dalam upaya pelayanan
sosial media tanggung jawab, kerja menyelenggarakan keperawatan yang
keras dan transparan pelayanan kesehatan berkualitas.
Meng-upload video ke Video dan leaflet Akuntabilitas: paripurna dan prima
sosial media dan terbuat dan sudah menunjukkan sikap
menggandakan leaflet dipublikasi integritas, dan tanggung
untuk ditaruh di meja jawab
informasi nurse station
5. Membuat format Membuat format Tersusun format Akuntabilitas: Sesuai dengan visi Nilai Pamingpin Pituin:
evaluasi pelaksanan evaluasi kegiatan terapi sederhana program dalam menjalankan tugas rumah sakit, yaitu Nilai Profesioanl, Tulus,
progam terapi bermain bermain penerapan harus menjunjung tinggi menjadi institusi Unggul dan Integritas
anak pelaksanaan terapi nilai integritas dan kesehatan yang unggul Komunikasi terapeutik
bermain tanggung jawab dan transformatif dalam mencerminkan sikap
dibuktikan dengan meningkatkan status tanpa pamrih, proaktif,
dokumentasi kesesuaian kesehatan masyarakat responsive dan sikap
tindakan yang telah dan mendukung misi beretika dari petugas,

28
dikerjakan oleh perawat di dalam upaya dengan tujuan mencapai
rekam medis menyelenggarakan kinerja yang baik dan
Melakukan konsultasi Evaluasi program Komitmen Mutu: pelayanan kesehatan berkualitas prima
penerapan pelaksanaan penerapan laporan evaluasi dapat paripurna dan prima
terapi bermain anak pelaksanaan terapi dipertanggung jawabkan
bermain mendapat dan dikerjakan secara
persetujuan profesional melalui
metode efektif dan efisien
pengerjaannya

29
G. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
Judul aktualisasi : Penerapan Pelaksanaan Terapi Bermain Anak
Berdasarkan Tingkat Usia di Ruang Rawat Inap
Kemuning 2 Bedah Anak RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung
Waktu Pelaksanaan : 30 Agustus 2019 – 10 Oktober 2019
Tempat Pelaksanaan : Ruang Kemuning 2 Bedah Anak RSUP Dr. Hasan
Sadikin

Tabel 3.5 Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi


Agustus September Oktober
No. Kegiatan
IV I II III IV I II
1. Melakukan identifikasi
tingkat usia anak melalui
pengkajian keperawatan
2. Sosialisasi edukasi terapi
bermain anak berdasar
tingkat usia
3. Membuat program
bermain yang terjadwal
4. Membuat media
informasi media video
dan leaflet terapi bermain
anak
5. Evaluasi dan laporan

31
BAB IV
AKTUALISASI

4.1 Kegiatan Aktualisasi Nilai – Nilai Dasar Aneka


Peserta mengikuti kegiatan pelatihan dasar on campus di Bapelkes Cikarang
dan menerima materi serta berproses menginternalisasikan nilai – nilai dasar profesi
PNS untuk mengaktualisasikannya di unit kerja peserta, yaitu ruang Kemuning 2A
Bedah Anak RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Kegiatan yang dilakukan adalah
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang tertuang dalam sasaran kinerja
pegawai (SKP) dan inovasi. Kegiatan yang disusun untuk memecahkan isu yang
diangkat, kemudian diuraikan dalam tahapan kegiatan yang lebih terperinci.
Dengan menguraikannya akan lebih mudah untuk melaksanakan dan mencapai
hasil yang diharapkan.

Tabel 4.1 Status Kegiatan Aktualisasi

No. Kegiatan Status Pelaksanaan


Realisasi
1. Menyampaikan ide gagasan Terlaksana 30 Agustus 2019
terkait rencana kegiatan terapi
bermain dan menganalisa
kelompok tingkat usia pasien
anak yang dirawat
2. Sosialisasi penerapan Terlaksana 10 dan 11 September
pelaksanaan terapi bermain 2019
anak berdasar tingkat usia
kepada perawat ruangan dan
keluarga pasien.
3. Membuat program bermain Terlaksana 18 September 2019
berdasarkan kelompok usia
anak
4. Pembuatan media informasi Terlaksana 25 September 2019
video dan leaflet
5. Evaluasi dan membuat Terlaksana 02 k
laporan aktualisasi t
o
b
e

32
r
2
0
1
9

a. Kegiatan 1

Menyampaikan ide gagasan terkait rencana kegiatan


Kegiatan 1 terapi bermain dan menganalisa kelompok tingkat usia
pasien anak yang dirawat
Tanggal
30 Agustus – 7 September 2019
Pelaksanaan
Saya selaku pelaksana kegiatan aktualisasi melakukan
kesepakatan/janji untuk bertemu dengan kepala ruangan dan
Deskripsi
mentor untuk menyampaikan rencana kegiatan aktualisasi,
kegiatan
yaitu penerapan pelaksanaan terapi bermain berdasar tingkat
Pelaksanaan
usia anak. Melakukan pengkajian terhadap kelompok usia anak
Aktualisasi
yang dirawat di ruang Kemuning 2A Bedah Anak untuk
mencari persentase usia terbanyak.
Saya selaku pelaksana tidak mengalami kendala dalam
Kendala
pelaksanaan kegiatan ini.
Nilai – nilai Berdasarkan teknik dan capaian aktualisasi yang berhasil
dasar yang dilakukan bahwa pada kegiatan tersebut di atas terwujud nilai
relevan – nilai etika Publik : berkonsultasi dengan mengucapkan salam,
senyum, sapa, sopan, santun ramah sikap menghormati.
Komitmen mutu : Menjelasakan ide gagasan secara efektif
sehingga dapat meningkatkan mutu kegiatan. Akuntabilitas :
Menjelasakan kegiatan kepada pimpinan tentang apa yang
akan dilakukan sesuai agenda kegiatan. Nasionalisme :
Menjelaskan dengan hormat tidak menggurui tentang maksud
dan tujuan
Analisis Kegiatan penyampaian ide gagasan, dan melakukan studi
Dampak Jika literature ini dilaksanakan dengan menerapkan prinsip dasar

33
Tidak ASN yaitu ANEKA, sehingga data yang dihasilkan (Studi
Dilakukan literur) menghasilkan data yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini akan berdampak pada
program yang dihasilkan dan mendukung tercapainya tujuan.
Apabila dalam pelaksanaan kegiatan ini tidak menerapkan
prinsip ANEKA, maka studi literature menghasilkan data yang
tidak akurat, sehingga akan berdampak pada program yang
dihasilkan. Tujuan program yang dilaksanakan tidak akan
tercapai.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan


Kontribusi
ruang Kemuning 2A bedah anak di RSUP Dr. Hasan Sadikin
terhadap visi
Bandung sehingga sesuai dengan misi rumah sakit yaitu
dan misi
menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan prima,
organisasi
yang terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian.
Nilai Pamingpin Pituin:
Profesioanl: Nilai berorientasi pada pencapaian kinerja melalui
kemitraan.
Inovatif: nilai yang menggambarkan keinginan untuk
menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan
Penguatan
perbaikan secara berkesinambungan.
nilai – nilai
Tulus: keinginan memberi tanpa pamrih, proaktif, dan
organisasi
responsif.
Unggul: keinginan untuk menjadi yang terbaik dan
menghasilkan kualitas prima.
Integritas: nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan
menjunjung tinggi etika yang tinggi dalam menjalankan tugas
Kegiatan aktualisasi penerapan pelaksanaan terapi bermain
berdasarkan tingkat usia anak mendapatkan izin dan dukungan
Output
kepala ruangan serta mendapatkan data kelompok usia pasien
yang dirawat di ruang Kemuning 2A bedah anak

34
Manfaat/ Manfaat dari kegiatan ini adalah:
hasil capaian ii. Mendapatkan izin dan dukungan dari kepala ruangan dan
mentor dalam pelaksanaan aktualisasi
iii. Didapatkan data kelompok pasien berdasar tingkat usia
dalam tiga bulan terakhir.

Data pasien ruang Kemuning 2A bedah anak pada bulan Juli -


September 2019
Bulan Juli 2019
No. Kelompok Usia Anak Jumlah Persentase ( % )
1. < 1 tahun 23 15
2. 1 – 3 tahun 31 22
3. 4 – 6 tahun 36 26
4. 7 – 12 tahun 36 26
5. 13 – 18 tahun 15 11
Total pasien 141 100

Bulan Agustus 2019


No. Kelompok Usia Anak Jumlah Persentase ( % )
1. < 1 tahun 16 11
2. 1 – 3 tahun 22 15
3. 4 – 6 tahun 45 31
Bukti 4. 7 – 12 tahun 42 29
5. 13 – 18 tahun 20 14
Total pasien 145 100

Bulan September 2019 (sampai dengan tanggal 10)


No. Kelompok Usia Anak Jumlah Persentase (%)
1. < 1 tahun 6 9
2. 1 – 3 tahun 7 11
3. 4 – 6 tahun 25 39
4. 7 – 12 tahun 18 28
5. 13 – 18 tahun 8 13
Total pasien 64 100

Bulan Juli 2019


No. Sub Bagian Jumlah
1. Bedah anak 27
2. Bedah saraf 21
35
3. Bedah mulut 17
4. Onkologi 3
5. Anak 19
6. Bedah Plastik 6
7. Urologi 6
8. Orthopedi 1
9. THT 9
10. Thoraks 1
11. Vaskular 2

Bulan Agustus 2019


No. Sub Bagian Jumlah
1. Bedah anak 24
2. Bedah saraf 13
3. Bedah mulut 22
4. Onkologi 3
5. Anak 18
6. Bedah Plastik 15
7. Urologi 2
8. Orthopedi 17
9. THT 9
10. Thoraks 1
11. Vaskular 4
12. Obgyn 1

Bulan September 2019 (sampai dengan tanggal 10)


No. Sub Bagian Jumlah
1. Bedah anak 17
2. Bedah saraf 2
3. Bedah mulut 6
4. Anak 11
5. Bedah Plastik 3
6. Urologi 8
7. Orthopedi 5
8. THT 5
9. Vaskular 1
Gambar 4.1. Data pasien tiga bulan terakhir di ruang Kemuning
2A Bedah Anak.

36
Gambar 4.2. Melalukan izin kegiatan dan konsultasi program
aktualisasi dengan wakil kepala ruangan Kemuning 2A.

Gambar 4.3. Kegiatan konsultasi aktualisasi dengan mentor


tentang penerapan pelaksanaan terapi bermain anak.

37
b. Kegiatan 2
Sosialisasi penerapan pelaksanaan terapi bermain anak
Kegiatan 2 berdasar tingkat usia kepada perawat ruangan dan keluarga
pasien.
Tanggal
08 – 14 September 2019
Pelaksanaan
Saya selaku pelaksana kegiatan aktualisasi melakukan
kegiatan sosialisasi penerapan pelaksanaan terapi bermain
anak berdasar tingkat usia kepada perawat – perawat
ruangan yang dilaksanakan dalam kegiatan diskusi refleksi
kasus (DRK) yang dihadiri oleh perawat ruang Kemuning
Deskripsi Kegiatan
2A bedah anak. Sosialiasasi juga dilakukan kepada
Pelaksanaan
keluarga pasien di ruang Kemuning 2A bedah anak dalam
Aktualisasi
bentuk pendidikan kesehatan. Tahapan kegiatan ini yaitu
mengundang dan mengajak ikut serta dalam sosialiasi
terapi bermain, melakukan konsultasi satuan acara
penyuluhan, dan pembuatan materi serta presentasi power
point.
Sosialisasi kepada keluarga pasien tidak dapat dihadiri
oleh semua keluarga pasien yang dirawat di ruang
Kendala Kemuning 2A bedah anak karena tidak dapat
meninggalkan pasien sehingga perlu ketempat bed agar
semua keluarga atau pasien dapa menerima informasi.
Berdasarkan teknik dan capaian aktualisasi yang berhasil
dilakukan bahwa pada kegiatan tersebut di atas terwujud
nilai – nilai akuntabilitas : Pembuatan materi sosialiasi dari
Nilai – nilai dasar
referensi yang terpercaya dan kualitas. Komitmen Mutu :
yang relevan
sosialisasi yang akan disampaikan dilakukan dengan
penuh tanggung jawab, dilaksanakan dengan efektif dan
efisien dan mengedepankan mutu pelayanan.

38
Kegiatan ini lebih optimal jika memperhatikan penerapan
nilai-nilai ANEKA. Dengan adanya penerapan prinsip-
prinsip tersebut buku petunjuk yang dihasilkan menjadi
lebih berkualitas, memberikan informasi yang jelas, sesuai
Analisis Dampak
dan tidak menyesatkan.
Jika Tidak
Apabila dalam pelaksanaanya tidak memperhatikan
Dilakukan prinsip-prinsip tersebut, maka sosialisasi yang dihasilkan
tidak akan sesuai yang akan berdampak pada kurang
mengertinya terapi bermain dan akan menimbulkan
kebingungan tidak terarah. Sehingga tujuan tidak tercapai.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas


pelayanan ruang Kemuning 2A bedah anak di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung sehingga sesuai dengan visi
rumah sakit, yaitu menjadi institusi kesehatan yang unggul
dan transformatif dalam meningkatkan status kesehatan
Kontribusi terhadap
masyarakat dan misi rumah sakit, yaitu melakukan
visi misi organisasi
transformasi dalam mewujudkan status kesehatan
masyarakat yang lebih baik. Selain itu, mendukung misi
dalam upaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan
paripurna dan prima dengan meminimalisir dampak
hospitalisasi pada anak.
Nilai Pamingpin Pituin:
Profesioanl: nilai berorientasi pada pencapaian kinerja
melalui kemitraan.
Inovatif: nilai yang menggambarkan keinginan untuk
Penguatan nilai – menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan
nilai organisasi perbaikan secara berkesinambungan.
Tulus: keinginan memberi tanpa pamrih, proaktif, dan
responsif.
Unggul: keinginan untuk menjadi yang terbaik dan
menghasilkan kualitas prima.

39
Integritas: nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah,
dan menjunjung tinggi etika yang tinggi dalam
menjalankan tugas
Sosialisasi terlaksana melalui diskusi refleksi kasus (DRK)
yang diikuti oleh perawat ruangan dan penyuluhan
Output
pendidikan kesehatan diikuti oleh keluarga pasien maupun
pasien ruang Kemuning 2A bedah anak.
Manfaat dari kegiatan ini adalah:
1. Menambah pengetahuan perawat ruangan Kemuning
2A bedah anak tentang terapi bemain.
2. Mendorong keluarga pasien atau pasien untuk
Manfaat/hasil
melakukan terapi bermain sesuai jadwal dan tingkat
capaian
usia.
3. Perawat mampu meningkatkan pelayanan kesehatan
karena pasien yang melakukan terapi bermain dapat
mengurangi dampak negatif hospitalisasi.
Gambar 4.4. Sosialisasi kepada perawat ruangan
Kemuning 2A bedah anak

Bukti

Gambar 4.5. Sosialisasi kepada keluarga pasien dan pasien


di ruang Kemuning 2A bedah anak

40
Gambar 4.6. Bahan presentasi materi sosialisasi terapi
bermain anak

- Satuan acara penyuluhan (SAP) (terlampir 1.1)


- Absensi peserta sosialisasi (terlampir 1.2)

c. Kegiatan 3
Membuat program bermain berdasarkan kelompok usia
Kegiatan 3
anak
Tanggal
15 September – 27 September 2019
Pelaksanaan
Saya selaku pelaksana kegiatan aktualisasi melakukan
Deskripsi kegiatan
kegiatan konsultasi dengan kepala ruangan untuk
Pelaksanaan
pembuatan program terapi bermain berdasarkan
Aktualisasi
kelompok usia anak. Jadwal terapi bermain yang saya

41
buat berdasarkan data jumlah kelompok pasien anak yang
dirawat di ruang Kemuning 2A bedah anak. Mendata
fasilitas di ruang Kemuning yang digunakan dalam terapi
bermain anak dan dapat dipergunakan sesuai jadwal yang
ada.
Tidak ada kendala dalam kegiatan pembuatan program
Kendala
terapi bermain anak di ruang Kemuning 2A bedah anak.
Berdasarkan teknik dan capaian aktualisasi yang berhasil
dilakukan bahwa pada kegiatan tersebut diatas terwujud
nilai – nilai
Akuntabilitas : jadwal terapi bermain dibuat dengan
penuh tanggung jawab sesuai teori referensi yang
terpercaya sehingga dapat memberikan dampak terhadap
Nilai – nilai dasar peningkatan mutu pelayanan. Nasionalisme :
yang relevan Pelaksanaan program menjadi suatu kegiatan yang
dikerjakan oleh perawat untuk pasien rawat inap, adanya
kerjasama dan memerlukan pendapat mengenai program
yang dibuat dengan cara bermusyawarah. Masukan yang
dihasilkan kemudian ditampung dan di evaluasi kembali
sebagai upaya perbaikan terhadap program yang dibuat
agar dihasilkan program yang lebih baik
Apabila dalam pelaksanaanya tidak memperhatikan
prinsip-prinsip tersebut, maka jadwal program terapi
Analisis Dampak
bermain yang dihasilkan tidak akan sesuai yang akan
Jika Tidak berdampak positif Sehingga tujuan meningkatka mutu
Dilakukan pelayanan tidak tercapai.

Pembuatan jadwal terapi bermain berdasarkan tingkat


usia anak di ruang Kemuning 2A bedah anak Sesuai
Kontribusi terhadap dengan visi misi rumah sakit, yaitu menjadi institusi
visi misi organisasi kesehatan yang unggul dan transformatif dalam
meningkatkan status kesehatan masyarakat dan misi
rumah sakit, yaitu melakukan transformasi dalam

42
mewujudkan status kesehatan masyarakat yang lebih
baik.
Nilai Pamingpin Pituin:
Profesioanl: nilai berorientasi pada pencapaian kinerja
melalui kemitraan.
Inovatif: nilai yang menggambarkan keinginan untuk
menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan
perbaikan secara berkesinambungan.
Penguatan nilai –
Tulus: keinginan memberi tanpa pamrih, proaktif, dan
nilai organisasi
responsif.
Unggul: keinginan untuk menjadi yang terbaik dan
menghasilkan kualitas prima.
Integritas: nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah,
dan menjunjung tinggi etika yang tinggi dalam
menjalankan tugas.
Ruang Kemuning 2A bedah anak memiliki jadwal terapi
Output bermain anak yang dapat dilihat oleh semua orang
termasuk perawat ruangan sehingga dapat dilaksanakan.
Manfaat dari kegiatan ini adalah:
1. Terdapat jadwal terapi bermain di ruang Kemuning
2A bedah anak
Manfaat / hasil
2. Kegiatan terapi bermain dapat diterapkan sesuai
capaian
jadwal yang tersusun oleh setiap penangung jawab.

Bukti Gambar 4.7. Jadwal terapi bermain anak di ruang


Kemuning 2 bedah anak yang tertera.

43
Gambar 4.8. Fasilias pojok bermain di ruang Kemuning
2A bedah anak RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

44
Gambar 4.9. Alat – alat permainan yang tersedia di
pojok bermain.

d. Kegiatan 4
Kegiatan 4 Pembuatan media informasi video dan leaflet
Tanggal
21 September – 30 September 2019
Pelaksanaan
Deskripsi Saya selaku pelaksana kegiatan aktualisasi melakukan kegiatan
kegiatan membuat media informasi berupa video dan leaflet. Pembuatan
Pelaksanaan media dikonsultasikan kepada bagian promosi kesehatan dengan
Aktualisasi membawa soft copy dan hard copy media yang telah dibuat.
Dalam membuat media tersebut, terdapat masukan dari bagian
promkes terkait penggunaan logo, adapun logo yang dapat
dicantumkan di dalam media tersebut yakni logo RSHS, logo
Kemenkes, logo Germas, dan logo BLU Promise. Logo tersebut
sebaiknya dicantumkan di bagian depan halaman media. Sebagai
panduan dalam menyusun media, maka dapat melihat contoh dari
media yang dibuat oleh bagian promkes dan digunakan di
lingkungan RSHS.

Kendala Memerlukan waktu dalam persetujuan pembuatan leaflet karena


harus sesuai dengan standar promosi kesehatan rumah sakit

45
Nilai – nilai Berdasarkan teknik dan capaian aktualisasi yang berhasil
dasar yang dilakukan bahwa pada kegiatan tersebut diatas terwujud nilai –
relevan nilai, komitmen mutu :konten leaflet dan video secara efektif dan
efisien. Hal ini dilakukan dalam rangka realisasi inovasi yang
direncanakan untuk membuat leaflet dan video menjadi lebih
efektif, efisien dan dapat dipahami sehingga tujuan dari terapi
bermain akan tercapai.

Analisis Apabila dalam pelaksanaanya tidak memperhatikan prinsip-


Dampak Jika prinsip tersebut, maka proses pembuatan leaflet dan video
standar berjalan tidak bisa secara efektif dan efisien, yang
Tidak selanjutnya menyebabkan pemahaman yang membaca atau
Dilakukan melihat tidak memahami dan tujuan dalam konten leaflet maupun
video tidak tercapai.

Kontribusi Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan


terhadap visi ruang Kemuning 2A bedah anak di RSUP Dr. Hasan Sadikin
misi Bandung terutama akses informasi yang dapat dilihat oleh semua
organisasi orang sehingga sesuai dengan visi rumah sakit, yaitu menjadi
institusi kesehatan yang unggul dan transformatif dalam
meningkatkan status kesehatan masyarakat dan misi rumah sakit,
yaitu melakukan transformasi dalam mewujudkan status
kesehatan masyarakat yang lebih baik. Selain itu, mendukung
misi dalam upaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan
paripurna dan prima.
Penguatan Nilai Pamingpin Pituin:
nilai – nilai Profesioanl: nilai berorientasi pada pencapaian kinerja melalui
organisasi kemitraan.
Inovatif: nilai yang menggambarkan keinginan untuk
menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan
perbaikan secara berkesinambungan.
Tulus: keinginan memberi tanpa pamrih, proaktif, dan responsif.

46
Unggul: keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan
kualitas prima.
Integritas: nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan
menjunjung tinggi etika yang tinggi dalam menjalankan tugas.
Output Media informasi berupa video dan leaflet dapat diakses oleh
semua orang.
Manfaat/hasi Manfaat dari kegiatan ini adalah :
l capaian 1. Media dapat menjadi sumber informasi dan menambah
pengetahuan bagi semua orang.
2. Terdapat media video dan leaflet sebagai penunjang
meningkatkan pelayanan di ruang Kemuning 2A bedah anak.

Gambar 4.10. Konsultasi dengan bagian promosi kesehatan


RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bukti

Gambar 4.11. Leaflet

47
Gambar 4.12. Video fasilitas Pojok Bermain Anak di ruang
Kemuning 2A (di upload di kanal Youtube).

48
e. Kegiatan 5
Kegiatan Evaluasi dan membuat laporan aktualisasi
Tanggal Pelaksanaan 29 September – 10 Oktober
Deskripsi kegiatan Saya selaku pelaksana kegiatan aktualisasi melakukan
Pelaksanaan kegiatan evaluasi kegiatan terapi bermain. Terdapat 10
Aktualisasi peserta yang mengikuti terapi bermain. Kegiatan terapi
bermain dilakukan dua hari yaitu taggal 20 september
dan 29 september 2019. Mereka memilih jenis terapi
bermain bebeda sesuai dengan kelompok usia,
memiliki dampak berbeda masing – masing individu.
Kendala Tidak ada kuesioner yang pasti dalam evaluasi
pelaksanaan.
Nilai – nilai dasar yang Berdasarkan teknik dan capaian aktualisasi yang
relevan berhasil dilakukan bahwa pada kegiatan tersebut diatas
terwujud nilai – nilai : membuat data dengan benar
yang dapat dipertanggung jawabkan (akuntabilitas),
data yang didapat dikerjakan secara efektif dan efisien
dan diselesaikan tepat waktu (komitmen mutu).

49
Analisis Dampak Jika Kegiatan pembuatan laporan akhir aktualisasi ini
Tidak Dilakukan dilaksanakan dengan menerapkan prinsip dasar ASN
yaitu ANEKA sehingga laporan aktualisasi selesai
tepat waktu, laporan yang dihasilkan pun sesuai dan
dapat dipertanggung jawabkan.

Apabila dalam pelaksanaan kegiatan ini tidak


menerapkan prinsip ANEKA, maka laporan hasil akhir
tidak akan dapat terselesaikan tepat waktu, laporan
yang dihasilkan menjadi tidak sesuai dan data yang
terdapat didalamnya tidak dapat
dipertanggungjawabkan.

Kontribusi terhadap Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas


visi misi organisasi pelayanan ruang Kemuning 2A bedah anak di RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung sehingga sesuai dengan
visi rumah sakit, yaitu menjadi institusi kesehatan yang
unggul dan transformatif dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat dan misi rumah sakit, yaitu
melakukan transformasi dalam mewujudkan status
kesehatan masyarakat yang lebih baik. Selain itu,
mendukung misi dalam upaya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan paripurna dan prima
Penguatan nilai – nilai Nilai Pamingpin Pituin:
organisasi Profesioanl: nilai berorientasi pada pencapaian kinerja
melalui kemitraan.
Inovatif: nilai yang menggambarkan keinginan untuk
menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa
melakukan perbaikan secara berkesinambungan.
Tulus: keinginan memberi tanpa pamrih, proaktif, dan
responsif.

50
Unggul: keinginan untuk menjadi yang terbaik dan
menghasilkan kualitas prima.
Integritas: nilai yang menggambarkan kejujuran,
amanah, dan menjunjung tinggi etika yang tinggi
dalam menjalankan tugas.
Output Tersusun laporan evaluasi aktualisasi kegiatan terapi
bermain
Manfaat/hasil capaian Manfaat dari kegiatan ini adalah :
1. Mengetahui indikator tercapainya terapi
bermain
2. Dapat meminimalisir dampak hospitalisasi
anak

Gambar 4.9. Kegiatan terapi bermain

Bukti

51
Data hasil evaluasi (terlampir 1.2)

52
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
PNS yang profesional dan memiliki karakter nilai-nilai dasar
ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Pulik, Komitmen Mutu, dan
Anti Korupsi) merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan pemerintahan
yang baik dan bersih. Latsar dengan pola baru merupakan metode yang
diharapkan mampu menghasilkan PNS profesional sesuai tuntutan
masyarakat.
Dalam aktualisasi yang dilaksanakan selama off campus
mengandung dan mencerminkan nilai-nilai dasar PNS. Dengan
dilakukan kegiatan aktualisasi ini kita menjadi tahu manfaat
memberikan pelayanan yaitu berupa fasilitas terapi bermain anak.
Pemberian Terapi bermain anak bermanfaat dalam menangani dampak
hospitalisasi pada anak , juga perawat yang berada diruang kemuning 2
bedah anak semakin mndukung untuk melakukan terapi bermain karena
dapat membantu dalam proses pelayanan.

B. Rekomendasi
Berdasarkan kegiatan aktualisasi yang telah dilaksanakan, maka
diharapkan peserta dapat mengimplementasikan nilai-nilai ANEKA
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti
Korupsi) di satuan kerja masing-masing maupun diluar satuan kerja
yakni di kehidupan sosial sehari-hari dimulai dengan memahami peran
dan kedudukan ASN sebagai Whole Of Government, memahami
Majanemen ASN sehingga mampu memberikan pelayanan publik yang
terbaik dan menjadi ASN yang berkualitas. Kegiatan terapi bermain ini
merupakan bentuk pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit yang
berdampak positif sehingga perlu diterapkan dan ditingkatkan karena
dapat meningkatkan pelayanan yang prima.

53
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Akuntabilitas: Modul Pendidikan dan


Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Anti Korupsi: Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Etika Publik: Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Komitmen Mutu: Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Nasionalisme: Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Habituasi: Modul Pendidikan dan Pelatihan
Latihan Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Manajemen ASN: Modul Pendidikan dan
Pelatihan Latihan Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Pelayanan Publik: Modul Pendidikan dan
Pelatihan Latihan Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Whole of government: Modul Pendidikan dan
Pelatihan Latihan Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Moore., Ligget., & Pierson. (2003). Medical errors related to discontinuity of care
from an patient to an outpatient setting. Journal General Internal
Medicine. 18:646-65.
Pemila, U. (2011). Konsep Discharge Planning. Jakarta: Salemba Medika.

54
Perry A. G., & Potter P. A. (2005). Buku ajar fundamental keperawwatan: Konsep,
proses, & praktik. (Volume 1, Edisi 4). (Alih bahasa: Yasmin Asih,
et al: Editor edisi bahasa Indonesia Devi Yuliati, Monica Ester).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Poglitsch, L, A., Emery, M., & Darragh, A. (2011).play Therapy for Children
.(ISSN 1538-6724).

55
Lampiran 1

1.1 SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik : Terapi Bermain Pada Anak Hospitalisasi
Sasaran : toddler, pre-school, school, orang tua
Tanggal : 10 September 2019
Waktu : 09.00 WIB - Selesai
Tempat : Tempat terapi bermain
Pemateri : Grispenjas Sumartono Mahira

1. Tujuan Penyuluhan
a. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan 1x55 menit diharapkan peserta dapat Commented [RF1]: Bapa punten, kalau 55 menit sudah
memahami tentang pentingnya terapi bermain pada anak sama simulasi cukup ga ya atau kelamaan? Untuk
penjabaran kegiatannya ada dibawah
hospitalisasi
b. Tujuan khusus
i. Peserta, terutama orang tua mengetahui mengenai pengertian
hospitalisasi
ii. Peserta mengetahui dampak yang muncul pada anak akibat
hospitalisasi
iii. Peserta mengetahui cara untuk mengatasi dampak dari
hospitalisasi
iv. Peserta mengetahui pengertian terapi bermain
v. Peserta mengetahui prinsip terapi bermain yang efektif
vi. Peserta mengetahui kategori terapi bermain pada anak
hospitalisasi
vii. Peserta mengetahui pembagian terapi bermain berdasarkan usia
anak
viii. Peserta mengetahui peran perawat dalam melakukan terapi
bermain anak Commented [RF2]: k
2. Materi penyuluhan
Terlampir
3. Metode penyuluhan
a. Ceramah / Lecture
b. Tanya jawab
c. Simulasi terapi bermain
4. Media
a. PPT
b. Leaflet

56
c. Alat bermain : gambar, pinsil warna, puzzle, menara donut,
5. Kegiatan penyuluhan
No Tahapan Kegiatan Metode waktu

1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam Ceramah Total 5 menit


2. Menyapa peserta
penyuluhan dan
perkenalan diri
3. Menjelaskan tujuan
penyuluhan dan
kontrak waktu
2. Isi 1. Mengkaji pengetahuan Ceramah dan 5 menit
peserta sebelum tanya jawab
dimulai 10 menit
2. Menjelaskan materi
tentang:
a. Pengertian
hospitalisasi
b.Dampak yang
muncul pada anak
akibat hospitalisasi
c. Cara untuk
mengatasi dampak
dari hospitalisasi
d.Pengertian terapi
bermain
e. Terapi bermain yang
efektif
f. Kategori terapi
bermain pada anak
hospitalisasi
g.Pembagian terapi
bermain berdasarkan
usia anak
h.Peran perawat dalam
melakukan terapi
bermain anak
3. Tanya jawab
3. Penutup 1. Menarik kesimpulan Ceramah 3 menit
bersama
2. Evaluasi peserta 5 menit
berupa pertanyaan :
Quis
2 menit
 Sebutkan contoh
permainan anak
usia 4 -6 tahun?
(min 1)

57
 Sebutkan contoh
permainan anak
usia 6 – 12 tahun?
(min 1)
 Sebutkan apa saja
efek yang
ditimbulkan dari
hospitalisasi (min
3)
 Sebutkan peran
orang tua yang
dapat dilakukan
untuk
memfasilitasi
terapi bermain
pada anak? (min 2)
3. Penutup
4. Simulasi 1. fasilitator 25 menit

Total waktu 55 menit

Materi Sosialiasasi

Terapi Bermain dan Dampak Hospitalisasi

Proses anak sakit dan harus dirawat dirumah sakit dikatakan sebagai

proses hospitalisasi. Hospotalisasi merupakan suatu proses dimana karena

suatu alasan tertentu baik darurat atau berencana, mengharuskan anak

tinggal dirumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan

kembali ke rumah (Supartini, 2004).

Hospitalisasi merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan

bagi sebagian besar anak. Saat anak sakit dan harus menjalani proses

hospitalisasi mereka akan terpaksa berpisah pada lingkungan ang dirasakan

aman, peuh kasih sayang, dan menyenangkan yaitu rumah dan teman

58
sepermainannya (Supartini, 2004). Selain harus berpisah dengan rumah

permainan dan teman bermainnya, anak juga akan mendapatan serangkaian

prosedur medis sebagai bagian dari proses hospitalisasi. Pruitt dan Elliot

(1990) menyatakan bahwa prosedur medis merupakan peristiwa yang idak

menyenangkan, karena anak harus menjalani prosedur-prosedur yang

menyakitkan seperti suntik, infus, terpisah dari keluarga, teman dan sekolah,

adanya situasi asing, dan orang –orang tidak dikenal. Anak – anak ang

memiliki kebiasaan aktif pada waktu sehat akan memiliki kecenderungan

mengalami stress pada waktu menjalani proses hospitalisasi, karena

menerima perlakuan medis yang menghambat aktifitasnya (Smith &

Autman, 2010)

Menurut Hurlock (1991) masa anak anak merupakan dasar dari

seluruh kehidupan seseorang. Pengalaman yang kurang menyenangkan

yang dialami oleh ana akan memudahkan timbulnya gangguan dalam

penyesuaian diri. Perlu dilakukan intervensi untuk meminimalisir akibat

dari pengalaman tidak menyenangkan yang dialami oleh anak ketika

menjalani proses hospitalisasi (Pravita, 2012)

Anak yang dirawat di rumah sakit sering mengalami reaksi

hospitalisasi dalam bentuk anak rewel atau menangis, tidak mau didekati

oleh petugas kesehatan, ketakutan, tampak cemas, tidak kooperatif.

Penyebab penurunan mood antara lain perubahan status kesehatan dan

lingkungan yang jauh dari rutinitasnya sehari-hari serta keterbatasan koping

mekanisme anak dalam memecahkan masalah. Perpisahan dengan rutinitas

sehari-hari bagi anak menjadi faktor penting penyebab munculnya reaksi

59
negatif hospitalisasi. Menurut Ball dan Bindler (2003), anak yang dirawat

di rumah sakit berada pada lingkungan asing yang tidak diketahuinya,

dikelilingi orang-orang asing, peralatan, dan pemandangan sekitar

menakutkan sehingga menimbulkan reaksi hospitalisasi. Reaksi

hospitalisasi pada anak diasumsikan dapat diminimalisir dengan keberadaan

lingkungan yang terapeutik. Lingkungan terapeutik yang diharapkan dapat

meminimalkan reaksi hospitalisasi negatif diantaranya penataan ruang,

restrain terapeutik, sikap dan komunikasi perawat terapeutik, permainan

terapeutik, seni, dan terapi musik (Nesbit & Tabatt-Haussmann, 2008;

Ghazali & Abbas, 2012).

Teori lingkungan terapeutik meliputi psikologi lingkungan (efek

psikososial dari lingkungan), psychoneuroimmunology (efek lingkungan

terhadap sistem immune); neuroscience (bagaimana pemikiran arsitektur

atau desain ruang dibuat menarik). Desain lingkungan yang terapeutik

diperlukan untuk pasien di lingkungan rumah sakit. Ruang rawat anak perlu

desain ruang menarik. Desain ruang rawat anak yang menarik diharapkan

memberikan kesenangan tersendiri sehingga anak menjadi tidak cemas

selama hospitalisasi. Terapi bermain anak merupakan cara yang dapat

menurunkan kecemasan pada anak saat mendapatkan perawatan, selainn itu

terapi anak dapat sebagai proses distraksi pengalihan yang baik terhadap

rangsang nyeri yang dialaminya.

Terdapat beberapa terapi yang diyakini dapat menjadi intervensi

yang baik untuk anak – anak. Terapi tersebut adalah art therapy ( bentuk

psikoterapi yang memungkinkan sebagai bentuk ekspresi emosional dan

60
penyembuhan melalui cara cara nonverbal ), Play terapy ( Proses teraupetik

yang menggunakan permainan sebagai media terapi agar mudah melihat

eskpresi alami seorang anak yang tidak bisa diungkapkannya dalam bahasa

verbal). (Zubento & Copozli, 2002; Kaudson & Schaeter, 2001 dan Hunter

1998).

Terapi yang tepat sebagai metode untuk mengurangi stress pada

anak yang sedang menjalani proses hospitalisasi yaitu terapi bermain.

Terapi bermain juga mempercepat proses adaptasi dirumah sakit. Bentuk

dari terapi bermain bermacam – macam, kategori terapi bermain yaitu

mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar.

Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain

dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata. (Malchiodi, 2011).

1. PRINSIP PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN Agar anak dapat lebih

efektif dalam bermain di rumah sakit, perlu diperhatikan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

a. Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih

singkat untuk menghindari kelelahan dan alat-alat permainannya lebih

sederhana. Menurut Vanfeet, 2010, waktu yang diperlukan untuk terapi

bermain pada anak yang dirawat di rumah sakit adalah 15-20 menit.

Waktu 15-20 menit dapat membuat kedekatan antara orangtua dan anak

serta tidak menyebabkan anak kelelahan akibat bermain. Hal ini berbeda

dengan Adriana, 2011, yang menyatakan bahwa waktu untuk terapi

bermain 30-35 menit yang terdiri dari tahap persiapan 5 menit, tahap

61
pembukaan 5 menit, tahap kegiatan 20 menit dan tahap penutup 5 menit.

Lama pemberian terapi bermain bisa bervariasi, idealnya dilakukan 15-

30 menit dalam sehari selama 2-3 hari. Pelaksanaan terapi ini dapat

memberikan mekanisme koping dan menurunkan kecemasan pada anak

b. Sesuai dengan kelompok usia. Pada rumah sakit yang mempunyai

tempat bermain, hendaknya perlu dibuatkan jadwal dan dikelompokkan

sesuai usia karena kebutuhan bermain berlainan antara usia yang lebih

rendah dan yang lebih tinggi

c. Tidak bertentangan dengan terapi. Terapi bermain harus memperhatikan

kondisi anak. Bila program terapi mengharuskan anak harus istirahat,

maka aktivitas bermain hendaknya dilakukan ditempat tidur. Permainan

tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan

anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang

dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain

dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang

rawat.

d. Perlu keterlibatan orangtua dan keluarga Banyak teori yang

mengemukakan tentang terapi bermain, namun menurut Wong (2009),

keterlibatan orangtua dalam terapi adalah sangat penting, hal ini

disebabkan karena orangtua mempunyai kewajiban untuk tetap

melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun

sedang dirawat si rumah sakit. Anak yang dirawat di rumah sakit

seharusnya tidak dibiarkan sendiri. Keterlibatan orangtua dalam

perawatan 24 anak di rumah sakit diharapkan dapat mengurangi dampak

62
hospitalisasi. Keterlibatan orangtua dan anggota keluarga tidak hanya

mendorong perkembangan kemampuan dan ketrampilan sosial anak,

namun juga akan memberikan dukungan bagi perkembangan emosi

positif, kepribadian yang adekuat serta kepedulian terhadap orang lain.

Kondisi ini juga dapat membangun kesadaran buat anggota keluarga lain

untuk dapat menerima kondisi anak sebagaimana adanya. Hal ini sesuai

dengan penelitian Bratton, 2005, keterlibatan orangtua dalam

pelaksanaan terapi bermain memberikan efek yang lebih besar

dibandingkan pelaksanaan terapi bermain yang diberikan oleh seorang

profesional kesehatan mental. Menurut Perawat hanya bertindak sebagai

fasilitator sehingga apabila permainan dilakukan oleh perawat, orang tua

harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal

permainan sampai mengevaluasi hasil permainan bersama dengan

perawat dan orang tua anak lainnya

2. KATEGORI BERMAIN

a. Bermain Aktif Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang

dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya

mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel

gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran

misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata.

b. Bermain Pasif Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh

dari kegiatan orang lain.Pemain menghabiskan sedikit energi, anak

hanya menikmati temannya bermain atau menonton televisi dan

63
membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi

kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif.

3. Permainan Anak Berdasar Tingkat Usia

PERMAINAN ANAK USIA 1 – 3 TAHUN

a. Arsitek Menara Bahan yang dibutuhkan adalah kotak/kubus yang

berwarna-warni dengan ukuran yang sama, kemudian anak diminta

untuk menyusun kotak atau kubus ke atas. Penyusunan kubus/kotak

diupayakan yang sama warnanya. Selalu beri pujian setiap kegiatan

anak.

b. Tebak Gambar Permainan ini membutuhkan gambar yang sudah tidak

asing bagi anak seperti binatang, buah-buahan, jenis kendaraan atau

gambar profesi/pekerjaan. Permainan dimulai dengan menunjukkan

gambar yang telah ditentukan sebelumnya kemudian ajak anak untuk

menebak gambar tersebut, lakukan beberapa kali. Jika anak tidak

mengetahui gambar yang dimaksud, sebaiknya petugas memberitahu

dan menanyakan kembali ke anak setelah berpindah ke gambar lain

untuk melatih ingatan anak.

c. Menyusun Puzzle Permainan ini membutuhkan pendampingan petugas

dan diupayakan puzzle yang lebih besar agar anak mudah menyusun dan

memegangnya. Pilih gambar puzzle yang tidak asing bagi anak, sebelum

gambar puzzle dipisah pisah, tunjukkan keanak gambar puzzle yang

dimaksud, kemudian ajak dan dampingi anak untuk menyusun puzzle.

Beri contoh bagaimana cara menyusun puzzle, seperti dimulai dipojok

dahulu atau bagian samping terlebih dahulu. Hal yang perlu

64
diperhatikan dalam puzzle ini adalah jumlah puzzle yang

dipasang/susun tidak lebih dari 6 potongan.

PERMAINAN ANAK USIA 4 – 6 TAHUN

a. Bola keranjang Permainan ini memerlukan bola dan keranjang sampah

plastik (bisa juga kotak kosong). Letakkan kotak/keranjang plastik sejauh

2 meter dari anak, kemudian minta anak melempar bola kedalam

kotak/keranjang sampah plastik, jika ada bola yang tercecer atau tidak

masuk, dibiarkan saja hingga bola sudah habis lalu ajak anak untuk

mengambil bola yang tercecer tersebut dan memasukkannya kedalam

keranjang dari tempat bola itu jatuh/tercecer.

b. Bermain dokter-dokteran Permainan ini sangat baik untuk mengenalkan

situasi lingkungan di rumah sakit dengan berperan sebagai profesi

kesehatan. Dalam permainan ini ajak anak untuk bermain drama yaitu

anak sebagai dokternya sedangkan pasiennya adalah boneka. Minta anak

untuk memeriksa boneka dengan 40 stetoskop mulai dada boneka hingga

perutnya. Kemudian berikan spuit/suntikan tanpa jarum kepada anak

untuk berpura-pura menyuntikkan obat kepasiennya. Permainan bisa

dilanjutkan ke boneka lainnya dengan perlakuan sama hingga menulis

resep disebuah kertas andaikan memungkinkan. Jelaskan juga fungsi

suntikan dan obat itu sebagai apa saja dan hasil dari suntikan dan obat

yang didapat itu apa saja untuk pasien yang sakit.

c. Bermain abjad Permainan ini membutuhkan pasangan minimal 2 anak,

permainan ini dengan menggunakan jari tangan yang diletakkan dilantai

65
kemudian jari tersebut dihitung mulai A hingga Z. Jumlah jari terserah

pada anak dan jari yang tidak digunakan dapat ditekuk. Huruf yang

tersebut terakhir akan dicari nama binatang/nama buahnya sesuai dengan

huruf depannya

d. Boneka tangan Permainan ini dilakukan dengan menggunakan boneka

tangan atau bisa juga boneka jari. Dalam kegiatan ini petugas bercerita

dengan menggunakan boneka tangan. Cerita yang disampaikan

diusahakan mengandung unsur sugesti atau cerita tentang pengenalan

kegiatan dirumah sakit. Biarkan anak memperhatikan isi cerita, sesekali

sebut nama anak agar merasa terlibat dalam permainan tersebut.

PERMAINAN ANAK USIA 6 – 12 TAHUN

a. Melipat kertas origami Permainan origami untuk melatih motorik halus

anak, serta mengembangkan imajinasi anak. permainan ini dilakukan

dengan melipat kertas membentuk topi, kodok, ikan, bunga, burung dan

pesawat. Ajari dan beri contoh dengan perlahan kepada anak dalam

melipat kertas. Selalu beri pujian terhadap apa yang telah dicapai anak.

Hasil karya anak bisa dipajang dimeja anak atau didekat infus anak agar

mudah terlihat orang lain.

b. Mewarnai gambar Permainan ini juga melatih motorik halus anak dan

meningkatkan kreatifitas anak. Sediakan kertas bergambar dan

krayon/spidol warna, kemudian berikan kertas bergambar tersebut

kepada anak dan minta anak untuk mewarnai gambar dengan warna

66
yang sesuai, ingatkan anak untuk mewarnai didalam garis. Tulis nama

anak diatas gambar yang telah diwarnai anak.

c. Menyusun puzzle Siapkan gambar puzzle yang akan disusun anak,

upayakan pemilihan gambar puzzle yang tidak asing bagi anak-anak.

Pisahkan terlebih dahulu puzzlenya kemudian minta anak untuk

menyusun kembali gambar tersebut. Ajak/buat kompetisi dalam

permainan ini yaitu siapa yang duluan selesai menyusun puzzle, anak

tersebut sebagai pemenangnya. Beri semangat juga bagi teman lain yang

belum menyelesaikan puzzlenya.

d. Menggambar bebas Sediakan kertas kosong dan pensil atau

krayon/spidol warna, lalu berikan kepada anak dan minta anak

menggambar diatas kertas tersebut. Kemudian minta anak menceritakan

gambar yang telah dibuatnya. Beri stimulus dalam memulai

menggambar seperti beri ide membuat gambar mobil, gambar binatang

atau menggambar pemandangan

e. Bercerita Permainan ini ditujukan untuk anak usia 10-12 tahun.

Permainan ini dimulai dengan memberi kesempatan kepada anak untuk

membaca sebuah cerita/dongeng (cerita/dongeng bisa kita siapkan

sebelumnya dalam majalah atau buku cerita). Setelah itu minta anak

menceritakan kembali apa yang telah dibacanya. Beri tanggapan

terhadap isi cerita yang disampaikan anak, seperti “wah hebat ya anak

kancilnya”. Kemudian beri tepuk tangan setelah anak selesai

menceritakan apa yang telah dibacanya.

67
f. Meniup balon Permainan ini sangat baik sekali untuk anak-anak, selain

untuk bermain juga melatih pernafasan anak. Berikan balon bermotif

kepada anak kemudian minta anak untuk meniup balon tersebut hingga

besar. Hal yang perlu diperhatikan adalah pantau anak dan balonnya,

jangan sampai balonnya meletus atau anak memaksakan untuk meniup

balon sedangkan kondisi anak sudah kelelahan.

4. Peran perawat sebagai fasilitator Terapi Bermain

a. Perawat harus menciptakan suasana yang hangat, hubungan yang

bersahabat dengan anak

b. Perawat menerima anak sebagaimana adanya

c. Perawat harus mengembangakan perasaan permisif dalam hubungan

dengan anak

d. Perawat harus waspada terhadap perasaan anak yang diekspresikan dan

direfleksikan kembali dalam bentuk tingkah laku

e. Perawat diharapakan menghargai kemampuan anak dalam memecahkan

masalahnya sendiri jika diberi kesempatan untuk melakukannya

f. Perawat tidak diperkenankan langsung menegur perbuatan anak atau

bercakap-cakap dengan cara apapun.

g. Perawat jangan cepat – cepat melakukan terapi

h. Perawat hanya mengembangkan keterbatasan – keterbatasan yang

diperlukan dalam menarik anak untuk terapi, dan pada kenyataannya

akan membuat anak sadar akan tanggungjawabnya dalam hubungan

dengan terapis.

68
69
70
Data Hasil Observasi kegiatan Terapi Bermain
No. Identitas Diagnosa Usia Observasi Pelaksanaan Jenis Terapi Respon saat waktu

Sebelum Sesudah Bermain bermain

1 An. R/ Susp leukemia 2 Tahun -Tampak cemas, Selalu ingin Menyusun bermain 15
-Menangis ketika bersama menara didampingi Menit
0001785xxx ada petugas ibunya, ibunya, tidak
kesehatan Tidak sering memperdulikan
-Hanya ingin menangis lagi, lingkungan
dengan ibunya diam ketika sekitar. Aktif
-Takut sama petugas ketika bermain
orang yang tidak kesehatan
dikenal mendatangi.
2 An. THALASEMI 3 Tahun -Tampak cemas, Jarang Menyusun Aktif bermain, 15
A menangis menangis, puzzle memilih Menit
A/ -Menunjukkan ingin bermain sederhana permainan
sikap hati – hati/ bersama orang sendiri. Tidak
0001785xxx -waspada sama tuanya, lebih mau berbagi
orang tidak akrab dengan mainan dengan
dikenal petugas orang lain.
tidak kesehatan

3 An.M SELLULITIS 4 Tahun -Tampak cemas, Terlihat diam, Bola Aktif bermain 15
-Menunjukkan waspada keranjang masih ingin Menit
/ 0001784xxx sikap hati – hati/ ketika didampingi
-waspada sama diberikan orang tuanya,

71
orang tidak tindakan tidak ingin
dikenal medis. emosi bermain
-Tidak dapat terkendali bersama teman
mengendalikan sekitar.
diri, marah.

4 An. T HIRSCHSPRU 6 Tahun -Tampak cemas, Koperatif Mewarnai Aktif bermain, 20


NG DESEASE -Menunjukkan dengan senang dengan Menit
/ 0001780xxx rasa percaya diri petugas permainan
-Takut dengan kesehatan, yang
petugas lebih senang dkerjakan.
kesehatan, bermain Mampu
-Kurang aktif sendiri. konsentrasi
Mampu
mengenal
lingkungan
sekitar
5 An. S / HIDROCHEP 5 Tahun -Tampak cemas, Terlihat diam, Mewarnai Aktif bermain, 20
ALUS -Takut dengan ingin bermain ingin bermain Menit
0001787xxx petugas di damping ditempat yang
kesehatan orang tua, membuatnya
-Diam kurang mampu nyaman
percaya diri mengenali
-Telihat sedih lingkungan
6 An. R / Malformasi 8 Tahun -Koperatif Koperatif Menggambar Aktif bermain, 30
Vena -Masih takut dengan mewarnai percaya diri Menit
0001765xxx apabila dilakukan petugas dan bisa
tindakan kesehatan,

72
-Sikap mandiri mandiri bersama teman
untuk memilh memilih – teman.
kegiatan permainan,
Mampu
mengenal
lingkungan
7 An. A / Apendisitis 7 Tahun -Tampak cemas, Mengenali Origami Kurang 20
Akurt -Kurang lingkungan konsentrasi menit
0001572xxx komunikatif sekitar, saat bermain,
-Mampu menunjukkan menyukai jenis
mengendalikan sikap mandiri permainan.
perasaan dan percaya
-Menunjukkan diri.
sikap mandiri Mulai mampu
berkomunikasi
8 An.R SUSP HD 10 Tahun -Mampu Mengenali Menggambar Akif bermain, 20
Komunikatif, lingkungan mewarnai mampu menit
/ 0001509xxx - ketergantungan sekitar, bermain
pada orang tua mampu bersama teman
tertarik diajak komunikasi temannya.
bermain menjawab
pertanyaan,
menyukai
kegiatan
bermain
9 An.Ab CARSINOMA 11 Tahun Bingung terhadap Mengenali Menggambar Aktif bermain, 20
NASOPARIN lingkungan lingkungan mewarnai menyenangi menit
G sekitar, cemas, sekitar, cemas

73
/ 0001780xxx tidak mandiri status kegiatan
memilh kegiatan kesehatan. bermain.
Menyukai
kegiatanya
bermain.
10 A.n Rp/ Keloid 15 Tahun Emosi lebih Mengenali Menyusun Aktif bermain, 20
stabil, mampu lingkungan, puzzle menyenangi menit
0001787xxx memilh kegiatan, koperatif kegiatan
mandiri, tampak dengan bermain.
malu, tidak petugas medis,
percaya dengan percaya diri.
kemampuan

74
iv

Anda mungkin juga menyukai