Anda di halaman 1dari 2

Cerpen : Kawin Perak

8 Dec 2018

Darini baru mengerti kenikmatan bercinta setelah bertemu dengan seorang lelaki lain.

“Dia luar biasa. Dia menakjubkan. Dia memanjakanku dengan perilaku bercinta yang tidak
bisa kau bayangkan. Pendek kata, laki-laki yang berbuat demikian, pasti mencintaimu,”
dengan penuh semangat Darini memberitahu teman-teman dekatnya.

Dan bila Darini mempunyai teman dekat, pasti jumlahnya melebihi hitungan jari di tangan
dan kaki.

Revisi disertasi dikerjakan sambil berpacaran. Demikian gencar dan dahsyat hubungan
mereka. Darini mendekati usia setengah abad, namun tidak tampak tua. Wanita zaman
sekarang kelihatan tua pada umur tujuh puluh. Wajah Darini tambah bersinar dan berseri.
Dia bahagia karena cintanya. Tetapi, mungkin karena pengaruh cinta kelakuannya menjadi
kemanja-manjaan. Bila orang bertemu dia kebetulan bersama anaknya perempuan, si
mahasiswi itulah yang tampak lebih dewasa daripada Sang Ibu.

Darini juga lupa sikap rendah hati. Dia menjadi suka menyombongkan diri, terlebih setelah ia
bergelar doktor. “Saya baru saja pulang dari Italia. Hanya empat hari. Itu adalah ceramah
paling mahal. Untuk mendengarkan omongan saya dua jam, mereka mau mengeluarkan
uang sebegitu banyak. Hebat ,ya!”

Sebaliknya, kualitasnya sebagai dokter nyaris menguap, sebab dia menjadi kurang sabar
mendengarkan. Sedangkan pasien datang bermaksud menyampaikan keluhan. Padahal
Darini harus mendapatkan uang, terus mencari uang guna membiayai gaya hidup yang turut
berubah. Entah disengaja atau tidak, kini dia bergaya serba mewah.

Walaupun perceraian sudah beres, tetapi pembagian harta diatur oleh bekas
suami.Sementara berbahagia dengan gaya hidup baru, petir seperti menyambar Darini di
siang hari: si pacar keliling Amerika bersama wanita lain. Wanita yang masih berstatus
punya suami punya anak! Robohlah semua angan-angan yang dia bentuk akan dikerjakan
bersama kekasihnya. Runtuhlah bangunan idaman yang telah dia pastikan akan
terwujud.Tidak, ternyata laki-laki yang lebih muda itu tidak mencintainya dengan tulus.

Apa kekeliruannya maka kekasih meninggalkannya?

Darini tidak menyadari, bahwa terbebas dari Karyono, tidak ada lagi orang yang memerintah
dan mengatur, “kamu harus begini atau begitu”. Darini-lah yang sekarang mengatur,
memerintah, dan menyuruh-nyuruh orang lain.Bukan hanya kepada bawahan.Terhadap
teman, apa lagi kekasih, Darini sering kali lupa bertenggang rasa maupun bersopan-sopan.
Dan selama itu, kekasihnya mengalami bagaimana perilaku Darini sehari-hari. Lelaki itu
merasa bahwa Darini terlalu ‘memiliki’-nya. Darini bersikap bagaikan lintah terhadap sang
pacar. Dia melekat erat sehingga laki-laki itu sesak bernapas. Dia kekurangan ruang gerak,
padahal laki-laki itu bukan orang yang suka kebebasannya dibatasi.

Darini penasaran, masakan tidak ada laki--laki yang mencintainya? Bukankah ia masih
cantik? Banyak orang yang mengatakan begitu. Ia harus mendapatkan ‘cintanya yang
hilang’.Setiap kali bertemu dengan seorang lelaki yang menarik hatinya, di seminar,
kongres, ceramah-ceramah, Darini tanpa sungkan mendekat. Dan itu diteruskan sampai
menelepon ke rumah atau tempatnya menginap. Sampai-sampai melalui sambungan
internasional sekalipun.

Terlalu kentara dia tunjukkan harapan ingin menemukan pacar atau bahkan suami baru.
Para wanita di lingkungannya, seorang demi seorang merenggangkan hubungan. Khawatir
kalau-kalau suami mereka dipikat. Hanya beberapa temannya yang tahu banyak tentang
Karyono, sedih melihatnya, dan menyesali mengapa Darini harus bertahan sekian lama
menghadapi suami penyiksa. Kenapa harus menunggu sampai kawin perak, ketika jiwa
telah semakin memar?
***

NH Dini

Anda mungkin juga menyukai