Anda di halaman 1dari 118

Analisis dan Disain Penampang

Balok terhadap Lentur

Konstruksi Beton Bertulang I 1


V. ANALISIS DAN DISAIN BALOK
5.1 Elemen Struktur Balok
a. Simple Beam ( Balok sederhana)
b. Continous Beam (Balok menerus)

Gaya – gaya dalam yang bekerja pada balok :


(akibat kombinasi beban yang bekerja)
1. Momen lentur
-
Pada Tumpuan : Momen Negatif ( M )
+
Pada Lapangan : Momen Positif ( M )

2. Lintang/Geser

Konstruksi Beton Bertulang I 2


Konstruksi Beton Bertulang I 3
Konstruksi Beton Bertulang I 4
Gbr.5-1. Keruntuhan pada balok beton bertulang dengan variasi
panjang bentang

Konstruksi Beton Bertulang I 5


Konstruksi Beton Bertulang I 6
Gbr.5-2. Beberapa variasi penulangan pada balok menerus

Konstruksi Beton Bertulang I 7


a. Tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu arah
bila lendutan tidak dihitung

Konstruksi Beton Bertulang I 8


b. Pelindung beton untuk tulangan
Untuk beton bertulang, tebal selimut beton minimum yang harus
disediakan untuk tulangan harus memenuhi ketentuan berikut:

Konstruksi Beton Bertulang I 9


c. Batasan spasi tulangan :

1. Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama,


tidak boleh kurang dari db ataupun 25 mm.

2. Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis


atau lebih, tulangan pada lapis atas harus diletakkan tepat
di atas tulangan di bawahnya dengan spasi bersih antar
lapisan tidak boleh kurang dari 25 mm.

3. Pada komponen struktur tekan yang diberi tulangan spiral


atau sengkang pengikat, jarak bersih antar tulangan
longitudinal tidak boleh kurang dari 1,5db ataupun 40 mm.

Konstruksi Beton Bertulang I 10


5.2 Teori dasar pada Balok Lentur

a. Asumsi yang digunakan :

Ada 4 (empat) asumsi dasar yang diambil


dalam teori balok lentur :
1. Penampang tetap rata sebelum dan
sesudah
lentur
2. Kurva tegangan-regangan baja diketahui
3. Kuat tarik dari beton diabaikan
4. Kurva tegangan-regangan beton, besar dan
distribusinya diketahui.

Konstruksi Beton Bertulang I 11


Asumsi pertama, merupakan prinsip Bernoulli,
dimana regangan longitudinal pada beton dan baja
pada setiap titik pada penampang proporsional
terhadap jaraknya ke garis netral.
Asumsi kedua, menyatakan bahwa kurva tegangan-
regangan baja diketahui dengan baik.
 Digunakan tegangan-regangan bi-linear.
Asumsi ketiga, karena nilai kuat tarik beton dibawah
garis netral kecil, sehingga dapat diabaikan.
Asumsi keempat, kurva tegangan beton diambil pada
kondisi yang memberikan distribusi tegangan
maksimum

Konstruksi Beton Bertulang I 12


Gbr. 5-3. Distribusi regangan dan tegangan pada penampang
sesuai dengan peningkatan beban sampai tegangan maksimum

(a). Elemen balok (b). Distribusi tegangan tekan


yang berhubungan dengan
regangan a, b, c dan d

Konstruksi Beton Bertulang I 13


Gbr. 5-4. Distribusi tegangan maksimum pada daerah tekan
dari penampang balok persegi.

(a). Distribusi aktual ; (b) distribusi ekivalen segi-empat

Konstruksi Beton Bertulang I 14


Total gaya tekan pada beton adalah : C  k1 .k3 . f c' .b.c

Lengan momen internal adalah : (d  k 2 . c )


dimana : c = kedalaman/tinggi garis netral

Nilai parameter k1, k2, k3 dan e beton diberikan pada tabel berikut :

Konstruksi Beton Bertulang I 15


b. Blok Tegangan Segi-empat Ekivalen :
Untuk keperluan praktis diusulkan untuk mengganti blok tegangan
tekan aktual menjadi blok tegangan segi-empat ekivalen., sbb :

Besarnya
tegangan pada
penampang
ekivalen menjadi :
0,85.fc’

dan tingginya
adalah a,
dimana :
untuk fc’  30 MPa

a/c = b1 = 0,85
Konstruksi Beton Bertulang I 16
Resultante gaya tekan aktual dan blok tegangan ekivalen harus
sama dan punya titik tangkap yang sama, sehingga nilai-nilai tsb
harus memenuhi :
a
C  k1.k3. f .b.c  0,85. f .b.a
c
'
c
'
, diperoleh : k1.k3  0,85.  0,85.b1
c
dan : a
k 2 . c  0,5.a , diperoleh : k 2  0,5  0,5.b1
c
Nilai k1.k3 dan k2 yang diperoleh dari pers. diatas kemudian
dibandingkan dengan nilai aktualnya.

Ternyata nilai yang diperoleh hampir sama dengan nilai


yang diperoleh dari eksperimen, seperti grafik berikut :

Konstruksi Beton Bertulang I 17


Gbr.5-5. Nilai k1.k3 dan k2 dibandingkan dengan hasil eksperimen

Konstruksi Beton Bertulang I 18


Besarnya nilai b1 dapat diambil sebagai berikut :

b1 = 0,85 untuk 0 < fc’  30 MPa

b1 = 0,85 - 0,008(fc’ - 30) untuk 30 < fc’  55 MPa

b1 = 0,65 untuk fc’  55 MPa

Konstruksi Beton Bertulang I 19


ACI merekomendasikan nilai regangan beton maksimum (ecu)
yang digunakan adalah 0,003 pada serat ekstrim dari beton.

Gbr.5-6. Regangan beton pada serat ekstrim pada penampang


persegi : perbandingan nilai ACI dengan hasil eksperimen

Konstruksi Beton Bertulang I 20


Nilai kekuatan lentur dari balok beton tidak terlalu berubah
terhadap regangan beton maksimum

Gbr. 5-7. Kurva momen-regangan dari balok beton didasarkan pada


test tekan silinder home

Konstruksi Beton Bertulang I 21


Analisis Penampang Balok Beton Bertulang
dengan Penulangan Tunggal

Konstruksi Beton Bertulang I 22


VI. Analisis Penampang Balok dengan Tulangan Tunggal.

Balok merupakan elemen struktur yang memikul beban


luar yang menyebabkan momen lentur dan gaya geser
sepanjang bentang balok tersebut.

Gbr.6-1. Balok beton dengan penulangan tunggal

Konstruksi Beton Bertulang I 23


Gbr.6-2. Distribusi tegangan-regangan
penampang balok

Konstruksi Beton Bertulang I 24


Resultan gaya tarik internal : T = As . fs ... (6.1)

Resultan gaya tekan internal : C = 0,85. fc’ .a.b ... (6.2)


dimana : As = luas penampang tulangan
fs = tegangan baja tulangan
a = tinggi blok tegangan ekivalen
b = lebar penampang balok
fc’ = kuat tekan beton (mutu beton) benda uji
silinder (f 15 cm x 30 cm)
Jarak antara gaya-gaya internal atau jarak lengan momen,
adalah : jd = d – 0,5.a ...(6.3)

Kapasitas momen nominal penampang adalah :

M n  T . jd  C. jd ...(6.4)

Konstruksi Beton Bertulang I 25


Terdapat 3 tipe kemungkinan keruntuhan balok yaitu :
a. Keruntuhan Tarik (Tension Failure/Under-reinforced)
b. Keruntuhan Tekan (Compression Failure/Over-reinforced)
c. Keruntuhan Seimbang (Balanced Failure)

Gbr.6-3. Keruntuhan lentur balok beton bertulang

Konstruksi Beton Bertulang I 26


a. Keruntuhan Tarik (Tension Failure/Under Reinforced)
Jika luas penampang tulangan kecil, maka baja tulangan akan
mencapai tegangan leleh (yield strength) nya, fy , sebelum beton
mencapai kapasitas maksimumnya.

Resultan gaya pada baja tulangan pada As.fy akan tetap sama,
meskipun ada penambahan beban

Keruntuhan tarik terjadi apabila baja tulangan mencapai


kuat lelehnya terlebih dahulu, baru kemudian beton mencapai
kapasitas maksimumnya

Pada Keruntuhan Tarik, fs = fy, dimana fy adalah tegangan leleh baja

Dari persamaan keseimbangan internal , C = T, akan diperoleh :

Konstruksi Beton Bertulang I 27


Dari pers. (6.1) dan (6.2), diperoleh :
As . f y
0,85. f . a.b  As . f y , diperoleh a 
c
'
'
...(6.5)
0,85. f .b
c
Dari pers. (6.3) dan (6.4), persamaan berikut dapat diperoleh :
M n  As . f y . (d  0,5.a) ...(6.6a)
 As . f y 
 As . f y .  d  0,59. '  ...(6.6b)
 f c .b 
 . f y 
  .b.d . f y 1  0,59. '
2
 ...(6.6c)
 fc 
 b.d 2 . f c' .  1  0,59.  ...(6.6d)
As . f y
dimana :  dan  '
...(6.7)
b.d f c

Konstruksi Beton Bertulang I 28


b. Keruntuhan Tekan (Compression Failure/Over Reinforced)
Jika luas penampang tulangan cukup besar, beton akan mencapai
kapasitas maksimumnya sebelum baja tulangan leleh.

Untuk keruntuhan tekan, fs < fy , dimana baja tulangan masih dalam


keadaan elastis.

Keruntuhan tekan terjadi apabila beton tekan mencapai kapasitas


maksimumnya terlebih dahulu, sementara baja tulangan belum
leleh.
Untuk keruntuhan tekan, fs < fy. Besarnya tegangan fs dapat
ditentukan dari diagram segitiga regangan (Gbr.6-1, sbb :

es d c d c
 ; e s  0,003. ...(6.8)
0,003 c c

Konstruksi Beton Bertulang I 29


d c
 f s  e s . Es  0,003. . Es ...(6.9)
c
b1 .d  a
Atau, karena a = b1.c , maka : f s  0,003. . Es ...(6.10)
a
Untuk keseimbangan C = T, kemudian dari pers. (6-1) dan (6-2) :

b1 .d  a
0,85. f c' . a.b  As . f s  0,003. . Es . As ...(6.11)
a
 0,85. f  2'
  c
.a  a.d  b1 .d 2  0 ...(6.12)
 0,003.Es . 
Pers. kuadrat dalam a . Dari pers. tersebut akan diperoleh nilai a

Kapasitas momen nominal penampang adalah :

M n  0,85. f c' .a.b (d  0,5.a) ...(6.13)

Konstruksi Beton Bertulang I 30


c. Keruntuhan Seimbang (Balanced Failure)
Keruntuhan seimbang terjadi apabila baja tulangan mencapai
kuat lelehnya fs = fy, dan beton mencapai regangan pada serat
ekstrimnya 0,003.

Regangan leleh baja : ey = fy/Es

Dari segitiga diagram regangan pada kondisi seimbang diperoleh :


fy
Es d  cb dimana : cb = tinggi garis netral pada
 kondisi seimbang
0,003 cb
0,003.Es
 cb  .d ...(6.14)
0,003.E s  f y
0,003.Es
dan : ab  . b1 .d ...(6.15)
0,003.Es  f y

Konstruksi Beton Bertulang I 31


dimana : ab = tinggi blok tegangan pada keruntuhan seimbang

Keseimbangan internal penampang : C = T

0,85. f c' . ab .b  As . f s   b .b.d . f y ...(6.16)

dimana : b = As/b.d
0,85. f c' . ab
Untuk keruntuhan seimbang :  b  ...(6.17)
f y .d
Subsitusi pers. (6.15) kedalam pers. (6.17), diperoleh :

0,85. f . b1 '
0,003.Es
 b  . c ...(6.18)
fy 0,003.Es  f y

Konstruksi Beton Bertulang I 32


Untuk nilai Es = 200.000 MPa, pers. 6.18 dapat ditulis :

f c'  600 

 b  0,85. b1 . . 
...(6.19)
f y  600  f y 
Secara umum, ketika  dari suatu penampang balok berbeda
dari b, tipe keruntuhan dapat ditentukan tergantung dari
nilai  , apakah  < b atau  > b.

Jika :  < b ; Keruntuhan Tarik

Jika :  = b ; Keruntuhan Seimbang

Jika :  > b ; Keruntuhan Tekan

Konstruksi Beton Bertulang I 33


Gbr.6-4. memperlihatkan profil regangan pada ketiga
kondisi baja tulangan pada penampang balok

Gbr.6-4. Profil regangan pada penampang balok lentur

Konstruksi Beton Bertulang I 34


Contoh Soal :
Suatu penampang balok beton bertulang, mempunyai lebar,
b = 250 mm dan tinggi efektif, d = 460 mm. Beton mempunyai kuat
tekan, fc’ = 21 MPa dan kuat leleh baja tulangan, fy = 280 MPa.
Modulus elastisitas baja, Es = 200.000 MPa.

Hitung : Kapasitas momen penampang, Mn dan Mu untuk luas


penampang, As sebagai berikut : (1). As = 9 D19 , (2). As = 18 D19,
dan (3). pada keruntuhan seimbang.

Solusi : Rasio keruntuhan seimbang :


f c'  600 

 b  0,85. b1 . . 
f y  600  f y 
21  600 
 b  0,85. 0,85. .   0,036946
280  600  280 

Konstruksi Beton Bertulang I 35


(1). Untuk As = 9 D19 = 2552 mm2
As 2552
   0,02219   b  Keruntuhan Tarik
b.d 250 . 460
Untuk keruntuhan tarik, besarnya kapasitas momen nominal
penampang :
 As . f y 
M n  As . f y . d  0,59. ' 
 f c .b 
 2552. 280 
M n  2552. 280. 460  0,59.   271.316.336 N .mm
 21. 250 
M n  271,32 kN.m , dan Momen Ultimate, Mu penampang :

M u  f. M n  0,8 x 271,32 kN.m  217,056 kN.m

Konstruksi Beton Bertulang I 36


(2). Untuk As = 18 D19 = 5104 mm2
A 5104
 s   0,04438   b  Keruntuhan Tekan
b.d 250 . 460

Untuk keruntuhan tekan, harus dihitung terlebih dulu nilai a, sbb :

 0,85. f c'  2
 .a  a.d  b1 .d 2  0
 0,003.E s . 
 0,85.21  2
 .a  a.460  0,85.460 2  0
 0,003.200000.0,04438 

 a 2  686,21176.a  268308,8013  0

Konstruksi Beton Bertulang I 37


Dari pers. kuadrat dalam a tersebut , diperoleh nilai :

a1 = 278,21 mm (dipakai ) dan a2 = - 964,42 mm (tidak dipakai)


Tegangan pada baja tulangan, fs :
b1.d  a
f s  0,003. . Es  245,25 MPa  f y  280 MPa
a
Kapasitas Momen Nominal Penampang :

M n  0,85. f c' .a.b (d  0,5.a)


M n  398.395.033 N .mm  398,395 kN.m
dan :
M u  f.M n  0,8. 398,395 kN.m  318,72 kN.m

Konstruksi Beton Bertulang I 38


(3). Untuk kondisi  = b = 0,036946

Kapasitas Momen Penampang :


 . f y 
M n   .b.d . f y 1  0,59. ' 
2

 fc 
 0,036946.280 
M n  0,036946.250.460 .280 1  0,59.
2

 21 
 388.192.090 N .mm  388,192 kN.m

M u  f.M n  0,8. 388,192 kN.m  310,554 kN.m

Nilai-nilai kapasitas momen penampang yang didapat jika


di-plot akan diperoleh Gbr. 6-5.

Konstruksi Beton Bertulang I 39


Mu

Gbr. 6-5. Kapasitas momen penampang dari penulangan tunggal


dengan variasi rasio tulangan.

Konstruksi Beton Bertulang I 40


Dari Gbr.6-5, tersebut dapat disimpulkan bahwa :

Pada keruntuhan tekan : Kapasitas momen penampang


hanya meningkat sedikit dengan peningkatan luas baja
tulangan

Whitney (1937), mengusulkan rumus-rumus berikut untuk


menentukan kapasitas Momen Penampang :

 As . f y 
  b ; M n  As . f y . d  0,59. ' 
 f c .b 
  b ; M n  0,333.b.d 2 . f y
f c'
dimana :  b  0,456.
fy
home

Konstruksi Beton Bertulang I 41


Tugas 1 Struktur Beton 1 :
Suatu penampang balok beton bertulang,
mempunyai lebar, b = 250, nomor urut absen mm
dan tinggi efektif, d = 460, nomor urut absen mm.
Beton mempunyai kuat tekan, fc’ = 25, nomor urut
absen MPa dan kuat leleh baja tulangan, fy = 300,
nomor urut absen MPa.
Modulus elastisitas baja, Es = 200.000 MPa.

Hitung : Kapasitas momen penampang, Mn dan Mu


untuk luas penampang, As sebagai berikut : (1). As
= 5 D22 , (2). As = 10 D22, dan (3). pada keruntuhan
seimbang.

Konstruksi Beton Bertulang I 42


Analisis Penampang Tulangan Rangkap

Konstruksi Beton Bertulang I 43


Gambar 9.1, memperlihatkan penampang dengan penulangan
rangkap pada kondisi maksimum

Pada kondisi momen maksimum, tulangan tekan dan tarik


dapat leleh ataupun belum leleh, tergantung dari luas tulangan dan
posisi tulangannya.

Gambar 9.1, Penampang dengan penulangan rangkap pada kondisi


momen maksimum

Konstruksi Beton Bertulang I 44


Untuk analisis penampang dengan tulangan rangkap ini,
dapat dilakukan dengan asumsi bahwa semua tulangan
(tarik dan tekan) sudah leleh ( fs = fs’ = fy ) pada kondisi
momen maksimum.
dimana fs = tegangan baja tulangan tarik,
fs’ = tegangan baja tulangan tekan dan
fy = tegangan baja pada kondisi leleh (yield)

Resultan Gaya-gaya internal penampang adalah :


Gaya tekan pada beton : Cc  0,85. f c' .a.b ...( 9.1)

Gaya tekan pada baja tulangan : C s  As' . f y ...( 9.2)

Gaya tarik pada baja tulangan : Ts  As f y ...( 9.3)

Konstruksi Beton Bertulang I 45


dimana : As’ = luas baja tulangan tekan
As = luas baja tulangan tarik

Keseimbangan internal penampang, diperoleh :


C  Cc  Cs  T   0,85. f c' . a.b  As' . f y  As . f y

diperoleh : a
 A s  As' . f y ...( 9.4)
0,85. f c' .b
Untuk mengetahui apakah baja tulangan sudah leleh atau belum,
dapat digunakan diagram segitiga regangan.

Baja tulangan sudah leleh apabila regangan yang terjadi apabila :

…… es  fy/Es

Konstruksi Beton Bertulang I 46


Dari segitiga regangan, dapat diperoleh :

c  d '
a  b .d '
e s'  0,003.  0,003. 1 ...( 9.5)
c a
d c b1 .d  a
e s  0,003.  0,003. ...( 9.6)
c a

a  b1 . d ' fy
 f s'  f y jika 0,003.  ...( 9.7)
a Es
dan
b1 . d  a fy
fs  f y jika 0,003.  ...( 9.8)
a Es

Konstruksi Beton Bertulang I 47


Jika kondisi diatas dipenuhi, maka asumsi bahwa semua baja
tulangan sudah leleh benar, dan dengan mengambil momen
terhadap baja tulangan tarik, akan diperoleh :

M n  0,85. f c' .a.b (d  0,5.a)  As' . f y (d  d ' ) ...( 9.9)

dimana : a dihitung dari pers. (9-4)

Jika baja tulangan belum leleh, maka nilai a yang diperoleh dari
pers. (9-4) tidak benar (tidak bisa dipakai), maka tegangan baja
aktual dan nilai a dapat ditentukan dari persamaan keseimbangan
dan diagram regangan, sbb :

As . f s  As' . f s'
a ...( 9.10)
0,85. f c' .b

Konstruksi Beton Bertulang I 48


dimana dari diagram regangan diperoleh :
a  b .d '
f s'  e s' . Es  0,003 1
Es atau f y ...( 9.11)
a

b1 .d  a
f s  e s . Es  0,003 . Es atau f y ...( 9.12)
a
dan Kapasitas momen penampang :

M n  0,85. f c' .a.b (d  0,5.a)  As' . f s' (d  d ' ) ...( 9.13)

Konstruksi Beton Bertulang I 49


Sama halnya pada penampang tulangan tunggal,
keruntuhan tarik dan keruntuhan tekan dapat pula terjadi
pada penampang dengan tulangan rangkap,

Pada keruntuhan tarik, baja tulangan tarik sudah leleh, tetapi


pada keruntuhan tekan, baja tulangan tarik belum leleh
(masih kondisi elastis)

Pada kedua tipe keruntuhan, baja tulangan tekan dapat leleh


atau belum leleh.

Konstruksi Beton Bertulang I 50


Contoh Soal :
Suatu balok beton bertulang dengan penulangan rangkap,
mempunyai lebar, b = 280 mm, d = 510 mm, d’ = 50 mm,
As’ = 645 mm2, As = 2581 mm2, Es = 200.000 MPa,
dan fy = 275 MPa.
Hitung : Kapasitas momen penampang balok jika :
1). fc’ = 21 MPa dan
2). fc’ = 35 MPa.
Solusi :
(1). Jika fc’ = 21 MPa
Asumsikan semua baja tulangan sudah leleh, diperoleh :

a
 A s  As' . f y 
0,85. f c' .b

Konstruksi Beton Bertulang I 51


a
 A s 
 As' . f y

2581  645. 275  106,5 mm
0,85. f c' .b 0,85. 21. 280
Nilai b1 = 0,85 ; diperoleh : c = a/b1 = 125,3 mm
Regangan leleh baja adalah : ey = fy/Es = 275/200.000 = 0,00138

c  d' 125,3  50 fy
e  0,003.
'
s  0,003  0,00180 
c 125,3 Es
 f s'  f y
d c 510  125,3 fy
e s  0,003.  0,003.  0,00921 
c 125,3 Es
 fs  f y

Konstruksi Beton Bertulang I 52


Berarti asumsi benar, semua baja tulangan (tarik & tekan) sudah leleh.

Kapasitas momen penampang :

M n  0,85. f c' .a.b (d  0,5.a)  As' . f y (d  d ' )


M n  0,85.21.106,5.280 (510  0,5.106,5)  645. 275 (510  50 )
 324.714.587 N .mm  324,7 kN.m

(2). Jika fc’ = 35 MPa


Asumsikan semua baja tulangan sudah leleh, diperoleh :

a
 A s 
 As' . f y

2581  645. 275
 63,91 mm
0,85. f c' .b 0,85.35. 280

Konstruksi Beton Bertulang I 53


Nilai b1 = 0,81 ; diperoleh : c = a/b1 = 63,91/0,81 = 78,90 mm

Regangan leleh baja adalah : ey = fy/Es = 275/200.000 = 0,00138

Regangan-regangan yang terjadi pada baja tulangan :

c  d' 78,90  50 fy
e  0,003.
'
s  0,003  0,0011 
c 78,90 Es

d c 510  78,90 fy
e s  0,003.  0,003.  0,01639 
c 78,90 Es

Ternyata, baja tulangan tekan belum leleh (meskipun baja tulangan


tarik sudah leleh), sehingga nilai a yang dihitung tidak benar (tidak
bisa dipakai)

Konstruksi Beton Bertulang I 54


Nilai aktual dari es’ (dalam fungsi a) dapat dihitung dari diagram
regangan, dan tegangan baja tulangan tekan pada kondisi elastis,
diperoleh :

a  b .d '
a  0,81.50
f s  e s . Es  0,003
' ' 1
.200.000  600
a a
C  Cc  Cs  T  0,85. f c' . a.b  As' . f s'  As . f y

a  0,81.50
0,85.35. a.280  645. 600  2581. 275
a

8330 . a 2  322775.a  15673500  0


 a 2  38,75.a  1881,57  0

Konstruksi Beton Bertulang I 55


diperoleh nilai : a = 66,88 mm

Tegangan pada baja tulangan tekan :


66,88  0,81.50
f s'  600  236,66 MPa < fy = 275 MPa
66,88

Kapasitas momen penampang :

M n  0,85. f c' .a.b (d  0,5.a)  As' . f s (d  d ' )

M n  0,85.35.66,88.280 (510  0,5.66,88)  645. 236,66 (510  50 )


 335.713.554 Nmm  335,71 kN.m

Konstruksi Beton Bertulang I 56


Dari contoh diatas, dapat dicatat bahwa dengan menaikkan
mutu beton dari fc’ = 21 MPa menjadi fc’ = 35 MPa, kapasitas
momen penampang yang diperoleh tidak banyak bertambah,
dan tipe keruntuhan balok merupakan keruntuhan tarik.

Jika baja tulangan tekan tidak digunakan pada


penampang tersebut, kedua tipe balok akan tetap
memberikan tipe keruntuhan tarik,
dan kapasitas momen penampang adalah 309 kN.m
(untuk fc’ = 21 MPa) dan 331 kN.m (untuk fc’ = 35 MPa)

Dapat disimpulkan bahwa, dengan adanya baja tulangan tekan,


tidak banyak menambah kapasitas momen penampang seperti
yang diharapkan, dan balok akan mengalami keruntuhan tarik
ketika  < b
home

Konstruksi Beton Bertulang I 57


Disain Penampang Tulangan Rangkap

Konstruksi Beton Bertulang I 58


Baja tulangan tekan digunakan dalam disain penampang
balok dengan alasan sebagai berikut :

1. Ketika ketinggian balok yang digunakan tidak cukup,


sementara kapasitas momen maksimum telah
menggunakan max.
Kapasitas momen dapat ditingkatkan dengan menggunakan
baja tulangan tekan dan penambahan baja tulangan tarik.

2. Baja tulangan tekan dapat meningkatkan daktilitas


penampang balok.
3. Baja tulangan tekan dapat mengurangi defleksi balok
4. Untuk mengantisipasi kemungkinan momen lentur
berubah tanda yang disebabkan oleh kombinasi beban luar.

Konstruksi Beton Bertulang I 59


Momen tahanan disain dari balok dengan tulangan rangkap,
pada kondisi semua baja tulangan sudah leleh adalah :


M u  f. 0,85. f c' .a.b (d  0,5.a)  As' . f y (d  d ' )  ...( 10-1)

a
 A s 
 As' . f y ...( 10-2)
dimana : 
0,85. f c' .b
atau dengan pers. berikut :

 
M u  f. As  As' . f y . (d  0,5.a)  As' . f y (d  d ' ) 
...( 10-3)

Konstruksi Beton Bertulang I 60


Pers. (10.1), (10.2) dan (10.3) digunakan untuk kondisi
baja tulangan tekan sudah leleh.

Agar baja tulangan tekan leleh, maka :


c  d '
a  b .d '
fy
e s  0,003.
'
 0,003. 1

c a Es
diperoleh :
0,003.Es 600
a . b1 . d  a 
'
. b1 . d ' ...( 10-4)
0,003.Es  f y 600  f y

Konstruksi Beton Bertulang I 61


Dari pers. (10-2) dan pers. (10.4), agar baja tulangan tekan leleh,
maka :

A s 
 As' . f y

600
. b . d '

600  f y
' 1
0,85. f c .b
atau :
'  

 
' 0,85
. f c 
.
600
f y .d  600  f y
. b1 . d '

...( 10-5)

Jika baja tulangan belum leleh, maka tegangan pada baja tulangan
tekan harus ditentukan dengan menggunakan diagram regangan.
Besarnya tegangan pada baja tulangan tekan adalah :

a  b .d '
f s'  e s' . Es  0,003 1
Es ...( 10-6)
a

Konstruksi Beton Bertulang I 62


dan pers. disain momen menjadi :


M u  f. 0,85. f c' .a.b (d  0,5.a)  As' . f s' (d  d ' ) 
...( 10-7)

As . f y  As' . f s'
dimana : a ...( 10-8)
0,85. f c' .b

Pers (10-1) – (10- 8) diatas juga dengan asumsi baja tulangan tarik
sudah leleh. Baja tulangan tarik leleh merupakan suatu hal yang
penting untuk menghindari keruntuhan brittle (keruntuhan getas).

Konstruksi Beton Bertulang I 63


Untuk kondisi seimbang (balanced), dimana baja tulangan tarik
leleh dan regangan beton pada serat ekstrim adalah 0,003 dicapai
secara bersamaan.

Dari segitiga regangan (kondisi seimbang), diperoleh :

d  cb b1 .d  ab fy
e s  0,003.  0,003. 
cb ab Es
0,003.Es 600
 ab  . b1 .d  . b1 .d ...( 10-9)
0,003.Es  f y 600  f y
Dari keseimbangan internal penampang :

0,85. f c' .ab .b  As . f y  As . f s'


 
  b . f y   ' . f s' .b.d

Konstruksi Beton Bertulang I 64


dimana : b = As/b.d pada kondisi seimbang, dan ’ = As’/b.d

 ab 
 .f
b y   ' . f s' .d ...( 10-10)
'
0,85. f c

Pada kondisi seimbang, fs’ dihitung dari pers. (10-6) dengan a = ab


dari pers (10-10), atau sama dengan fy, yang memberikan nilai
paling kecil
 b1 .d ' 
 f s  0,003.E s 1 
'

 ab 
 d '  0,003.E s  f y  ...( 10-11)
 0,003.E s 1   
 d  0,003.E s 

atau fy, yang memberikan nilai paling kecil

Konstruksi Beton Bertulang I 65


Pers. (10-9) dan (10-10), memberikan :

f c'  600  f
   '. s
'
 b  0,85.b1 . . 
...( 10-12)
f y  600  f y  fy

dimana fs’ diberikan oleh pers. (10-11) atau fy, yang memberikan
nilai terkecil. Suku pertama dari pers. (10-12) sama persis dengan
b pada balok dengan tulangan tunggal.
Pada balok dengan tulangan rangkap, agar terjadi keruntuhan
tarik (tulangan tarik leleh), maka  < b, yang diberikan oleh
pers. (10-12).

Konstruksi Beton Bertulang I 66


Untuk disain, agar baja tulangan tarik sudah leleh dan keruntuhan
yang terjadi tidak getas (brittle), direkomendasikan rasio tulangan
 dari baja tulangan tarik pada balok tulangan rangkap tidak boleh
melebihi 0,75 b, sehingga :

 f ' 
600  f ' 
 c 
  0,75 0,85.b1. .    '. s  ...( 10-13)
 f y  600  f y  f y 
 

Konstruksi Beton Bertulang I 67


Contoh Soal 1:
60 Suatu penampang balok beton bertulang,
dengan lebar b = 280 mm,
As’
d = 510 mm, d’ = 60 mm, fc’ = 21 MPa,
h Es = 200.000 MPa, fy = 275 MPa,
memikul momen akibat beban mati sebesar
As MD = 169 kN.m dan akibat
60 beban hidup sebesar, ML = 215 kN.m.
b Hitung besarnya luas tulangan yang diperlukan
untuk kasus berikut :
1).  – ’ = 0,5 b dari balok dengan tulangan tunggal
2). luas dari tulangan tekan minimum
Solusi :
Momen Ultimate Perlu : Mu

Mu = 1,2 MD + 1,6 ML = 1,2 .(169) + 1,6.(215) = 546,8 kN.m

Konstruksi Beton Bertulang I 68


Geser Pada Balok

Konstruksi Beton Bertulang I 69


1. Gaya Geser pada Balok diatas 2 tumpuan

Gambar 13-1 . Gaya Geser pada balok diatas 2 tumpuan


akibat beban merata

Konstruksi Beton Bertulang I 70


Gambar 13-2. Penulangan Geser pada balok menerus

Konstruksi Beton Bertulang I 71


2. Jenis Keruntuhan Geser
P P
a a

Jenis I : Balok tinggi dengan a/d < 1/2


Jenis II : Balok pendek dengan 1 < a/d < 2,5
Jenis III : Balok sedang dengan 2,5 < a/d < 6
Jenis IV : Balok panjang dengan a/d > 6

Konstruksi Beton Bertulang I 72


Keruntuhan geser lebih dominan

Jenis I

Jenis II

Jenis III Keruntuhan lentur dominan

Jenis IV

Gbr.13-3. Jenis keruntuhan balok beton bertulang dengan variasi


panjang bentang

Konstruksi Beton Bertulang I 73


Konstruksi Beton Bertulang I 74
3. Keseimbangan pada bentang geser balok

Gbr.13-4. Keseimbangan gaya-gaya geser pada balok

Konstruksi Beton Bertulang I 75


Gaya luar transversal Vu, akan dipikul oleh kombinasi dari :

1. Gaya geser sepanjang bagian tekan balok, Vc


2. Gaya dowel sepanjang retak oleh tulangan lentur, Vd
3. Komponen vertikal dari gaya geser miring, sepanjang
retak miring yang diberikan oleh interlocking aggregate, Va

Keseimbangan gaya : V = Vc + Vd + Va ......(13 – 1)

Dalam perencanaan geser, gaya geser yang diperhitungkan


adalah :
- Gaya geser pada bagian tekan balok, Vc
- Gaya geser yang disumbangkan oleh tulangan geser, Vs

Konstruksi Beton Bertulang I 76


4. Perencanaan Geser
1.Perencanaan penampang terhadap geser harus
didasarkan pada:

VR = f.Vn  Vu ......(13 – 2)

dengan Vu adalah gaya geser terfaktor pada


penampang yang ditinjau dan Vn adalah kuat
geser nominal yang dihitung dari:

......(13 – 3)

Konstruksi Beton Bertulang I 77


dengan Vc adalah kuat geser nominal yang
disumbangkan oleh beton dan Vs adalah kuat geser
nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser.

A. Kuat geser Vc yang disumbangkan oleh beton


dapat ditentukan sebagai berikut :
(1). Untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser
dan lentur berlaku,

......(13 – 4)

Konstruksi Beton Bertulang I 78


(2) Untuk komponen struktur yang dibebani tekan aksial,

......(13 – 5)

(3) Untuk komponen struktur yang mengalami gaya tarik


aksial yang besar,

......(13 - 6)

Konstruksi Beton Bertulang I 79


B. Kuat geser yang disumbangkan
oleh tulangan geser
(1) Tulangan geser dapat terdiri dari:
a) Sengkang yang tegak lurus terhadap sumbu
aksial komponen struktur,
b) Jaring kawat baja las dengan kawat-kawat
yang dipasang tegak lurus terhadap
sumbu aksial komponen struktur,
c) Spiral, sengkang ikat bundar atau persegi.

Konstruksi Beton Bertulang I 80


(2) Untuk komponen struktur non-prategang,
tulangan geser dapat juga terdiri dari :
a) Sengkang yang membuat sudut 45° atau
lebih terhadap tulangan tarik longitudinal.
b) Tulangan longitudinal dengan bagian yang
ditekuk untuk mendapatkan sudut sebesar
30° atau lebih terhadap tulangan tarik
longitudinal.
c) Kombinasi dari sengkang dan tulangan
longitudinal yang ditekuk.
d) Spiral.

Konstruksi Beton Bertulang I 81


B.1. Jenis Tulangan Geser

(c). Sengkang vertikal dan


s s s tulangan miring

(a). Sengkang vertikal

Sengkang tertutup

s s s
(b). Sengkang miring
Sengkang terbuka
Gbr.13- 5. Jenis-jenis tulangan geser

Konstruksi Beton Bertulang I 82


C. Perencanaan Tulangan Geser
(1) Bila (Vu - fVc) > 2/3  fc’.bw.d ,
 maka penampang harus diperbesar
(2) Bila (Vu - fVc)  2/3  fc’.bw.d , tentukan jumlah
tulangan geser untuk menahan kelebihan tegangan.
a) Bila digunakan tulangan geser yang tegak lurus
terhadap sumbu aksial komponen struktur, maka :

......(13 - 7)

(b) Bila sebagai tulangan geser digunakan sengkang miring,


maka :
......(13 - 8)

Konstruksi Beton Bertulang I 83


(c) Bila tulangan geser terdiri dari satu batang tunggal
atau satu kelompok batang-batang tulangan sejajar,yang
semuanya ditekuk miring pada jarak yang sama dari
tumpuan, maka :

......(13 - 9)

tetapi tidak lebih dari :

Konstruksi Beton Bertulang I 84


C1. Jarak Tulangan Geser :
a. sengkang vertikal :
A . f .d 
s
v y
......(13 - 10)
Vu  V 
 f c 
 
b. sengkang miring :
 A . f . d .sin   cos  
s
v y
......(13 - 11)
Vu  V 
 f c
 

Konstruksi Beton Bertulang I 85


(3) Bila Vu < fVc dan Vu > 1/2f Vc,

 digunakan tulangan geser minimum.

(4) Bila Vu < 1/2f Vc, tidak perlu tulangan geser

Konstruksi Beton Bertulang I 86


Gbr.13 - 6. Lokasi Geser maksimum untuk perencanaan

Konstruksi Beton Bertulang I 87


D. Batas spasi tulangan geser
(1). Spasi tulangan geser yang dipasang tegak lurus
terhadap sumbu aksial komponenstruktur tidak boleh
melebihi d/2 atau 600 mm.
(2). Sengkang miring dan tulangan longitudinal yang
ditekuk miring harus dipasang dengan spasi
sedemikian hingga setiap garis miring 45° ke arah
perletakan yang ditarik dari tengah tinggi komponen
struktur d/2 ke lokasi tulangan tarik longitudinal
harus memotong paling sedikit satu garis tulangan
geser.
(3). Bila Vs melebihi , maka spasi maksimum
yang diberikan harus dikurangi setengahnya.

Konstruksi Beton Bertulang I 88


E. Tulangan Geser Minimum

Luas tulangan geser minimum untuk komponen


struktur prategang dan komponen struktur non-
prategang harus dihitung dari:

home

Konstruksi Beton Bertulang I 89


Torsi/Puntir Pada Balok

Konstruksi Beton Bertulang I 90


1. Torsi/Puntir pada Balok

Gambar 14-1 . Jenis momen puntir

Konstruksi Beton Bertulang I 91


Gambar 14.2 Balok dengan beban puntir

Konstruksi Beton Bertulang I 92


(+)

Ts
(+)
(+) (+)
(+)
Vt max

(+)

Gambar 14.3 Distribusi tegangan torsi pada penampang balok

Konstruksi Beton Bertulang I 93


2. Perencanaan untuk PUNTIR
1. Pengaruh puntir dapat diabaikan bila nilai momen
puntir terfaktor Tu besarnya kurang daripada :
(a) untuk komponen struktur non-prategang:

......(14 – 1)

(b) untuk komponen struktur non-prategang yang


dibebani gaya tarik atau tekan aksial:

......(14 – 2)

Konstruksi Beton Bertulang I 94


dimana :
Acp : luas yang dibatasi oleh keliling luar
penampang beton, mm2
pcp : keliling luar penampang beton, mm.
Nu : beban aksial terfaktor yang terjadi bersamaan
dengan Vu, diambil positif untuk tekan, negatif
untuk tarik, dan memperhitungkan pengaruh
tarik akibat rangkak dan susut, N
Ag : luas bruto penampang, mm2. Untuk penampang
berongga, Ag : luas beton saja dan tidak
termasuk luas rongga.
f : faktor reduksi torsi = 0,75 (SNI-2002)

Konstruksi Beton Bertulang I 95


3. Perhitungan momen puntir terfaktor Tu
(1) Bila momen puntir terfaktor Tu pada suatu
komponen struktur diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan, dan nilainya
melebihi nilai minimum yang disyaratkan, maka
komponen struktur tersebut harus direncanakan
untuk memikul momen puntir.
(2) Pada struktur statis tak tentu dimana dapat terjadi
pengurangan momen puntir pada komponen
strukturnya yang disebabkan oleh redistribusi gaya-
gaya dalam akibat adanya keretakan, momen puntir
terfaktor maksimum Tu dapat dikurangi menjadi:

Konstruksi Beton Bertulang I 96


1) untuk komponen struktur non-prategang

......(14 – 3)

2) untuk komponen struktur non-prategang yang


dibebani gaya aksial tarik atau tekan:

......(14 – 4)

Konstruksi Beton Bertulang I 97


4. Kuat lentur puntir
(a) Dimensi penampang melintang harus memenuhi
ketentuan berikut:
1) untuk penampang solid

......(14 – 5)

2) untuk penampang berongga

......(14 – 6)

Konstruksi Beton Bertulang I 98


dimana :
ph : keliling dari garis pusat tulangan sengkang
torsi terluar, mm

Aoh : luas daerah yang


dibatasi oleh garis
pusat tulangan
sengkang torsi
terluar, mm2

Konstruksi Beton Bertulang I 99


(b) Jika tebal dinding bervariasi di seputar garis
keliling penampang berongga, maka pers. (14-6)
harus dievaluasi pada lokasi dimana ruas kiri
pers. (14-6) mencapai nilai maksimum.
(c) Jika tebal dinding adalah kurang daripada
Aoh /ph, maka nilai suku kedua pada pers. (14-6)
harus diambil sebesar

......(14 – 7)

dengan t adalah tebal dinding penampang berongga


pada lokasi dimana tegangannya sedang diperiksa.

Konstruksi Beton Bertulang I 100


(d) Kuat leleh rencana untuk tulangan puntir non-
prategang tidak boleh melebihi 400 MPa.
(e) Tulangan yang dibutuhkan untuk menahan puntir
harus ditentukan dari:

......(14 – 8)

dengan Tu adalah momen puntir terfaktor pada


penampang yang ditinjau dan Tn adalah kuat
momen puntir nominal penampang.

Konstruksi Beton Bertulang I 101


(f) Tulangan sengkang untuk puntir harus
direncanakan berdasarkan persamaan berikut :

......(14 – 9)

dengan Ao, kecuali ditentukan berdasarkan


analisis, dapat diambil sebesar 0,85Aoh.
Nilai θ tidak boleh kurang daripada 30o dan tidak
boleh lebih besar daripada 60o.

Konstruksi Beton Bertulang I 102


(g) Tulangan longitudinal tambahan yang diperlukan
untuk menahan puntir tidak boleh kurang
daripada:

......(14 – 10)

dengan θ adalah nilai yang sama dengan nilai


yang digunakan dalam pers. (14-9) dan At /s
harus dihitung dari pers. (14-9),

Konstruksi Beton Bertulang I 103


(h) Tulangan untuk menahan puntir harus
disediakan sebagai tambahan terhadap tulangan
yang diperlukan untuk menahan gaya-gaya geser,
lentur, dan aksial yang bekerja secara
kombinasi dengan gaya puntir.

Dalam hal ini, persyaratan yang lebih ketat untuk


spasi dan penempatan tulangan harus dipenuhi.

Konstruksi Beton Bertulang I 104


5. Ketentuan detail tulangan puntir:
(1) Tulangan puntir harus terdiri atas batang tulangan
longitudinal atau tendon dan salah satu atau lebih
dari hal-hal berikut:
a) Sengkang tertutup atau sengkang ikat tertutup,
yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu
aksial komponen struktur, atau
b) Jaringan tertutup dari jaring kawat las dengan
kawat transversal dipasang tegak lurus terhadap
sumbu aksial komponen struktur,
c) Tulangan spiral pada balok nonprategang.

Konstruksi Beton Bertulang I 105


(2) Tulangan sengkang puntir harus diangkur dengan
cara-cara berikut:
a) menggunakan kait standar 135o, dipasang di
sekeliling tulangan longitudinal,
b) atau untuk daerah dimana beton yang berada di
sekitar angkur dikekang terhadap spalling oleh
bagian sayap penampang atau pelat atau
komponen struktur sejenis.
(3) Tulangan puntir longitudinal harus mempunyai
panjang penyaluran yang cukup dikedua ujungnya.
(4) Pada penampang berongga, jarak dari garis tengah
tulangan sengkang puntir ke permukaan dalam bagian
dinding rongga tidak boleh kurang daripada 0,5 Aoh /ph.

Konstruksi Beton Bertulang I 106


6. Ketentuan tulangan puntir minimum
(a) Luas minimum tulangan puntir harus
disediakan pada daerah dimana momen puntir
terfaktor Tu melebihi nilai yang disyaratkan
(b) Bilamana diperlukan tulangan puntir, maka luas
minimum tulangan sengkang tertutup harus
dihitung dengan ketentuan:

......(14 – 11)

Konstruksi Beton Bertulang I 107


(c) Bilamana diperlukan tulangan puntir, maka luas
total minimum tulangan puntir longitudinal
harus dihitung dengan ketentuan:

......(14 – 12)

Konstruksi Beton Bertulang I 108


7. Spasi tulangan puntir
(a) Spasi tulangan sengkang puntir tidak boleh
melebihi nilai terkecil antara ph / 8 atau 300 mm.
(b) Tulangan longitudinal yang dibutuhkan untuk
menahan puntir harus didistribusikan di sekeliling
perimeter sengkang tertutup dengan spasi tidak
melebihi 300 mm. Batang atau tendon longitudinal
tersebut harus berada di dalam sengkang. Pada
setiap sudut sengkang tertutup harus ditempatkan
minimal satu batang tulangan atau tendon
longitudinal. Diameter batang tulangan longitudinal
haruslah minimal sama dengan 1/24 spasi
sengkang, tetapi tidak kurang daripada 10 mm.

Konstruksi Beton Bertulang I 109


(c) Tulangan puntir harus dipasang melebihi jarak
minimal (bt + d) di luar daerah dimana tulangan
puntir dibutuhkan secara teoritis.

dimana :
bt : lebar bagian penampang yang dibatasi oleh
sengkang tertutup yang menahan puntir

Konstruksi Beton Bertulang I 110


8. Langkah-langkah disain untuk balok yang
dibebani TORSI, GESER dan MOMEN
Langkah 1 :
Tentukan gaya geser, momen dan diagram torsi.
Pilih “b” dan “d” berdasarkan momen Mu.
Check defleksi dan rubah “ d ” jika dibutuhkan.
Dimensi penampang dapat dirubah jika penampang
tidak kuat terhadap geser. Penampang persegi
sangat baik untuk menahan momen torsi.

Langkah 2 :
Torsi dapat f. f  A 2 '

diabaikan jika : Tu  . cp c
 ….(a)
12  p cp 

Konstruksi Beton Bertulang I 111
Langkah 3 :
Check dimensi penampang balok, untuk penam-
pang solid : jika,

….(b)

 perbesar dimensi penampang


Penampang kritis dari torsi dan geser berada
sejarak “ d ” dari muka tumpuan

Konstruksi Beton Bertulang I 112


Untuk penampang hollow (berongga):

….(c)

Langkah 4 :
Tentukan luas tulangan untuk momen lentur,
dan luas tulangan geser untuk geser vertikal.
Luas penulangan geser dapat dituliskan dalam
bentuk Av /s (luas tulangan geser per unit
panjang), sehingga dapat dikombinasikan
dengan luas tulangan geser yang dibutuhkan
untuk torsi.

Konstruksi Beton Bertulang I 113


Vu
Hitung : Vs   Vc ….(d)
f
Av Vs
Hitung :  ….(e)
s f y .d
Langkah 5 :
Tentukan luas tulangan torsi dalam bentuk At /s :
At Tu
 ….(f)
s 2.f. f yv . Ao. cot 
Gunakan f = 45o dan fyv < 400 MPa.
Ao sama dengan 0,85 kali luas yang dibatasi
oleh sengkang terluar.

Konstruksi Beton Bertulang I 114


Langkah 6 :
Untuk ukuran sengkang tertentu, jumlahkan luas
tulangan yang dibutuhkan untuk geser dan torsi.
Untuk sengkang dengan 2 kaki :
Av , total  Av   2. At 
    ….(g)
s  s   s 
Tentukan ukuran tulangan, dan hitung jarak sengkang yang
dibutuhkan.
Spasi tulangan tidak boleh melebihi ph/8 atau 300 mm.

Jika hanya dibutuhkan sengkang dengan 2 kaki, hanya


sengkang terluar yang harus tertutup. Tulangan puntir harus
dipasang melebihi jarak minimal (bt + d) di luar daerah dimana
tulangan puntir dibutuhkan secara teoritis.

Konstruksi Beton Bertulang I 115


Jarak maksimum sengkang, didasarkan pada
gaya geser Vu , dimana :

s  d/2 jika Vs  , tidak melebihi 600 mm

s  d/4 jika Vs  , tidak melebihi 300 mm

Langkah 7 :
Check luas minimum tulangan sengkang :

….(h)

Konstruksi Beton Bertulang I 116


Langkah 8 :
Hitung luas tulangan torsi longitudinal :

….(i)

Jika baja tulangan sengkang dan longitudinal


mempunyai mutu yang sama dan  diambil 45o,
maka pers. diatas dapat ditulis :

 At 
Al  p h .   ….(j)
 s 

Konstruksi Beton Bertulang I 117


Tetapi Al tidak boleh lebih kecil dari :

….(k)

Tulangan longitudinal harus di-distribusikan merata


sekeliling penampang balok, harus mempunyai
diameter minimum 1/24 spasi sengkang atau 10 mm.

Langkah 9 :
Gabungkan tulangan longitudinal untuk torsi
dan tulangan lentur dan tentukan tulangan

Konstruksi Beton Bertulang I 118

Anda mungkin juga menyukai