Anda di halaman 1dari 18

Diagram Interaksi P M Kolom

Konstruksi Beton II 1
1.4. Diagram Interaksi P M Kolom
Kapasitas penampang beton bertulang untuk menahan
kombinasi gaya aksial dan momen lentur dapat
digambarkan dalam suatu bentuk kurva interaksi antara
kedua gaya tersebut, disebut diagram interaksi P M kolom.

Setiap titik dalam kurva tersebut menunjukkan kombinasi


kekuatan gaya nominal Pn (atau f Pn) dan momen nominal Mn
(atau f Mn) yang sesuai dengan lokasi sumbu netralnya.

: dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu


Diagram interaksi ini
daerah yang ditentukan oleh keruntuhan tarik dan daerah
yang ditentukan oleh keruntuhan tekan, dengan
pembatasnya adalah titik seimbang (balanced).

Konstruksi Beton II 2
Gambar 1.4. Diagram interaksi P-M dari suatu penampang kolom.

Konstruksi Beton II 3
CONTOH 3 :
50 Dari soal contoh 1, buatlah diagram interaksi P-M
3D22
dari penampang kolom tersebut :
500
Mutu beton fc = 25 MPa dan mutu baja fy = 390 MPa
3D22
50
Jawab :
300

a. Kapasitas maksimum (Po) dari kolom : (kolom sentris)

Po 0,85. f c' .Ag Ast Ast . f y


0,85. 25.300.500 2280,8 2280,8.390 4.028.545 N
4.028,5 kN

Konstruksi Beton II 4
b. Kekuatan nominal maksimum penampang kolom :
untuk kolom dengan tulangan sengkang ikat
Pn (max) = 0,80 Po = 0,80 x 4.028,5 = 3.222,8 kN
Eksentristas minimum : emin = 0,1 x 500 mm = 50 mm

c. Kuat Tekan Rencana Kolom : fPn


untuk kolom dengan tulangan sengkang ikat :
f Pn (max) = f 0,80 Po = 0,65 x 3.222,8 kN = 2.094,8 kN

d. Kapasitas Penampang pada Kondisi Seimbang (Balanced):

Pnb 0,85. f c' .ab .b As' . f s' As . f y





M nb Pnb .eb 0,85. f c' .ab .b. y b As' . f s' . y d ' As . f y .d y
a
2

Konstruksi Beton II 5
Pnb 0,85. f c' .ab .b As' . f s' As . f y
0,85.25.231,82.300 1.477.852 N
1.477,85 kN



M nb Pnb .eb 0,85. f c' .ab .b. y b As' . f s' . y d ' As . f y .d y
a
2

198.165.242 88.951.200 88951.200 376067842 N
376,07 kNm
Eksentrisitas pada kondisi seimbang :
M nb 376,07 kNm
eb 0,2545 m 254,5 mm
Pnb 1.477,85 kN

Konstruksi Beton II 6
f . Pnb 0,65 x 1.477,85 kN 960,6 kN
f . M nb 0,80
0,65 x 376,07 kNm 300,86
244,4 kNm
e. Kapasitas Penampang pada Kondisi Momen Murni : ( P = 0)
Kapasitas penampang dengan kondisi momen murni ditentukan
Dengan menganggap penampang balok dengan tulangan tunggal

As . f y
M n As . f y . d 0,59. '
f c .b
1140,4. 390
1140,4. 390. 450 0,59. 184,6 kNm
25. 300

f. M n 0,80 x 184,6 kNm 147,68 kNm

Konstruksi Beton II 7
Diagram Interaksi P - M

5000

4000
Mn, Pn
3000
fPn, Pn

f Mn, f Pn
2000
Keruntuhan tekan
1000
Keruntuhan tarik
0
0 100 200 300 400

fMn, Mn

Mn, Pn fMn, fPn

Konstruksi Beton II 8
1.5. Kolom Beton Bundar
Sebagaimana halnya dengan kolom segi-empat, pada kolom
bundar keseimbangan momen dan gaya yang sama digunakan
untuk mencari gaya tahanan nominal Pn untuk suatu
eksentritas yang diberikan. Persamaan keseimbangan tersebut
serupa dengan persamaan (1-10) dan (1-11), dengan perbedaan
dalam hal :
Bentuk luas yang tertekan yang merupakan elemen lingkaran, dan
Tulangan-tulangan tidak dikelompokkan kedalam kelompok tekan
dan tarik sejajar.
Dengan demikian gaya dan tegangan pada masing-masing
tulangan harus ditinjau sendiri-sendiri. Luas dan titik berat segmen
lingkaran dihitung dengan menggunakan persamaan matematisnya.
Apabila tidak demikian, dapat digunakan persamaan dari Whitney
sebagai penyederhanaan.

Konstruksi Beton II 9
1.5.1. Metoda Empiris untuk Analisis Kolom Bundar

Untuk penyederhanaan analisis kolom bundar dapat di-


transformasikan menjadi kolom segi-empat ekuivalen, seperti pada
Gambar 1.5.

Ds

h b
Penampang ekivalen regangan tegangan

(a). Penampang kolom bundar (b). Penampang segi-empat ekuivalen

Gambar 1.5. Transformasi kolom segi-empat menjadi kolom


segi-empat ekuivalen

Konstruksi Beton II 10
Agar keruntuhannya berupa keruntuhan tekan, penampang
segi-empat ekuivalen harus mempunyai :

1. Tebal dalam arah lentur, sebesar 0,8.h, dimana h adalah


diameter luar lingkaran kolom bundar.

2. Lebar kolom segi-empat ekuivalen diperoleh sama


dengan luas bruto kolom bundar dibagi 0,8.h, jadi b =
Ag/(0,8.h), dan

3. Luas tulangan total Ast ekuivalen di-distribusikan pada 2


lapis tulangan yang sejajar masing-masing Ast/2, dengan
jarak antara lapisannya 2Ds/3 dalam arah lentur dimana Ds
adalah diameter lingkaran tulangan (terjauh) as ke as.

Konstruksi Beton II 11
Apabila dimensi kolom segi-empat ekuivalen telah diperoleh,
analisis dan disain dapat dilakukan seperti kolom segi-
empat aktual.

Persamaan untuk keruntuhan tarik dan keruntuhan tekan, dapat


juga dinyatakan dalam dimensi kolom bundar sebagai berikut :
a. Untuk keruntuhan Tarik :

0,85.e
2
g .m.Ds 0,85.e
Pn 0,85 f c .h
' 2
0,38 0,38
h 2,5.h h

b. Untuk keruntuhan Tekan : ...( 1.32 )
'
Ast . f y Ag . f
Pn
c

3.e 9,6.h.e
1,0 1,18
2
...( 1.33 )
Ds 0,8.h 0,67.Ds
Konstruksi Beton II 12
dimana :
h ; diameter penampang kolom bundar
Ds ; diameter lingkaran tulangan (terjauh) as ke as
e ; eksentrisitas terhadap pusat plastis penampang
g = Ast/Ag = luas tulangan bruto/luas beton bruto
m = fy/0,85.fc

Konstruksi Beton II 13
1.6.Kolom Pendek dengan Tulangan pada 4 sisi
Apabila kolom mempunyai tulangan pada ke-empat sisinya,
persamaan dasar (1-10) dan (1-11) harus disesuaikan dulu.
Kontrol keserasian tegangan harus tetap dipertahankan di
seluruh bagian penampang.

Cara coba-coba dan penyesuaian dilakukan dengan


menggunakan asumsi tinggi garis netral c, sehingga tinggi
blok tegangan a diketahui.

Besarnya regangan pada setiap lapis (layer) tulangan


ditentukan dengan menggunakan distribusi regangan seperti
Gambar. 1.6.

Konstruksi Beton II 14
Pn
Pn

Gambar 1.6. Kolom dengan tulangan pada keempat sisinya,


(a).penampang melintang; (b). regangan ; (c). gaya-gaya yang
bekerja

Konstruksi Beton II 15
Beberapa anggapan yang digunakan adalah :
Gsc : titik berat gaya tekan pada tulangan tekan
Gst : titik berat gaya tarik pada tulangan tarik
Fsc : resultan gaya tekan pada tulangan = S As.fsc
Fst : resultan gaya tarik pada tulangan = S As.fst
Keseimbangan antara gaya-gaya dalam dengan momen
dan gaya luar harus terpenuhi, yaitu :

Pn 0,85. f .a.b Fsc Fst


c
'
...( 1.33 )


h a
M n 0,85. f c .a.b. Fsc . ysc Fst . yst
'
...( 1.34 )
2 2

Konstruksi Beton II 16
Cara coba-coba dengan penyesuaian diterapkan dengan
menggunakan suatu asumsi tinggi garis netral c.

Besarnya regangan pada setiap lapis (layer) tulangan


ditentukan dengan menggunakan distribusi regangan seperti
Gambar 1.6. untuk menjamin terpenuhinya keserasian
regangan.
Tegangan pada setiap lapis tulangan diperoleh dengan
menggunakan persamaan berikut :

si c si
f s i Es . si Es . cu . 600 . ...( 1.35 )
c c
dimana : fsi haruslah fy.

Konstruksi Beton II 17
Carilah Pn untuk nilai c yang di-asumsikan, dengan
menggunakan pers. (1-33). Kemudian subsitusikan besarnya
nilai Pn ke dalam pers. (1-34), dan diperoleh harga c.

Apabila nilai c belum cukup dekat dengan yang di-asumsikan


semula, lakukan coba-coba berikutnya.

Gaya tahanan nominal Pn yang sesungguhnya adalah yang


diperoleh pada coba-coba terakhir, dengan nilai c yang
benar.

Konstruksi Beton II 18

Anda mungkin juga menyukai