Analisis Granulometri
Analisis Granulometri
PENDAHULUAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
2. Proses-proses yang berlangsung selama sedimentasi terutama yang menyangkut arah
arus, kekuatan arus, perubahan-perubahan/ variasi yang terdapat pada arus itu.
Skala ukuran butir yang sering dipakai dalam sedimentologi, antara lain :
1. Skala Wentworth
2. Skala Phi (Tabel 1)
Kurva distribusi normal merupakan kurva hasil pengeplotan kurva hasil
frekwensi dengan beberapa variasi dari suatu populasi yang terdiri dari klas – klas.
Kurva distribusi normal juga mengandung penyebaran fraksi kasar dan halus
kearah kiri dan kanan seimbang. Semakin runcing kurva distribusi normal makin sempit
Sd-nya, sehingga semakin baik sortasinya (Gbr 1 & 2).
Kurva Frekuensi Kumulatif
Merupakan kurva yang digambarkan dari hasil pengeplotan penjumlahan
frekwensi-frekwensi terhadap penyebaran ukuran butir pada klas-klas tertentu.
Kurva ini dibuat dengan dua cara, yaitu:
1. Memakai kertas probabilitas, kurvanya disebut Kurva Probabilitas (Gbr 7).
2. Memakai kertas yang disebut S Shape, kurvanya disebut Ogive (Gbr 8 & 9).
3
Gambar 2 . Kurva Komulatif dengan memakai Kertas Probabilitas
4
pengambilan sampel di beberapa tempat yang dapat mewakili ukuran butir pasir
yang berbeda-beda. Berat sampel yang diambil untuk analisis sekitar 1 kg.
Sampel dimasukkan ke kantong sampel dan selanjutnya diberi nomor sesuai
dengan nomor lintasan/ lokasi.
Selain itu dilakukan pula pengukuran kedudukan dari lapisan batuan dimana
dilakukan pengambilan sampel, pengukuran slope, pengukuran jarak antara
lokasi-lokasi pengambilan sampel.
2. Cara kerja di laboratorium
terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Sampel splitting
Untuk mendapatkan contoh pasir yang representatif dapat mewakili
seluruh fraksi butiran untuk dianalisis maka dilakukan sampel splitting, yaitu:
Sampel yang diperoleh dari lapangan dituangkan secara hati-hati ke dalam
sampel splitter secara uniform. Splitting ini dilakukan terus-menerus sampai berat
contoh untuk analisis sekitar 50 gr atau 100 gr (dalam percobaan ini digunakan
100 gr).
Cara menggunakan splitting dengan metode quatering, yaitu cara splitting
dengan menggunakan karton/kayu yang disilangkan saling tegak lurus dengan
corong. Contoh pasir dituangkan dengan hati-hati dan uniform melalui corong
yang diletakkan di atas persilangan karton, maka contoh pasir tadi akan terbagi
menjadi empat bagian sesuai dengan kwadran dari persilangan karton tersebut
sama banyak. Contoh pasir dari kw I dicampur dengan kw III atau kw II
dicampur dengan kw IV. Salah satu percampuran ini digunakan sebagai analisis.
Hasil dari splitting ini kemudian ditimbang sesuai dengan berat yang diinginkan.
b. Pengayakan
Sebelum pengayakan dilakukan, semua jaringan yang akan digunakan
harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran atau butir-butir yang menempel
dalam kawat saringan. Cara membersihkannya dengan menyikat memakai kuas
atau menelungkupkan saringan tersebut kemudian diketuk berkali-kali secara
merata. Saringan ditumpuk secara berurut mulai dari bawah yang terkecil skala
meshnya dengan bottom pan sebagai alasnya, kemudian ayakan yang telah
5
disusun tersebut dipasang pada mesin pengaya, contoh dituangkan pada ayakan
yang teratas lalu ditutup. Mesin pengayak kemudian dijalankan.
c. Penyusunan fraksi dan penimbangan
Pengambilan fraksi butir dilakukan mulai dari saringan terkasar sampai
yang tertampung pada bottom pan. Pengambilan fraksi dilakukan dengan
menuangkan butir-butir yang tertampung disaringan dengan menelungkupkan
saringan itu di atas lembaran kertas putih, kemudian mengetuknya secara seragam
dan menyikat saringan dengan kuas. Selanjutnya fraksi butir yang diperoleh
ditimbang dan disimpan dalam tabung gelas/ kantong plastik.
d. Pencatatan dan pembuatan grafik
Hasil dari penimbangan fraksi butir dicatat pada catatan dengan kolom
yang berisi, antara lain:
1. Nomor urut
2. Nomor mesh ayakan
3. Diameter ayakan
4. Ukuran butir yang tertampung
5. Berat masing-masing fraksi
6. Prosentase berat masing-masing fraksi terhadap seluruhnya
7. Frekuensi kumulatif, yaitu frekuensi yang diperoleh dengan cara
menambahkan secara terus-menerus dari frekuensi yang kasar sampai yang halus.
8. Dari hasil-hasil tersebut di atas dibuat grafik histogram dengan kertas
milimeter dan grafik kumulatif dengan kertas semi log.
6
Gambar 3. Metode spliting
7
Tabel 4 . Harga tetapan koefisien kepencengan (Sk) menurut Friedman dan Sanders (1978).
Harga tetapan Sk Kepencengan
-1,0 - -0,3 very negative skewness
-0,3- - 0,1 negative skewness
-0,1- 0,1 nearly symetrical
0,1 - 0,3 positive skewness
0,3 - 1,0 very positive skewness
3. Cara Perhitungan
Menurut Friedman (1978) harga-harga SO, Sk dan K dapat ditentukan
dengan dua cara, yaitu:
1. Grafis
2. Matematis/perhitungan
3.1. GRAFIS
Harga-harga Q1; Q2 ; Q3 ditentukan secara grafik yaitu dari grafik
kumulatif, dimana:
Q1 = P25 dengan menarik harga prosentase 25 % dari grafik kumulatif.
Q2 = P50 dengan menarik harga prosentase 50 % dari grafik kumulatif.
Q3 = P75 dengan menarik harga prosentase 75 % dari grafik kumulatif.
Dengan mengetahui harga-harga Q1; Q2 dan Q3 , maka dapat kita tentukan harga-
harga:
Q1
So
Q2
Menurut TRASK
Bila harga: So < 2,5; pemilahan baik
So = 2,5; pemilahan normal
8
So > 2,5; pemilahan jelek
b. Kepencengan (Skewness)
Skewness merupakan ukuran tentang tingkat ketidaksimetrisan suatu
kurva.
Skewness dapat ditentukan dengan persamaan :
Q1 Q3
Sk
M d2
Bila log Sk berharga: Positif; sedimen yang bersangkutan mempunyai
jumlah butir halus yang lebih banyak daripada jumlah butir kasar, Negatif;
sedimen yang bersangkutan mempunyai jumlah butir kasar lebih banyak daripada
jumlah butir halus.
c. Kurtosis
Kurtosis merupakan harga pemilahan bagian tengah terhadap pemilahan
bagian tepi dari suatu kurva.
Kurtosis ditentukan dari persamaan :
Q1 Q3
Sk
2 ( P10 P90)
3.2. MATEMATIS/ PERHITUNGAN
Cara ini akan memberikan gambaran yang lebih baik daripada cara grafis,
karena dalam cara matematis semua harga ukuran butir dalam interval
diikutsertakan dalam perhitungan. Kelemahan dari cara perhitungan ini adalah
kadang-kadang ruwetnya perhitungan dalam pengolahan data. Dalam cara
matematis ini dikenal rumus-rumus statistik moment yang dipakai untuk
mengolah hasil analisis besar butir.
Moment 1
f .Md
100
Mean ( X )
f .Md
100
Moment 2
f (Md .X ) 2
100
9
Standart deviasi (sorting coefisien) : d SO
f (Md X ) 2
100
Moment 3
f (Md .X ) 3
100
SK
f (Md .X ) 3
100
Moment 4
f (Md .X ) 4
100
K
f (Md .X ) 4
100.d 4
Keterangan :
f = frekuensi (%) dari tiap-tiap interval
Md = harga tengah tiap interval
a. Metode Inman
P16 P84
Mean =
2
P84 P16
Standart deviasi =
2
( P16 P84 ) 2 P50
Skewness =
P84 P16
10
P16 2P50 P84
Mean =
3
P84 P16 P95 P5
Standart deviasi =
4 6,6
P95 P5
Kurtosis =
2,44 P75 P25
d. Perhitungan Moment
Moment about M :
M1 = C V1 + Xo
M2 = C²(V2 – V1²)
M3 = C³(V3 – 3V1V2 + V1³)
M4 = C4(V4 – 4V1V3 + 6V1² .V2 – 3V14)
Mean = M1
Standart Deviasi (σ) = (M2)1/2
Skewness (α3) = M3/σ³
Kurtosis (β2) = M4/σ4
Mean cubed deviation = α3 x σ³
11
12