360689-Modul Ilmu Ukur Tanah PDF
360689-Modul Ilmu Ukur Tanah PDF
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
WATERPASS
h AB
B
M
HAB
A
Jd
Pada metode ini alat yang digunakan adalah theodolite.
Beda tinggi antara A dan B = Jd tan m
Dengan:
Jd = jarak datar
z = sudut zenith
m = sudut miring
i
B
A
Ketiga cara ini disusun sedemikian, hingga ketelitian dari atas ke bawah akan
menjadi besar. Cara yang memberi hasil ketelitian terbesar adalah cara c dengan
pengukuran menyipat datar, sedang cara a adalah cara terkasar untuk menentukan
beda tinggi antara dua titik.
Sifat datar ( levelling ) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi
antara dua titik diatas permukaan tanah. Bidang datar adalah bidang dimana setiap
titik di atasnya tegak lurus terhadap garis unting-unting. Permukaan rata adalah
permukaan datar dan tegak lurus terhadap garis unting-unting hanya pada satu titik
saja.
C. Jenis-jenis waterpass
TOPCORN Levels AT-G Series
Dilengkapi dengan :
1 x Aluminium Tripod
1 x Rambu Ukur 3 M
Dilengkapi dengan :
1 x Aluminium Tripod
1 x Rambu Ukur 3 M
D. Bagian-bagian Waterpass
VII. Perhitungan
𝐵𝐴+𝐵𝐵
𝐵𝑇 = 2
𝐻 = 𝐻 𝐵𝑀 + ∆𝐻
Dimana :
BT = Benang Tengah d optis = Jarak Antara Alat dengan Titik
BA = Benang Atas ΔH = Beda Tinggi
BB = Benang Bawah H = Tinggi Titik
10 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
Awal altazimuth instrumen yang terdiri dari dasar lulus dengan penuh
lingkaran di sayap vertikal dan sudut pengukuran perangkat yang paling sering
setengah lingkaran. Alidade pada sebuah dasar yang digunakan untuk melihat obyek
untuk pengukuran sudut horisontal, dan yang kedua alidade telah terpasang pada
vertikal setengah lingkaran. Nanti satu instrumen telah alidade pada vertikal
setengah lingkaran dan setengah lingkaran keseluruhan telah terpasang sehingga
dapat digunakan untuk menunjukkan sudut horisontal secara langsung. Pada
akhirnya, sederhana, buka-mata alidade diganti dengan pengamatan teleskop. Ini
pertama kali dilakukan oleh Jonathan Sisson pada 1725.
Alat survey theodolite yang menjadi modern, akurat dalam instrumen
1787 dengan diperkenalkannya Jesse Ramsden alat survey theodolite besar yang
terkenal, yang dia buat menggunakan mesin pemisah sangat akurat dari desain
sendiri. Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi,
maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi
seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90º. Dengan adanya
teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah.
C. Bagian-bagian Theodolite
Secara umum, konstruksi theodolit terbagi atas dua bagian :
1. Bagian atas, terdiri dari :
Teropong / Teleskope
Nivo tabung
Sekrup Okuler dan Objektif
Sekrup Gerak Vertikal
Sekrup gerak horizontal
Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
Nivo kotak
Sekrup pengunci teropong
Sekrup pengunci sudut vertical
13 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
Sekrup pengatur menit dan detik
Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertikal
14 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
Bagian-bagian yang penting dari alat theodolite :
• Teropong yang dilengkapi dengan garis bidik
• Lingkaran skala vertical
• Sumbu mendatar
• Indeks pembaca lingkaranskala tegak
• Penyangga sumbu mendatar
• Indeks pembaca lingkaran skala mendatar
• Sumbu tegak
• Lingkaran skala mendatar
• Nivo kotak
• Nivo tabung
• Tribrach
• Skrup kaki tribrach
15 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
Syarat Penggunaan Theodolite :
Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite (pada galon air) sehingga
siap dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :
1. sumbu kesatu benar – benar tegak / vertical.
2. sumbu kedua haarus benar – benar mendatar.
3. garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
4. tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu
18 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
Tripod Bak ukur
Unting-unting Kompas
19 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
BAB III
PROFIL MEMANJANG & MELINTANG
V. Teori :
A. Pendahuluan
Sipat Datar Profil
Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau
tinggi rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, baik secara
memanjang maupun melintang.
Pengukuran profil dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tinggi rendahnya
permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, yaitu dengan mengukura ketinggian
dari masing-masing titik. Hasil pengukuran ini merupakan informasi untuk
perencanaan jalan raya, jalan kereta api, irigasi jalur pipa dan lain-lain, seperti
dalam:
1. Menentukan gradien yang cocok untuk pekerjaan konstruksi.
2. Menghitung volume pekerjaan.
3. Menghitung volume galian dan timbunan yang perlu disiapkan.
20 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar
profil memanjang dan sipat datar profil melintang sedangkan pada tahap
penggambaran, biasanya dilakukan penggambaran situasi sepanjang jalur
pengukuran sipat datar profil memanjang maupun melintang dengan skala yang
berbeda agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih jelas terlihat. (Nurjati, 2004 )
a. Profil Memanjang
Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda
dengan sipat datar memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya
merupakan titik ikat bagi sipat datar profil melintangnya, sehingga mempunyai
ketentuan sebagai berikut :
• Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran dan
dilakukan pengukuran pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan tanah.
21 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
datang dan arah belokan selanjutnya.
Beda tinggi antara dua titik ditentukan dengan metode sifat datar.
Operasi sipat datar dibagi dua :
Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara
penempatan alat ukur penyipat datar tergantung pada keadaan di lapangan :
1. Menempatkan waterpass diantara salah satu titik, misalnya titik B.
tinggi a garis bidik (titik tengah teropong) diatas titik B diukur
dengan mistar. Dengan gelembung ditengah - tengah, garis bidik
diarahkan ke mistar yang diletakkan ke atas titik lainnya ialah titik
A. Pembacaan pada mistar / bak ukur misalnya R, maka angka R
ini menyatakan jarak alat dan bak ukur. Maka beda tinggi antara
titik A dan B adalah :
T=R–j
T = b-m
23 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
Keuntungan melakukan pengukuran profil memanjang dan
melintang pada suatu lapangan adalah bahwa profil memanjang
dan melintang pada suatu lapangan tersebut dapat kita lakukan
tanpa harus melakukan pengukuran lagi. Dengan demikian dapat
menghemat waktu,tenaga, dan biaya.
25 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
tengah-tengah antara kedua rambu, maka pengaruhnya dapat
diabaikan
B. Cara pengukuran Profil Melintang
1. Tentukan titik BM (Bench Mark) terlebih dahulu dan bidik titik BM
dengan menggunakan alat waterpass
2. Setiap titik (1,2,3,…) pada potongan jalan raya tersebut dicari beda
tinggi masing – masing terhadap titik BM tadi.
3. Berdasarkan beda tinggi tersebur, maka akan didapatkan
ketinggian masing – masing terhadap titik BM tadi.
4. Selanjutnya, bidik alat ke setiap potongan melintang dan setiap
titiknya seperti yang terdapat pada potongan melintang sebelumnya
dan lalu dicari beda tingginya untuk kemudian diperoleh tinggi titik
tersebut.
5. Pemakaian alat di suatu tempat dapat dilakukan pembidikan untuk
semua titik selama titik – titik tersebut masih bisa dijangaku oleh
waterpass.
6. Jika terdapat titik yang bisa dibidik, maka perlu pemindahan alat
dengan terlebih dahulu menentukan titik penghubung / jalan.
7. Ketinggian seluruh titik yang sama pada tiap potongan melintang
bila dihubungkan dan menggambarkan profil memanjang jalan
tersebut. Sementara penggambaran titik – titik lainnya pada setiap
potongan melintang akan menunjukkan profil melintang masing-
masing pada lokasi yang sama.
26 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
5. Atur dan stel alat waterpass dengan menyetel gelembung nivo
tepat berada di tengah – tengah sehingga siap untuk melakukan
pembidikan
6. Tentukan titik BM, kemudian bidik BM dan catat hasilnya
7. Kemudian lakukan pembidikan di tiap – tiap titik yang telah
ditentukan
8. Data yang diperoleh adalah data untuk mendapatkan profil jalan
9. Demikian seterusnya, sehingga diperoleh data yang lengkap untuk
diolah
D. Cara perhitungan
1. Data – data yang diperoleh adalah data – data dalam bentuk
benang atas, benang tengah,dan benang bawah untuk semua titik
𝐵𝐴+𝐵𝐵
BT = 2
27 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
3. Hitung beda tinggi titik – titik dengan rumus
𝐵𝑇𝐵𝑀 − 𝐵𝑇 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘
ΔH = 100
E. Kesimpulan
F. Aplikasi di lapangan
1. Pembuatan trase
2. Pembuatan jalan raya
3. Pembuatan jalan kereta api
4. Pembuatan saluran air permukaan
5. Pembuatan drainase perumahan
6. Pembuatan roil – roil dan ketinggian air lainnya
G. Referensi
28 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
BAB IV
CONTOUR
I. PENDAHULUAN
Pada umumnya peta contour disajikan dalam sudut pandang dua dimensi,
dimana contour dilihat dari atas permukaan bumi. Walaupun penyajian peta contour
secara dua dimensi sedikit sulit memberikan gambaran mengenai ketinggian dari
permukaan bumi yang sedang diamati. Permasalahan yang muncul ketika akan
melakukan visualisasi peta kontur secara tiga dimensi adalah bagaimana cara
29 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
menghubungkan garis kontur yang satu dengan yang lain. Pernasalahan tersebut
muncul karena sering kali data peta kontur yang didapat hanya berupa data
koordinat bumi dari tiap contour yang ada.
Akan jelas terlihat bahwa lebih mudah membaca tiga dimensi dari pada
contour dua dimensi suatu gambar, oleh sebab itu pemanfaatan teknologi adalah
solusinya. Dimana banyak software-software yang bisa membantu kita
menggambarkan garis-garis contour dan mengubahnya dalam tampilan tiga dimensi.
30 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
Peta topography atau sering di sebut peta rupa bumi memberikan
informasi yang akurat tentang fitur di tanah, apakah mereka alami atau buatan
manusia. Peta topography begitu rinci sehingga hampir sama jika kita menggunakan
format tiga dimensi, dibandingkan peta dua dimensi. Peta ini dapat menunjukkan fitur
air seperti sungai dan sungai serta relief tanah termasuk pegunungan, lembah,
lereng dan depresi tanah. Garis kontur digunakan untuk menunjukkan perubahan
elevasi pada peta topografi.
Peranan contour dalam peta tophography sangat besar, walaupun contour sedikit
sulit dibaca, namun intinya peta tophography adalah kupulan dari garis-garis contour.
Interval Contour
Interval contour adalah selang yang menjadi
parameter untuk elevasi suatu tanah, atau jarak tegak
antara dua daris contour yang berdekatan. Interval
contour sangat penting mengingat bahwa interval
sangat menentukan besar jarak ataupun kerapatan
dari garis contour yang akan kita gambar, tergantung
keadaan lapangan, permintaan maupun skala suatu
peta.
Jarak vertikal antara satu garis kontur dan berikutnya disebut interval contour. Garis
contour yang diambil pada interval tertentu, misalnya setiap 10 cm, 50 cm atau 1 m.
Setiap baris mewakili beberapa skala yang dipilih. Dengan menggunakan interval 10
cm sebagai contoh, maka setiap interval contour akan mewakili perubahan di
ketinggian 10 cm, Interval contour digambarkan pada peta.
Pada suatu peta tophography interval contour dapat di buat sama dan
berbanding terbalik dengan skala yang ada pada peta tersebut. Semakin besar skala
pada peta, maka akan semakin kecil. Karena jika skala pada suatu peta semakin
besar semakin banyak informasi yang akan tersajikan.
Garis contour merupakan garis penghubung titik-titik yang diamati dengan ketinggian
yang sama, hal ini yang menyebabkan setiap hasil interpolasi harus dihubungkan
sesama titik-titik yang sama tingginya.
Data yang harus dimiliki untuk melakukan interpolasi garis contour adalah
jarak antara 2 (dua) titik tinggi dari atas peta. Tinggi definity kedua titik tinggi dan titik
garis contour yang akan di tarik. Hasil perhitungan interpolasi ini adalah posisi titik
gariscontour yang melewati garis hubung antara 2 titik tinggi.
Posisi ini berupa jarak garis contour terhadap posisi titik pertama atau
posisi titik kedua. Titik hasil interpolasi tersebut kemudian kita hubungkan
berdasarkan kesamaan ketinggiannya untuk membentuk garis contour yang kita
inginkan.
32 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
II. TUJUAN PRAKTIKUM
III. PERALATAN
Tripot
Meteran
33 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
Unting-unting Patok/pancang
Payung
➢ Mencari doptis :
𝑑𝑜𝑝𝑡𝑖𝑠 = 〈𝐵𝐴 − 𝐵𝐵〉 × 100
dimana :
35 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
BA=Benang Atas
∆𝐻 = 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
BT = Benang Tengah 𝐻𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘
BB = Benang Bawah
36 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
VII. APLIKASI CONTOUR
Kegunaan gambar peta contour ;
1. Perencanaan tata letak, antara lain
a. Gedung
b. Jalan
c. Jembatan
d. Waduk/DAM
e. Pemetaan misalnya ; hutan, gurun dll
2. Perencanaan Jalan
Peta contour di gunakan untuk menentukan trase/perencanaan lengkung.
3. Cut and fill
Contour bisa digunakan untuk mengetahui keadaan galian maupun
timbunan tanah, serta bisa menghitung volume galian dan timbunan tanah
dari data.
37 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
BAB V
PEMETAAN SITUASI
(SITE PLAN)
I. TEORI
A. Pendahuluan
Pemetaan situasi (site plan) merupakan perkembangan dari denah dimana
pada site plan penggambaran tampak atas dari suatu bentuk bangunan dan daerah
sekelilingnya diukur dengan menggunakan alat pengukur (theodolite) kemudian
digambar menggunakan skala tertentu. Secara umum pemetaan situasi (site plan)
adalah gambaran/ peta rencana peletakan bangunan/ kavling dengan segala unsur
penunjangnya dengan skala batas-batas luas lahan tertentu. Seiring dengan
perkembangan zaman dan teknologi, pemetaan situasi (site plan) semakin
berkembang dan lebih cepat dalam penggambaran dari suatu daerah karena telah
menggunakan pencitraan dari satelit dan alat penunjang lainnya.
Site plan merupakan salah satu bentuk aplikasi dari bab theodolite karena
berkaitan dengan poligoon. Poligoon terbentuk dengan menghubungkan titik pada
ujung awal poligoon dengan sudut jurusan tetap dengan titik pada ujung akhir yang
memiliki sudut jurusan tetap pula. Pada umumnya poligoon dimulai dan diakhiri pada
titik-titik tertentu dan diikat pada kedua ujung dan jurusan yang tertentu. Sebelum
dimulai dengan menghitung koordinat titik poligoon, terlebih dahulu pengukuran
harus diteliti karena untuk menentukan koordinat diperlukan sudut dan jarak.
38 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
C. Penggunaan pengukuran poligoon sudut mendatar
Pengukuran poligoon sudut mendatar dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Cara Reiterasi
Dapat disatukannya beberapa jurusan pada suatu titik tertentu, dimana
teodolit pada titik ini dengan sumbu kesatu tegak lurus dan diletakkan
pada titik ini juga.
b. Cara Repetisi
Pada cara ini tidak langsung ditentukan, misalnya: besarnya suatu sudut,
karena dengan cara ini ditentukan besarnya kelipatan suatu sudut yang
dinamakan repetisi.
III. PERALATAN
Peralatan yang dipakai dalam pengujiaan ini:
a. Theodolite
b. Tripod / statif
c. Unting-unting
d. Baak ukur
e. Segitiga statif
39 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
f. Kompas
g. Jalon
h. Pita ukur
i. Pilox
V. PENENTUAN LUAS
Penentuan luas tergantung pada cara pengukuran daerah dan ketelitian yang
dikehendaki.
Cara-cara penentuan luas adalah sebagai berikut:
1. Penentuan luas dengan menggunakan angka-angka yang menyatakan jarak
Penentuan luas pada suatu daerah dapat dibagi dalam bentuk segitiga dan
trapesium agar dalam pencarian luasnya lebih mudah.
Cara I
Pengukuran dilakukan dengan mengukur unsur-unsur dan menghitung bentuk-
bentuk segitiga dan trapesium dimana bentuk tersebut didapat dengan membuat
suatu garis ukur. Garis ukur dipilih sedemikian rupa, hingga jarak-jarak dari titik-titik
batas ke garis ukur ini kecil dengan tujuan untuk mempermudah pengukuran. Untuk
mencapai ini, sebagai garis ukur diambil garis lurus yang memotong dengan
memanjang daerah yang akan ditentukan luasnya.
Cara II
Menggunakan koordinat-koordinat titi-titik batas daerah yang ditentukan misalnya
dengan mengukur batas daerah tersebut sebagai poligoon yang diukur oleh teodolit
dengan menggunakan suatu titik yang tentu terhadap suatu salib sumbu YOX yang
tentu pula.
40 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
2. Penentuan luas dengan cara setengah grafis
Cara ini menggunakan prinsip sebagai berikut:
o Sebuah segitiga mempunyai alas yang pendek a dan tinggi yang panjang t,
maka luas segitiga = ½ . a . t
o Misalkan pengukuran alas a diliputi oleh kesalahan da dan pengukuran tinggi t
diliputi oleh kesalahan dt, maka L = ½ . (a + da).(t + dt) = ½ . a t + ½ . a dt + ½ .
t da + ½ . da dt, karena suku terakhir adalah hasil dua kesalahan dalam dt yang
kecil, dapat diabaikan dan ditulis L = ½ . a t + ½ . (a dt + t da) sehingga
kesalahan pada luas dL = ½ . (a dt + t da)
✓ Untuk membuat kesalahan dL kecil, diusahakan agar kesalahan yang
diperbanyak dengan angka yang besar dibuat sekecil-kecilnya.
✓ Pada rumus dapat dilihat bahwa suku tersebut adalah t da karena t besar,
kesalahan da pada pengukuran alas yang pendek harus dibuat sekecil-
kecilnya.
3. Penentuan luas dengan cara grafis
Pengukuran luas dengan cara grafis ada beberapa cara yang semuanya
menggunakan alat pengukur luas (planimeter) yang dibuat dari gelas dan pada gelas
tersebut digores berupa garis-garis dengan menggunakan skala tertentu.
4. Penentuan luas dengan cara mekanis-grafis
Pada penentuan luas ini digunakan alat yang dinamakan planimeter. Menurut
bentuknya dapat dibagi dalam dua bagian utama, yaitu:
- Planimeter kutub
- Planimeter roda
Roda ukur merupakan bagian yang penting pada alat ini oleh sebab itu
diusahakan agar roda ukur ini tidak mudah rusak, dengan menempatkan roda ukur
diatas suatu piringan yang halus dan roda ukur bergerak di atas bidang yang halus
ini.
42 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
✓ Lihat titik yang berada tepat dibawah alat dengan menggunakan sentering
optis (adjustment ring) dan tandai titik tersebut dengan penanda.
✓ Setel arah vertikal (zenith), caranya:
▪ Buka sekrup pengunci gerak vertikal teropong (vertical motion clamp).
▪ Setel arah vertikal dengan menaikkan dan menurunkan teropong agar
mendapat sudut 900.
▪ Lihat pada lensa mikrometer apabila arah vertikal sudah tepat pada sudut
tersebut ataupun mendekatinya lalu dikunci.
▪ Apabila sudutnya sudah mendekati dengan sudut yang ditetapkan, setel
dengan menggunakan sekrup penggerak halus vertikal (vertical tangent
clamp) sehingga tepat berada ditengah garis indeks.
43 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
9. Untuk pembidikan yang tidak dapat dijangkau oleh alat pada posisi pertama,
letakkan jalon pada sebuah titik yang dapat dibidik alat pertama guna sebagai
titik penghubung.
10. Bidik titik penghubung tersebut.
11. Pindahkan alat pada posisi kedua.
12. Setel kembali alat.
13. Lakukan pembidikan terhadap titik penghubung dan catat data hasil
pembacaannya.
14. Lanjutkan pembidikan ke titik lainnya. Jika terdapat titik yang tidak dapat dibidik
oleh alat, lakukan prosedur pada point 9 dengan terlebih dahulu membidik titik
penghubung.
44 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
VIII. GAMBAR ALAT
Keterangan: :
45 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
Theodolite SOKKIA TM 1A
pandangan dari samping kanan pandangan dari samping kiri
Keterangan: :
1. Ring fokus objektif. 1. Visir collimator.
2. Ring bantalan lensa okuler. 2. Lensa objektif.
3. Lensa okuler. 3. Sekrup pengatur bacaan horizontal dan vertikal.
4. Penutup koreksi reticle. 4. Nivo tabung.
5. Sekrup pengunci gerak vertikal. 5. Sekrup koreksi nivo tabung.
6. Sekrup pengatur bacaan horizontal 6. Sekrup pengunci penggerak horizontal.
dan vertikal. 7. Nivo kotak.
7. Sekrup gerak halus vertikal. 8. Sekrup pengatur nivo kotak.
8. Pengunci limbus. 9. Plat dasar (statif).
9. Tanda ketinggian alat. 10. Ring fokus objektif.
10. Slot penjepit. 11. Penutup koreksi reticle.
11. Lensa objektif. 12. Ring bantalan lensa okuler.
12. Reflektor cahaya. 13. Ring fokus benang diafragma.
13. Nivo tabung. 14. Lensa okuler.
14. Sekrup pengunci gerak vertikal. 15. Lensa mikrometer.
15. Nivo kotak. 16. Ring fokus mikrometer.
16. Sekrup pengatur nivo kotak. 17. Sekrup pengunci penggerak vertikal.
17. Pelat dasar (statif). 18. Sekrup mikrometer.
19. Sekrup gerak halus vertikal.
20. Sekrup gerak halus horizontal
46 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
Contoh Gambar Site Plan
IX. APLIKASI
Dalam penggunaannya pemetaan situasi (site plan) dipakai oleh seorang engineer
dalam suatu perencanaan bangunan dengan sekelilingnya sehingga didapat nilai
estetika dan orang lain juga mendapatkan kenyamanan (comfortable) dari bangunan
maupun daerah sekeliling bangunan tersebut. Selain itu pemetaan situasi ini juga
dipakai oleh pihak militer untuk mengenal dan mengetahui lokasi dan bentuk dari
sasaran yang dituju.
X. REFERENSI
1. Wongsotjitro, Soetomo.1980. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
2. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah dan Geospasial Departemen Teknik Sipil
USU.
3. Asisten Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Geospasial Departemen Teknik
Sipil USU.
47 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
BAB VI
STAKING OUT
I. Pendahuluan
Staking Out merupakan suatu cara untuk merencanakan suatu bangunan pada
lahan kosong dengan terlebih dahulu mendesain pada sket yang telah ditentukan.
Staking Out biasanya diukur dengan menggunakan alat theodolite digital maupun
manual. Cara pengukurannya biasanya menggunakan metode pengikatan kemuka.
Maksudnya adalah suatu metode pengukuran dan pengolahan data dari dua titik di
lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh satu titik lain dilapangan tempat
berdirinya target yang diketahui koordinatnya. Dalam Ilmu Ukur tanah penentuan
elevasi suatu titik dapat dilakukan dengan mengikatkan pada suatu titik yang sudah
diketahui elevasinya, kemudian dengan menggunakan alat theodolite dapat diketahui
beda tinggi dari kedua titik tersebut. Pembidikan titik dengan menggunakan alat
theodolite memerlukan alat bantu berupa bak ukur maupun reflektor lain yang
diletakkan disuatu titik yang menjadi daerah pemidikan (pembacaan data). Perlu juga
diketahui bahwa penempatan bak ukur tidak dapat diletakkan pada tempat-tempat
yang tinggi. Oleh karena itu, penempatan bak ukur harus diusahakan sedemikian
rupa sehingga pembacaan data pada alat theodolite dapat dilakukan. Melalui
pembacaan data tersebut dapatlah ditentukan tinggi dari titik tersebut. Pengukuran
ketinggian dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti : menggunakan meteran,
menggunakan barometer, menggunakan theodolite/waterpass, dan menggunakan
trigonometri.
Staking Out mempunyai dasar pemetaan. Prinsip dasar pemetaan adalah
pengukuran sudut dan jarak untuk menentukan posisi dari suatu titik. Jika dua sudut
dan satu sisi dari sebuah segitiga diketahui, maka semua sudut dan jarak dari
segitiga tersebut dapat ditentukan. Dengan demikian untuk mendapatkan koordinat
suatu titik dapat dilakukan dengan cara mengukur sudut dan jarak dari titik yang
sudah diketahui koordinatnya. Untuk mendapatkan koordinat dari suatu titik tersebut
maka terlebih dahulu ditentukan posisi horizontal dan vertikalnya.
Penentuan posisi horizontal disini adalah posisi dua dimensi dari suatu objek di
permukaan bumi yang diproyeksikan pada bidang datar. Terdapat tiga metode
penentuan posisi horisontal : Poligon (menentukan posisi titik yang belum diketahui
48 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
koordinatnya), Triangulasi ( menggunakan metode segitiga sama sisi dimana salah
satu sisinya suadah diketahui), dan Trilaterasi ( pengkuran jarak-jarak dari sisi-sisi
segitiga).
Posisi titik-titik dan orientasi garis tergantung pada pengukuran sudut,arah, dan
jarak.
Ada beberapa sistem untuk menyatakan besarnya sudut, diantaranya yaitu :
1. Sistem Seksagesimal
Dalam sistem seksagesimal keliling lingkaran dibagi dalam 360 bagian yang
0
disebut derajad. 1 (1 derajad) = 60’ (60 menit) dan 1’ = 60” (60 detik).
2. Sistem Sentisimal
Dalam sistem sentisimal keliling lingkaran dibagi dalam 400 bagian yang
g c c cc
disebut grade. 1 (1 grade) = 100 (100 centigrade) dan 1 = 100 (100
centicentigrade).
Dalam pekerjaan pengukuran tanah, arah ditentukan oleh sudut arah dan azimut.
Sudut azimut adalah sudut yang dimulai dari arah Utara bergerak searah jarum jam
sampai di arah yang dimaksud. Dan Azimuth suatu garis adalah sudut antara garis
meredian dengan garis tersebut, diukur searah dengan jarum jam, biasanya dari titik
garis antara meredian. Azimut berkisar antara 0 sampai 360° dan tidak memerlukan
huruf-huruf untuk menunjukkan kuadran. Jadi Azimut OA adalah 70°, Azimut OB
145°, Azimut OC 235°, dan Azimut OD 330°. Perlu dinyatakan dalam catatan
lapangan apakah Azimut diukur dari utara atau selatan. Pengkategorian sudut azimut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Absis(+) dan Ordinat(+) maka nilai yang digunakan adalah nilai azimuth yang
didapat
• Absis(+) dan Ordinat(-) maka nilai yang digunakan adalah (1800-sudut A)
• Absis(-) dan Ordinat(+) maka nilai yang digunakan adalah (1800+sudut A)
• Absis(-) dan Ordinat(-) maka nilai yang digunakan adalah (360-sudut A)
49 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
Sudut-sudut dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung sudut diukur di lapangan dengan kompas, theodolit kompas, theodolit biasa
ataupun sextan. Sedangkan secara tidak langsung dapat diukur dengan metode pita,
yang harganya dihitung dari hubungan kuantitas yang diketahui dalam sebuah
segitiga atau bentuk geometrik sederhana lainnya. Sudut yang diukur dalam
pengukuran tanah digolongkan menjadi sudut horizontal dan sudut vertikal. Sudut
horizontal adalah pengukuran dasar yang diperlukan untuk penentuan sudut arah
dan azimut, sementara sudut vertikal untuk penentuan sudut zenith. Sudut zenith
adalah sudut vertikal yang dimulai atau angka nolnya dari arah atas.
Selain berkaitan dengan sudut, Stay On Area juga berkaitan dengan
Pemetaan Situasi. Pemetaan situasi merupakan gambaran/peta rencana peletakan
bangunan dengan segala unsur penunjangnya dengan skala dan luas batas- batas
lahan tertentu.
Pemetaan Situasi berkaitan dengan poligon dimana pada cara pembuatannya
adalah cara pertama untuk menetukan tempat lebih dari satu titik. Pada ujung awal
poligon dibutuhkan satu titik dan sudut jurusan yang tepat. Agar keadaan simetris,
pada ujung akhir dibuat satu titik yang tetap dan diikat pada suatu jurusan tertentu
juga.
Sudut horizontal adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan dua buahgaris
horizontal atau sudut yang diukur pada bidang horizontal.
b. Cara Repetisi
Pada cara ini tidak ;langsung ditentukan, misalnya besarnya satuan sudut,
karena dengan cara ini ditentukan besarnya kelipatan suatu sudut yangdisebut
dengan repetisi. Dengan cara repetisi pengukuran sudut tidak dengan
langsung di tentukan besarnya, karena dengan cara ini sudut ini diteuntukan
besarnya kelipatan n suatu sudut, sehingga besarnya sudut adalah 1/n dari
hasil pengukuran kelipatan n sudut itu . Bilangan n dinamakan repetisi.
Besarnya n tergantung dari ketelitian yang diinginkan.
52 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
Kesalahan sistematis adalah kesalahan yang terjadi karena kesalahan sistem yang
diakibatkan oleh keadaan peralatan dan kondisi alam.
Kesalahan acak adalah kesalahan yang bersifat subjektifitas akibat kesalahan faktor
manusia
Kesalahan besar adalah kesalahan yang diakibatkan oleh operator akibat kesalahan
membaca, menulis dan mendengar nilai-nilai yang diambil dari lapangan
III. Peralatan
Peralatn yang digunakan terdiri dari:
➢ Theodolite
➢ Tripod
➢ Unting-unting
➢ Kompas
➢ Meteran(50m atau 100m)
➢ Jalon/Patok
➢ Levelling/rambu ukur
➢ Mistar mili
➢ Payung
➢ Paku/Spidol
53 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
IV. Prosedur di Lapangan
1. Merencanakan lahan kosong datar yang akan di desain
2. Set alat dan dirikan pada suatu titik bangunan
3. Ukurlah batas-batas bangunan pada sket dengan mistar mili yaituluas dan
keliling bangunan sesuai dengan skala
4. Kemudian plot satu titik di lapangan dengan menggunakan alat theodolite,
kemudian catat beda tinggi titik sebagai titik BM
5. Usahakan titik BM berada pada badan jalan
6. Bidik titik BM dan catatlah sudut α,ᵶ, dan BA, BT, dan BB
7. Desain posisi yang paling baik sesuaikan dengan kondisi lapangan dan juga
sketsa bangunan sebagai titik sudut bangunan yang pertama.
8. Atur sudut dan jarak dengan bantuan mistar pada sket bangunan
9. Tariklah dengan meteran hingga mencapai jarak yang diinginkan
10. Tentukan pembidikan pada titik selanjutnya dengan mengestimasi data antara
sudut, jarak, dan posisi yang tetap
11. Lakukan pemindahahn alat jika dibutuhkan,tetapi sebelumnya bidik terlebih
dahulu titik penghubung
12. Catat hasil dan beda tinggi dan sudut masing-masing sesuai dengan sketsa
13. Masukkan data pada tabel, kemudian olah menjadi data yang fixed.
V. Perhitungan
1. data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah data-data dalam
bentuk benang atas (BA), benang tengah (BT), benang bawah (BB), sudut
azimuth (α), dan sudut zenith (z) untuk setiap titik.
2. dari data tersebut dapat dicari beda tinggi kedua titik:
∆H = ∆H’ ± ∆h” dengan syarat:
(+) bila z < 900
(-) bila z > 900
∆H’ = BTBM – BTbidik / 100 ……………… (m)
∆H” = doptis tg (90-∆z)
3. tinggi alat:
Hbidik = HBM + H
4. jarak optis dapat diperoleh dengan rumus:
doptis = (BAbidik - BBbidik) . sin2 zenith ................... (m)
54 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
5. mencari koordinat titik
Xalat(1) = XBM – doptis . sin α BM
Xjalon = Xalat(1) + doptis . sin α jalon
Xbidik = Xalat + doptis . sin α bidik
Xalat(2) = Xjalon - doptis . sin α jalon
PERHITUNGAN KETINGGIAN
TPx = TP1 + Δh
TP1 adalah ketinggian di titik pesawat
Dimana:
dm = jarak mendatar antara titik A dan B
do = jarak optis antara titik A dan B
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
55 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
BT = Bacaan benang tengah
TAA = tinggi alat
TPA = tinggi patok A
TPB = tinggi patok B
masing-masing diukur dilapangan
V = do sin
VI. LAMPIRAN
a. Sketsa Pembidikan di Lapangan
56 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
b. Dimensi pada lensa okuler
57 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
BAB VII
GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM)
III.1 UMUM
Perkembangan teknologi dapat mempermudah
m a n u s i a d a l a m melakukan aktivitas, salah satunya adalah
d e n g a n p e n g g u n a a n G P S y a n g berguna untuk menentukan posisi
suatu daerah dengan bantuan satelit. GPS (Global Positioning System)
adalah system navigasi menggunakan 24 satelitMEO (Medium Earth Orbit
atau Middle Earth Orbit) yang mengelilingi bumi dan penerima-penerima di
bumi. Satelit mengorbit pada ketinggian sekitar 12.000 mil di atas bumi
dan mampu mengelilingi bumi dua kali dalam 24 jam. Satelit GPS secara
kontinu mengirimkan sinyal radio digital yang mengandung data lokasi
satelit dan waktu pada penerima yang berhubungan. Satelit GPS
dilengkapi dengan jam atom dengan ketetapan satu per satu detik.
Berdasarkan informasi ini stasiun penerima mengetahui berapa lama waktu
yang digunakan untuk mengirim sinyal sampai ke penrima mengetahui bahwa
satelit terletak pada posisi tertentu pada permukaan bola imaginer
yang berpusat di satelit. Dengan menggunakan 3 satelit, G P S d a p a t
menghitung lintang dan bujur penerima berdasarkan
perpotongan ketiga bola imaginer. Dengan menggunakan 4 satelit dapat juga
ditentukan ketinggian. GPS dikembangkan dan dioperasikan oleh
departemen pertahanan Amerika, asalnya dikenal dengan NAVSTAR (
Navigation System W i t h T i m i n g A n d R a n g g i n g ) . S e b e l u m u n t u k
keperluan yang lebih luas digunakan untuk menyediakan
kemampuan navigasi sepanjang waktu dan dalam segala cuaca untuk
militer, darat, laut, dan angkatan udara, disamping untuk navigasi dan
penentuan posisi geografis, dapat juga digunakan untuk pemetaan,
kehutanan, eksplorasi mineral, pengawasan perpindahan penduduk.
GIS ( Geografic Information System) adalah suatu
hardware atau s o f t w a r e s y s t e m y a n g
m e m b i a r k a n p a r a p e m a k a i u n t u k
memasang, mengintegrasikan, query dan memetakan dengan leluasa
58 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
mengacu informasi. Dengan adanya GIS para pemakai dapat dengan cepat
berkombinasi lapisan peta untuk memetakan perspektif, query atribut dan
mengkakulasikan jarak.
GPS banyak digunakan untuk kepentingan sipil dan
m i l i t e r s e p e r t i pemetaan dan survey.
Adapun tipe-tipe dari GPS adalah :
1. GPS Geodetik
GPS ini memiliki ketelitian yang tinggi dikarenakan
G P S i n i d a p a t mengukur koordinat suatu titik dengan titik lain
dengan jarak yang cukup dekat kira-kira radius 1 meter. Contohnya
Topcon, Leica, Astech, Trimbleseri 4000. dan lain-lain.
2. GPS Navigasi
GPS ini memiliki ketelitian yang cukup tinggi dengan jarak yang
dapat d i j a n g k a u a d a l a h k i r a - k i r a r a d i u s 5 - 1 5 m . c o n t o h d a r i
G P S i n i a d a l a h Trimble Ensign, Trimble Pathfinder, Garmin, Sony dan
sebagainya.
59 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
3. System Informasi Geografis
Untuk keperluan system informasi geografis, GPS setting juga
diikutsertakan dalam pembuatan peta, seperti mengukur jarak perbatasan,
referensi pengukuran
4. Pelacak Kendaraan
Kegunaan lain GPS sebagai pelacak kendaraan dengan bantuan GPS
pemilik kendaraan / pengelola armada bisa mengetahui ada dimana saja
kendaraannya / asset bergeraknya berada saat ini.
5. Pemantau Gempa
Bahkan saat ini GPS dengan ketelitian tinggi bisa digunakan untuk
memantau pergerakan tanah, yang ordenya hanya mm dalam setahun.
Pemantauan pergerakan tanah berguna untuk memperkirakan terjadinya
gempa, baik pergerakan vulkanik ataupun tektonik.
63 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
12. Untuk menghitung luas dari daerah yang terbentuk polygon tertutup, harus
menggunakan software sendiri.
∆H = Za – Zb
65 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
Kesimpulan
GPS, singkatan dari Global Positioning System (Sistem Pencari Posisi
Global), adalah suatu jaringan satelit yang secara terus menerus memancarkan
sinyal radio dengan frekuensi yang sangat rendah.
Sebetulnya GPS adalah suatu sistem yang dapat membantu kita mengetahui
posisi koordinat dimana kita berada. Sedangkan untuk menerima sinyal yang
dipancarkan oleh GPS, kita membutuhkan suatu alat yang dapat membaca sinyal
tersebut. Yang biasa kita sebut sebagai GPS adalah sebenarnya merupakan alat
penerima. Karena alat ini dapat memberikan nilai koordinat dimana ia digunakan
maka keberadaan GPS merupakan terobosan besar bagi SIG.
66 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
BAB VIII
TOTAL STATION
67 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
68 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
TAMPILAN LAYAR
Instrumen menggunakan layar LCD dot matrix memiliki 160x64 dot dengan lampu latar.
LCD yang digunakan memiliki empat baris dan 20 karakter untuk setiap baris.
Tiga baris pertama berisikan data hasil pengukuran termasuk atributnya sedangkan
baris keempat berisikan tombol-tombol fungsi yang berubah sesuai dengan mode
pengukuran yang ditampilkan.
Mode Pengukuran Sudut
Keterangan :
Bacaan sudut vertikal : 9010’20ฝ
Bacaan sudut horizontal Kanan : 17030’40”
Keterangan :
Bacaan sudut horizontal kanan : 12030’40ฝ
Bacaan jarak mendatar : 65,432 m
Bacaan beda tinggi terhadap posisi instrumen : 12,345 m
HD Jarak mendatar
SD Jarak miring
N Unsur koordinat N
E Unsur koordinat E
Z Unsur koordinat Z
69 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
FUNGSI TOMBOL
70 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
MODE PENGUKURAN SUDUT
71 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
MODE PENGUKURAN JARAK
72 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
MODE PENGUKURAN KOORDINAT
73 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
MODE TOMBOL BINTANG
74 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U
75 | L a b o r a t o r i u m I l m u U k u r T a n a h - F T U S U