Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah yang diperkirakan
ada sekitar abad 8 M. Pada masa kolonial, kota Semarang tumbuh menjadi kota
dagang yang besar sehingga memajukan perekonomian saat itu. Perdagangan di kota
Semarang tak lepas dari adanya pelayaran kapal- kapal dagang yang masuk dan
keluar membawa berbagai komoditas ke Semarang. Pelayaran kapal- kapal dagang
saat itu tak lepas dari peranan pelabuhan Boom Lama yang menjadi pusat kendali
dalam melakukan dari dan ke Semarang.

Eksistensinya sebagai kota dan pelabuhan dagang baru dimulai diketahui


sejak zaman VOC Belanda abad ke – 17 dan 18. Sampai pada akhir pertengahan
pertama abad 19, apa yang disebut dengan pelabuhan Semarang masih merupakan
pelabuhan muara dari Kali Lama atau Kali Semarang yang dibangun tanggul pada
tepi kiri dan kanannya (barat dan timur). Namun demikian dari segi fungsinya,
terutama sejak dilaksanakannya kultuurstelsel, pelabuhan Semarang semakin
menampakan perannya sebagai pelabuhan ekspor bagi produk – produk agraris dari
daerah pedalaman (hinterland) yang laku di pasaran Eropa. Peran itu menjadi
semakin menignkat sejalan dengan pembangunan jaringan transportasi, khususnya
kereta api antara kota pelabuhan Semarang dengan daerah –daerah pedalaman Jawa
Tengah.

Boom Lama merupakan istilah untuk menyebut pelabuhan lama di Semarang.


Pada masa lampau pelabuhan ini merupakan pusat pelayaran dan pengiriman barang
dari dan ke Semarang. Keberadaan semarang sebagai pelabuhan atau kota pelabuhan
sudah diketahui sejak abad ke-8, yaitu ketika Semarang merupakan bandar utama dari
kerajaan Mataram kuno yang pusat pemerintahannya di Medang Jawa Tengah. Pada
zaman Belanda abad ke-20 pelabuhan Semarang sudah sedemikian rupa berkembang

1
2

sehingga menjadi pelabuhan terbesar ketiga di Jawa sesudah tanjung priok dan
Surabaya.

Keadaan Boom Lama pada saat ini sudah tidak berfungsi sebagaimana
kejayaan pelabuhan ini pada masa kolonial. Namun, pada dasarnya Boom Lama
merupakan salah satu tempat yang sangat berpengaruh pada kota Semarang sehingga
layak dijadikan salah satu ikon di Kota Semarang.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa Boom Lama menjadi bagian penting dalam kemajuan kota
Semarang pada terutama masa kolonial?
2. Bagaimana cara mempromosikan Boom Lama sebagai ikon kota
Semarang?

C. Tujuan
1. Menjelaskan bagaimana sejarah Boom Lama.
2. Mempromosikan dan memperkenalkan Boom Lama sebagai destinasi
wisata bahari di Semarang.

D. Manfaat
Untuk umum:
Menjadikan Boom Lama sebagai salah ikon kota Semarang serta menjadi
destinasi wisata bahari.
Untuk khusus:
Memperkaya pengalaman penulis dalam melakukan sebuah penelitian serta untuk
memenuhi tugas akhir mata kuliah sejarah terapan.

E. Luaran
Laporan ini diharapkan mampu membawa manfaat bagi semua pihak khususnya
masyarakat kota Semarang dengan terwujudnya pelabuhan Boom Lama
Semarang sebagai ikon dan destinasi wisata bahari di Semarang. Penulis
mengharapkan hasil laporan tertulis ini nantinya dapat menjadi salah satu bahan
pertimbangan dalam pengembangan Boom Lama sebagai destinasi wisata bahari
di Semarang.

F. Sistematika Penulisan
3

Dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan, maka hasil dari kegiatan tersebut
akan dituliskan dalam sebuah laporan, dengan sistematika yang telah dirancang dan
terbagi menjadi lima bab.
Bab I berisikan pendahuluan yang memuat latar belakang penelitian dan tujuan
penulisan laporan ini. Di dalam bab I juga akan disebutkan beberapa rumusan
masalah sebagai inti persoalan.Terdapat juga sub-bab lain yaitu tujuan, dan manfaat.
Tujuan apakah yang ingin dicapai pada penelitian, serta manfaat apa yang dapat
dihasilkan melalui penelitian yang dilakukan.
Bab II menjelaskan tinjauan pustaka yang digunakan oleh penulis dalam
mengkaji permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam penelitian tentang Boom
Lama Semarang. Salah satu diantaranya adalah buku dari Dr. agustinus Supriyono,
Buruh Pelabuhan Semarang; pemogokkan- pemogokkan pada zaman colonial
Belanda, revolusi dan republic 1900-1965
Bab III menjelaskan metode yang digunakan penulis dalam melakukan tahapan-
tahapan penelitian yang menyertai pengumpulan data, verifikasi data, serta tahapan
yang terakhir adalah penulisan laporan hasil penelitian.
Pada bab IV, berisi tentang sejarah pelabuahan Boom lama Semarang serta
bagaimana peran dan kontribusi Boom Lama dalam memajukkan perekonomian kota
Semarang. Dalam bab ini akan dijelaskan pula Output atau gagasan yang dihasilkan
untuk mempromosikan Boom Lama sebagai destinasi wisata bahari kota Semarang
yaitu melalui kegiatan Semarang Maritime Fest dan pembuatan booklet Boom
Lama.
Bab V sebagai bab terakhir, adalah berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan
dengan hasil analisis dari praktek penelitian, terutama pada pengembangan Boom
Lama sebagai destinasi wisata bahari di Kota Semarang.
Jika dituliskan dalam sebuah daftar, rancangan sistematika penulisan laporan
adalah sebagai berikut:
1. BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Luaran
F. Sistematika Penulisan
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4

3. BAB III METODE PENELITIAN


4. BAB IV: Mempromosikan Boom Lama sebagai Destinasi wisata
bahari di kota Semarang

A. Boom Lama
1. Sejarah Boom Lama
B. Output dan Gagasan Mempromosikan Boom lama
1. Semarang Maritime fest
2. Booklet Boom Lama
5. BAB V: PENUTUP
A. Simpulan
B. Kritik dan Saran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini menggunakan sumber-sumber pustaka yang relevan sehingga


dapat dimanfaatkan sebagai landasan penelitian. Sumber-sumber pustaka yang
digunakan antara lain:

1. Buku dari Dr. Agustinus supriyono berjudul BURUH PELABUHAN


SEMARANG; pemogokan-pemogokan pada zaman kolonial Belanda,
revolusi dan republic 1990- 1995. Buku ini memuat tentang kegiatan yang
ada di pelabuhan Semarang yang secara khusus membahas tentang
pemogokan Buruh dari zaman kolonial hingga masa republik. Di dalam
buku ini juga menjelaskan berbagai aspek kehidupan pelabuhan di masa
5

kolonial juga keadaan fisik pelabuhan Boom lama saat itu. Tulisan dari Dr.
Agustinus Supriyono ini merupakan sumber utama dalam penulisan
laporan ini.
2. Semarang City Books, kompilasi dari penulis Bouke Billiet, Candra
Dewi, Dadang Pribadi, Gustaaf Peek, Triyanto Triwikromo, Tubagus P.
Buku ini merupakan kompilasi cerita tentang serba- serbi kota Semarang.
Peneliti menggunakan buku ini sebagai informasi tambahan dalam
menggali aspek penelitian.

BAB III
METODE PENELITIAN

1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi : Boom lama Semarang
Waktu Penelitian : 2 bulan
2. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang saling terkait, yakni Boom Lama
serta fungsinya itu sendiri terhadap perkonomian kota Semarang.
3. Metode pengambilan data
Pada penelitian ini, metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode penelitian kualitatif yang meliputi empat langkah,yaitu Observasi
6

dan interview, Verifikasi Data, Reduksi Data, Laporan penelitian1 dengan pengertian
sebagai berikut:
a. Pengumpulan sumber dilakukan dengan melakukan observasi dan interview.
Observasi merupakan kegiatan yang paling utama dalam sebuah penelitian.
Kegiatan mengamati objek yang menjadi bahan penelitian secara langsung yaitu
dengan mengambil berbagai data fotografi sebagai data primer yang akan diolah
pada output. Interview sendiri merupakan wawancara terhadap narasumber yang
memiliki informasi terkait dengan penelitian. Narasumber utama dalam
penelitian ini adalah Dr. Agustinus Supriyono sebagai akademisi yang memiliki
keahlian dalam sejarah pelabuhan Semarang.
b. Verifikasi Data merupakan pemeriksaan dan pengkajian tentang keabsahan
suatu data baik berupa laporan, maupun pernyataan yang diperoleh seorang
peneliti pada saat melakukan observasi, interview, dan kepustakaan yang sesuai
dengan penelitian ini. Dalam hal ini peneliti melakukan koroborasi data antara
data yang didapatkan dari lapangan maupun data pustaka apakah itu otentik serta
kredibel untuk dijadikan bahan penyusun laporan.
c. Reduksi Data merupakan proses pememilihan hal-hal yang saling terkait
dalam penelitian sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dalam
pengumpulan data. Selain interview, juga dilakukan reduksi atau pemilihan
sumber- sumber gambar yang didapat, yang dianggap baik dan relevan sehingga
dapat dijadikan sebagai output penelitian.
d. Penulisan laporan penelitian merupakan langkah terakhir dalam sebuah
penelitian yang hasilnya adalah laporan suatu penelitian dan artikel yang bersifat
deskriptif analitis.
4. Jadwal Penelitian
Bulan Ke-
Kegiatan 1 2
1 2 3 4 1 2 3 4
Penentuan Tema dan Judul

1 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya), hlm.15-247.
7

Penyusunan Proposal
Persiapan dan Perijinan
Pengumpulan Sumber
Observasi Lapangan
Verifikasi dan Reduksi Data
Penyusunan Laporan

BAB IV
HASIL DAN PEMECAHAN MASALAH

A. Hasil Penelitian
1. Sejarah dan Peranan Boom Lama
Menurut sumber literatur, informasi keberadaan semarang sebagai pelabuhan
atau kota pelabuhan sudah diketahui sejak abad ke-8, yaitu ketika Semarang
merupakan bandar utama dari kerajaan Mataram kuno yang pusat pemerintahannya di
Medang Jawa Tengah. Pada zaman Belanda abad ke-20 pelabuhan Semarang sudah
sedemikian rupa berkembang sehingga menjadi pelabuhan terbesar ketiga di Jawa
sesudah tanjung priok dan Surabaya. Sehubungan dengan hal itu diperlukan sejumlah
besar buruh atau kuli pelabuhan yang dipekerjakan dalam aktivitas bongkar-muat.
Sudah sejak abad 10, kota – kota pelabuhan di sepanjang pantai utara Jawa
Tengah dan Jawa Timur merupakan pemasok komoditi beras, garam, kayu, kapas,
tekstil, gula Jawa dan sebagiannya untuk pasaran pulau – pulau di Nusantara
termasuk Malaka, yang dihasilkan dari daerah – daerah pedalaman. Sementara para
8

pedagang dari india komoditi tekstilnya dan dari Cina dengan keramiknya
menemukan pasarnya di kota – kota pelabuhan tersebut.2
Seperti telah disebutkan di atas bahwa sejak abad 8 di Semarang telah terdapat
pelabuhan, yang merupakan bandar utama dari kerajaan Mataram kuno. Hanya saja
pelabuhan, yang merupakan bandar utama dari kerajaan Mataram kuno. Hanya saja
pelabuhan Semarang pada waktu itu masih berlokasi pada kaki bukit Candi, karena
kota Semarang bawah pada masa itu masih merupakan bagian dari laut Jawa atau
teluk yang menjorok ke daratan sampai ke suatu tempat yang sekarang di kenal
dengan nama Bergota. Oleh karena itulah pelabuhan Semarang pada waktu itu tidak
lain adalah pelabuhan Bergota. Bagi Mataram kuno, pelabuhan Bergota sangat
penting artinya bagi pengembangan ekonomi kerajaan, sehingga Mataram pada waktu
itu bisa berkembang menjadi kerajaan Hindu terbesar di Jawa. Bahkan kemunduran
kerajaan itu pada akhirnya juga sebagai akibat semakin tidak berfungsinya pelabuhan
Bergota, oleh karena pengendapan lumpur yang semakin mendangkalkan perairan
pelabuhan, terutama yang dibawa oleh aliran sungai terbesar pada waktu itu yaitu
Kaligarang.
Dengan mengacu pada konsep ekonomi yang lebih menempatkan pelabuhan
sebagai tempat tukar-menukar atau keluar-masuknya barang – barang komoditi antara
hinterland (daerah pedalaman) dengan foreland (daerah seberang), pelabuhan
Semarang bisa dikategorikan sebagai pusat aktivitas perdagangan impor-ekspor Jawa
Tengah pada umumnya dan kota Semarang pada khususnya, dengan daerah – daerah
atau bahkan negeri – negeri di luarnya.
Daerah hinterland yang paling dekat dengan pelabuhan adalah kota dimana
pelabuhan itu berada, yang dalam hal ini adalah kota pelabuhan semarang. Daerah –
daerah hinterland di luar kota Semarang meliputi wilayah yang luas yaitu sebagian
besar daerah – daerah yang termasuk dalam wilayah Jawa Tengah. Hanya saja tidak
bisa dibuat batasan wilayah yang tegas sejauh mana keluasan daerah hinterland
2Agus Supriyono, BURUH PELABUHAN SEMARANG; pemogokan-pemogokan
pada zaman kolonial Belanda, revolusi dan republik 1990- 1995, (Yogyakarta :
2007), hlm. 72.
9

Semarang tersebut. Yang bisa diketahui hanyalah bahwa dari daerah – daerah
hinterland tersebut banyak diangkut komoditi ekspor ke pelabuhan dan sebaliknya
komoditi impor dari pelabuhan ke daerah – daerah hinterland. Disamping itu letak
pelabuhan Semarang adalah di antara dua pelabuhan yang besar yaitu Tanjung Priok
(Batavia) di sebelah barat dan Surabaya di sebelah Timur. Di antara Tanjung Priok
dan Semarang masih terdapat 2 pelabuhan kecil yaitu Cirebon dan Tegal, sedangkan
di bagian Selatan Jawa Tengah teradapat pelabuhan Cilacap. Oleh karenanya ada
kemungkinan bahwa sebagian produk – produk ekspor di wilayah yang terjauh dari
pelabuhan Semarang di ekspor melalui pelabuhan – pelabuhan itu.
Secara fisik Semarang bukan merupakan pelabuhan samudra, akan tetapi dari
segi fungsinya, merupakan tempat aktivitas pelayaran dan perdagangan, baik yang
bersifat internal (antar pulau) maupun yang eksternal (internasional). Akan dibahas
terlebih dahulu adalah aktivitas pelayaran dan pergangan antar pulau, yang
jangkauannya terbatas antar pelabuhan – pelabuhan atau daerah – daerah dan pulau –
pulau yang termasuk dalam wilayah Hindia Belanda, atau yang sesudah proklamasi
17 Agustus 1945 menjadi wilayah Republik Indonesi. Intensitas pelayaran ini pada
masa kolonial dapat diketahui dari adanya kapal – kapal termasuk dengan muatannya.
Sebagian pelabuhan dan kota pelabuhan, Semarang memang sudah dukenal
sejak zaman raja – raja pra kolonial. Namun demikian eksistensinya sebagai kota dan
pelabuhan dagang baru dimulai diketahui sejak zaman VOC Belanda abad ke – 17
dan 18. Sampai pada akhir pertengahan pertama abad 19, apa yang disebut dengan
pelabuhan Semarang masih merupakan pelabuhan muara dari Kali Lama atau Kali
Semarang yang dibangun tanggul pada tepi kiri dan kanannya (barat dan timur).
Namun demikian dari segi fungsinya, terutama sejal dilaksanakannya kultuurstelsel,
pelabuhan Semarang semakin menampakan perannya sebagai pelabuhan ekspor bagi
produk – produk agraris dari daerah pedalaman (hinterland) yang laku di pasaran
Eropa. Peran itu menjadi semakin menignkat sejalan dengan pembangunan jaringan
transportasi, khususnya kereta api antara kota pelabuhan Semarang dengan daerah –
daerah pedalaman Jawa Tengah.
10

Pada awal abad ke – 20 atau setidak – tidaknya sampai dengan sebelum


terjadinya krisis ekonomi tahun 1930, peranan pelabuhan Semarang menjadi
semakim penting sejalan dengan meningkatnya pelayaran dan perdagangan ekspor –
impor melalui pelabuhan itu. Sementara nilai dan volume ekspor yang senantiasa
lebih besar daripada impor menunjukan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada
umumnya dan kota Semarang pada khususnya. Namun demikian sejak terjadinya
krisis ekonomi dunia tahun 1930 aktivitas peradagangan ekspor – impor juga
mengalami penurunan dan belum pulih kembali sampai berakhirnya pemerintahan
kolonial Belanda di Indonesia.
Pada satu sisi pertumbuhan ekonomi kota Semarang sebelum krisis itu
mendorong berkembangnya sektor perdangangan \, industri menufaktur dan jasa,
tetapi pada sisi lain menjadi daya tarik utama bagi pergerakan penduduk tani dari
desa- desa di sekitarnya untuk mencari pekerjaan atau nafkah di kota (urbanisasi).
Sebagai konsekwansinya adalah semakin menigkatnya pertumbuhan masyarakat
buruh di kota Semarang dengan berbagai difrensiasi kerjanya. Salah satunya di
antaranya adalah buruh pelabuhan yang akan menjadi bahasan utama dalam disertasi
ini.

Perkembangan Fisik Pelabuhan


Walaupun pada zaman raja – raja pra – kolonial sudah ada informasi
keberadaan bandar – bandar atau pelabuhan – pelabuhan di Jawa, akan tetapi
gambaran secara fisik mengenai hal itu pada umunya baru ada atau berasal dari
sumber Portugis (abad16/17) dan Belanda abad 17 dan seterusnya. Dari sumber
Portugis misalnya bisa diperoleh mengenai kota pelabuhan Kasultanan Banten tahun
1560an. Sementara itu sumber – sumber Belanda jauh lebih banyak memberikan
informasi mengenai pelabuhan – pelabuhan di Jawa. Pada abad 18 pelabuhan –
pelabuhan di Jawa pada umumnya tidak lebih dari dermaga – dermaga alami terbuka
pada suatu teluk atau muara sungai yang relatif aman untuk berlabuh kapal atau
perahu. Dermaga – dermaga semacam itu tidak lebih dari sebidang dataran tanah
yang agak tinggi di tepi muara sungai. Pada pelabuhan – pelabuhan semacam itu
11

belum ada fasilitas dok atau gudang tertutup seperti pelabuhan masa kini. Disamping
itu karena terjadinya pendangkalan yang terus – terusan oleh Lumpur yang dibawa
sungai – sungai, biasanya di depana pelabuhan muara muncul pulau – pulau kecil
yang disebut dengan istilah beting atau gosong Sementara itu perairan pantai laut
Jawa pada umumnya dangkal, sehingga kapal – kapal Eropa atau jung – jung Cina
harus membuang sauh pada jarak tertentudari garis pantai. Demikianlah pelabuhan
muara Kali Semarang pada abad 18 yang lebarnya kira – kira 240 kaki, sudah
dirintangi dengan beting, sehingga pada saat air pasang surut perahu sampanpun
mengalami kesulitan untuk bisa masuk ke muara.
Sampai pada akhir pertengahan peratama abad 19, apa yang disebut dengan
pelabuhan Semarang masih merupakan pelabuhan muara dari Kali Lama atau Kali
Semarang yang dibangun tanggul pada tepi kiri dan kanannya (barat dan timur). Di
tempat itulah belangsung aktivitas perdangangan antara penduduk setempat dengan
pedagang – pedagang dari luar daerah atau luar Jawa yang datang dengan perahu –
perahu layar tradisional. Pengolahan pelabuhan secara komersial baru dilaksanakan
dalam rangka eksploitasi kolonial Hindia Belanda, yaitu dengan dibangunnya gedung
kantor tol pada tahun 1850 yang lazim disebut dengan istilah boom. Bagnunan itu
adalah semacam post douane (pos bea cukai), yang letaknya kurang lebih 2 km dari
muara kali Semarang dan mempunyai fungsi sebagai tempat pemeriksaan umum
perahu – perahu atau kapal dengan muatannya yang lewat. Untuk pemeriksaan dan
penimbunan barang – barang yang dibawa perahu – perahu tersebut lebih ke hulu lagi
dan lebih dekat dengan kota Semarang lama terdapat sebuah bangunan yang di sebut
dengan istilah Groote Boom (Boom Besar), yang tetap difungsikan sampai tahun
1910an.
Sehubungan dengan semakin besarnya volume peradagangan melalui
pelabuhan Semarang, maka kapasitas pelabuhan muara itu tidak mampu lagi
menampung lalu lintas perahu dan barang. Oleh karena itu pada tahun 1854 dibangun
pelabuhan yang lebih dekat dengan laut, yaitu dengan cara menggali sebuah kanal
atau terusan. Pelabuhan kanal itu dikemudian hari dikenal dengan nama Nieuw
Havenkanaal, dan yang dalam masyarakat Semarang dikenal dengan nama Kalibaru.
12

Pelabuhan kanal itu mempunyai kedalaman 1.80 m di bawah rata –rata terendah
pasang surut air laut. Panjang kanal pelabuhan secara keseluruhan 1.180 m, lebar
antara kedua dinding pangkalan berlabuh 23 M sedang jarak antara tanggul barat dan
timur 65 m. Antara pelabuhan Kalibaru denga kali (sungai) Semarang dihubungkan
oleh sebuah bangunan pintu air (schutsluis), sehingga pelabuhan kanal Kalibaru
tampak seperti cabang sungai Semarang yang lebih dekat dengan ke laut. Disamping
itu di dekat muara Kalibaru dibangun Kleine Boom (Boom Kecil) sebagai post
pemeriksaan perahu – perahu atau kapal kapal yang datang dan berangkat dan sebuah
katrol (derek atau pengangkut barang) berkekuatan 25 ton.
Oleh karena hanya memiliki kedalaman kurang 2 meter, hanya kapal – kapal
atau perahu – perahu dengan tonase maksimal 500 ton bisa masuk menyusur kanal
Kalibaru sampai ke Boom Besar. Untuk kapal – kapal dengan tonase yang lebih besar
harus bersandar di laut sejauh sekitar 3 -4 mil laut dari garis pantai. Untuk selanjutnya
bongkar muat dilakukan dengan menggunakan jasa perahu tongkang yang ditarik atau
tanpa di tarik dengan kapal penghela (sleepboot) menyusur kanal Kalibaru. Dengan
demikian keberadaan armada perahu – perahu tongkang dengan sejumlah buruhnya,
merupakan keharusan yang diperlukan dalam melakukakn kegiatan bongkar muat
dari kapal – kapal besar yang berlabuh di tengah laut ke dermaga Kalibaru dan
sebaliknya.
Secara fisik Semarang menduduki tempat ketiga. Apabila komplek pelabuhan
Semarang hanya meliputi luas 13,5 hektar dengan kedalaman rata – rata pelabuhan
dalam 2,8 m, maka secara beruturut- turut pelabuhan Tanjung Priok 140 hektar dan
12 meter, sedangkan Surabaya lebih dari 80 hektar dan 9 meter.3
Pada garis besarnya pelabuhan perahu Semarang terdiri dari 6 bagian pokok
yaitu :
1. Pelabuhan depan (voorhaven)yang langsung berhadapan denga
perairan pelabuhan.
2. Pelabuhan dalam 1 (binnenhaven 1) yang dilengkapi dengan dermaga
atau pangkalan berlabuh.
3. Pelabuhan dalam 2 yang juga dilengkapi degan dermaga.
3ibid., hlm. 71.
13

4. Pelabuhan nelayan (vissershaven).


5. Pelabuhan kanal atau Kalibaru Timur.
6. Jalan masuk pelabuhan (haven toegang), yang di sebelah baratnya
dilengkapi denga pier (tanggul penahan dan pemecah ombak).
Untuk menimbun barang – barang yang datang dari luar negeridan yan akan
didistribusikan lagi ke berbagai daerah di Jawa atau di luar Jawa, maka dibangun lagi
2 gudang transit (entrepot) yang bernomer HW 15 dan HW 16. Pada tahun 1920 juga
dilakukakn pembuatan atau pengerukan kanal baru yang dikenal dengan nama Kanal
Timur (Oost Kanaal), yang letaknya pada tanggul bagian timur dari pelabuhan yang
baru. Kemudian pada bagian tanah yang menjorok ke laut atau ujung (land tong) yang
terletak antara kanal Kalibaru dan pelabuhan baru dibangun dermaga atau pangkalan
khusus berlabuh untuk perahu penumpang dan juga Boom Kecil (Kleine Boom)yang
berfungsi sebagai pos douane bagi penumpang kapal yang baru datang di pelabuhan
Semarang. Bahkan dalam perkembangannya, yaitu pada tahu 1921 Boom Kecil itu
juga difungsikan sebagai pos Douane untuk barang – barang yang masuk, sehingga
boom yang lama atau Boom Besar (Grote Boom) tidak dipergunakan lagi. Sejak saat
itu pula lalu lintas perahu – perahu nelayan, ditutup atau tidak diijinkan lagi.

Manajemen Pelabuhan.
Informasi mengenai adanya penyelenggaraan manajemen pelabuhan
Semarang pada zaman kolonial Belanda pertama – tama dapat diketahui dari adanya
kantor tol atau boom yang dibangun pada tahun 1850. Kantor itu mempunyai fungsi
sebagai pos douane, yaitu tempat pemeriksaan perahu – perahu atau kapal – kapal
beserta muatannya baik yang masuk atau kelauar pelabuhan. Boom terbaru yang
dibangun pada tahun 1910 terkenal dengan sebutan boom kecil , menggantikan boom
lama atau boom besar yang terletak di pelabuhan lama muara kali Semarang. Sampai
tahun 1913 eksploitasi pelabuhan Semarang masih relatif sederhana atau kurang
efisien. Dinas terpenting yang ada di pelabuhan adalah sebagai berikut:
a. De dienst van den waterstaat en ‘s-lands burgerlijke openbare
werken (dinas pekerjaan umum, pemeliharaan jalan, jembatan,
tanggul dan lain – lain) di pelabuhan Semarang dinas ini
14

mempunyai tugas membangun dan memelihara obyek – obyek


pelabuhan, termasuk pengoperasian stoomkraan (derek mesin uap)
berkekuatan 25 ton yang ada di pelabuhan. Pada waktu itu
pemeliharaan penerangan di pelabuhan menjadi tanggungan
Gemeente.
b. Dienst scheepvaart (dinas pelayaran) dan In – en
uitvoerrechten (pajak impor – ekspor) dan accijnzen (cukai). Dinas
pelayaran ini misalnya memberi tugas kepada sahbandar
(havenmeester) pengaturan lalu lintas dan tempat berlabuh kapal –
kapal.4
Oleh karena terdapat instansi pemerintah maupun swasta yang berkepentingan
dalam pengelolaan dan pengusahaan pelabuhan, maka diperlukan wadah yang
menjembatani kepentingan – kepentingan tersebut agar bisa dilakukakn pengelolaan
secara integral. Di pelabuhan Semarang dan pelabuhan – pelabuhan besar laiinya di
Hindia Belanda kemudian didirikan apa yang disebut dengan Commissie van
Bijstand. Lembaga ini berfungsi sebagai semacam dewan musyawarah dan
pertimbangan dalam pengembangan pelabuhan.5 Komisi itu di ketuai oleh direktur
pelabuhan, sedangkan anggota – anggotanya bisa terdiri dari:
1. Havenmeester (sahbandar)
2. Pegawai tinggi (senior)dari dinas impor-ekspor dan cukai.
3. Dewan lokal (Raad Gemeente) dimana suatu pelabuhan itu berada.
4. Tiga orang yang ditunjuk Gubernur Jendral yang merupakan
perwakilan dari perusahaan dagang dan pelayaran besar.
5. Lembaga/ perusahaan yang berkaitan dan berkepentingan langusung
dengan pelabuhan, misalnya dari perusahaan kereta api.
6. Hal yang sama dari perseroan terbatas (PT) atau firma asing, sejauh
berkebangsaan Belanda.

Berbagai pendapatan dari pengoperasian pelabuhan yang dikelola oleh kantor


Douane Semarang dari Departement Financien (departemen keuangan) adalah berasal
4ibid., hlm. 64.

5ibid., hlm. 37.


15

dari aktivitas pelayaran, perdagangan dan lain – lainnya. Pendapatan itu terdiri dari
berbagai pajak yaitu pajak impor-ekspor, statistik untuk impor, statistik untuk ekspor,
segel atau materai statistik, uang barang masuk, uang barang keluar, segel barang
masuk dan keluar, cukai gula, cukai tembakau, cukai korek api, cukai minyak bumi,
persewaan gudang, lain-lain. Dari berbagai pendapat itu yang terbesar adalah berasal
dari pajak impor, kemudian disusul dengan pajak ekspor.
Seperti halnya pelabuhan – pelabuhan yang lain pada umumnya, pelabuhan
Semarang secara fisik berfungsi sebagai tempat yang aman untuk berlabuh kapal –
kapal, dan secara ekonomis sebagai tempat tukar – menukar atau keluar – masuknya
barang – barang komoditi antara hinterland (daerah pedalaman) dengan foreland
(daerah seberang). Demikian juga di pelabuhan itu juga dipekerjakan atau bekerja
sejumlah besar kuli atau buruh pelabuhan dalam aktivitas bongkar-muat. Namun
demikian pelabuhan dan buruh pelabuhan Semarang juga memiliki karakternya
sendiri yang berbeda dengan pelabuhan – pelabuhan dan buruh – buruh pelabuhan
lainnya di Hindia Belanda (Indonesia). Hal itu pertama – tama dapat diketahui dari
kondisi fisik pelabuhan, yang hanya merupakan pelabuhan pantai, dan hanya bisa
disinggahi oleh kapal – kapal kecil dengan tonase maksimal 500 ton. Sebagai
konskwensinya kapal – kapal besar yang lebih besar, sebagian besar teridiri dari kapal
– kapal dari luar Hindia Belanda dalam rangka pelayaran dan perdagangan
internasional dengan tonase di atas1.000 ton, terpaksa harus berlabuh di laut sekitar 3
mil laut dari garis pantai.
Sebagai konsekwensi lebih lanjut dari kondisi fisik pelabuhan Semarang yang
sedemikian itu, aktivitas bongkar – muat dari dermaga pelabuhan ke kapal – kapal
besar di laut harus mengguanakan perahu – perahu tongkang. Sehubungan dengan itu
dipelabuhan Semarang muncul perusahaan angkutan bandar, yaitu perusahaan yang
bergerak dalam bidang angkutan / bongkar-muat dengan menggunakan perahu –
perahu tongkang. Tentu saja perusahaan itu memerlukan sejumlah besar tenaga kerja,
yaitu buruh atau kuli tongkang yang menjadi pemain utama dalam tulisan ini.
Berbeda dengan buruh pelabuhan laiinya yaitu buruh darat dan buruh kapal yang
dalam menjalankan pekerjaannya lebih mengandalkan pada kekuatan fisik, buruh
16

tongkang ini merupakan buruh terampil yang mempunyai keahlian sebagai kelasi atau
yang pada zaman Belanda disebut denga istilah matroos. Hanya saja jangkauan
pelayaran mereka terbatas dalam wilayah pelabuhan, dan perusahaan dimana mereka
bekerja juga disebut dengan istilah rede tranport atau angkutan bandar.
Perusahaan angkutan bandar itu memainkan peranan yang vital dalam
aktivitas bongkar-muat, khususnya untuk komoditi ekspor-import. Satu – satunya
perusahaan angutan bandar yang beroperasi di pelabuhan Semarang sejak 1918
adalah Semarangsche Stoomboot en Prauwenveer (SSPV). Perusahaan itu
memperkejakan buruh atau kuli kapal dan kuli darat. Kuli kapal adalah mereka yang
bekerja dalam kegiatan bongkar-muat di kapal, sedangkan kuli darat adalah mereka
yang bekerja di darat atau dermaga.
Para buruh atau kuli tongkang yang mempunya ketrampilan khusus tersebut
merupakan buruh elit yang sulit dicarikan penggantinya apabila mereka tidak masuk
bekerja apalagi mogok kerja. Artinya mereka itu mempunyai bargaining power yang
bisa diandalakan dalam menghadapi majikan.

B. Output dan Gagasan mempromosikan Boom Lama


Dalam Output atau gagasan dalam penelitian ini, terdiri dari dua program
yaitu program jangka panjang dan program jangka pendek. Pada program jangka
panjang Output yang dihasilkan adalah produk event Semarang Maritime Fest,
Sementara program jangka pendek adalah pembuatan booklet Boom Lama Semarang
sebagai media promosi.

1. Semarang Maritime Fest


Semarang Maritime Fest merupakan gagasan yang dihasilkan dari penelitian
ini. Kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan Boom Lama sebagai
destinasi wisata bahari kota Semarang serta menghidupkan Boom Lama
kembali yang saat ini mulain tersisihkan. Kegiatan ini ditujukan kepada
masyarakat luas khususnya para pemuda Semarang agar lebih peduli dalam
menjaga aset sejarah yang dimiliki kota Semarang. Berbagai kegiatan yang
akan dilakukan pada Semarang Maritime Fest diarahkan kegiatan yang lebih
17

kontemporer agar dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat luas. Berbagai
kegiatan tersebut antara lain :
a. Dekorasi kapal- kapal tua di Boom Lama sebagai background
acara.
b. Kegiatan Sketsa atau menggambar Boom Lama
c. Penampilan Musik- musik Indie
d. Lomba Fotografi
e. Pameran Foto Klasik Semarang beserta deskripsi singkat
f. Kegiatan kuliner

Dalam pelaksanaannya, event Semarang Maritime Fest akan menggandeng


berbagai pihak yang dinilai relevan dengan kegiatan ini agar ikut terlibat dalam
program mempromosikan Boom Lama. Kegiatan ini juga memerlukan sponsorship
dari berbagai instansi atau perusahaan agar terselenggaranya kegiatan ini.

Berbagai Pihak yang akan dilibatkan dalam Semarang Maritime Fest antara
lain :
a. Instansi Pemerintah (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
semarang,Pemkot Semarang, Pengelola pelabuhan Semarang, Kepolisian
kota Semarang, dll)
b. Komunitas- Komunitas (Arsitek dan Perupa Kota Semaranga,
ArsiSKETur, ORArt ORET, Oude Staat Semarang, Semarang
Contemporary Art Gallery, Komunitas music Gig Semarang)
c. Media dan Informasi (Koran, majalah, dan radio lokal Semarang)
d. Pihak- pihak sponsorship

Dalam Pelaksanaannya, Event ini diharapkan akan menjadi event tahunan


sehingga program yang dilaksanakan mempunyai standar keberhasilan dalam
memperkenalkan Boom Lama sebagai destinasi wisata bahari sekaligus sebagai ikon
kota Semarang.

2. Booklet Boom Lama Semarang


18

Pembuatan Booklet Boom Lama Semarang merupakan program


jangka pendek dalam mempromosikan Boom Lama Semarang karena
kegiatan ini dinilai achievable dan prosesnya tidak memakan waktu yang
panjang. Pembuatan Booklet ini tidak hanya sebagai media promosi, tetapi
juga sebagai media edukasi karena ditujukan pada siswa- siwa sekolah dasar
dan Sekolah Menengah Pertama.
Dalam Pembuatannya, Booklet ini berisi gambar- gambar Boom Lama
baik pada masa Kolonial dan masa kini. Selain gambar- gambar, booklet ini
dilengkapi pula dengan sejarah singkat dan deskripsinya untuk memperjelas
gambar- gambar yang disajikan.
Sumber gambar atau foto yang disajikan berasal dari observasi
langsung maupun mengkompilasi dari berbagai sumber sejarah yang relevan.
Gambar- gambar tersebut kemudian dipilih kembali untuk dinilai
kelayakannya. Gambar- gambar yang sudah dipilih kemudian diproses
kembali melalui proses editing foto agar gambar yang disajikan menjadi lebih
menarik.
Deskripsi maupun sejarah singkat diolah melalui studi sejarah yang
hasilnya ditulis secara jelas agar memudahkan pembaca memahami isi
booklet. Sumber utama dalam penulisan deskripsi dan sejarah singkat adalah
buku dari dari Dr. Agustinus supriyono berjudul BURUH PELABUHAN
SEMARANG; pemogokan-pemogokan pada zaman kolonial Belanda,
revolusi dan republic 1990- 1995.
19
20

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Boom Lama merupakan istilah untuk menyebut pelabuhan lama di Semarang.
Pada masa lampau pelabuhan ini merupakan pusat pelayaran dan pengiriman barang
dari dan ke Semarang. Keberadaan semarang sebagai pelabuhan atau kota pelabuhan
sudah diketahui sejak abad ke-8, yaitu ketika Semarang merupakan bandar utama dari
kerajaan Mataram kuno yang pusat pemerintahannya di Medang Jawa Tengah. Pada
zaman Belanda abad ke-20 pelabuhan Semarang sudah sedemikian rupa berkembang
sehingga menjadi pelabuhan terbesar ketiga di Jawa sesudah tanjung priok dan
Surabaya.

Keadaan Boom Lama pada saat ini sudah tidak berfungsi sebagaimana kejayaan
pelabuhan ini pada masa kolonial. Namun, pada dasarnya Boom Lama merupakan
salah satu tempat yang sangat berpengaruh pada kota Semarang sehingga layak
dijadikan salah satu ikon di Kota Semarang.

B. Saran
Berdasarkan beberapa hal yang telah dipaparkan dalam laporan penelitian ini,
terdapat beberapa saran, antara lain:
1. Perlu adanya revitalisasi daerah Boom Lama sebagai salah satu asset
sejarah di kota Semarang mengingat peranan pentingnya di masa Kolonial
yang memajukan perekonomian Semarang. Pihak pemerintah merupakan
pihak yang paling bertanggung jawab pada ranah ini.
2. Dengan memanfaatkan Boom Lama sebagai objek wisata dinilai
mampu menghidupkan kembali kawasan Boom Lama baik dari aspek
historis maupun ekonomi.
3. Perlu adanya promosi untuk memperkenalkan Boom Lama sebagai
destinasi wisata bahari dan sebagai salah satu ikon kota Semarang.
Promosi itu dapat dilakukan berbagai cara, beberapa diantaranya adalah
21

membuat kegiatan di Boom Lama seperti proposal event tahunan


Semarang Maritime Fest, juga pembuatan Bookle tentang Boom Lama
yang selain bisa menjadi media promosi juga sebagai media edukasi.
22

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Artikel


J. Moleong, Lexi. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.2004.
Supriyono, Agus. BURUH PELABUHAN SEMARANG; pemogokan-pemogokan
pada zaman kolonial Belanda, revolusi dan republik 1990- 1995. Yogyakarta.
2007
Billiet, Bouke dkk. Semarang. Nederland : deBuren. 2013

Online
www.semarang.nl
23

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Agustinus Supriyono


Pekerjaan : Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
24

LAMPIRAN
Dokumentasi Kegiatan Lapangan Penelitian
Boom Lama Pada Masa Kolonial

Anda mungkin juga menyukai