Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN


TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI PUSAT OLEH-OLEH
SENGGIGI LOMBOK BARAT

NAMA: RITA WANSARI

NIM: 217120188

ADMINISTRASI BISNIS

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi ini persaingan bisnis semakin berkembang. Pemasar yang akan

menjual produknya, berupa barang dan jasa harus mampu memenuhi kebutuhan konsumen atau

yang diinginkan pasar, sehingga bisa memberikan nilai yang lebih baik daripada pesaingnya.

Pemasar harus mencoba mempengaruhi konsumen dengan segala cara agar konsumen bersedia

membeli produk yang ditawarkannya, bahkan yang semula tidak ingin, menjadi ingin membeli.

Karena pada prinsipnya konsumen yang menolak hari ini belum tentu menolak hari berikutnya,

akibatnya timbul persaingan dalam menawarkan produk-produk yang berkualitas dengan harga yang

mampu bersaing di pasaran.

Berdasarkan tingkat kehidupan masyarakat yang semakin meningkat, maka kebutuhan

masyarakat terhadap barang juga akan semakin meningkat. Hal ini membawa pengaruh terhadap

perilaku mereka dalam memilih barang yang akan mereka beli ataupun yang mereka anggap paling

sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Produk yang berkualitas dengan harga bersaing

merupakan kunci utama dalam memenangkan persaingan, yang pada akhirnya akan dapat

memberikan nilai kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumen. Konsumen kini memiliki tuntutan

nilai yang jauh lebih besar dan beragam karena dihadapkan pada berbagai pilihan berupa barang

maupun jasa yang dapat mereka beli. Dalam hal ini Perusahaan yang cerdas akan mencoba

memahami sepenuhnya proses pengambilan keputusan konsumen, semua pengalaman mereka dalam

belajar, memilih, bahkan dalam menggunakan produk. Diantara proses alternatif dan pengambilan

keputusan terdapat minat beli konsumen (purchase intention).

Kualitas harus diukur melalui sudut pandang konsumen terhadap kualitas produk itu

sendiri, sehingga selera konsumen disini sangat berpengaruh. Jadi dalam mengelola kualitas suatu

produk harus sesuai dengan kegunaan yang diinginkan oleh konsumen. Dalam hal ini yang penting

adalah menjaga konsistensi dari output produk pada tingkat kualitas yang diinginkan dan diharapkan
konsumen. Kualitas produk merupakan kemampuan suatu produk untuk melakukan

fungsinya. Kemampuan itu meliputi : daya tahan, kehandalan, ketelitian yang dihasilkan,

kemudahan dioperasikan dan diperbaiki, serta atribut yang berharga pada produk

secara keseluruhan.

Selain dilihat dari kualitas produk, kualitas pelayanan juga lebih penting untuk

memenangkan persaingan dalam dunia bisnis, dengan memberikan kepuasan kepada

pelanggan melalui penyampaian produk dan jasa yang berkualitas.

Meningkatkan kualitas pelayanan untuk memuaskan konsumen merupakan salah satu

hal yang menjadi tujuan bagi setiap perusahaan. Mempertahankan pelanggan bukanlah hal

yang mudah. Pelayanan yang sempurna merupakan bagian dari setiap perusahaan untuk tetap

setia berbelanja disana dengan memberikan pelayanan yang prima, melayani konsumen

dengan ramah dan sopan. Bila konsumen merasa puas dengan pelayanan yang diberikan

maka akan timbul minat untuk membeli. Menurut Kotler (2005:310), “kualitas pelayanan

adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak

lain yang pada dasarnya tidak terwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun”.

Kualitas pelayanan dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen

atas pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan/inginkan terhadap atribut-atribut

pelayanan suatu perusahaan. Kualitas pelayanan menjadi salah satu faktor penting minat beli

pada konsumen.

Lombok memiliki segudang tempat wisata yang bisa dinikmati. Mulai dari wisata

bahari hingga religi. Salah satu bisnis yang terdapat di Lombok Pusat Oleh-Oleh Sasaku.

Sasaku sebagai tempat membeli oleh-oleh khas Lombok mulai dari menjual mutiara yang

indah, makanan khas Lombok, Pakaian, celana, sandal, tas, topi, berbagai jenis kain, dan

aksesoris lainnya. Meskipun demikian, Sasaku bukanlah satu-satunya tempat yang menjual
oleh-oleh, banyak toko atau outlet yang sejenis di sekitar Sasaku sehingga Sasaku harus

mempertahankan kualitas produk yang di pasarkan serta pelayanan yang di berikan harus

senyaman mungkin agar menarik minat pembeli.

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Beli Konsumen

di Pusat Oleh-Oleh Sasaku Senggigi Lombok Barat.”

2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh kualitas produk terhadap minat beli Konsumen di pusat Oleh-Oleh

Sasaku Senggigi Lombok barat?

2. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan terhadap minat beli Konsumen di pusat Oleh-

Oleh Sasaku Senggigi Lombok barat?

3. Bagaimana pengaruh kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap minat beli

Konsumen di pusat Oleh-Oleh Sasaku Senggigi Lombok barat?

2.3 Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penyusunan proposal ini adalah:

1. Pengaruh kualitas produk terhadap minat beli Konsumen di pusat Oleh-Oleh Sasaku

Senggigi Lombok barat.

2. Pengaruh kualitas pelayanan terhadap minat beli Konsumen di pusat Oleh-Oleh Sasaku

Senggigi Lombok barat.

3. Pengaruh kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap minat beli Konsumen di pusat

Oleh-Oleh Sasaku Senggigi Lombok barat.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Penelitian Terdahulu

2.1.1 Kualitas Produk

Menurut Suwarni sebagaimana dikutip oleh Bantu Tampubolon dan Martin

Purba, kemampuan produk untuk memberikan layanan yang terbaik pada

pemakainya akan menguatkan kedudukan atau posisi produk dalam benak konsumen

sehingga memungkinkan konsumen menjadikan pilihan pertama bila akan terjadi

pembelian diwaktu yang akan datang. Variabel kualitas adalah hal penting yang diikuti

oleh sebuah produk, sehingga kualitas produk menjadi salah satu faktor seorang

pelanggan dalam memutuskan membeli suatu produk. Kualitas mempunyai dampak

langsung pada kinerja produk atau jasa. Oleh karena itu, kualitas berhubungan erat

dengan nilai dan kepuasan pelanggan.

Kualitas produk merupakan kemampuan suatu produk untuk memenuhi dan

memuaskan kebutuhan seorang pelanggan yang membeli atau menggunakan barang

atau jasa tersebut. Kualitas produk ini juga merupakan penilaian terhadap suatu produk,

kualitas produk berkaitan dengan pengorbanan yang dikeluarkan pelanggan relatif

terhadap apa yang akan diterimanya. Menurut Kotler dan Armstrong sebagaimana

dikutip oleh Abdul Basith, Srikandi Kumadji, dan Kadarisman Hidayat, “kualitas

produk merupakan senjata strategis yang potensial untuk mengalahkan pesaing.” Jadi

hanya perusahaan dengan kualitas produk paling baik yang akan tumbuh dengan

pesat dan dalam jangka panjang perusahaan tersebut akan lebih berhasil dari

perusahaan yang lain.


Para peminat beli pelanggan potensial menginginkan agar produk harus dibuat

berkualitas, terutama dalam memenuhi harapan konsumen agar menjadi puas dan loyal

pada perusahaan. Kotler dan Amstrong sebagaimana dikutip oleh Jackson R.S Weenas

mengemukakan bahwa kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk

melaksanakan fungsinya, meliputi kehandalan, daya tahan, ketepatan, kemudahan

operasi, dan perbaikan produk, serta atribut bernilai lainnya. Setiap perusahaan yang

menginginkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, maka akan

berusaha membuat produk yang berkualitas, yang ditampilkan baik melalui ciri-ciri

luar (design) produk maupun inti (core) produk itu sendiri.

Kualitas merupakan totalitas fitur dan karakteristik yang yang mampu

memuaskan kebutuhan, yang dinyatakan maupun tidak dinyatakan, kualitas mencakup

pula daya tahan produk, kehandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan,

serta atribut-atribut nilai lainnya. Beberapa atribut itu dapat diukur secara obyektif.

Menurut Kotler dan Keller, Ahyari, dan Assauri sebagaimana dikutip oleh Budi

Hermawan, dari sudut pandangan pemasaran kualitas harus diukur sehubungan

dengan persepsi kualitas para pembeli. Menurut Kotler and Armstrong sebagaimana

dikutip oleh Deny Irawan dan Edwin Japarianto pengertian Kualitas Produk adalah

“sekumpulan ciri-ciri karakteristik dari barang dan jasa yang mempunyai kemampuan

untuk memenuhi kebutuhan yang merupakan suatu pengertian dari gabungan daya

tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan pemeliharaan serta atribut-atribut lainnya dari

suatu produk. Menurut Kotler dan Keller sebagaimana dikutip oleh Febby Gita

Cahyani, terdapat delapan indikator pada kualitas produk seperti berikut ini:
a. Bentuk (form), meliputi ukuran, bentuk, atau struktur fisik produk. Indikator ini

juga dapat dikatakan sebagai Aesthethics yaitu keindahan produk terhadap panca

indera dan dapat didefinisikan sebagai atribut-atribut yang melekat pada sebuah

produk, seperti warna, model atau desain, bentuk, rasa, aroma dan lain-lain. Pada

dasarnya Aesthetics merupakan elemen yang melengkapi fungsi dasar suatu produk

sehingga performance sebuah produk akan menjadi lebih baik dihadapan

pelanggan.

b. Fitur (feature), karakteristik produk yang menjadi pelengkap fungsi dasar

produk. Keistimewaan tambahan (features) yaitu karakteristik sekunder atau

pelengkap dan dapat didefinisikan sebagai tingkat kelengkapan atribut-atribut yang

ada pada sebuah produk. Pada titik tertentu, performance dari setiap merek hampir

sama tetapi justru perbedaannya terletak pada fiturnya.

c. Kinerja (performance), adalah tingkat dimana karakteristik utama produk

beroperasi. Performance ini diartikan dengan karakteristik operasi pokok dari

produk inti dan dapat didefinisikan sebagai tampilan dari sebuah produk

sesungguhnya. Performance sebuah produk merupakan pencerminan bagaimana

sebuah produk itu disajikan atau ditampilkan kepada pelanggan. Tingkat

pengukuran performance pada dasarnya mengacu pada tingkat karakteristik dasar

produk itu beroperasi. Sebuah produk dikatakan memiliki performance yang baik

bilamana dapat memenuhi harapan. Bagi setiap produk atau jasa, indikator

performance ini bisa berlainan, tergantung pada functional value yang dijanjikan

oleh perusahaan.
d. Kesan kualitas (perceived quality), sering dibilang bahwa merupakan hasil

dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat

kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas

produk yang bersangkutan. Customer perceived quality, kualitas yang

dipersepsikan (perceived quality) yaitu kualitas yang dirasakan. Pengukuran

Perceived Quality merupakan kualitas dasar yang dimiliki suatu produk.

e. Ketahanan (durability), ukuran daya tahan sebuah produk yang merupakan

atribut berharga untuk produk-produk tertentu. Daya tahan (durability) berkaitan

dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan dan dapat

didefinisikan sebagai suatu ukuran usia operasi produk yang diharapkan dalam

kondisi normal dan atau berat. Pengertian durability diatas adalah tingkat usia

sebuah produk masih dapat dikonsumsi oleh konsumen. Ukuran usia ini pada

produk biasanya dicantumkan pada produk dengan tulisan masa kadaluarsa sebuah

produk.

f. Keandalan (reliability), adalah bahwa produk tidak akan mengalami

kerusakan atau gagal dalam waktu tertentu. Keandalan (reliability) yaitu tingkat

kendalan suatu produk atau konsistensi keandalan sebuah produk didalam proses

operasionalnya dimata konsumen. Reliability sebuah produk juga merupakan

ukuran kemungkinan suatu produk tidak akan rusak atau gagal dalam suatu

periode waktu tertentu. Sebuah produk dikatakan memiliki reliability yang tinggi

bilamana dapat menarik kepercayaan dari konsumen terkait kualitas keandalan

sebuah produk. Indikator performance dan reliability sekilas hampir sama tetapi
mempunyai perbedaan yang jelas. Reability lebih menunjukkan probabilitas

produk menjalankan fungsinya.

g. Kemudahan perbaikan (repairability), adalah ukuran kemudahan perbaikan

produk ketika produk itu tidak berfungsi atau gagal. Indikator ini dapat

dikatakan sama dengan Serviceability yang meliputi kecepatan, kompetensi,

kenyamanan, mudah direparasi, serta penanganan keluhan yang memuaskan dan

dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran kemudahan memperbaiki suatu produk

yang rusak atau gagal. Disini artinya bilamana sebuah produk rusak atau gagal

maka kesiapan perbaikan produk tersebut dapat dihandalkan, sehingga konsumen

tidak merasa dirugikan.

h. Desain (design), adalah totalitas fitur yang mempengaruhi tampilan,

rasa, dan fungsi produk berdasarkan kebutuhan pelanggan. Indikator ini

juga dapat dikatakan sebagai conformance, kesesuaian dengan spesifikasi

(conformance to specifications) yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi

memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya dan dapat

didefinisikan sebagai tingkat dimana semua unit yang diproduksi identik dan

memenuhi spesifikasi sasaran yang dijanjikan. Definisi di atas dapat dijelaskan

bahwa tingkat conformance sebuah produk dikatakan telah akurat bilamana produk-

produk yang dipasarkan oleh produsen telah sesuai perencanaan

perusahaan yang berarti merupakan produk-produk yang mayoritas diinginkan

pelanggan.
2.1.2 Kualitas Pelayanan

Menurut Tjiptono sebagaimana dikutip oleh Aptaguna dan Pitaloka bahwa

kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa,

manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sehingga

definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan

konsumen. Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara

membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka

terima atau peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan atau

inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan.

Jika jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan

yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan,

jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan

dipersepsikan sangat baik dan berkualitas. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih

rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.

Menurut Kotler sebagaimana dikutip oleh Aptaguna dan Pitaloka definisi pelayanan

adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada

pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan

apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik.

Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri.

Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat,

sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf
tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih

sering. Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda

akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita

jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja

biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut:

a. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelanggan.

b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.

c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.

Adapun indikator dari kualitas pelayanan menurut Kotler dan Keller

sebagaimana dikutip oleh Ari Prasetio diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Tangibles (bukti langsung), meliputi penampilan fisik dan perlengkapan.

Tangibles merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yangn diberikan

oleh penyedia jasa kepada konsumen.

b. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan

dengan akurat dan memuaskan serta merupakan kemampuan perusahaan untuk

melaksanakan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara tepat waktu.

c. Responsiveness (daya tanggap), yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam

membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap. Dengan

kata lain merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh

karyawan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap.

d. Assurance (jaminan), indikator ini meliputi suatu pengetahuan dan ketrampilan

yang dimiliki petugas dalam melayani konsumen. Dapat diartikan pula dengan
pengetahuan dan perilaku karyawan untuk membangun kepercayaan dan

keyakinan pada diri konsumen dalam mengkonsumsi jasa yang ditawarkan.

e. Emphaty (empati), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,

komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan

pelanggan. Empati merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan

langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara

individu, termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen.

Menurut Pasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Beteson dan dalam lovelock

sebagaimana dikutip oleh Muhammad Adam, terdapat lima unsur yang menentukan

kualitas pelayanan, yaitu: “tangible, responsiveness, reliability, assurance, dan

empathy3. Ada beberapa faktor yang termasuk di dalam kriteria-kriteria penilaian

kualitas pelayanan, yaitu:

a. Kriteria reliability atau kehandalan antara lain:

1) Kemampuan perusahaan untuk menepati janji sesuai dengan pelayanan

tertentu yang telah dijanjikan.

2) Keinginan perusahaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi pelanggan

dengan tulus dan sungguh-sungguh.

3) Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang tepat dan

akurat sehingga langsung dapat dirasakan manfaatnya.

4) Terdapat keinginan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang sesuai

dengan keinginan pelanggan.

5) Kemampuan perusahaan untuk semaksimal mungkin menghindari

kesalahan yang dapat terjadi di dalam memberikan pelayanan.


b. Kriteria responsiveness atau responsive antara lain:

1) Kemampuan perusahaan untuk memberikan penjelasan yang benar atas

pelayanan yang diberikan dan pertanyaan yang dilontarkan oleh pelanggan.

2) Kemampuan perusahaan untuk melakukan pelayanan dengan cepat dan

tanggap.

3) Keinginan perusahaan untuk dapat menolong pelanggan dengan

permasalahannya.

4) Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang baik secara

kontinyu.

c. Kriteria assurance atau jaminan antara lain:

1) Kemampuan perusahaan untuk menumbuhkan kepercayaan dan rasa percaya

diri pada pelanggannya.

2) Kemampuan perusahaan untuk memberikan jaminan atau garansi terhadap

pekerjaannya.

3) Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan dengan sopan santun

dan ramah.

4) Kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk memberikan pelayanan dan

menjawab pertanyaan pelanggan dengan baik dan benar berdasarkan

pengetahuan yang dimiliki perusahaan.

d. Kriteria empathy atau empati antara lain.

1) Kesediaan perusahaan untuk memberikan perhatian secara individual atau

perorangan kepada pelanggannya.


2) Perusahaan memiliki jam kerja yang sesuai atau cocok dengan semua

pelanggannya.

3) Kesediaan perusahaan untuk memberikan penjelasan atau perhatian secara

pribadi kepada pelanggan mengenai pelayanan yang diberikan.

4) Kemampuan perusahaan untuk menarik minat pelanggan untuk menggunakan

jasa pelayanannya.

5) Kesediaan perusahaan untuk mendengarkan keluhan-keluhan atau keinginan-

keinginan yang spesifik mengenai pelayanan yang diberikan.

e. Kriteria tangibles atau berwujud antara lain:

1) Peralatan atau mesin-mesin yang digunakan dalam melakukan pelayanan

cukup modern dan dapat diandalkan.

2) Penampilan fisik dari bangunan yang menarik dan mampu mendukung proses

pelayanan terhadap pelanggan.

3) Pakaian yang dikenakan karyawan perusahaan cukup rapi, pantas dan

sopan untuk digunakan dalam memberikan pelayanan.

4) Lokasi yang cukup mudah untuk dicapai oleh pelanggan dan letak peralatan

yang mampu mendukung proses pelayanan.

2.1.3 Minat Beli

Menurut Kotler Minat beli adalah sesuatu yang timbul setelah menerima

rangsangan dari produk yang dilihatnya, dari sana timbul ketertarikan untuk membeli

agar dapat memilikinya. Minat beli konsumen akan timbul dengan sendirinya jika

konsumen sudah merasa tertarik atau memberikan respon yang positif terhadap
apa yang ditawarkan oleh penjual. Sedangkan menurut Ali Hasan Minat beli

merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil

tindakan guna berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat

kemungkinan konsumen melakukan pembelian.

Minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana

konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang

dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan

pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah

produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para pemasar untuk

mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun

ahli ekonomi menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen di

masa yang akan datang. Minat beli masa mendatang sangat dipengaruhi oleh

pengalaman konsumen yang berkaitan dengan harga, merek, promosi, iklan, rantai

pasokan, kombinasi (mix) layanan, suasana, dan lokasi.

Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap

mengonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan

membeli benar-benar dilaksanakan. Minat beli merupakan instruksi diri konsumen

untuk melakukan pembelian atas suatu produk, perencanaan, mengambil tindakan-

tindakan yang relevan seperti mengusulkan (pemrakarsa) merekomendasikan, memilih

dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.


Minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan

perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek

dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya minat. Crow and Crow

berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu:

1) Dorongan dari dalam diri individu, misal dorongan untuk makan. Dorongan

untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari penghasilan,

minat terhadap produksi makanan dan lain-lain. Dorongan ingin tahu atau rasa

ingin tahu akan membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu,

melakukan penelitian dan lain-lain.

2) Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk

melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian timbul

karena ingin mendapatkan persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain.

Minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat

penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan

cukup luas (orang pandai) mendapat kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam

masyarakat.

3) Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila

seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan

senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut,

sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Sumber Data

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dikategorikan penelitian lapangan (field research) yaitu

penelitian yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala. Dengan

mempelajari secara intensif latar belakang kasus terakhir, interaksi lingkungan yang

terjadi pada suatu unit sosial, individu, kelompok, dan lembaga masyarakat.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka yang menjadi fokus kajian adalah Pusat

Oleh-Oleh Sengigi-Lombok Barat berdasarkan data-data yang diperoleh oleh Penulis

baik data primer maupun data sekunder.

Di dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

deskriptif kuantitatif yaitu penelitian dengan menekankan analisisnya pada data-data

numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika, yaitu data-data kuantitatif

yang dikumpulkan melalui pengukuran.

3.2.1 Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data primer dan

sumber data sekunder.

3.2.1.1.Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

objek penelitian. Data primer didapatkan langsung melalui pihak pertama.

Pihak pertama dalam penelitian ini adalah konsumen Pusat Oleh-Oleh


Sengigi-Lombok Barat sebagai obyek yang terpilih melalui wawancara dan

kuesioner, selain internal Pusat Oleh-Oleh Sengigi-Lombok Barat.

3.2.1.2.Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah diterbitkan atau digunakan

oleh pihak lain. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data sekunder dari

hasil dokumentasi, literatur dan website yang menunjang penelitian.

Dengan dua macam sumber data di atas, proses dan hasil penelitian ini,

diharapkan dapat mengungkap dan menjelaskan bagaimana pengaruh kualitas

produk dan harga terhadap minat beli pada Pusat Oleh-Oleh Sengigi-Lombok

Barat.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang tepat dan akurat dalam

penelitian lapangan (field research) yang termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif ini,

peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara:

3.2.1 Wawancara

Menurut Moleong (2005) dalam Haris Herdiansyah (2012), wawancara

merupakan percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Dalam kegiatan wawancara ini, peneliti melakukan wawancara langsung

dengan pemilik, karyawan dan konsumen dari Jaizah Boutique. Metode wawancara

yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur (semi

structure interview), artinya peneliti menyiapkan pertanyaan-pertanyaan terlebih


dahulu, akan tetapi pelaksanaannya lebih bebas, dalam arti tidak menutup

kemungkinan untuk muncul pertanyaan baru yang masih relevan agar mendapatkan

pendapat dan ide dari narasumber secara lebih luas. Berkaitan dengan tema yang

peneliti usung dalam karya ilmiah ini, maka wawancara ini meliputi hal-hal yang

berkaitan dengan harga, kualitas produk, profil dan volume penjualan dari Jaizah

Boutique Tlogosari Semarang.

3.2.2 Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Dalam penelitian ini, kuesioner diberikan kepada konsumen muslim

Jaizah Boutique yang menjadi sampel. Kuesioner berisi pernyataan yang diajukan

oleh peneliti. Pernyataan tersebut berkaitan dengan kualitas produk dan harga

yang berjumlah 18 pernyataan.

Alasan peneliti menggunakan metode angket (kuesioner) dalam penelitian ini

adalah karena dengan menggunakan angket (kuesioner), data dapat terkumpul dalam

waktu yang lebih singkat.

3.2.3 Dokumentasi

Dokumentasi dapat dilakukan dengan cara pengumpulan beberapa informasi

tentang data dan fakta yang berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian, baik

dari sumber dokumen yang dipublikasikan, jurnal ilmiah, Koran, majalah, website,

dan lain-lain. Dalam penelitian ini, dokumentasi didapatkan dari website, dan

lembaga-lembaga lain atau sumber-sumber lain yang terkait dengan data yang

menunjang dalam penelitian.


3.3 Variabel Penelitian dan Pengukuran

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. 75 Menurut Sugiyono yang dikutip oleh

Mochamad Fauzi macam- macam variabel dapat dibedakan menjadi variabel

dependen dan variabel independen. Variabel independen merupakan variabel

bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi perubahan variabel dependen.

Sedangkan variabel dependen adalah variabel terkait yang mempengaruhi karena

adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah konsumen dan objek

penelitiannya adalah Jaziah Boutique Tlogosari Semarang. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah kualitas produk (X1) dan harga (X2),

sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Minat beli (Y).
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai