Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan pengendalian diri dalam menghadapi stresor di
lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa
adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal
yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan jiwa bukan hanya
tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik
positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. (Yosep, 2010) WHO (2009)
memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental,
sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25%
penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu
selama hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara usia 18-
21 tahun. (WHO, 2009)
Menurut National institute of mental health gangguan jiwa mencapai 13%
dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi
25% di tahun 2030. Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya
prevalensi gangguan jiwa dari tahun ke tahun di berbagai negara. Berdasarkan
hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2004, diperkirakan 26,2 %
penduduk yang berusia 18 – 30 tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa
(NIMH, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksut dengan kesehatan jiwa
2. Apa pengertian dari keperawatan sehat jiwa
3. Apa asuhan keperawatan sehat jiwa usia dewasa
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi kesehatan jiwa.
2. Mengetahui pengertian keperawatan sehat jiwa.
3. Mengetahui asuhan keperawatan sehat jiwa usia dewasa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Jiwa
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap
individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui
perawatan yang adekuat.

Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu


mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya
serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

Jadi kesehatan pada umur dewasa adalah orang pada kisaran umur 18
sampai 65 tahun yang memiliki perasaan sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup dan dapat menerima orang lain.

Ada beberapa pengertian kesehatan jiwa :

1) WHO

Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung,
komunikasi dan management, bersifat positif yg menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan
kepribadian yg bersangkutan.

2) UU Kesehatan Jiwa No.13 Tahun 1966

Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional


secara optimal dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan
pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan
oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan
terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas
keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan
untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan
masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).

3) Yohada

Kesehata Jiwa adalah keadaan yg dinamis yg mengandung pengertian


positif, yg dapat dilihat dari adanya kenormalan tingkalaku, keutuhan
kepribadian, pengenalan yg benar dari realitas dan bukan hanya
merupakan nkeadaan tanpa adanya penyakit, gangguan jiwa dan kelainan
jiwa.

B. KESEHATAN JIWA MELIPUTI

1. Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri


2. Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
3. Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari -
hari.
Beberapa pengertian manusia:
a) Individu yang holistik: terdiri dari jasmani dan ‘rohani’.
b) Terdiri dari komponen jasmani, akal, jiwa dan qalbu (ruh)
c) Struktur jiwa manusia terdiri dari id (insting-prinsip kepuasan), ego
(kesadaran realitas-prinsip realitas), super ego/ moralitas-prinsip
moralitas (Teori Freud ).

C. Kriteria Sehat Jiwa


Ada 6 kriteria sehat jiwa:
1. Sikap positif terhadap diri sendiri.
2. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri.
3. Integrasi (keseimbangan dan keutuhan)
4. Otonomi (mampu mengambil keputusan sendiri)
5. Persefsi realitas (persefsi sesuai dengan kenyataan)
6. Environmental mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan
lingkungannya).

D. Rentang Sehat Jiwa

1. Dinamis

2. Dimulai dari sehat optimal-mati

3. Bervariasi

4. Menggambarkan kemampuan adaptasi

5. Berfungsi secara efektif: sehat.

E. Ciri-ciri Sehat Jiwa


1. Ciri Sehat Jiwa Menurut WHO (Hawari, 2002)
a) Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun
kenyataan itu buruk baginya
b) Memeperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya
c) Merasa lebih puas memberi daripada menerima
d) Secara relative bebas dari rasa tegang (stress)
e) Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling
memuaskan
f) Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran di kemudian
hari
g) Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif
h) Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
F. Pengertian Keperawatan Jiwa

a. Menurut American Nurses Associations (ANA)

Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang


menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan
diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan,
memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat
dimana klien berada (American Nurses Associations).

b. Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan


pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan
oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan
terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas
keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan
untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan
masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas).

c. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk


meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat
berfungsi utuh sebagai manusia.

G. Peran Perawat Dalam Kesehatan Jiwa

Semua peran perawat tersebut dapat dilaksanakan dalam memberikan


pelayanan keperawatan jiwa, baik pada institusi sarana kesehatan RS,
Puskesmas maupun praktik mandiri/swasta. Untuk melaksanakan perasn
tersebut dipersiapkan perawat yang memiliki kompetensi dan kewenangan
untuk melaksanakannya (registrasi, sertifikasi dan lisensi).

1. Mekanisme utama yang mendorong sistem social (Parson, 1951, dalam The
Bride to Profesional Nursing Practice, Cresia, 2001)
2. Set perilaku unik menggambarkan posisi yang merefleksikan domain
personal, social ayau okupasi
3. Pola perilaku tersebut dimanifestasikan ke dalam penampilan melaksanakan
tugas dan kewajiban
4. Pembentukan peran perawat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi,
individu perawat dan interaksi perawat dengan yang terlibat dalam set peran
tersebut
5. Peran professional unik karena dipengaruhi oleh kode etik yang membantu
memperlihatkan secara tajam perilaku professional dan sebagai kerangka
dari harapan peran tersebut.

F. Perkembangan Hubungan Sosial Umur Dewasa

1. Dewasa Muda (18–25 Tahun) Individu pada usia ini akan mempertahankan
hubungan interdependen dengan orang tua dan teman sebaya. Individu akan
belajar mengambil keputusan dengan tetap memperhatikan saran dan
pendapat orang lain (pekerjaan, karier, pasangan hidup). Selain itu, individu
mampu mengekspresikan perasaannnya, menerima perasaan orang lain, dan
meningkatnya kepekaan terhadap kebutuhan orang lain. Oleh karenanya,
akan berkembang suatu hubungan mutualisme. Kegagalan individu pada fase
ini akan mengakibatkan suatu sikap menghindari hubungan intim dan
menjauhi orang lain.
2. Dewasa Tengah (25–65 Tahun) Pada umumnya pada usia ini individu telah
berpisah tempat tinggal dengan orang tua. Individu akan mengembangkan
kemampuan hubungan interdependen yang dimilikinya. Bila berhasil akan
diperoleh hubungan dan dukungan yang baru. Kegagalan pada tahap ini akan
mengakibatkan individu hanya memperhatikan diri sendiri, produktivitas dan
kretivitas berkurang, serta perhatian pada orang lain berkurang.
3. Dewasa Lanjut (Lebih dari 65 Tahun) Di masa ini, individu akan mengalami
banyak kehilangan, misalnya fungsi fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup,
dan anggota keluarga, sehingga akan timbul perasaan tidak berguna. Selain
itu, kemandirian akan menurun dan individu menjadi sangat bergantung
kepada orang lain. Individu yang berkembang baik akan dapat menerima
kehilangan yang terjadi dalam kehidupannya dan mengakui bahwa dukungan
orang lain dapat membantu dalam menghadapi kehilangan yang dialaminya.
Kegagalan individu pada masa ini akan mengakibatkan individu berperilaku
menolak dukungan yang ada dan akan berkembang menjadi perilaku menarik
diri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA USIA DEWASA

1. Pengkajian data dasar


Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi
data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan pada klien dengan kerusakan
interaksi social : menarik diri antara lain :
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Pada identitas mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, dan hubungan klien dengan
penanggung.
b. Alasan dirawat
Alasan dirawat meliputi : keluhan utama dan riwayat penyakit.
Keluhan utama berisi tentang sebab klien atau keluarga datang ke rumah
sakit dan keluhan klien saat pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat
faktor predisposisi dan presipitasi. Pada faktor predisposisi dikaji tentang
faktor-faktor pendukung klien untuk mengalami kerusakan interaksi
sosial : menarik diri. Faktor presipitasi dikaji tentang faktor pencetus
yang membuat klien mengalami kerusakan interaksi sosial : menarik diri

c. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan yang menyangkut
tanda vital, ukuran-ukuran seperti : berat badan, tinggi badan, dan
pemeriksaan fisik sesuai keluhan klien.
d. Psikososial
Da1am psikososial dicantumkan genogram yang menggambarkan tentang
pola interaksi, faktor genetik dalam keluarga berhubungan dengan
gangguan jiwa. Selain itu juga dikaji tentang konsep diri, hubungan sosial
serta spiritual. Dalam konsep diri data yang umumnya didapat pada klien
dengan kerusakan interaksi sosial: menanik diri yaitu gangguan pada harga
diri.
e.Status mental

Pada status mental didapat data yang sering muncul yaitu : semisal motorik
menurun, pembicaraan pasif, alam perasaan sedih, adanya perubahan
sensori/ persepsi : halusinasi.
f. Kebutuhan persiapan pulang
Mencakup hal-hal tentang kesiapan klien untuk pulang atau untuk
menjalani perawatan di rumah yaitu makan, bab / bak, mandi, berpakaian,
istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas di
dalam rumah, dan aktivitas di luar rumah.
g.Mekanisme koping
Merupakan mekanisme yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme yang digunakan untuk
melindungi diri mekanisme yang sering digunakan oleh individu untuk
mengatasi kecemasan yang berkaitan dengan menarik diri
h.Pengetahuan
Pengetahuan meliputi kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa, faktor
presipitasi, sistem pendukung, koping dan lain-lain.
i. Aspek medik
Data yang dikumpulkan meliputi diagnosa medik dan terapi medik yang
dijalani klien.
2. Daftar masalah
Beberapa masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan
hubungan sosial menurut nanda dikutip stuart & sundeen adalah:
a. Waham
b. Harga Diri Rendah
c. Menarik Diri
d. Perilaku Kekerasan / Amuk
e. Halusinasi
3. Data yang perlu dikaji antara lain :
1. Data Subjektif : Data yang dikatan oleh pasien ketika melakukan
pengkajian
Semisal : pasien mengatakan ingin membunuh, atau sering melihat bayang-
bayang
2. Data Objektif : apa hal yang dilihat dari pasien saat melakukan pengkajian
Semisal : Pasien terlihat murung dan gelisah
4. Diagnosa Keperawatan
Salah satu contoh dari diagnosa keperawatan jiwa dewasa adalah :
Waham :
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham.
b. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
Harga Diri Rendah :
a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka
disfungsional
5. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan
dengan waham.
Tujuan umum :
Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksinya
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).
b. Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi
ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
d. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
Rasional :
Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan
memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi
klien dari pada hanya memikirkannya
Tindakan:
a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
b. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini yang realistis.
c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Rasional :
Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan
klien tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman
Tindakan:
a. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
b. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
c. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
e. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas.
Rasional :
menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar
dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan
waham yang ada
Tindakan:
a. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat
dan waktu).
b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Rasional :
Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses
penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat.
b. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien,
obat, dosis, cara dan waktu).
c. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
d. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan mental yang dapat terjadi pada
kelompok usia yang beragam, terutama pada umur usia dewasa.
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien di dapat beberapa
masalah yaitu kerusakan interaksi sosial :menarikdiri. Berhubungan
dengan harga diri rendah.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien, penulis melibatkan
perawat dan tim kesehatann lain
3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien ada masalah yang belum
teratasi dan ada juga yang sudah teratasi walau pun belummaksimal namun
perlu penanganan lebih lanjut di rumah
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis memberi ingin memberi saran
antara lain sebagai berikut:
1. Bagi perawat dalam proses keperawatan hendaknya slalu menerapkan ilmu
dan kiat keperawatan sehingga dapat menerapkan tindakan keperawatan
secara paripurna .
2. Bagi keluarga yang para anggotanya pernah mengalami gangguann
kejiwaan khususnya menarik diri disarankan untuk selalumemberikan
pengawasan dan control secara rutin setelahdilakukan perawatan dirumah
sakit
3. Untuk instansi pendidikan semoga karya ini dapat memudahkan untuk
mengembangkan asuhan keperawatan jiwa
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2002 , Aplikasi proses keperawatan khususnya pada diagnosa


resiko kekerasan pada orang lain dan gangguan sensori
persepsi, Jogyakarta, pacup.

Balitbang, 2007. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan


pendahuluan dan strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan ( LP dan SP ). Jakarta, salemba.

Balitbang, 2007. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan


pendahuluan dan strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan ( LP dan SP ). Jakarta, salemba.

Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Jiwa. Jakarta:


trans Info Medika.

Erlinafsiah, 2012. Modal perawat dalam praktek keperawatan jiwa.


Jakarta, Trans info.

Fitria,2009. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan


dan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan ( LP dan
SP ). Jakarta, salemba.

Fitria,2009. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan


strategi pelaksanaan tindakan keperawatan ( LP dan SP ).
Jakarta, salemba.
Kurniawati , 2004. Aplikasi proses keperawatan khususnya pada diagnosa
resiko kekerasan pada orang lain dan gangguan sensori
persepsi, Jogyakarta, pacup.
Mahnum 2005, Pedoman asuhan keperawatan jiwa, RSJD Dr. Amino
Gundoutomo, Semarang.

Lestari W.2009, Asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa,


Jakarta, Tim trans info media.

Stuart dan Sunden S.S. 2001. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3.

Jakarta: ECG. Widodo , 2005. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakata, ECG.

Anda mungkin juga menyukai