Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN

PENINGKATAN MUTU PROFESI


KEPERAWATAN

KOMITE KEPERAWATAN di RUMAH SAKIT

FORUM KOMITE KEPERAWATAN INDONESIA


(RKKI), 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah karena atas rahmat-Nya buku Panduan
Peningkatan Mutu Keperawatan ini dapat diselesaikan dengan baik. Panduan ini diharapkan
dapat mendukung kinerja Komite Keperawatan di Rumah Sakit untuk menjaga kualitas dan
mutu pelayanan keperawatan dalam menjalankan tugas profesinya melalui upaya evaluasi
secara profesional terhadap mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien

Kami ucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun yang telah berjuang untuk menyelesaiian
panduan ini, ucapan terima kasih pula kami sampaikan kepada Kontributor yang telah
memberikan masukan yang sangat berharga, dan juga Forum Komite Keperawatan
Indonesia yang sudah memfasilitasi adanya panduan ini. Panduan ini sangat berharga untuk
mendorong peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien.

Demikian pengantar dari kami, Forum Komite Keperawatan Indonesia, terimakasih

Ketua Forum Komite Keperawatan Indonesia

Ns. Erwin, M.Kep, Sp.Kep.MB

2 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
TIM PENYUSUN

PELAKSANA
- Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati, SKp, MARS
- Ns. Kartini Roslia Manik, S.Kep, MM
- Ns. Singgih Harijadi, S.Kep, Ners
- Ns. Welas Riyanto, M.Kep, Sp.KMB
- Ns. Kristianawati, S.Kep, M. Biomed
- Ns. Isti Haniyatun K, S.Kep, MNS
- Ns. Sri Martuti, S.Kp. M.Kes
- Ns. Sukani, S.Kep
- Ns. Nani Sutarni, S.Kp, M.Kep, Sp.Kep.Onk
- Ns. Erwin, M.Kep, Sp.Kep.MB

KONTRIBUTOR
- Ns. Erni Yunarwati, S.Kep. Ns. MAP
- Ns. Patricia Suti Lasmani, S.Kep, Ns, MPH
- Ns. Roswita Hasan, S.Kp, M.Kep
- Ns. Sri Widayati, SST, M.Kes
- Ns. Misrah Panjaitan, S.Kep, M.Kep.
- Ns. Nurhayati, M.Kep, Sp.Kep.An
- Ns. Westri Ambarsih, S.Kep
- Ns. Cori Tri Suryani, S.Kp. M.Kes
- Ns. Sofiawatie, S.Kep
- Ns. Sri Supami
- Ns. I Gusti Ayu Nyoman S, S.Kp. M.Kes.
- Ns. Ani Maryani, M.Kep, Sp.Kep.MB
- Ns. Rita Herawati. S.Kp. M.Kep.
- Ns. I Putu Artawan, S.Kep
- Ns. Pasmawiyah, BSc, SPd, M.Kes

3 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.

Dunia keperawatan di Indonesia telah mencapai banyak kemajuan yang sangat berarti.
Kemajuan tersebut meliputi berbagai bidang termasuk di bidang klinis, pendidikan,
penelitian, termasuk juga manajemen keperawatan. Salah satu aspek terpenting dalam
manajemen keperawatan yaitu terkait peningkatan kompetensi SDM keperawatan.
Tenaga keperawatan sebagai salah satu sumberdaya manusia kesehatan terbesar
berpotensi untuk memberikan kontribusi signifikan dalam pembangunan masyarakat,
khususnya di bidang kesehatan. Salah satu kunci utamanya yaitu dengan cara
meningkatkan kemampuan profesional SDM perawat sehingga dapat meningkatkan
pelayanan keperawatan secara kompeten dan profesional.

Perawat merupakan salah satu profesi yang sangat penting dalam pelayanan
masyarakat yang harus mampu mandiridalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab
pengembangan profesinya. Mengingat jumlah SDM yang begitu besar dengan berbagai
latar belakang pendidikan, kultur, dan budaya kerja yang sangat beragam, maka
dipandang sangat perlu untuk memberikan rambu-rambu dan aturan untuk memandu
pelaksanaan dan pengembangan profesi yang antara lain meliputi: kewenangan, hak
dan kewajiban, standar praktek, standar pendidikan, Panduan Asuhan Keperawatan
(PAK), legislasi, kode etik profesi dan peraturan lain yang berkaitan dengan profesi
keperawatan. Namun perlu diingat bahwa aturan ini harus dibuat bukan untuk semata-
mata membatasi ruang kerja perawat, namun harus lebih mengutamakan tentang
perlindungan, kejelasan, dan kepastian hukum profesi perawat sebagai pelayan
masyarakat.

Tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan


senantiasa meningkat seiring perkembangan jaman, termasuk dari aspek mutu,
keterjangkauan, cakupan pelayanan, termasuk kontinuitas layanan. Hal ini terkait

1 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan, didukung oleh
peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat, serta meningkatnya kompleksitas
masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat. Di lain sisi, masyarakat semakin sadar
hukum dan secara aktif mendorong tingginya tuntutan standar pelayanan
kesehatan,namun tetap dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu,
para perawat harus secara aktif bertransformasi sejalan dengan perubahan tersebut.
Perkembangan tersebut semakin didorong juga oleh hadirnya teknologi modern dan
mutakhir yang juga berpeluang menjadi salah satu faktor pendukung perkembangan
profesi keperawatan dalam menghadapi era globalisasi.

Untuk merangkum kebutuhan perawat dan mewadahi potensi perawat dalam rangka
pengembangan profesi yang sangat kompleks tersebut di atas, peran serta komite
keperawatan di rumah sakit menjadi sangat penting. Komite keperawatan khususnya
sub mutu profesiharus memantau pelaksanaan pelayanan keperawatan di seluruh
rumah sakit guna memastikan tercapainya standar kualitas pelayanan keperawatan,
sekaligus untuk senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dimaksud.
Komite keperawatan harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kompetensi, kode
etik, budaya kerja melalui program pengembangan professional berkelanjutan yang
disusun secara sistematis, terarah, dan terpola/terstruktursesuai perkembangan
masalah kesehatan, ilmu pengetahuan, dan tekhnologi, dinamika profesi, standar
pelayanan, serta hasil hasil penelitian terbaru.

B. DEFINISI

Peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun
kuantitas. Peningkatan juga dapat berarti penambahan keterampilan dan kemampuan
agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga berarti pencapaian dalam proses,
ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.

Mutu adalah Kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen, selain itu juga
merupakan Kepuasan pelanggan sepenuhnya yaitu sesuai dengan apa yang

2 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
diharapkan konsumen atas suatu produk sesuai dengan standar yang di tetapkan oleh
rumah sakit.

Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", yang
dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi
kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen".Profesi adalah
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.

Perawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari


pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosial-spiritual yang menyeluruh ditunjukkan kepada individu, kelompok dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia.
Jadi dapat disimpulkan arti dari PeningkatanMutu Profesi Keperawatan adalah suatu
proses pelayanan profesional yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosial-spiritual yang menyeluruh ditunjukkan kepada individu, kelompok dan masyarakat
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusiayang
diberikan sesuai dengan standard dan harapan konsumen.

Komite Keperawatan SubKomite Mutu Profesi dalam menghadapi tuntutan kebutuhan


dimasa datang maka langkah konkrit yang harus dilakukan antara lain adalah:
melaksakan Standar Asuhan Keperawatan dan menetapkan Panduan Asuhan
Keperawatan (PAK) sebagai landasan pengendalian mutu pelayanan keperawatan
secara profesional, penataan sistem pemberdayagunaan tenaga keperawatan sesuai
dengan kompetensi dan kewenagan, pengelolaan sistem pendidikan keperawatan yang
mampu menghasilkan keperawatan profesional serta penataan sistem legislasi
keperawatan untuk mengatur hak dan batas kewenangan, kewajiban, tanggung jawab
tenaga keperawatan dalam melakukan praktek keperawatan

3 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
BAB II

RUANG LINGKUP

Dalam rangka menjamin kualitas pelayanan /asuhan keperawatan dan kebidanan, maka
tenaga keperawatan sebagai pemberi pelayanan harus memiliki kompetensi,etis dan
peka budaya. Mutu profesi tenaga keperawatan harus selalu ditingkatkan melalui
program pengembangan profesional berkelanjutan yang disusun secara sistematis,
terarah dan terpola/ terstruktur. Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka
meningkatkan mutu profesi tenaga keperawatan antara lain melalui audit
keperawatan,diskusi,refleksi,studi kasus,seminar/simposium serta pelatihanbaik
dilakukan didalam maupun diluar rumah sakit.

Mutu profesi yang tinggi akan meningkatkan percaya diri, kemampuan mengambil
keputusan klinik dengan tepat, mengurangi angka kesalahan dalam pelayanan
keperawatan dan kebidanan. Akhirnya akan meningkatkan tingkat kepercayaan pasien
terhadap tenaga keperawatan dalam pemberian pelayanan keperawatan dan
kebidanan.

A. TUJUAN
Sebagai pedoman peningkatan mutu pelayanan keperawatan dengan meningkatkan
mutu dan profesionalisme petugas keperawatan yang berorientasi kepada keselamatan
pasien sesuai kewenanganya.

B. TUGAS

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2013 tentang
Komite Keperawatan Rumah Sakit,Sub Komite Mutu Profesi dalam melaksanakan
fungsi memelihara mutu profesi memiliki tugas sebagai berikut :

1. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik

4 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
2. Merekomendasikan perencanaan pengembangan professional
berkelanjutan tenaga keperawatan
3. Melakukan audit keperawatan dan kebidanan
4. Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan

C. KEWENANGAN
Sub Komite Mutu Profesi mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi
tindaklanjut audit keperawatan dan kebidanan, pendidikan keperawatan dan kebidanan
berkelanjutan serta pendampingan.

5 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
BAB III

TATA LAKSANA

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang SubKomite Mutu Profesi,maka mekanisme


kerjanya adalah sebagai berikut :

A. MEYUSUN DATA PROFIL KEPERAWATAN


Data Profil Keperawatan sangat dibutuhkan dalam peningkatan mutu profesi
keperawatan karena dapat digunakan sebagai baseline data untuk perencanaan strategi
peningkatan mutu. Data dasar tentang profil tenaga keperawatan di RS sesuai area
praktiknya berdasarkan kompetensi dan kewenangan serta jenjang karir bisa diperoleh
dengan melakukan koordinasi dengan divisiperawatan dan SDM rumah sakit.

Data profil tenaga keperawatan yang dibutuhkan harus dapat menggambarkan atau
menjelaskan tentang tenaga keperawatan di Rumah Sakit. Data profil tenaga
keperawatan perlu disusun dengan baik karena merupakan basis data yang akan
digunakan untuk berbagai kepentingan, baik perencanaan maupun pengembangan
tenaga keperawatan dan diintegrasikan menjadi “e-data profil tenaga keperawatan”.
Jadi elektronik data profil tenaga keperawatan rumah sakit adalah sekumpulan elemen
yang bekerja secara bersama-sama berbasis komputer dan internet dalam
melaksanakan pengolahan data yang berupa pengumpulan, penyimpanan,
pemprosesan data untuk menghasilkan informasi data keperawatan rumah sakit yang
bermakna dan berguna bagi proses pengambilan keputusan.

Langkah-Langkah Penyusunan Data Profil:


1. Identifikasi kebutuhan data Rumah Sakit
Untuk mengidentifikasi kebutuhan data keperawatan rumah sakit, yang
dilakukan adalah mengumpulkan semua bidang terkait, diantaranya bagian SDM
Rumah Sakit, Komite Keperawatan Rumah Sakit, Divisi/Bidang keperawatan
Rumah Sakit, Bidang Diklat Rumah Sakit dan Bidang yang terkait lainnya.

6 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
Bidang – bidang ini berkumpul untuk merumuskan kebutuhan data yang
dibutuhkan oleh masing-masing bagian, kemudian dituangkan dalam rancangan
kebutuhan data keperawatan secara menyeluruh. Bidang – bidang ini
berkumpul agar data yang dibuat tidak terjadi duplikasi, sehingga data yang
telah dirumuskan betul-betul mewakili semua kebutuhan data dari semua
bagian.
2. Pembuatan isian data manual (Master data profil)
Berikutnya adalah menyusun isian data manual yang berisi isian data sesuai
dengan hasil kesepakatan semua pihak. Data isian manual ini digunakan
sebagai master data dalam pembuatan elektronik data profil.
3. Sosialisasi isian data profil (Master data profil)
Master data profil manual sebelum digunakan sebagai dasar pembuatan
elektronik data profil, disosialisasikan dan diujicobakan kepada user untuk
melihat apakah kebutuhan data ini sudah sesuai dengan harapan semua pihak.
Asupan dari semua pihak dikaji, ditindaklajuti dan dilakukan penyempurnaan
dalam master data profil.
4. Pembuatan e-data profil
Setelah master data profil final, selanjutnya adalah pembuatan e-data profil
berbasis web/internet. Langkah yang dilakukan adalah mengundang bagian IT
Rumah sakit untuk menyusun dasboard dan rencana analisis yang dibutuhkan.
5. Sosialisasi pengisian e-data profil
Setelah e-data profil tersusun dengan baik, selanjutnya melakukan sosialisasi
dalam melakukan input data profil. Sosialisasi dilakukan dengan melibatkan
Direksi dan managemen Rumah Sakit kemudian diteruskan melalui unit-unit
terkecil. Tujuannya untuk memastikan setiap tenaga keperawatan mampu
melakukan input data profil dengan benar. Sosialisasi dilakukan dengan
mengeluarkan manual book atau petunjuk pengisian data profil keperawatan.
6. Input data profil
Langkah ini mewajibkan setiap tenaga keperawatan melakukan entri data profil
dalam batas waktu yang telah ditentukan. Setiap kepala unit memastikan bahwa

7 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
setiap staf yang ada diwilayahnya telah melakukan entri data dengan benar.
Bagian admin web melakukan kontrol dan melakukan pemantauan selama
periode pengisian data profil agar isian dilakukan dengan benar sesuai dengan
sumber data yang ada.
7. Analsis data profil
Langkah terakhir dari rencana kegiatan penyusunan data profil adalah
melakukan analisis data isian yang telah dientri. Analisis dilakukan oleh sistem
sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

B. PERENCANAAN PENGEMBANGAN PROFESIONAL BERKELANJUTAN/PPB

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomer 49 tahun 2013 tentang Komite
Keperawatan disebutkan bahwa salah satu tugas dari komite keperawatan dalam hal ini
sub komite mutu profesi adalah merekomendasikan perencanan pengembangan
professional berkelanjutan untuk tenaga keperawatan. Pengembangan Profesional
berkelanjutan bagi perawat dilaksanakan dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi perawat agar tetap dapat melaksanakan tugas berorientasi
pada proses dan keselamatan klien

Dasar perencanaan PPB yaitu hasil identifikasi kesenjangan kompetensi yang berasal
dari data sub komite kredensial sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan perubahan standar profesi. Sub komite mutu profesi merekomendasikan
perencanan pengembangan professional berkelanjutan untuk tenaga keperawatan.
Pengembangan Profesional berkelanjutan bagi perawat dilaksanakan dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi perawat agar tetap dapat
melaksanakan tugas berorientasi pada proses dan keselamatan klien. Langkah-langkah
dalam penyusunan rencana PPB yaitu:
1. Melakukan audit dan analisis kesesuaian Surat Penugasan Klinis dan Rincian
Kewenagan Klinis (SPK dan RKK) dengan Penilaian Kinerja Profesional
Berkelanjutan

8 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
2. Melaksanakan audit klinis keperawatan dan analisis, serta sebagai bagian
PDSA hasil audit keperawatan
3. Merekomendasikan perencanaan PBB kepada Divisi Keperawatan dan unit
yang berwenang.
4. Koordinasi dengan praktisi tenaga keperawatan dalam melakukan
pendampingan sesuai kebutuhan.
5. Menyusun laporan kegiatan subkomite untuk disampaikan kepada ketua komite

Kegiatan yang termasuk PBB:


1. Membuat jurnal kerja/ praktek profesional
2. Bertugas sebagai mentor/tutor
3. Ikut serta dalam komite/ kepanitiaan akreditasi, audit atau peningkatan mutu
4. Menjalani praktek bimbingan dalam rangka pengembangan keterampilan
5. Ikut serta dalam audit klinik, monitoring kejadian kritis, review kasus dan
pertemuan klinik
6. Ikut serta dalam kajian profesional dan grup diskusi
7. Mengembangkan keterampilan bidang IT, komunikasi, peningkatan kinerja,
pemecahan masalah dan kerjasama
8. Menulis atau mereview materi ajar, artikel jurnal dan buku
9. Keanggotaan aktif dalam organisasi dan kepanitiaan profesi
10. Menulis untuk dipublikasikan
11. Menyusun/ mengembangkan kebijakan, protokol atau kerangka acuan kerja
12. Bekerjasama dengan mentor untuk meningkatkan kinerja
13. Menyajikan atau mengikuti diklat, magang atau workshop keterampilan
14. Mengikuti pedidikan formal pada level sarjana atau pasca sarjana yang relevan
dengan bidang kerja.
15. Menyajikan atau mengikuti konferensi, kuliah, seminar atau pertemuan
profesional
16. Melaksanakan atau ikut serta dalam riset/ penelitian

9 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
17. Mengikuti pendidikan online atau jarak jauh dalam bidang yang berkaitan dengan
bidang tugasnya.

C. AUDIT KEPERAWATAN

Kegiatan audit keperawatan adalah hal yang wajib dilaksanakan oleh semua rumah
sakit sesuai dengan amanat Undang-undang nomor 44 tahun 2008 tentang Rumah
Sakit, dimana rumah sakit diwajibkan melaksanakan Audit keperawatan.

Kegiatan audit dilakukan dalam bentuk telaah sistematis terhadap pelayanan medik
yang telahdiberikan dibandingkan dengan kriteria dan standar yang dinyatakan secara
eksplisit dan diikuti dengan upaya perbaikan. Kegiatan audit keperawatan merupakan
rangkaian kegiatan yang umumnya terdiri dari:
1. Pemilihan penetapan audit keperawatan dibagi 2 yaitu audit regular keperawatan
yang meliputi keseluruhan proses Asuhan Keperawatan dan Audit Unggulan
Mutu dan Keselamatan pasien yang penetapannya dilaksanakan secara bersama
oleh tim
2. Pengkoordinasian audit klinis terintegrasi, dari mulai perencanaan, implementasi,
analisis, penyajian laporan dan PDSA dilakukan secara tim dengan komite medik
dan komite nakes lainnya
3. Penetapan Audit Wajib terkait Nurse Sensitif Indikator yang wajib di audit untuk
semua kasus: 1) Keselamatan pasien (khusus keperawatan: risiko jatuh,
medikasi error, Persiapan Operasi (khusus kasus bedah operasi) 2)
Kenyamanan: Asuhan Nyeri secara mandiri level 1-3, dan kolaborasi di atas tk 4
3). Pemenuhan ADL (khusus total care: kebersihan diri), membantu eliminasi,
mobilisasi dan nutrisi 4). Edukasi pada pasien dan keluarga (wajib ada pada
semua pasien
4. Penetapan indicator audit majib tentang kepuasan asuhan keperawatan
5. Penetapan kriteria dan standar panduan asuhan keperawatan (PAK) sesuai
dengan topik audit dan unggulan dalam PMKP

10 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
6. Pengukuran kesesuaian pelayanan yang telah diberikan dibandingkan dengan
kriteria dan standar.
7. Penerapan perubahan yang terkait langsung dengan hasil audit.
8. Mengukur ulang kesesuaian untuk mengidentifikasi ada atau tidak
perbaikan/peningkatan mutu pelayanan Medik
9. Penyampaian hasil audit kepada ketua komite keperawatan dan tindak lanjut
hasil audit

Tahapan-tahapan dalam audit klinik terdiri dari:


1. Menentukan topik audit
2. Menentukan kriteria dan standar serta analisis
3. Menetapkan kriteria dan jumlah sample
4. Menetapkan metode pengambilan sampling
5. Mengumpulkan data dengan pelayanan saat ini
6. Menganalisis data dengan cara membandingkan pelayanan saat ini dengan
kriteria/standar yang telah ditentukan
7. Melakukan desiminasi dan pelaporan
8. Menetapkan perubahan berdasarkan hasil temuan audit (PDSA)
9. Melakukan re-audit untuk memastikan bahwa perubahan dilakukan dan terdapat
peningkatan pelayanan.
Kegiatan audit dilaksanakan setiap satu tahun sekali atau sewaktu-waktu bila diperlukan
dan dilakukan oleh auditor yang sudah terlatih. Metode audit dapat dilakukan dengan
cara Open audit atau closed Audit. (lihat panduan Audit).

D. MEMFASILITASI PROSES PENDAMPINGAN


Proses pendampingan dilakukan terhadap perawat baru melalui kegiatan mentoring dan
bimbingan dari preceptor yang telah ditunjuk. Apabila diperlukan perawat baru akan
menjalani hands on yaitu proses pendalaman ketrampilan klinis yang bersifat berisiko,
dan pendalaman ketrampilan klinis ini dilaksanakan kepada pasien. Model hands on
dimulai dengan pendalam praktik menggunakan alat peraga bukan pasien langsung

11 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
sekitar 1-2 minggu setelah perawat baru mendapatkan orientasi. Perawat baru akan
mendapatkan evaluasi yang berkelanjutan untuk akhirnya dinyatakan mempunyai RKK
yang mandiri dan dapat diajukan rekredensial pada komite keperawatan.

Program hands on untuk menjembatani jika ada gab kompetensi program hands on
pada kompetensi teknik kritis yang belum kompeten dan belum mandiri. Hands on pada
kompetensi kritis ini dilaksanakan di laboratorium skill dan kelas. Pasca hands on staf
keperawatan diberikan sertifikat dari rumah sakit dan kemudian pengarahan yang akan
dilanjutkan dengan model preceptorship.

Setelah program hands on dilanjutkan kredensial oleh komite keperawatan untuk


pengusulan kewenangan klinis berdasarkan portofolio, dan hasil hands on dan juga
asesmen kompetensi lanjut jika dibutuhkan. Penetapan model kewenangan klinis pada
awal adalah dengan supervise dan menerapkan model precertoship selama
pemberian asuhan keperawatan.

Precertoship dilaksanakan pada tindakan yang kritis yang memiliki efek resiko
kesalahan dan pada tindakan yang belum kompeten. Precertoship di rancang dan
didampingi secara intensif selama 1 tahun, pendampingan termasuk pada shif
pagi,sore, dan malam. Setiap proses precertoship dilaksanakan perencanaan bersama
antara preceptor dan perceptee, bimbingan, pengarahan, pemberian contoh, dan juga
on going professional evaluation. Pada proses preceptorshipakanada rekomendasi
evaluasi progress kompetensi yang menjadi rekomendasi untuk kredensial kepada
komite keperawatan. Jika pada awalnya staf keperawatan baru punya beberapa
kewenangan di bawah supervisi bisa diusulkan kredensial untuk menjadi kewengan
klinis yang mandiri.

Penguatan pengarahan dan monitoring bisa dilakukan dengan model supervisi


berjenjang yaitu dengan adanya pengarahan , bimbingan, evaluasi, pembentukan
peningkatan kemampuan, motivasi kemauan, sikap, dan ketrampilan dalam melakukan

12 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
asuhan keperawatan. Supervisi ini dilaksanakan secara terus menerus melalui proses
precertoship oleh preceptor maupun atasan staf perawat.

Peran Komite Keperawatan dalam preceptorship dan mentorship adalah memantau


proses dan juga memverifikasi hasil preceptorship sebagai bagian dalam verifikasi
dalam kredensial keperawatan. Komite keperawatan juga berperan dalam pengarahan
dan juga supervisi langsung dan koordinasi dengan Manajer dalam pengawalan mutu
professional keperawatan.

E. Penilaian Praktik Keperawatan Profesional Berkelanjutan (On Going Professional


Practice Evaluation - Oppe).

On-Going Professional Practice Evaluation (OPPE) merupakan evaluasi kompetensi


dan perilaku profesional dari pemberi asuhan yang dilakukan secara terus menerus
setelah dilakukan kredensialing dan pemberian privilege.Tujuan pelaksanaan OPPE
adalah:
1. Terealisasinya penilaian kinerja yang objektif dan terukur
2. Terealisasinya pelaksanaan penilaian kinerja yangtransparan,berkeadilan, dan
lebih mudah
3. Terealisasinya penilaian kinerja yang dapat memotivasi tenagakeperawatan
untuk meningkatkan kinerjanya
4. Meningkatkan kinerja tenaga keperawatan sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan
5. Tercapainya kepuasan kerja

Di dalam penyusunan OPPE minimal harus memenuhi 3 domain yaitu:


1. Kinerja Klinis Keperawatan adalah pemberian asuhanpasien dengan kasih, tepat
dan efektif untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit
dan pelayanan sampai akhir hayat

13 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
2. Pengembangan Profesional: kinerja pengembangan professional keperawatan
yang mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan dan sesuai dengan level
kompetensi dan kewenagannya.
3. Prilaku adalah penampilan professional perawat didasarkan etika profesi dan etik
rumah sakit serta sikap dalam membangun dan mengimplentasikan budaya mutu
dan keselamatan

Adapun metode yang digunakan dalam OPPE ada dua, yaitu kualitatif dan kuantitatif
dapat juga dengan pendekatan langsung dan data sekuder

1. Audit Langsung:
◦ Observassi kinerja klinis langsung
◦ Tampilan kerja
◦ Dokumen RM langsung (open audit)
◦ Pelaksanaan DRK, studi kasus
2. Audit Data Sekunder:
1. Log book perawat
2. RM tertutup pasien yang sudah pulang (kelengkapan dan kualitas dokumentasi)
3. Hasil outcome: kejadian jatuh, salah obat, pemanjangan LOS dsb

3. Kuantitatif
a. Logbook untuk harian dan bulanan
b. Kelengkapan dokumentasi keperawatan
c. Pelaksanaan Pembelajaran di Unit Kerja, melalui Studi Kasus, Jurnal Reading,
EdukasI
d. Pengembangan pendidikan

4. Kualitatif
a. Profesionalisme (kepatuhan dan penampilan)
b. Komunikasi dan hubunganinterpersonal (keluhan)
c. Integritas person-interpersonal

14 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
F. Evaluasi Praktik Profesional Terfokus ( Focus Professional Practice Evaluasi –
FPPE)
Merupakan proses organisasi dalam mengevaluasi kompetensi spesifik yang dimiliki
oleh tenaga staf keperawatan dalam menjalankan tugas praktiknya. Proses evaluasi
kompetensi dilakukan dengan cara melakukan review informasi kompetensi yang
diberikan saat staf bekerja, riwayat bekerjanya pada periode tertentu. FPPE
dilakukan pada 3 situasi:
1. Bagi Perawat baru: selama periode orientasi
2. Pada staf Keperawatan yang menjalankan praktik atau yang diberikan
kewenangan
3. Ketika dibutuhkan pada keadaan tertentu yang membutuhkan .

Evaluasi kompetensi ditentukan dengan cara:

- Proctoring atau observasi sesuai dengan area praktik, metode dilakukan


observasi sistematik terhadap kompetensi staf yang dimiliki, bisa dengan cara
prosfektif, Situasi pada saat observasi, atau retrospektif
Contoh evaluasi observasi:
o Presentasi kasus dengan asuhan keperawatan yang akan dilakukan,
mereview dokumentasi rencana asuhan keperawatan (Prospektif)
o Realtime observasi asuhan keperawatan atau prosedur (situasi saat
observasi)
o Mereview pengelolaan kasus yang sudah dilakukan, termasuk interview
staf yang ikut terlibat dalam perawat pasien tersebut (retrospektif)
- Review Logbook sesuai dengan area praktik

15 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumen adalah kumpulan data yang berbentuk nyata dan diperoleh


berdasarkan system pengelolaan data. Sedangkan dokumentasi adalah proses yang
dilakukan secara sistematis mulai dari pengumpulan hingga pengelolaan data yang
menghasilkan kumpulan dokumen. Dokumentasi dibutuhkan dengan tujuan untuk
memperoleh dokumen yang dibutuhkan berupa keterangan dan hal-hal yang
membuktikan adanya suatu kegiatan yang didokumentasikan. Beberapa kegiatan Sub
Komite Mutu Profesi sebagai bukti adanya kegiatan, dokumentasinya berupa :

1. Usulan penyusunan data profile keperawatan


2. Usulan program pengembangan tenaga keperawatan ke Bagian Diklit setiap
tahun sebagai tindaklanjut maping tenaga yang telah dilakukan bidang
keperawatan.
3. Laporan audit keperawatan berupa buku atau artikel audit keperawatan
4. Laporan rapat, implementasi, hasil dan PDSA audit klinis terintegrasi
5. Laporan hasil audit tindakan yang dilaporkan ke Direktur melalui Komite
Keperawatan, untuk audit terintegrasi dilaporskan juga ke KOmite Medik, tim
PMKP sd Direktur RS
6. Pembuatan Tools audit tindakan disesuaikan dengan Standar Prosedur
Operasional
7. Laporan pelaksanaan program kegiatan Sub Komite Mutu Profesi, dan Program
Kerja bersama Komite Medis dan Nakes lain
8. Laporan kegiatan pendampingan dan pengembangan staf keperawatan
9. Laporan hasil on going professional practice evaluation (OPPE)
10. Laporan hasil Penilaian Kinerja Terfokus
11. Semua kegiatan yang dilakukan oleh SubKomite Mutu Profesi akan disampaikan
kepada ketua komite keperawatan dan dilaporkan kepada Direktur.

16 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019
Daftar Pustaka

Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 49 Tahun 2013 Tentang Komite Keperawatan


Rumah Sakit

17 Forum Komite Keperawatan Indonesia ( RKKI )


2019

Anda mungkin juga menyukai