AGGREGATE PLANNING
5.1.Tujuan Praktikum
Tujuan yang akan dicapai dalam praktikum ini adalah:
1. Mampu merencanakan produksi, inventori, dan sumber daya yang stabil
terhadap fluktuasi permintaan.
2. Mampu menentukan strategi perencanaan produksi yang layak dan dapat
meminimalkan total biaya produksi.
3. Memahami proses perencanaan agregat dan kapasitas dalam suatu industri.
5.2.Tugas Praktikum
Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:
1. Melakukan perhitungan Chase Strategy, Level Strategy dan Flexible Strategy.
2. Menganalisis perhitungan Chase Strategy, Level Strategy dan Flexible
Strategy.
3. Mengambil keputusan dari strategy yang terpilih.
5.3.Output
5.3.1. Informasi Umum
PT. Strada Prospect Motor (SPM) adalah perusahaan yang berkecimpung di dunia
otomatif khususnya mobil offroad, selain memproduksi mobil offroad SPM juga
memproduksi sparepart untuk mobil produksinya sehingga aspek after sales tetap
terjaga. SPM mempunyai sebuah tujuan yaitu menjadikan mobil offroad yang handal
dan tangguh di segala medan serta menjadikannya mobil offroad yang terbaik
dikelasnya.Di dalam memproduksi mobil offroad sebelumnya harus melewati tahap
aggregate planning terlebih dahulu.
AggregatePlanning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan
jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang.AP juga
didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand dari suatu
produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input, transformasi, dan
output yang tepat. Dimana keputusan AP dibuat untuk produksi, staffing, inventory,
dan backorderlevel. Perusahaan memiliki data permintaan berdasarkan proses
peramalan yang dilakukan sebelumnya selama 5 periode yaitu januari s/d mei dimana
didapat nilai sebesar 2681.6.
Tabel 5. 1 Hasil Peramalan CMA 5 Periode
5 periode
Bulan Periode Demand CMA
Jan-16 37 2681.6
Feb-16 38 2681.6
Mar-16 39 2681.6
Apr-16 40 2681.6
Mei-16 41 2681.6
Nilai tersebut adalah demand yang digunakan dalam menentukan studi kasus
aggregateplanning dimana untuk menentukan jumlah pekerja dan waktu produksi.
Karena demand perusahaan kami masuk kategori 2 maka jumlah pekerja awal 7 orang
dan waktu produksi 0,35 jam per unit. Untuk rincian biayanya dan lain-lain
berdasarkan studi kasus adalah sebagai berikut:
Biaya-Biaya
Bahan baku $ 4200 per unit
Holding costs $ 1200 per unit per bulan
Biaya stockout $ 25000 per unit per bulan
Hiring and training cost $ 700 per perkerja
Layoff costs (firing) $ 2350 per perkerja
Biaya lembur (overtime) $ 8 per jam per pekerja
Biaya pekerja $ 20 per jam
Lain-Lain
Inventori awal 150 unit
Waktu produktif/ pekerja/ hari 7.5 jam
Jam kerja yang dibayar/ pekerja 8
Jumlah pekerja 7 orang
Waktu produksi 0.35 jam per unit
Jumlah unit per jam 2.857143 unit per jam
Berikut ini adalah hasil perhitungan dan grafik perhitungan untuk kapasitas
produksi maksimum dan unit yang harus diproduksi menggunakan strategi
level.
4000
3900
3800
3700
3600
Januari Februari Maret April Mei
4000
3900
3800
3700
3600
Januari Februari Maret April Mei
5.4. Analisis
5.4.1. Analisis Strategi
Pada tahapan sebelumnya kita sudah mengitung satu persatu biaya/cost yang
dihasilkan oleh masing masing strategi, sekarang pada tahapan ini kita akan
menganalisis lebih dalam lagi masing masing strategi berdasarkan perhitungan
yang sudah dilakukan selain dari segi biaya yang dihasilkan.
Level Strategy
Strategi pertama yaitu LevelStrategy, pada strategi ini kapasitas produksi
perusahaan terbatas dan jumlah tenaga kerjanya tetap. Pada tahapan ini
mempunyai kelemahan seperti jika perusahaan mengalami stockout maka tidak
ada jalan lain lagi selain membayar biaya stockout atau biaya ganti rugi dari
ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi demand/permintaan. Hal ini
dikarenakan ketika demand meningkat tetapi kemampuan atau kapasitas
produksi maksimum perusahaan tidak mampu mencapai target permintaan
tersebut. Hal ini diperparah lagi jika kondisi inventori awal yang tidak memadai
sehingga tidak mampu mengurangi tingkat kebutuhan produksi perusahaan (net
requirement). Net requirement inilah yang harus dipenuhi oleh kapasitas
produksi perusahaan jika tidak mampu terpenuhi, otomatis perusahaan akan
dikenakan biaya stockout sesuai dengan jumlah unit yang tidak mampu
dipenuhi pada periode itu. Hal ini tidak mampu dihindarkan oleh perusahaan
karena ketidak mampuan perusahaan dalam menambah pekerja atau menambah
jam kerja pegawai sehingga pekerja dan kapasitas produksi tetap tetapi tidak
diimbangi dengandemand/permintaan yang melebihi kemampuan perusahaan.
Apalagi biaya stockout yang begitu besar untuk tiap unitnya, dan jika terjadi
tiap periode ini akan membuncitkan anggaran biaya stockout begitu besar dan
akan berakibat fatal untuk pengeluaran perusahaan secara keseluruhan.
Selain itu kelemahan berikutnya adalah ketika perusahaan mengalami
surplus atau memiliki sisa pada inventori akhir, sisa unit produk pada periode
itu otomatis akan dimasukan pada inventori awal periode berikutnya. Hal ini
sebenarnya cukup meringankan beban kebutuhan produksi perusahaan ketika
demand meningkat. Namun jika demand/permintaan cenderung stabil atau
bahkan menurun hal ini dapat menimbulkan biaya simpan/ holdingcost yang
terus berkelanjutan. Hal ini dikarenakan jumlah demand sedikit, inventory awal
mencukupi demand tersebut, tetapi perusahaan terus memproduksi produk
sesuai dengan kapasitas produksi maksimumnya pada periode tersebut sehingga
akan terus menimbulkan sisa pada inventori akhir/ surplus yang kemudian akan
terus diakumulasikan dan dimasukan pada inventori awal periode selanjutnya.
Jika terus demikian, dan jumlah demand tetap tidak meningkat signifikan, maka
akan meyebabkan biaya simpan yang sangat tinggi.
Namun terlepas dari kelemahan kelemahan strategi ini, pada studi kasus yang
diberikan dan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya,
perusahaan mengalami surplus untuk tiap periodenya dan jumlah sisa produk
tiap periodenya selalu meningkat secara signifikan sehingga pada perhitungan
biaya simpan nantinya akan begitu besar. Hal ini dikarenakn kapasitas produksi
perusahaan tiap periodenya selama 5 bulan jauh di atas demand/permintaan
pada 5 periode tersebut. Sehingga pada setiap bulannya akan mengalami
surplus produksi dan sisa tersebut akan terus bertambah banyak karena
produksi perusahaan yang selalu sesuai dengan kapasitas maksimum
produksinya. Bahkan pada periode 4 dan 5, inventori awal perusahaan saja
sebenarnya sudah mampu memenuhi demand pada periode tersebut tetapi
karena menggunakan strategi ini perusahaan tetap memproduksi unit produk
sesuai kapasitas produksi maksimumnya sehingga perusahaan menumpuk
banyak sekali unit produk pada akhir periode.
Pada perhitungan biaya produksi menggunakan strategi level ini, didapatkan
total cost sebesar $104,696,800.00. Sumber biaya terbesar terletak pada biaya
bahan baku produk yaitu sebesar $81,900,000 karena perusahaan selalu
memproduksi unit produk sesuai dengan kapasitas maksimum produksi
perusahaan meskipun sudah mampu memenuhi demand dari sisa produksi
bulan sebelumnya. Ditambah lagi biaya simpan / holdingcost sebesar
$22,651,200. Untuk biaya simpan dan biaya bahan baku sebenarnya dapat
diminimalisir jika saja perusahaan tidak melakukan produksi ketika inventori
mencukupi demand atau hanya melakukan produksi sesuai dengan jumlah unit
yang dibutuhkan saja (sesuai dengan net requirement).
Chase Strategy
Pada penggunaan ChaseStrategy ini, kondisi pada kapasitas dan jumlah
produksi akan sama dengan jumlah net requirement atau sama dengan demand
jika perusahaan tidak memiliki stock pada inventori awal. Dengan
menggunakan strategi ini sebenarnya perusahaan akan lebih efektif dan efisien
dalam melakukan kegiatan produksi karena akan memproduksi unit produk
sesuai dengan yang dibutuhkan saja sehingga tidak akan menimbulkan sisa
pada inventori akhir/surplus ataupun kekurangan produksi/shortage. Akan
tetapi hal ini nantinya akan berdampak pada jumlah kebutuhan pekerja tiap
bulannya. Karena perusahaan hanya memproduksi sesuai dengan net
requirement maka kebutuhan pekerja juga harus mengikuti jumlah unit yang
diproduksi perusahaan. Dalam hal jumlah pekerja yang belebih dari kebutuhan
akan dikeluarkan / akan ada proses firing begitu juga jika jumlah pekerja
kurang dari jumlah yang harusnya dibutuhkan aka nada perekrutan pekerja baru
atau akan adanya proses hiring.
Keadaan demand yang fluktuatif akan sangat mempengaruhi biaya atau cost
dari strategi ini khususnya untuk biaya pekerja juga menyangkut biaya hiring
dan firing. Jika saja permintaan produk setiap bulannya konstan atau meningkat
sedikit demi sedikit, maka untuk biaya hiring dan firing dapat jauh
diminimalisir karena proses hiring atau firing kemungkinan akan terjadi satu
atau dua kali saja.
Pada perhitungan biaya produsi dengan menggunakan ChaseStrategy ini
didapatkan total biaya atau cost sebesar $55,799,350.00jauh lebih rendah dari
perhitungan biaya produksi dengan menggunakan LevelStrategy. Hal ini
dikarenakan tidak adanya biaya simpan ataupun biaya stockout, tetapi adanya
biaya hiring dan firing ketika melakukan perekrutan ataupun pemberhentian
pekerja. Pada strategi ini sumber biaya terbesar dihasilkan dari biaya bahan
baku yaitu sebesar $55,683,600.00. Biaya bahan baku disini juga jauh lebih
rendah dibandingkan dengan menggunakan LevelStrategy, karena pada strategi
ini perusahaan hanya memproduksi sejumlah unit barang sesuai dengan yang
dibutuhkan saja. Biaya lainnya yaitu seperti biaya pekerja, biaya hiring, dan
biaya firing sebesar $108,000.00, $700.00, dan $7,050.00 yang dirasa cukup
rendah dan masih dalam batas wajar.
FlexibleStrategy
FlexibleStrategy adalah strategi agregateplanning yang merupakan gabungan
dari kedua strategi sebelumnya yaitu gabungan antara LevelStrategy dan
ChaseStrategy. Pada strategi ini jumlah pekerjanya tetap tetapi jam kerjanya
dan kondisi inventorinya yang berubah ubah. Dalam hal ini perusahaan
melakukan produksi sesuai dengan kapasitas maksimum produksi dengan
jumlah pekerja yang dimilikinya seadanya, jadi tidak ada yang namanya
perekrutan pekerja baru ataupun pengurangan karyawan/pekerja. Hal ini sama
halnya dengan LevelStrategy yang dibahas sebelumnya, namun pada strategi ini
perusahaan dapat menghindari biaya stockout saat perusahaan tidak mampu
memenuhi permintaan dengan cara menambah jam kerja pekerja sesuai dengan
jumlah kekurangan unit produk. Akan tetapi nantinya perusahaan akan
mengeluarkan biaya lembur/overtime sesuai dengan berapa jam/pekerja/hari
yang dibutuhkan untuk memenuhi target kekurangan produk pada periode
tersebut. Kelemahannya adalah sama seperti LevelStrategy yaitu saat
perusahaan mengalami surplus atau kegiatan produksi lebih besar dari pada
demand maka akan terjadi penumpukan barang di inventori yang akan
berakibat terhadap besarnya biaya simpan bagi perusahaan.
Berdasarkan hasil perhitungan workforce dan overtime untuk
FlexibleStrategydidapatkan total cost sebesar $104,696,800.00atau sama halnya
dengan total biaya pada perhitungan LevelStrategy. Hal ini dikarenakan semua
elemen biaya yang menyebabkan total cost pada strategi ini sama dengan
LevelStrategy yaitu biaya bahan baku, biaya pekerja, dan biaya simpan.
Sedangkan untuk biaya lembur totalnya $0.00 dikarenakan tidak ada
penambahan jam kerja pekerja karena produksi perusahaan sudah mengalami
surplus. Biaya bahan baku menjadi elemen biaya terbesar yaitu $81,900,000.00
dikarenakan produksi perusahaan yang terus maksimum meskipun perusahaan
sudah mempunyai inventori awal yang mencukupi ditambah lagi biaya simpan
yang tinggi yaitu sebesar $22,651,200.00 karena banyaknya sisa pada inventori
yang menumpuk. Strategi ini dapat menguntungkan perusahaan jika saja
kapasitas maksimum perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan jumlah
permintaan karena perusahaan dapat menambah jam kerja pekerja untuk
memenuhi kebutuhan demand tanpa harus menambah jumlah pekerja.
5.4. Kesimpulan
Dari hasil praktikum AgregatePlanning ini meliputi hasil perhitungan dan
analisis yang dilakukan untuk masing masing strategi AP didapatkan kesimpulan
dalam poin poin berikut
1. Dari hasil perhitungan masing masing strategi dan analisis yang dilakukan,
produksi dan inventori yang stabil akan terjadi jika aktivitas produksi tidak
jauh melebihi kebutuhan produksi yang seharusnya, dalam artian perusahaan
hanya memproduksi produk sesuai dengan yang dibutuhkan saja melihat dari
permintaan yang ada setiap periodenya. Kalaupun ingin memproduksi barang
sesuai dengan batas kapasitas maksimum produk yang melebihi kebutuhan
netrequirement, kelebihan barang/surplus tiap periode dapat digunakan
sebagai modal awal terhadap demand dan perusahaan hanya perlu
memproduksi sisanya saja sehingga tidak perlu memproduksi hingga batas
kapasitas maksimum dan meninggalkan banyak tumpukan barang pada
inventori akhir setiap periode.
2. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis masing masing periode didapatkan
strategi aggregate planning yang paling tepat sesuai dengan studi kasus adalah
ChaseStrategy. Hal ini dikarenakan pada ChaseStrategymampu menekan
elemen biaya bahan baku yang begitu besar jika perusahaan harus
memproduksi produk sesuai dengan batas kapasitas maksimum produksi tiap
bulannya, serta mampu menghindarkan perusahaan dari biaya simpan yang
besar tiap bulannya ataupun biaya stockout karena kekurangan produksi.
3. Dari praktikum yang dilakukan dapat dipahami jika tahapan aggregate
planning diawali dengan mendefinisikan dahulu tujuan perencanaan produksi,
pengumpulan data, perencanaan agregat tiga strategi (Level, Chase, dan
Flexible), penentuan strategi yang tepat sebelum akhirnya validasi rencana
produksi terhadap kapasitas (perencanaan kapasitas)