Anda di halaman 1dari 5

BAB

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari proses medis, baik dari

awal hingga pemantauan perkembangan terapi, bertujuan untuk uji saring/skrining

suatu penyakit, menunjang diagnosis, menyingkirkan suatu diagnosis penyakit,

memantau pengobatan atau terapi, dan menentukan pengobatan, meliputi

pemeriksaan kimia klinik, hematologi, mikrobiologi dan urinalisa (Ratih, 2012).

Pemeriksaan urine rutin bermanfaat dalam menunjang diagnosis kondisi

urologis seperti calculi, infeksi saluran kemih dan malignansi. Makroskopis,

mikroskopis, dan kimia urine meliputi: kimia (berat jenis, Ph, leukosit

esterase,nitrit, albumin, glukosa, keton, urobilinogen, bilirubin, darah), Sedimen

mikroskopis (eritrosit, leukosit, silinder, epitel sel, bakteri, Kristal), makroskopis

(warna dan kejernihan) (Manfaat pemeriksaan laboratorium,2011).

Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian

dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan

untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan

untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa

melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui

uretra (Risna,2014). Metode yang dipakai untuk memperoleh hasil pemeriksaan

urin pun bermacam-macam, seperti metode konvensional dan metode carik celup.

Metode carik celup sering dipakai karena relative lebih cepat dan memerlukan

1
2

sampel urin yang sedikit, tapi faktanya metode konvensional juga masih sering

digunakan seperti pemeriksaan keton urine dapat dilakukan dengan metode carik

celup, metode rothera dan metode gerhardt (Mayangsari. C, 2008).

Pemeriksaan benda keton dengan metode carik celup mempunyai prinsip tes

ini didasarkan pada prinsip tes Legal dan lebih sensitif terhadap asam asetoasetat

daripada aceton (kit insert combur). Prinsip pemeriksaan benda keton

menggunakan metode rothera adalah reaksi antara nitroprussida dan asam aceto-

acetat atau aceton yang menyusun suatu zat berwarna ungu. Metode carik celup

mempunyai keuntungan tidak membutuhkan waktu yang lama , tidak perlu

mencampur reagen sendiri. Sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan biaya

yang agak mahal. Keuntungan test rothera adalah test ini peka sekali terhadap

aceton dan asam aceto-acetat, kepekaannya terhadap test aceton adalah 1:20.000,

terhadap asam aceto-acetat 1:400.000, sedangkan asam beta-hidroxibutirat tidak

dapat dinyatakan dengan reaksi ini. Kerugian test ini adalah waktu yang agak

lama karena masih perlu mencampur reagen sendiri. Metode gerhardt memiliki

keuntungan kepekaannya terhadap acetoacetat 1:1.000, namun jauh kurang peka

dibandingkan reaksi rothera dan kerugiannya adalah kurang teliti bila

dibandingkan dengan metode rothera dan sering terjadi positif palsu serta aceton

dan asam beta-hidroxibutirat tidak bereaksi.

Badan keton (asetoasetat, 3-hidroksibutirat, dan aceton). Aceton

mempunyai sifat fisika dengan berat molekul 58.08 dengan formulanya C-H3-C-
0 0
(O)-C-H3. Titik didih mencapai 133 F (56 C), titik beku -139 F0 (-95 C).
0
Tekanan

uap sebesar 180mmHg dan pHnya tidak diketahui. Aceton termasuk klasifikasi
3

keton, yang menguap sangat cepat. Selain itu dikenal juga sebagai dimethyl keton,
0
2-propanone, betaketopropane (Gurdani, 2008). Sifat titik didih hanya (56 C)

inilah yg menyebabkan aceton mudah menguap maka urine yang diperiksa harus

segar. Urine segar adalah urine yang mulai pengambilan sampai dilakukan

pemeriksaan kurang dari 1 jam. Seringkali sampel urine yang datang ke

laboratorium sudah tidak segar lagi dan telah dikeluarkan beberapa jam

sebelumnya, sehingga menyebabkan tertundanya pemeriksaan urine. Proses

penundaan keton urin dapat menyebabkan terjadinya penurunan kadar jika ditunda

pemeriksaannya dalam waktu 2 jam, sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan

keton sebaiknya menggunakan urine segar (Linda, 2009). Berdasarkan alasan

tersebut penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran hasil

pemeriksaan keton urine segera dan ditunda dengan menggunakan metode

rothera.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah “Apakah

gambaran yang didapatkan dari hasil pemeriksaan keton urine yang dilakukan

segera dengan pemeriksaan yang ditunda”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pemeriksaan keton urine yang dilakukan segera

dengan yang ditunda.

2. Tujuan Khusus

a. Memeriksa benda keton dengan metode rothera yang segera dikerjakan.


4

b. Memeriksa benda keton dengan metode rothera yang ditunda 1jam, 1,5

jam, 2 jam, 2,5jam dan 3jam.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Menambah ketrampilan dan ketelitian dalam memeriksa keton urine, serta

memperluas pengetahuan tentang keton urine.

2. Bagi Institusi

Menambah perbendaharaan karya tulis ilmiah di perpustakaan Universitas

Muhammadiyah Program DIII Semarang

3. Bagi Tenaga Laboratorium

Menambah pengetahuan dan informasi tentang pemeriksan keton urine.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian penelitian

Nama Judul Kesimpulan


1. Linda Rosita (2009) Pengaruh penundaan waktu1. Penundaan waktu
terhadap hasil urinalisis pemeriksaan urine
setelah 2 jam pada suhu
kamar (25-27°C) dapat
mengubah hasil urinalisis
yaitu pH, glukosa, keton
(p<0,05).
2. Penundaan waktu tidak
mengubah beberapa
pamameter urinalisis
yaitu protein, eritrosit,
nitrit, dan lekosit esterase
(p>0,05).
3. Penundaan waktu
mengakibatkan
peningkatan rerata pH,
eritrosit dan
urobilinogen, dan terjadi
penurunan pada kadar
glukosa dan keton.
5

Nama Judul Kesimpulan

4. Penyimpanan pada suhu


0
2-4 C dapat
menstabilkan beberapa
parameter urinalisis
yaitu pH, urobilinogen,
dan nitrit

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya

yaitu pada penelitian Linda Rosita (2009) meneliti Pengaruh penundaan waktu

terhadap hasil urinalisis. Sedangkan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

gambaran hasil pemeriksaan keton urine segera dan ditunda metode rothera.

Anda mungkin juga menyukai